Anda di halaman 1dari 36

ANEMIA

KELOMPOK 1
Marie,
WHO
2016 Anemia didefinisikan
Anemia adalah sebagai berkurangnya 1
penurunan konsentrasi atau lebih parameter sel
darah merah: konsentrasi
hemoglobin (Hgb) hemoglobin, hematokrit
yang menghasilkan atau jumlah sel darah
berkurang kapasitas merah. Anemia adalah
oksigen darah. kadar hemoglobin di bawah
13 g/dL pada pria dan di
bawah 12 g/dL pada wanita.
Anemia mungkin merupakan salah satu kondisi paling umum
didunia dan menghasilkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan,
terutama di negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 50 % wanita
hamil dan lebih dari 40 % bayi mengalami anemia. Di Inggris, 14 % wanita
berusia 55-64 dan 3 % pria berusia 35-64 telah diketahui menderita
anemia.
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia :

1. Pendekatan kinetik 2. Pendekatan Morfologi


Pendekatan ini mengkategorikan
anemia berdasarkan perubahan
ukuran eritrosit (Mean corpuscular
volume/MCV) dan respons retikulosit,
yang diklasifikasikan menjadi:
• Anemia Makrositik: sel darah merah
yang besar (MCV di atas 100 fL)
• Anemia Mikrositik: sel darah merah
yang kecil (MCV kurang dari 80 fL).
• Anemia Normositik: MCV normal
(antara 80-100 fL)
Anemia makrositik Anemia mikrositik Anemia
Anemia dengan karakteristik Anemia dengan karakteristik normositik
sel darah merah yang besar sel darah merah yang kecil Anemia dengan MCV
(MCV >100 fL), yang (MCV <80 fL) yang normal (antara 80-100 fL).
disebabkan: biasanya disertai dengan Keadaan ini dapat
- Peningkatan retikulosit penurunan hemoglobin disebabkan oleh:
dalam eritrosit. Penyebab
- Metabolisme abnormal anemia mikrositik hipokrom: - Anemia pada penyakit
asam nukleat pada prekursor ginjal kronik.
sel darah merah (defi siensi - Berkurangnya Fe: anemia
defisiensi Fe, anemia - Sindrom anemia
folat atau cobalamin, obat- kardiorenal: anemia, gagal
obat yang mengganggu penyakit kronis/ anemia
inflamasi, defisiensi jantung, dan penyakit ginjal
sintesa asam nukleat: kronik.
zidovudine, hidroksiurea) tembaga.
- Berkurangnya sintesis - Anemia hemolitik
- Gangguan maturasi sel
darah merah (sindrom heme: keracunan logam,
mielodisplasia, leukemia anemia sideroblastik
akut) kongenital dan didapat.
- Penggunaan alkohol - Berkurangnya sintesis
globin: talasemia dan
- Penyakit hati hemoglobinopati.
- Hipotiroidisme.
Defisiensi Nutrisi

Asam Folat & Vit. B12


Zat Besi / Fe
(Menghambat proses
(Penurunan sintesis
pematangan (DNA)
Hb)
eritrosit)
Pembentukkan
Hemoglobin
Anemia Defisiensi Fe
jumlah Fe -> jumlah
heme -> jumlah Hb Hb merupakan komponen terbanyak dalam
(disfungsional Hb) RBC. RBC dengan jumlah Hb yg sedikit,
ukurannya akan lebih kecil dari RBC normal.
Pembentukkan
Eritrosit
Anemia Defisiensi Vit. B12
(Anemia pernisiosa)

Anemia pernisiosa menggambarkan anemia berat


yang disebabkan oleh malabsorpsi vitamin B12
karena tidak adanya faktor intrinsik (glikoprotein
yang diproduksi oleh sel parietal lambung yang
mengikat vitamin B12 dan memfasilitasi
penyerapannya di ileum). Keadaan ini
menghasilkan defisiensi B12 meskipun asupan
B12 yang cukup. Terganggunya absorpsi B12 di
saluran pencernaan karena :
• Autoimun (antibodi memblok faktor intrinsik)
• Geriatri : ukuran lambung mengecil dan
penurunan produksi faktor intrinsik
• DNA tidak matang -> RBC besar yg immature
Anemia karena Inflamasi
Anemia of Chronic Disease

