PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari dasar falsafah yang melandasi kegiatan bernegara dan berbangsa, yaitu
Rumah atau tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan primer dan hak
dasar manusia. Hak bertempat tinggal ini harus dipenuhi negara sebagaimana
yang diamanatkan dalam UUD 1945. Menurut UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1),
dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
1
Etty, Mulyati, Kredit Perbankan, Bandung, Refika Aditama, 2016, hlm. 1
1
2
/berlindung saja, tetapi lambat laun persepsi masyarakat tersebut semakin terkikis
dengan kebutuhan rumah sebagai lambang kesejahteraan hidup. Salah satu unsur
salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia, baik untuk tempat tinggal,
masyarakat dapat memiliki atau menikmati rumah yang layak, sehat, aman dan
serasi.2
sandang dan pangan, karena untuk memiliki perumahan diperlukan investasi yang
di sisi lain, harga rumah sudah demikian tinggi. Untuk rumah bertipe 36/90 rerata
2
Ade Erlanda Revianty, Analisis Yuridis Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan
Rumah Antara PT. Bank Tabungan Negara Cabang Padang Dengan Ridwan S (Studi Kasus
Putusan Nomor 67/PDT.G/BPSK/2012/PN.Pdg), Jurnal Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Jakarta, 2015, hlm 1-2
3
jelas, harga tersebut sulit dijangkau. Oleh sebab itu, peran pihak ketiga, dalam hal
ini bank, untuk memberikan fasilitas dana Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
bisnis tersendiri bagi perbankan dan pastinya menggiurkan. Oleh karena itu,
hanya karena potensi besaran kapital yang dapat memicu potensi pertumbuhan
belanja per kapita yang akhirnya penting bagi pertumbuhan pembangunan, tetapi
juga karena efek lanjutannya terhadap sektor-sektor perekonomian lain yang akan
Salah satu upaya telah ditempuh dan terus akan dilaksanakan oleh
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
4
Sularsi dkk..Kajian Penyaluran Kredit PemilikanRumah (KPR) Terkait Prinsip
Perlindungan Konsumen, Jakarta, Responsi Bank Indonesia, 2016, hlm 8
4
permukiman adalah hak dasar manusia, di mana setiap orang berhak untuk hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, serta mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Prinsip hak dasar tersebut telah diakomodasi oleh pemerintah
sewa beli, yaitu seorang pembeli barang yang tidak mempunyai uang cukup untuk
membayar harga barang secara tunai, pembeli hanya mampu membayar harga
barang secara kredit. Ketika seorang pembeli hanya mampu membayar secara
kredit, sementara barang diserahkan kepada pembeli, secara hukum pihak kreditur
harga pembelian barang belum dibayar tunai. Untuk itulah, maka dalam praktik
dibentuk suatu persetujuan yang dinamakan sewa beli, yaitu perjanjian yang pada
melainkan hanya pemakai belaka. Baru jika uang sewa telah dibayar, berjumlah
sama dengan harga tunai pembelian barang, status pembeli berubah dari penyewa
5
Akh.Munif, Kontrak Standard Dalam Perjanjian Sewa Beli Rumah dan Akibat
Hukumnya. Jurnal Fakultas Hukum Unira. Volume 8, No.1, Nop 2008, hlm 5
5
bahwa rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah salah satu fasilitas kredit yang
diberikan oleh bank sebagai kreditur kepada konsumen sebagai debitur khususnya
digunakan untuk membeli tanah beserta bangunan rumah di atas tanah tersebut,
Agunan atau jaminan tersebut merupakan suatu tanggungan yang diberikan oleh
seseorang debitur atau pihak ketiga pada kreditur untuk menjamin kewajiban
dalam suatu perikatan. Jaminan ini adalah sesuatu yang dapat dinilai dengan uang
Permasalahan dalam hal ini untuk mendapatkan rumah tidaklah mudah karena
butuh biaya yang relatif besar, dan untuk mengatasi masalah tersebut maka
masyarakat dalam membeli rumah dapat membayar secara tunai atau melalui
angsuran. Bagi masyarakat yang tidak dapat membayar tunai dapat memiliki
rumah dengan cara kredit melalui bank atau dalam masyarakat dikenal dengan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). KPR merupakan salah satu cara bagi setiap
6
Mariam Darus Badrulzaman, I, Aneka Hukum Bisnis, Bandung, Alumni, 2005, hlm. 183
6
orang untuk mendapatkan rumah selain pembelian dengan cara tunai ataupun
angsuran bertahap.
debitur bank dengan pihak bank di mana pihak bank telah mempersiapkan terlebih
memberikan tanggung jawab yang menjadi beban debitur lebih berat. Umumnya
oleh bank kepada debitur untuk digunakan membeli atau membayar sebuah
bangunan rumah tinggal dengan tanahnya guna dimiliki atau dihuni. Dalam
perjanjian ini biasanya debitur memberikan jaminan berupa rumah dan tanah yang
dibeli dengan fasilitas kredit bank tersebut. Pemberian kredit pada umumnya
dilakukan oleh pihak bank (kreditur) karena pendapatan dan keuntungan suatu
diantara keduanya. Perjanjian kredit merupakan aspek yang sangat penting dalam
7
Hasanuddin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,
Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995. hlm. 47
7
pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang ditandatangani kreditur dan debitur,
debitur yang melakukan wanprestasi, debitur tidak dapat membayar cicilan KPR,
dengan berbagai alasan, tepat waktu bahkan ada yang terlambat selama berbulan-
bulan atau dalam bahasa hukum perbankan disebut dengan kredit bermasalah,
dengan kata lain harus ada suatu peraturan dari bank dalam mengawasi
pelaksanaan KPR agar perjanjian tersebut dapat terlaksana dengan baik sehingga
tidak terjadinya wanprestasi yang dilakukan debitur. Hal yang dapat dilakukan
pihak debitur dan pihak Bank Sumut, di mana apabila debitur melakukan
wanprestasi maka akan dikenakan denda yang sudah disepakati ada pula dengan
pertama dan apa bila belum mampu membayar sampai peringatan ketiga maka
dilakukan penyitaan.9
merupakan agunan yang jelas lokasinya dan telah dibebani hak tanggungan,
dengan demikian apabila terjadi debitur wanprestasi, maka bank dapat melakukan
8
Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung, Alfabeta, 2003, hlm 98
9
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
8
B. Permasalahan
ini, yaitu :
rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan?
