Anda di halaman 1dari 6

STASE ANAK 1

ANEMIA, ASMA BRONKIAL

ANEMIA

1. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobin atau volume
sel darah merah (RBC) di bawah kisaran nilai yang terjadi pada orang yang
sehat. Nilai normal hemoglobin dan hematokrit bervariasi secara substansial
dengan usia dan jenis kelamin.

2. Etiologi

3. Klasifikasi
Klasifikasi anemia berdasarkan usia (WHO)
Hemoglobin (g/dL)
Usia (Tahun) Mean Lower Limit
0,5 1,9 12,5 11,0
24 12,5 11,0
57 13,0 11,5
8 11 13,5 12,0
12 14 (perempuan) 13,5 12,0
12 14 (laki-laki) 14,0 12,5
15 17 (perempuan) 14,0 12,0
15 17 (laki-laki) 15,0 13,0
18 49 (perempuan) 14,0 12,0
18 49 (laki-laki) 16,0 14,0

Klasifikasi anemia berdasarkan klinis


a. Anemia mikrositik
Jumlah retikulosit

Rendah: Tinggi:
- Defisiensi zat besi - Sindrom thalasemia
- Thalasemia - Gangguan hemoglobin C dan E
- Penyakit kronik/inflamasi - Pyropoikilocytosis
- Keracunan timbal
- Anemia sideroblastik
- Defisiensi tembaga
- Anemia defisiensi besi
STASE ANAK 2
ANEMIA, ASMA BRONKIAL

b. Anemia normositik
Jumlah retikulosit

Rendah: Tinggi:
- Penyakit kronik/inflamasi - Antibody mediated anemia
- Aplasia sel darah merah - Hipersplenisme
(TEC, infeksi, obat-obatan) - Mikroangiopati (HUS, TTP, DIC,
- Keganasan Kasabach-Merritt)
- Endokrinopati - Membranopati (Spherocytosis,
- Gagal ginjal elliptocytosis, ovalocytosis)
- Pendarahan akut - Enzimopati (G6PD, defisiensi
- Hipersplenisme PK)
- Dyserythropoietic anemia II - Hemoglobinopati (HBSS, SC)
- Hemophagocytic syndrome

c. Anemia makrositik
Jumlah retikulosit

Rendah: Tinggi:
- Defisiensi folat - Anemia diseritropoietik I, III
- Defisiensi vitamin B12 - Hemolisis aktif dengan jumlah
- Anemia aplastik didapat retikulosit sangat tinggi
- Anemia aplastik kongenital
(Diamond Blackfan, Anemia
Fanconi, Pearson Syndrome)
- Induksi obat
- Trisomi 21
- Hipotiroidisme
- Oroticaciduria

Gejala klinis anemia


Ada beberapa gejala klinis dari hemoglobin rendah terutama ketika anemia
berkembang :
- Anemis pada lidah, kuku, telapak tangan, atau lipatan palmar.
- Mengantuk
- Lekas marah
- malaise
Pada keadaan lanjut akan terdapat gejala
- kelemahan
- takipnea
- sesak nafas saat bearktivitas
- takikardi
- mumur sistolik
- dilatasi jantung
- gagal jantung
STASE ANAK 3
ANEMIA, ASMA BRONKIAL

ANEMIA DEFISIENSI BESI

1. definisi anemia defisiensi besi


anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurang nya
besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin.
2. Etiologi
Kekurangan besi dapat disebabkan:
1. Kebutuhan yang meningkat secara fisioligis
Pertumbuhan
Menstruasi
2. Kurangnya besi yang diserap
Masuknya besi dari makanan yang tidak adekuat
Malabsorpsi besi
3. Perdarahan
Kehilangan darah akan mempengaruhi keseimbangan status besi.
4. Transfuse feto maternal
5. Hemoglobinuria
6. Latihan yang berlebihan
7. Latrigenic blood loss
8. Idiopatik pulmonary hemosiderosis

3. Gajala klinis
Gejala yang umum terjadi yaitu pucat. Pada ADB dengan kadar 6-10 g/dl
terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya
ringan saja. Bila kadar Hb turun < g/dl gejala iritabel dan anoreksia akan
mulai tampak lebih jelas. Bila anemia terus berlanjut dapat terjadi
takikardi, dilatasi jantung dan murmur sistolik
Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi :
1. Perubahan apitel yang menimbilkan gejala koilonikia (bentuk kuku
konkaf), atrofi papilla lidah dan perubahan mukosa lambung dan usus
halus.
2. Intoleransi terhadap latihan: penurunan aktivitas kerja dan daya tahan
tubuh
3. Thermogenesis yang tidak normal
4. Daya tahan terhadap infeksi menurun

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan Hb dan atau pcv merupakan hal pertama yang penting untuk
memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakkan diagnosi ADB.
Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV,MCH,MCHC menurun sejajar
dengan penurunan kadar Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada
keadaan berat karena perdarahan jumlah akan meningkat. Gambaran
morfologi darah tepi ditemukan keadaan hipokromik, mikrositik,
anisositosis dan poikilositosis.
STASE ANAK 4
ANEMIA, ASMA BRONKIAL