Infeksi,
Inflamasi keganasan,
autoimun,
dll
Sitokin (IL-1, IL-6,
TNF, IFN)
Insensitifitas RBC
sumsum tulang thd autolisis/apoptosis
Ketersedia
EPO -> penurunan -> meningkatnya an Fe
produksi RBC destruksi RBC
1. Gejala Klinis
Berkurangnya pasokan oksigen ke hipovolemia (pada penderita
jaringan dengan perdarahan akut dan masif)
Gejala utama :
• mudah lelah
• sesak napas saat beraktivitas
• lassitude (tidak bertenaga)
• sesak pada saat istirahat
• kram otot
• Fatigue
• gejala dan tanda keadaan hiperdinamik
Gejala lanjutan :
(denyut nadi kuat, jantung berdebar, dan
• postural dizzines
roaring in the ears)
• Penurunan kesadaran
• Pingsan
Pada anemia yang lebih berat :
• pada keadaan berat dapat terjadi hipotensi
• Penurunan kesadaran
persisten, syok, dan kematian
• komplikasi yang mengancam jiwa (gagal
jantung, angina, aritmia dan/atau infark
miokard)
Lanjutan…

2. Riwayat Medis 3. Pemeriksaan Fisik


• Riwayat kehilangan darah, seperti • Hipotensi ortostatik dan takikardia
hemoroid, melena, atau menoragia sekunder karena berkurangnya volume
(IDA)
• Perubahan kulit seperti pucat, ikterus,
• Penurunan berat badan yang buruk dan kerapuhan kuku
atau baru-baru ini (kekurangan vitamin
B12 atau folat)
• Alkoholisme (kekurangan folat)
• Kanker atau penyakit ginjal kronis
(CKD)
• Gangguan autoimun kronis atau
infeksi, seperti infeksi HIV atau
rheumatoid arthritis (anemia penyakit
kronis)
4. Tes Laboratorium

1. Complete Blood Count (CBC)


Hemoglobin hematokrit RBC COUNT
• Jumlah Hb per volume darah • Perbandingan RBC terhadap • Perkiraan tidak langsung dari
• Menandakan kapasitas darah volume darah kandungan Hb darah
dalam pengangkutan oksigen • Nilai Hct sekitar 3x Hb • Jumlah RBC dalam volume darah
• Kadar normal : • Kadar normal :
• Kadar normal : Pria : 4.5–5.9 × 106 sel/μL (4.5–5.9 ×
• Pria : 14.0–17.5 g/dL (140–175
g/L atau 8.69–10.9 mmol/L) • Pria : 40.7%–50.3% (0.407– 1012 cells/L)
0.503)
• Wanita : 12.3–15.3 g/dL (123– Wanita : 4.1–5.1 × 106 sel/μL (4.1–
153 g/L atau 7.63–9.50 • Wanita : 36.1%–44.3% (0.361–
5.1 × 1012 cells/L)
mmol/L) 0.44.3)
• Hct rendah menunjukkan • Jumlah sel darah merah menurun
• Tingkat Hb dapat berkurang penurunan, baik dalam jumlah pada pasien anemia leukemia,
karena penurunan jumlah Hb atau ukuran RBC, atau penurunan fungsi ginjal, talasemia, dll
per RBC atau karena peningkatan volume plasma • Sel darah merah meningkat pada
penurunan jumlah RBC polisitemia orang yang tinggal di
dataran tinggi, dll.
Lanjutan…
2. Red Blood Cell Indices
Mean Cell Volume Mean Cell Hemoglobin Mean Cell Hemoglobin
(Hct/RBC Count) (Hb/RBC Count) Concetration (Hb/Hct)