C. Tujuan Penulisan
kepemilikan rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang
Medan.
rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
D. Manfaat Penulisan
1. Secara teoretis
2. Secara praktis
perjanjian.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang
penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is
written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses
pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process)10. Selain itu
mengumpulkan data secara langsung dari PT. Bank Sumut Cabang Medan.
2. Sifat penelitian
10
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 2006, hlm. 118
11
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2010, hlm. 116-117
10
3. Sumber data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh penulis dengan melakukan studi lapangan (field
(interview) kepada Bapak Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang
Medan Data sekunder, adalah data yang diperoleh penulis yang sebelumnya telah
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari kaidah dasar. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini,
mengenai bahan hukum primer melalui hasil penelitian hukum, seperti karya
ilmiah, jurnal, artikel baik dari media cetak ataupun media massa yang
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 13
11
serta penelitian lapangan (field research) dengan cara wawancara dengan Bapak
5. Analisa data
dan dianalisis. Adapun analisis hasil penulisan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis kualitatif, mengelola data, dan menganalisanya dan kemudian
F. Keaslian Penulisan
Kredit Kepemilikan Rumah Jika Terjadi Wanprestasi (Studi Pada PT. Bank
Sumatera Utara, namun ada beberapa judul yang berkaitan dengan Kredit
PT. Bank Mandiri Cabang Medan, adapun permasalahan dalam penelitian ini
adalah alasan PT. Bank Mandiri Cabang Medan menolak pemberian kredit
13
Tampil Anshari Siregar. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi. Medan,
Pustaka Bangsa Press, 2005, hlm 26
12
tidak melaksanakan kewajibannya dan tindakan PT. Bank Mandiri Cabang Medan
terhadap debitur akibat wanprestasi dalam perjanjian kredit pemilikan rumah dan
Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Medan
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan. Adapun permasalahan
dalam penelitian ini adalah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang
Rumah (KPR) di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Medan dan
Majeure (Studi pada PT. Daya Prima Indonesia). Adapun permasalahan dalam
penelitian ini adalah hak-hak konsumen perumahan yang tidak terpenuhi akibat
perumahan yang tidak terpenuhi akibat Force majeure (Studi pada PT. Daya
Bahwa dikarenakan belum ada yang membahas penelitian ini, maka penelitian ini
G. Sistematika Penulisan
(lima) bab yang didalam bab masing-masing terdiri sub bab yang menguraikan
satu dengan yang lainnya. Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
rumah (KPR)
14
WANPRESTASI
rumah jika terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
dilakukan.
BAB II
angsuran sesuai dengan perjanjian. Artinya kredit dapat berbentuk barang atau
berbentuk uang. Baik kredit berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang
tertentu.14
Kata kredit berasal dari bahasa latin creditus yang merupakan bentuk past
participle dari kata credere yang berarti to trust atau faith. Kata trust itu sendiri
berarti kepercayaan.15 Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang
kredit) mempunyai kepercayaan bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-
14
Kasmir, I, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, RajaGrafindo Persada,
2014, hlm. 72
15
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya BAkti, 1996,
Hlm. 5
16
Black, Henry Campbell, Blacks Law Dictionary Centennial Sixth Edition, St. Paul,
Minn: West Publishing co. 1990 hlm. 255
15
16
dan kedua pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau
badan lain. Jadi istilah lain dari kredit adalah pinjaman (uang) atau utang.17
sebagai dasar dari setiap perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu
dari orang lain; kedua, sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu
secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima
dibelakang hari.
seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari
17
Gazali, Djoni S dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta, Sinar Grafika, 2010,
hlm. 264
18
Mariam Darus Badrulzaman, II, Perjanjian Kredit Bank, Bandung, Alumni, 1989, hlm.
21
19
Ibid
17
3. Tidak seperti dalam hibah maupun pembelian secara tunai, transaksi kredit
untuk membayar pada masa mendatang. Selain itu juga Tucker menyebutkan
bahwa arti kredit adalah: The transfer of something valuable to another, whether
money, goods or services in the confidence that will both willing and able, at a
kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh satu pihak kepada pihak lain dan
prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada waktu tertentu yang akan datang
20
Ibid, hlm. 22
21
Ibid
22
Hadiwidjaja dan Rivai Wirasasmita, Analisis Kredit, Jakarta, Pionir Jaya, 1990, hlm. 6
23
Achmad Anwari, Praktek Perbankan di Indonesia (kredit investasi), Jakarta, Balai
Aksara, 1980, hlm. 14
18
para sarjana dalam literatur terlihat bahwa kredit merupakan suatu perjanjian yang
objeknya dapat berupa uang atau barang, meskipun titik temu antara semua
memberi defenisi kredit sebagai berikut: kredit adalah penyediaan uang atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari argumentasi yang tepat dari
1. Jenis-jenis kredit
Terdapat beberapa jenis kredit yang biasa diberikan bank umum dan bank
perkreditan rakyat untuk masyarakat. Jenis kredit yang diberikan oleh bank ini
mengenai jenis-jenis kredit dapat ditemukan pada Surat Edaran Bank Indonesia
24
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang
Melekat Pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1996, hlm. 143
19
Nomor 30/4/KEP/DIR tentang pemberian kredit usaha kecil tanggal 4 April 1997,
a. Kredit investasi
Perkembangan kredit saat ini memang sudah jauh dari bentuk awalnya,
terutama karena berbagai kebutuhan manusia yang semakin beragam. Salah satu
bukti perkembangan kredit tersebut dapat dilihat melalui jenis-jenis kredit yang
dikenal saat ini. Begitu banyaknya jenis kredit memperlihatkan begitu eratnya
konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta
25
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti,
1996, hlm 233
20
permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai
b. Kredit likuiditas, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada
c. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga
pengadaan barang.
keluarganya, seperti kredit mobil dan rumah yang akan digunakan sendiri
Kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur. Kredit
Kredit yang dipergunakan untuk investasi produktif, akan tetapi baru akan
menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama. Kredit ini biasanya
21
diberikan grace period, misalnya kredit bagi perkebunan kelapa sawit dan lain
sebagainya.26
1.1.Kredit jangka pendek: yaitu kredit yang memiliki jangka waktu paling lama
1.2.Kredit jangka menengah: ialah kredit yang memiliki jangka waktu antara satu
1.3.Kredit jangka panjang: adalah kredit yang memiliki jangka waktu lebih dari
tiga tahun.
a. Kredit aksep merupakan kredit yang diberikan oleh bank yang pada
Usance L/C.