2. Jumlah leukosit biasanya normal, tetapi pada ADB yang berlangsung lama
dapat terjadi granulositopenia. Pada keadaan yang disebabkan oleh cacing
dapat dite,ukan eosinophilia.
3. Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis
hanya terjadi pada penderita yang massif
4. Pemeriksaan status besi didapatkan kadar fe serum menurun dan TIBC
meningkat. Perbandingan antara fe serum dan TIBC yang dapat diperoleh
dengan cara fe serum/ TIBC x 100%. Bila saturasi transferrin (ST) <16%
menunjukkan suplai besi yang tidak adekuat untuk mendukung
eritropoisis. ST , 7% diagnosis ADB dapat di tegakkan, sedangkan pada
kadar ST 7-16% dapat dipakai untuk mendiagnosa ADB bila didukung
oleh nilai MCV yang rendah atau pemeriksaan lainnya.
5. Pemeriksaan kadar free erythrocyte protoporhyrin (FEP)
Dilakukan untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid
sumsum tulang. Nilai FEP > 100 g/dl eritrosit menunjukan adanya ADB.
Pmertiksaan ini dapat mendeteksi adanya ADB lebih dini. Meningkatnya
FEP disertai ST yang menurun merupakan tanda ADB yang progresif.
6. Jumlah cadangan besi tubuh dapat diketahu dengan pemeriksaan kadar
ferritin serum. Bila kadar feritine , 10-13 ug/l menunjukkan telah terjadi
penurunan cadangan besi dalam tubuh.

Diagnosis ADB
Kreteria diagnosis ADB menurut WHO:
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata0rata <31%
3. Kadar Fe serum <0 ug/dl
4. Saturasi transferrin <1%

Penatalaksanaan
1. Pemberian preparat besi
Fe yang dipakai 4-6 mg besi elemental/ kgBB/hari, diberikan dalam 2-3
dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah
anemia pada penderita teratasi
2. Transfuse darah
Transfuse darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat
atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.
Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup
untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon
terapi besi. Untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb <4 g/dl hanya
diberi PRC dengan dosis 2-3 ml/kgBB persatu kali beri pemberian disertai
pemberian diuretic seperti furosemide.
STASE ANAK 5
ANEMIA, ASMA BRONKIAL

ANEMIA MEGALOBLASTIK

1. Pengertian anemia megaloblastik


Yaitu anemia makrositik yang ditandai dengan adanya peningkatan ukuran sel
darah merah yang disebabkan oleh abnormalitas hematopoiesis dengan
karakteristik dismaturasi nucleus dan sitoplasma sel meoloid dan eritroid sebagai
gangguan sintesis DNA.

2. Etiologi
Defisiensi asam folat:
Asupan yang kurang
Gangguan absorpsi sumsum tulang
Kebutuhan yang meningkat
Gangguan metabolism asam folat
Peningkatan eksresi
Defisiensi vitamin B12:
Asupan kurang: diet kurang mengandung vitamin B12,
defisiensi pada ibu menyebabkan defisiensi vitamin B12
pada ASI.
Gangguan absorpsi: kegagalan sekresi faktor instrik,
Gangguan transport vitamin B12
Gangguan metabolism vitamin B12
Lain-lain:
Gangguan sintesis DNA kongenital
Gangguan sintesis DNA didapat
3. Gejala klinis anemia megaloblastik
Gejala pada bayi yang menderita defisiensi asam folat:
- Iritabel
- Gagal mencapai berat badan yang cukup
- Diare kronis
Pada anemia megaloblastik karena defisiensi B12 disamping gejala yang
tak spesifik seperti lemah, lelah, iritabel juga ditemui gejala pucat, glositis,
muntah, hipotonia, kejang, keterlambatan perkembangan regresi
perkembnagan dan perubahna neuropsikiatri.
4. Pemerikssaan laboratorium
1. Defisiensi asam folat
Anemia makrositik (MCV>100 fL), aniositosis,
poikilositosis, retikulositopenia dan sel darah merah berinti
dengan morfologi megaloblastik.
Neutrophil besar-besar dengan nucleus hipersegmental.
Kadar asam folat serum menurun
Kadar besi dan vitamin B12 serum total noemal atau
meningkat.
Kadar LDL meningkat jelass
Aumaum tulang hiperselukar karena terdapat hyperplasia
eritroid.
STASE ANAK 6
ANEMIA, ASMA BRONKIAL

2. Defisiensi B12
Kadar vit B12 <100 pg/ml ( menurun)
Kadar besi dan asam folat serum normal atau meningkat
Kadar LDH meningkat menggambarkan adanya eritropoisis
yang tidak efektif
Peningkatan kadar bilirubin sampai 2-3 mg/dl
Masa hidup eritrosit berkurang
5. Penatalaksanaan
1. Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat
Terapi awal dimulai dengan pemberian asam folat dengan dosis 0,5-1
mg/hari, diberikan peroral atau parenteral. Lamanya pemberian asam
folat selama beberapa bulan sampai terbentuk populasi eritrosit yang
normal
2. Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12
Kebutuhan fisiologis vitamin B12 adalah 1-5 ug/ hari. Jika perbaikan
neurologis harus diberikan injeksi vit B12 1 mg intramuscular minimal
selama 2 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan
seumur hidup dengan cara pemberian injeksi 1 mg vit B12/ bulan.

Anda mungkin juga menyukai