2. Asas-asas kredit
keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, menentukan bahwa: kredit
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
membayar.27
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya
pinjamannya.
menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat\
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
mungkin.
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta
terdiri atas:
a. Personality
b. Party
c. Purpose
29
Kasmir, Op.Cit, hlm 109-110
25
Sebagai contoh untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan
lain sebagainya.
d. Prospect
Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak,
atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek
e. Payment
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
f. Profitability
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
g. Protection
jaminan asuransi.30
perikatan yang diatur dalam Buku III KUHPerdata. Perjanjian kredit merupakan
landasan hukum dalam pemberian kredit bagi para pihak karena merupakan suatu
Menurut hukum, perjanjian kredit dapat dibuat secara lisan atau tertulis
diuraikan di depan. Namun dari sudut pembuktian perjanjian secara lisan sulit
untuk dijadikan sebagai alat bukti, karena hakekat pembuatan perjanjian adalah
sebagai alat bukti bagi para pihak yang membuatnya. Dalam dunia modern yang
kompleks ini perjanjian lisan tentu sudah tidak dapat disarankan untuk digunakan
meskipun secara teori diperbolehkan karena lisan sulit dijadikan sebagai alat
pembuktian bila terjadi masalah dikemudian hari. Untuk itu setiap transaksi
apapun harus dibuat tertulis yang digunakan sebagai alat bukti. Masyarakat
tabungan atau bilyet deposito sebagai alat bukti. Untuk pemberian kredit perlu
31
I Made Adi Dwi Pranatha. Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Bank
Pada PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Kantor Cabang Unit (KCU) Singaraja. Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 2016, hlm. 30
32
Sutarno, Op.Cit, hlm. 99.
27
pemberian kredit sebaiknya dibuat dengan akta autentik. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan jaminan kepastian hokum kepada pihak kreditur apabila terjadi
sesuatu dikemudian hari. Bentuk perjanjian kredit ada yang lisan dan ada yang
berbentuk tertulis. Perjanjian kredit pada umumnya dibuat dibuat secara tertulis,
karena perjanjian kredit secara tertulis lebih aman dibandingkan dalam bentuk
lisan. Dengan bentuk tertulis para pihak tidak dapat mengingkari apa yang telah
diperjanjikan, dan ini merupakan bukti kuat dan jelas apabila terjadi sesuatu
terhadap kredit yang telah disalurkan atau juga dalam hal terjadi ingkar janji oleh
para pihak.33
Perbankan, yang dimaksud kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Meskipun pada umumnya perjanjian tidak perlu dibuat secara tertulis (asalkan
kedua belah pihak sepihak, cakap hukum, tentang suatu sebab tertentu, dan suatu
sebab yang halal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang
dibuat dalam sebuah perjanjian tertulis. Ketentuan ini terdapat pada penjelasan
33
Ibid. hlm. 31
28
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang- Undang
Perbankan.
tanpa adanya perjanjian kredit yang jelas antara bank dengan debitur atau antara
bank sentral dan bank-bank lainnya. Surat Bank Indonesia yang ditujukan kepada
khususnya butir 4 yang berbunyi untuk pemberian kredit harus dibuat surat
perjanjian kredit.34
bawah tangan artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh
34
Ibid. hlm. 99.
35
Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta, Pustaka
Yustisia, 2010, hlm. 24.
29
lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh bank tersebut
Maka mau atau tidak mau calon debitur harus dapat menerima semua
kredit.
telah disinggung sebelumnya, mau tidak mau, calon nasabah yang hendak
2. Akta autentik.
Akta autentik adalah surat atau tulisan yang sengaja dibuat dan
suatu hak untuk dijadikan sebagai alat bukti. Berdasarkan Pasal 1868
36
Sutarno. Op.Cit, hlm. 100
30
KUH Perdata, akta autentik berupa akta yang ditentukan oleh undang-
dan ketentuan perjanjian disiapkan oleh bank terlebih dahulu setelah itu
untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu
kredit modal kerja, kredit sindikasi (lebih dari satu kreditur), dan lain-lain.
notaris, namun segala syarat dan ketentuan yang terdapat dalam akta dibuat oleh
mengenai hapusnya perjanjian kredit. Sesuai dengan asas lex specialis derogat lex
mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu
tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat didalam bab ini dan bab
37
Badriyah Harun, Op.Cit.,hlm. 38.
31
yang lalu. Jadi perjanjian kredit yang merupakan perjanjian yang tidak dikenal di
dalam KUHPerdata, juga harus tunduk pada ketentuan- ketentuan umum yang
1. Karena pembayaran
Pembayaran yang dimaksud pada bagian ini berbeda dari istilah pembayaran
pemenuhan prestasi.41
38
Rachmadi Usman. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2001, hlm. 84
39
Erwin Arif Tinawati. Pelaksanaan Batas Kewenangan Penguasaan Atas Barang
Jaminan Dalam Lembaga Fiducia. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2007, hlm. 26
40
Sutarno, Op.Cit., hlm, 84-90
41
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2017, hlm 87-88
32
debitur atau pihak yang berhutang berarti Debitur telah melakukan prestasi
debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika
pengadilan.42
bunga 6% pertahun dan jangka waktu satu tahun. Sebelum jangka waktu
42
Ibid, hlm 96
33
tunai yang diikuti penitipan ini prosedurnya diatur dalam Pasal 1404 s/d 1412
Novasi merupakan salah satu cara untuk menghapuskan atau mengakhiri suatu
perjanjian. Novasi atau pembaruan utang adalah suatu perjanjian baru yang
debitur lama dengan debitur baru dan membebaskan debitur lama dari
kewajibannya.
perjanjian ini terjadi jika kewajiban prestasi tertentu dari debitur diganti
ditentukan menurut jenis (generische ziken), yang dipunyai oleh dua orang
baik sebagai kreditur maupun kreditur terhadap orang lain, sampai jumlah
Untuk dapat dilakukan perjumpaan utang atau kompensasi Pasal 1427 KUH
a) Kedua utang harus sama-sama mengenai utang atau barang yang dapat
seketika dapat ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang sedangkan
utang lainnya baru dapat satu bulan yang akan datang maka kedua utang
5. Percampuran utang
Apabila kedudukan kreditur dan debitur berkumpul pada satu orangm utang
kawan berutang.44
6. Pembebasan utang
menyatakan secara tegas tidak menuntut lagi pembayaran hutang dari debitur.
43
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 280
44
Ahmadi Miru, Op.Cit, hlm 104
35
hutangnya. Jadi pembebasan hutang ini dapat dilakukan secara sepihak yang
Apabila barang tertentu yang menjadi objek perjanjian musnah, hilang, tidak
dapat lagi diperdagangkan, sehingga barang itu tidak diketahui lagi apakah
barang itu masih ada atau tidak maka perjanjian menjadi hapus asal
hak-hak berkaitan dengan barang yang musnah atau hilang, misalnya hak
kreditur.
8. Pembatalan perjanjian
Jika syarat subyektif (sepakat dan cakap) tidak dipenuhi maka perjanjian itu
objektif (objek tertentu dan sebab yang halal) tidak dipenuhi maka perjanjian
itu batal demi hukum artinya perjanjian itu sejak semula dianggap tidak
pernah ada jadi tidak ada perikatan hukum yang dilahirkan. Meskipun syarat-
36
syarat subyektif dan syarat objektif dalam perjanjian telah dipenuhi, perjanjian
juga dapat dibatalkan oleh salah satu pihak jika salah satu pihak dalam
Hapusnya perjanjian yang diakibatkan oleh berlakunya syarat batal terjadi jika
perjanjian yang dibuat oleh para pihak adalah perjanjian dengan syarat batalm
dan apabila syarat itu terpenuhi, maka perjanjian dengan sendirinya batal,
10. Kedaluwarsa
antara para pihak. Hal ini diatur dalam Pasal 1967 KUHPerdata.46 Berakhirnya
berakhir setelah apa yang menjadi tujuan diadakannya perjanjian telah tercapai
45
Ahmadi Miru, Op.Cit, hlm 109
46
Ibid, hlm 110
47
Suharnoko, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisis Kasus), Jakarta, Kencana, 2014,
hlm. 30
37
Pasal 1066 ayat (3) KUH Perdata yang menyebutkan bahwa para ahli
persetujuan dalam Pasal 1066 ayat (4) KUH Perdata dibatasi hanya selama
5 tahun.
misalnya jika terjadi salah satu pihak meninggal dunia, maka persetujuan
ini dapat dilakukan baik oleh salah satu ataupun kedua belah pihak dan ini
48
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung, Bumi Cipta, 1997, hlm. 84
BAB III
kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang menginginkan
juga muncul karena adanya berbagai kondisi penunjang yang strategis diantaranya
masyarakat.49
bukan dalam arti rumah tempat tinggal pada umumnya, tetapi meliputi ruang
untuk membuka usaha seperti rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan), serta
KPR adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk
tanahnya guna dimiliki atau dihuni. Dalam perjanjian KPR biasanya debitur
memberikan jaminan berupa rumah dan tanah yang dibeli dengan fasilitas KPR
tersebut.51
49
Hardjono, Mudah Memiliki Rumah Idaman Lewat KPR. Jakarta, Pusaka Grahatama,
2008, hlm. 25.
50
Slamet Ristanto, Mudah Meraih Dana KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dari Memilih
Bank hingga Cara Mengangsur, Yogyakarta, Pustaka Grhatama, 2008, hlm. 20.
51
Abdul Basit. Jaminan Kredit Pemilikan Rumah dengan Perjanjian Pemberian Jaminan
dan Kuasa. Lambung Mangkurat Law Journal Vol 1 Issue 1, March (2016), hlm 5
38
39
seharga rumah. Cukup memiliki uang muka tertentu, dan rumah idaman pun
menjadi milik debitur. Debitur dapat leluasa menempatinya karena meski masih
mengangsur rumah itu sudah menjadi rumah debitur sendiri. Pengertian Kredit
Kepemilikan Rumah (KPR) tidak ada yang baku ada yang mendefinisikan KPR
adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah
mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit konsumer yang dikenal dengan
digunakan untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk
tujuan komersial serta tidak memiliki pertambahan nilai barang dan jasa di
masyarakat.53
pembangunan rumah, dan dana untuk membayar balik dilakukan dengan angsuran
atau cicilan tersebut. Seiring berjalannya waktu, pengertian KPR pun saat ini telah
berkembang menjadi lebih luas, tidak saja untuk pembelian rumah, namun juga
menyewa dan membangun rumah di atas tanah yang telah ada. Misalnya
membangun rumah di atas tanah yang dimiliki, setelah perhitungan pada akhir
pembangunan, namun dana kurang mencukupi sehingga pada saat itu bisa
Dasar hukum KPR dapat dilihat dari ketentuan mengenai jaminan dalam
umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang dinyatakan bahwa: Segala
kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan
diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah yang didahulukan
diperjanjikan atas suatu barang tertentu yang diperjanjikan untuk utang tertentu.
siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat dialihkan,54 maka
54
Sri Soedewi M. Sofyan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan
dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta, Liberty, 1980, hlm. 47.
41
Bagi masyarakat yang tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk
membeli rumah, salah satu cara untuk memiliki rumah adalah menggunakan
fasilitas KPR yang ditawarkan oleh bank. Umumnya masyarakat berpikir bahwa
KPR hanya ada satu jenis. Padahal, KPR yang ditawarkan oleh bank memiliki
berbagai jenis, dan semuanya memiliki prinsip yang berbeda-beda. Berikut ini
1. KPR konvensional
Jenis ini yang paling banyak diketahui oleh masyarakat. Alasan utamanya
cukup jelas, yakni karena kurangnya informasi yang ada mengenai jenis KPR
yang ada. KPR konvensional, atau disebut juga KPR non-subsidi, disediakan
oleh hampir seluruh bank, tentu dengan persyaratan dan bunga yang berbeda-
beda. Suku bunga yang ditetapkan biasanya mengikuti BI Rate, karena ini
bukan KPR dari pemerintah, pihak bank akan mengenakan denda yang cukup
2. KPR bersubsidi
bank-bank. Keunggulan KPR bersubsidi adalah uang muka dan bunga yang
lebih rendah dibanding KPR konvensional. Namun, jenis KPR bersubsidi ini
rumah, serta tipe rumah yang dapat dibiayai maksimal tipe 36. Kekurangan
dari KPR bersubsidi adalah lokasi rumah yang sangat terpencil dan akses yang
42
cukup sulit. Harga rumah yang dapat menggunakan KPR bersubsidi maksimal
Rp120 juta. Suku bunga untuk KPR bersubsidi adalah 7,25% flat, dan sudah
termasuk premi asuransi jiwa, asuransi kebakaran, dan asuransi kredit. Berita
baiknya, pada awal tahun 2015 pemerintah berencana untuk menurunkan suku
bunga KPR bersubsidi menjadi 5% flat. KPR bersubsidi juga bebas dari pajak
3. KPR syariah
Ini merupakan jenis KPR yang juga banyak diminati, sebab KPR syariah
akan membayarkan lunas rumah yang diinginkan, dan tinggal mencicil kepada
jumlahnya tetap karena KPR syariah tidak mengenal adanya bunga, tetapi
yang akan diambil bank. Ini merupakan jenis KPR yang cocok bagi yang takut
4. KPR pembelian
pinjaman uang untuk membeli rumah, dan rumah yang akan dibeli tersebut
dijadikan jaminannya. Tak hanya rumah yang dapat dijadikan agunannya, tapi
5. KPR refinancing
sudah dimiliki sebagai jaminannya. Tak hanya bangunan rumah yang dapat
Tak banyak bank yang memberikan fasilitas KPR take over. Salah satu bank
yang menawarkan KPR take over adalah KPR Mandiri. KPR take over adalah
fasilitas untuk memindahkan KPR yang telah berjalan ke bank lain dengan
keuntungan berupa tambahan limit pinjaman. KPR jenis ini lebih ke arah
masa pinjaman.
8. KPR duo
Ini merupakan jenis KPR lain yang juga sangat jarang ditawarkan. Salah satu
bank yang menawarkan KPR jenis ini adalah KPR Mandiri. KPR Mandiri Duo
apartemen, ruko, atau rukan sekaligus pembelian mobil, motor, atau furnitur.
a. KPR bersubsidi
perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa
44
perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah, sehingga
tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini.
ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga
Secara umum, persyaratan dan ketentuan dari bank untuk nasabah yang
akan mengajukan KPR relatif sama, baik dari sisi administrasi maupun penentuan
2) Telah berusia 21 tahun atau telah menikah dan cakap untuk melakukan
tindakan hukum;
3) Pada saat kredit lunas usia pemohon kredit tidak melebihi 65 tahun;
6) Memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk kredit lebih dari
55
Direktorat Jenderal Perumahan dan Pemukiman, Keputusan Direktur Jenderal
Perumahan dan Pemukiman Tentang Standard Operasoinal dan Prosedur Pelaksanaan Program
Bantuan Kredit Bersubsidi Untuk Perumahan, Kep Dirjen Perumahan dan Pemukiman No.
10/KPTS/DM/2003, BAGIAN II ayat (1).
45
dibangunnya dengan sarana utama dan sarana penunjang. Sarana utama suatu
perumahan adalah jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang,
jaringan saluran air hujan untuk drainase, dan jaringan air bersih apabila
tidak tersedia air tanah. Sementara, sarana penunjang perumahan meliputi antara
konsumen.
Kredit Pemilikan Rumah merupakan salah satu jenis kredit konsumtif yang
besar angsuran perbulan tetap (pokok + bunga) dengan jangka waktu yang
masyarakat umum baik yang berpenghasilan tetap, tidak tetap maupun para
profesional hukum serta badan usaha baik yang berbadan hukum maupun yang
angsuran kredit sebesar 50% dari penghasilan bersihnya perbulan. Tidak ada
peluncuran produk perbankan yang terjadi begitu saja tanpa tujuan yang jelas,
46
termasuk KPR sebagai salah satu produk perbankan. Karena itu sebelum
diadakannya KPR oleh bank selaku pihak pemberi pinjaman. Telah disebutkan
Dalam prakteknya, tidak jarang kita pun harus berkompetisi dengan orang-
orang lain untuk memperebutkan rumah idaman. Beberapa orang memiliki daya
beli yang tinggi, karenanya dapat langsung membayar seluruh uang untuk dapat
persen dari keseluruhan harga rumah, untuk selanjutnya bank yang akan
56
http://www.simulasikredit.com/apa-itu-kpr-kredit-kepemilikan-rumah (diakses pada 8
Juni 2017)
BAB IV
13 Tahun 1962 tentang Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan sesuai
dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965, bentuk
usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Modal dasar sebesar
Rp. 100 juta dan saham yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera
disetor sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya telah terjadi beberapa kali
dengan akta pendirian PT Nomor 38 Tahun 1999 Notaris Alina Hanum Nasution,
SH pada tanggal 16 April 1999 yang telah mendapat pengesahan dari Menteri
1999 dengan modal dasar Rp. 400 milyar. Dasar perubahan bentuk hukum dan
Sumatera Utara Nomor 2 Tahun 1999. Modal dasar ditingkatkan menjadi Rp. 500
57
Profil Bank Sumut, Tahun 2017
47
48
Nomor 31 Tanggal 15 Desember 1999. PT. Bank SUMUT merupakan bank non
devisa yang kantor pusatnya beralamatkan di Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan.
Visi BANK SUMUT adalah menjadi bank andalan bagi membantu dan
bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
Misi BANK SUMUT adalah mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara
Sumut adalah:
1. Menghasilkan laba
perjanjian, yaitu: suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Berdasarkan bunyi Pasal
1313 KUHPerdata tersebut, bahwa hubungan antara dua orang tersebut adalah
suatu hubungan hukum dimana hak dan kewajiban di antara para pihak tersebut
dijamin oleh hukum.58 Hubungan antara dua orang tersebut adalah suatu
hubungan hukum dimana hak dan kewajiban diantara para pihak tersebut dijamin
58
H.R.Daeng Naja, Hukum Kredit Dan Bank Garansi, Bandung, Citra Aditya Bakti,
2005, hlm. 175
49
hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan dimana pihak yang 1 (satu)
berhak menuntut untuk menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain yang
debitur.59
suatu perjanjian mengakibatkan lahirnya hak dan kewajiban para pihak yang
Hak dari debitur dalam perjanjian KPR pada Bank Sumut meliputi :
kewajiban dan pembayaran yang telah dilakukan tidak benar, maka debitur
yang sah, maka yang dianggap benar adalah catatan pembukuan bank.
59
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 2010, hlm. 1
60
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta,
Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2002, hlm. 65
61
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
50
penjual/pengembang.
ketentuan yang berlaku), dan biaya notaris dan/ atau Pejabat Pembuat Akta
dengan debitur.
(b) Berhak untuk menahan bukti pemilikan rumah atau sertifikat hak milik.
bukti lainnya yang disimpan atau dikuasakan oleh bank apabila pihak
62
Ibid
51
(e) Bank berkewajiban untuk mencairkan dana kredit kepada debitur apabila
perjanjian Kredit.63
1.2.Usia minimal 21 tahun dan pada saat kredit lunas usia maksimum 55 tahun
1.4.Fotocopy surat pemesanan, kuitansi uang muka, dan PPJB (rumah baru dari
developer)
1.5.Fotocopy sertifikat, Akta jual beli, Izin Mendirikan Bangunan, dan Pajak
63
Ibid
52
dilakukan
4) Fotocopy SIUP64
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar
bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi
masing bank. Dimana prosedur pemberian kredit tersebut secara umum dapat
hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif
atau produktif.66
Rumah Jika Terjadi Wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan
yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan.
Oleh karena itu pasal-pasal dalam hukum perjanjian dapat diposisikan sebagai
hukum pelengkap (optional law). Ini berarti bahwa pasal-pasal itu boleh saja tidak
digunakan atau disingkirkan apabila dikehendaki oleh para pihak dalam membuat
suatu perjanjian.
melekatkan hak pada salah satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak
lainnya. Jika salah satu pihak tidak mengindahkan atau melanggar hubungan tadi,
maka hukum dapat memaksakan agar hubungan hukum tadi dipenuhi atau
dipulihkan kembali.67
kredit tersebut disita oleh pihak bank, maka debitur mencari jalan keluar dengan
cara menjual kembali atau mengalihkan apa yang menjadi objek dalam perjanjian
66
Ibid
67
Mariam Darus Badrulzaman, III, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya
Bhakti, 2001, hlm 1-2.
54
kredit tersebut, dalam hal ini debitur mengalihkan hak kreditnya atau pengalihan
menurut ketentuan Pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap lalai dengan
lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. Kreditur dapat
1267 KUHPerdata);
3. Kreditur dapat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin kerugian
karena keterlambatan;
Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda. Seorang debitur yang
68
Gunawan Widjaya dan Kartini Muljadi, Penanggungan Utang dan Perikatan
Tanggung Menanggung, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 57.
69
R. Subekti, Op.Cit, hlm 40
70
Ibid, hlm55
55
karena adanya hal-hal yang tidak terduga, dimana ia tidak dapat berbuat sesuatu
terhadap peristiwa yang terjadi di luar dugaan tersebut. Misalnya, bencana alam
perkembangannya keadaan memaksa itu tidak hanya bersifat mutlak tetapi ada
juga yang bersifat tidak mutlak yaitu debitur masih dapat melaksanakan perjanjian
tetapi dengan pengorbanan yang sangat besar sehingga tidak sepantasnya pihak
dikeluarkannya suatu jenis barang yang merupakan objek perjanjian, dari suatu
daerah dengan ancaman hukuman berat bagi si pelanggar sehingga, kreditur tidak
b. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai (exceptio non adimpleti
contractus).
Debitur yang dituduh telah lalai dan dituntut untuk membayar ganti rugi, dapat
mengajukan di depan hakim bahwa kreditur sendiri juga telah lalai dalam
muka, tentang exception adimpleti contractus ini tidak. diatur di dalam undang-
undang dan merupakan suatu hukum yurispundensi yaitu hukum yang diciptakan
para hakim.
Alasan terakhir ini merupakan suatu sikap pihak kreditur yang membuat pihak
debitur menyimpulkan bahwa kreditur tidak akan lagi menuntut ganti rugi.
Misalnya, si pembeli telah membeli suatu barang dan ia mengetahui adanya suatu
cacat tersembunyi atau tidak berkualitas bagus tetapi ia tidak menegur sipembeli
dan tetap memakai barang tersebut sehingga dari sikapnya tersebut ia telah puas
akan barang tersebut maka, dalam hal ini sudah selayaknya tuntutannya tidak
Hukuman atau akibat-akibat bagi debitur yang lalai adalah sebagai berikut:
c) Peralihan risiko;
salah satu upaya untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam
71
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
72
Ibid
73
Dody Arifiawan Wibianto, dkk. Perjanjian Pengoperan Kredit Pemilikan Rumah Yang
Masih Dalam Jaminan (Studi di PT BTN Cabang Malang).Artikel. Pascasarjana Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, 2015, hal 6
57
hubungan hukum antara bank dengan pemasok barang, dalam hal ini adalah
hubungan hukum antara bank dengan pihak ketiga. Hubungan hukum antara bank
dengan nasabah pembeli barang, dalam hal ini adalah hubungan hukum antara
bank dengan nasabah. Hubungan hukum antara nasabah pembeli barang dengan
pemasok barang, dalam hal ini adalah hubungan hukum antara nasabah bank
pemberian fasilitas KPR dengan jaminan khusus untuk debitur yang telah
Dengan demikian hubungan yang bersifat segitiga tersebut telah hapus/putus dan
diwajibkan untuk memenuhi apa yang menjadi isi dari perjanjian atau para pihak
wajib untuk memenuhi prestasinya. Perjanjian melahirkan hak dan kewajiban bagi
maka pihak yang mengadakan perjanjian secara sukarela mengikatkan diri untuk
bersama tersebut ada sesuatu hal yang tidak dipenuhi oleh salah satu pihak, maka
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah
berprestasinya salah satu pihak atau debitur. Untuk mengatakan bahwa debitur
salah dan melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian, terkadang tidak mudah.
Hal sulit untuk menyatakan wanprestasi karena tidak dengan mudah dijanjikan
sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan wanprestasi yaitu
sejak pada saat debitur berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam
perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu dan
menyatakan wanprestasi oleh kreditur terhadap debitur atau kepada pihak yang
adalah pemberitahuan atau pernyataan tertulis dari kreditur kepada debitur yang
dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu dan
kreditur kepada debitur tidak melalui Pengadilan Negeri atau langsung secara
lisan, hanya melalui teguran saja dan tidak ada tindak lanjut. Keadaan tertentu
wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian, prestasi dalam
Prestasi ialah objek dalam perikatan dimana, prestasi dalam perikatan, yaitu:
untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, dan untuk tidak berbuat
sesuatu75
jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati. Namun demikian dalam
telah direalisasikan dan pembayaran angsuran telah berjalan maka akan nampak
bawa itikad baik yang ada pada pihak debitur adakalanya tidak terlaksana. Hal ini
74
Qodhi, Wanprestasi, Ganti Rugi, sanksi dan keadaan memaksa, tersedia di website
http://yogiikhwan.wordpress.com/2008/03/20/wanprestasi-sanksi-ganti-kerugian-dan-keadaan-
memaksa/, diakses tanggal 2 Juni 2017
75
Nanda Amalia, Hukum Perikatan, Aceh, Unimal Press, 2012, hlm. 3
76
Lukman Santoso Az, Hukum Perikatan (Teori Hukum dan Teknis Pembuatan Kontrak,
Kerja Sama, dan Bisnis), Malang, Setara Press, 2016, hlm. 75
60
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
tanggungan. Hal ini berarti sertifikat hak tanggungan merupakan bukti adanya hak
sesuatu yang pada saat pembuatannya sudah ada atau dengan kata lain yang
menjadi patokan pokok adalah tanggal pendaftaran atau pencatatanya dalam buku
undang Hak Tanggungan yang mengatur bahwa kreditur dapat menjual lelang
harta kekayaan debitur dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
kadang tidak. Banyak perikatan yang tidak dengan ketentuan waktu pemenuhan
prestasinya memang dapat segera ditagih. Tetapi pembeli juga tidak dapat
rumah pembeli. Ini diperlukan tenggang waktu yang layak dan ini diperbolehkan
dalam praktik. Tenggang waktu dapat beberapa jam, dapat pula satu hari bahkan
lebih. 77
77
I Gede Tor Kaesar Nero, dkk. Wanprestasi Dan Penyelesaiannya Dalam Perjanjian
Kredit Pemilikan Rumah (Kpr) Pada Bank Btn Cabang Singaraja Bali. Artikel Universitas
Udayana Denpasar dan Universitas Brawijaya Malang,2013, hlm 8
61
pernyataan lalai ialah merupakan upaya hukum untuk menentukan kapan saat
upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan penyediaan dana terhadap
memperpanjang jangka waktu yaitu sisa angsuran nasabah dibagi dengan bulan
yang diminta oleh nasabah, asalkan tidak melampaui batas yang ditentukan bank
dan sisa tersebut tanpa ada penambahan margin yang dihitung sampai angsuran
tersebut selesai. Adapun saran lainnya yaitu pihak bank melakukan pergantian
akad dengan akad qardhul hasan. Sama-sama hutang tetapi debitur hanya akan
membayar sisa pokoknya saja tanpa ada penambahan margin yang dihitung
1. Wanprestasi timbul apabita terjadi salah satu atau lebih dari kejadian atau
KPR ini.
78
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
62
pada barang yang menjadi agunan, beralih kepada pihak lain, musnah atau
hilang, disita oteh instansi yang berwenang atau mendapat tuntutan dari
bentuk dan dengan nama apapun yang atas pertimbangan bank dapat
mestinya.
perjanjian yang dibuat antara debitur dengan pihak lain, baik sekarang
tersebut.
yaitu: wanprestasi yang terjadi sebagai akibat kelalaian dari pihak debitur.
Wanprestasi yang terjadi akibat lemahnya pengawasan kredit dari pihak bank.80
Akibat hukum atau risiko yang harus dipikul pihak debitur yang melakukan
dalam dua bentuk yaitu : terhadap debitur yang merasa tidak puas dan terhadap
79
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
80
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
81
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
64
debitur jika debitur belum membayar angsuran wajibnya selama tujuh hari setelah
waktu jatuh tempo pembayaran. Adanya surat pemberitahuan ini menjadi sebuah
angsurannya.82
peringatan terhadap debitur yang menunggak dan menagih langsung dengan cara
rescheduling atau penambahan jangka waktu sesuai dengan kesepatakan dua belah
pihak. Dalam hal tersebut nasabah dapat memperpanjang jangka waktu, dan
KPR, debitur yang melakukan wanprestasi, yaitu kreditur tidak akan melakukan
tindakan nyata yang terlalu keras kepada debitur karena akan berakibat
merugikan debitur. Kreditur memiliki prosedur yang bertahap dimana pada awal
adalah melalui peringatan secara lisan maupun secara tertulis sebanyak tiga kali.
Adapun cara pemberitahuan atau peringatan yang dilakukan oleh pihak kreditur
tanggapan yang baik dari debitur, maka pihak kreditur akan memberikan
surat peringatan untuk terakhir kalinya kepada pihak debitur tersebut yang
untuk pengosongan rumah. Dan debitur diberi kesempatan selama tiga puluh hari
untuk melunasi hutangnya. Namun bila dalam jangka waktu tersebut tidak bisa
atau tidak mau melunasi hutang serta mengosongkan rumah, maka kreditur
berupa penjualan di muka umum atau mengadakan lelang terbuka. Hasil dari
penjualan barang tersebut digunakan untuk melunasi sisa hutang debitur pada
wanprestasi oleh debitur adalah melalui pengikatan agunan yang telah dibeli
85
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
66
melalui KPR yaitu melalui Hak Tanggungan dan melalui Akta Jual Beli, namun
apabila sudah terjadi kredit macet akan dilakukan upaya lain untuk mengatasi
kredit macet yaitu upaya secara administrasi perkreditan dan upaya penyelesaian
Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara
Penyelesaian Sengketa.86
Pelaksanaan KPR tidak selalu berjalan dengan baik karena terdapat juga
tahapan-tahapan, yaitu
kekeluargaan oleh pihak bank dan para pihak yang bersangkutan melakukan
(b) Memberi solusi pihak bank akan memberikan solusi seperti meminta pihak
yang bermasalah untuk menjual rumah tersebut kepada pihak lain, apabila
(c) Memberikan surat peringatan apabila pihak yang bermasalah tidak dapat
menjual rumah maka pihak bank akan memberikan Surat Peringatan (SP) 1,
tersebut, maka pihak bank akan mendatangi pihak yang bermasalah untuk
86
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
67
tersebut, jika tidak maka pihak bank akan melakukan penyitaan dan pihak
1. Penjadwalan ulang
angsuran atas tunggakan yang ada dari kredit bermasalah dan/atau mempunyai
potensi bermasalah yang meliputi Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman (PUSP) dan
pemutusan hubungan kerja, bencana alam, kerusuhan, dan atau sesuai kebijakan
87
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
68
3. Alih debitur
kepada pihak lain yang memenuhi ketentuan bank yang berlaku. Biasanya
debitur KPR kepada pihak lain (calon debitur baru). Selain itu, diberikan kepada
debitur sulit dihubungi/tidak menghuni dan telah dinyatakan raib oleh Pengadilan
Negeri dan telah ada calon debitur pengganti atau dimungkinkan bank dapat
di bawah jumlah yang seharusnya atas sejumlah nilai total pembayaran tunggakan
Oleh karena itu, memang barang jaminan dapat dilelang sebelum lewat jangka
88
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
69
macet khususnya yang menyangkut perjanjian KPR yang dilakukan oleh Bank
Sumut, yaitu:
debitur.
Penyelesaian kredit macet melalui saluran hukum atau bantuan dari pihak
(1) huruf b Undang-undang Hak Tanggungan ini dapat dimanfaatkan oleh semua
rumah yang sertipikatnya dibebani dengan Hak Tanggungan. Hal ini karena hanya
70
pemegang Hak Tanggungan pertama, alternatif eksekusi ini dapat dipilih apabila
Undang Hak Tanggungan dapat dijadikan dasar penjualan objek Hak Tanggungan
melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan
Tanggungan. Hak istimewa ini hanya dimiliki oleh kreditur pemegang Hak
Tanggungan ini. Syarat agar eksekusi lelang ini dapat dilakukan apabila dalam
objek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf a Jo Pasal 6 dan Pasal
mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
menyediakan satu sarana hukum lagi, yaitu melalui penjualan di bawah tangan.
Sarana hukum ini diatur dalam Pasal 20 ayat (20) Undang-Undang Hak
bawah tangan, jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan semua pihak. Untuk dapat memanfaatkan sarana ini, maka harus
(a) Harus ada kesepakatan antara kreditur pemegang Hak Tanggungan dan debitur
89
Hasil wawancara dengan Arifin selaku Account Officer Bank Sumut Cabang Medan,
tanggal 5 Juli 2017
72
semua pihak.
(c) Lebih dahulu diberitahukan secara tertulis oleh pemberi atau pemegang Hak
surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan atau media massa
setempat.
(e) Tidak ada pihak yang menyatakan keberatan. Mengingat ketentuan Pasal 20
(2) tidak boleh bertentangan dengan isi perjanjian. Penjelasan Pasal 55 ayat (2)
sengketa yang paling tua dalam sistem hukum barat dan bersifat konfrontatif.
73
90
Mono, Henny, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Mediasi, Malang, Bayumedia
Publishing, 2014, hlm 9
BAB V
A. Kesimpulan
1. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kepemilikan Rumah pada
PT. Bank Sumut Cabang Medan, yaitu hak dari debitur dalam perjanjian KPR
pada Bank Sumut meliputi :menerima dana pencairan kredit apabila kredit
atas kewajiban dan pembayaran yang telah dilakukan tidak benar, maka
yang sah, maka yang dianggap benar adalah catatan pembukuan bank.
kredit, premi asuransi kebakaran atas agunan, biaya asuransi jiwa penerima
74
75
Hak dan kewajiban kreditur yang meliputi bank berhak menerima pembayaran
bukti pemilikan rumah atau sertifikat hak milik. Berhak untuk melaksanakan
yang disimpan atau dikuasakan oleh bank apabila pihak debitur telah melunasi
terjadi wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan, adalah hubungan
hukum yang terbentuk didasarkan pada hubungan kontraktual, hal ini berlaku
hampir pada semua nasabah, baik nasabah penyimpan dana maupun nasabah
kontrak atau perjanjian KPR yang dibuat antara bank sebagai kreditur
wanprestasi pada PT. Bank Sumut Cabang Medan, yaitu dimulai dari surat
debitur, maka pihak kreditur mengirimkan somasi sebanyak tiga kali guna
B. Saran
saran dan rekomendasi yang dapat menjadi masukan bagi seluruh pemangku
1. Dengan adanya hak dan kewajiban para pihak diharapkan debitur perlu
mendapatkan keadilan.