• Volume rata-rata RBC • Jumlah Hb dalam 1 RBC • Konsentrasi Hb per volume sel
• Menentukan “ukuran” RBC • Normal : • MCHC tidak bergantung pada
• Normal : ukuran sel, sehingga dapat
80–97.6 μm3/sel (80–97.6 27–33 pg/sel membedakan antara mikrositosis
fL/sel) dan hipokromik
• Perubahan morfologis RBC,
• Sel dianggap makrositik jika mikrositosis dan hipokromik, • Normal :
lebih besar dari normal, dapat mengurangi MCH, 32–36 g/dL (320–360 g/L)
mikrositik jika lebih kecil dari seperti terlihat pada anemia • MCHC rendah menunjukkan
normal, dan normositik jika defisiensi besi hipokromik; mikrositik dengan
ukurannya berada dalam konsentrasi Hb normal akan
batas normal. memiliki MCH rendah tetapi
MCHC normal.
• Penurunan MCHC paling sering
terlihat pada anemia defisiensi
besi
3. Total Reticulocyte Count
• Jumlah total retikulosit adalah penilaian tidak langsung dari produksi RBC baru
• Mencerminkan seberapa cepat retikulosit diproduksi oleh sumsum tulang dan dilepaskan ke dalam darah
• Normal :
• Pria : 0.5%–1.5% of RBCs (0.005–0.015)
• Wanita : 0.5%–2.5% of RBCs (0.005–0.025)
• Kurangnya retikulositosis pada anemia menunjukkan gangguan produksi RBC; termasuk defisiensi besi,
defisiensi B12, anemia penyakit kronis (ACD), malnutrisi, insufisiensi ginjal, dan keganasan.
• Jumlah retikulosit yang tinggi dapat terlihat pada kehilangan darah akut atau hemolisis.

4. RBC Distribution Width


• Semakin tinggi nilai RDW, semakin
bervariasi ukuran RCB
• Normal :

11.5%–14.5% (0.115–0.145)
5. Peripheral Blood Smear
 Apusan darah tepi memberikan informasi tentang status fungsional
dari sumsum tulang, defek pada produksi RBC, dan variasi ukuran sel
(anisocytosis) dan bentuk (poikilocytosis)
6. Zat Besi
•dihitung sebagai konsentrasi •Total kapasitas pengikatan zat besi
transferrin. Kadar serum besi ini dilakukan melalui penjenuhan
menunjukan variasi diurnal (tinggi transferrin dengan cara
saat pagi hari), namun tidak menambahkan kelebihan zat besi ke
sinifikan secara klinis. Tidak dalam plasma yang kemudian
spesifik untuk anemia defisiensi kelebihan besi dikeluarkan dan
dihitung konsentrasinya.
besi karena penurunan kadar besi
dapat disebabkan oleh inflamasi •Jika, TIBC tinggi - kadar serum
juga. besi rendah = Anemia Defisiensi
Besi
•Jika, TIBC rendah – kadar serum
besi rendah = Anemia karena
Inflamasi
Kadar serum besi Total Iron-Binding
Capacity (TIBC)
•Ini mencerminkan sejauh mana sisi •menunjukkan jumlah zat besi yang
pengikatan besi ditempati pada tersimpan di hati, limpa, dan sel
transferrin dan menunjukkan jumlah sumsum tulang.
besi yang tersedia untuk •merupakan indikator defisiensi besi
eritropoiesis. atau kelebihan muatan besi yang
•Rasio <15% = Anemia defisiensi besi terbaik.
Rasio kadar besi
Serum Ferritin
serum-TIBC

•Tes ini untuk membedakan anemia


defisiensi besi dengan anemia kronis,
dimana kadar reseptor transferrin
terlarut akan meningkat pada kasus
anemia defisiensi besi.

Soluble Transferrin
Receptor
7. Asam Folat dan Vitamin B12

Penurunan kadar untuk pasien Diukur jika pasien

AF Eritrosit
AF Serum
ASAM FOLAT

asam folat serum dengan MCV> 110 diduga anemia


menunjukkan fL atau untuk asam folat
defisiensi folat pasien dengan menunjukan kadar
anemia MCV rendah dan asam folat serum
megaloblastik yang gambaran klinis normal
dapat terjadi yang menunjukkan
bersamaan dengan anemia makrositik
anemia defisiensi
vitamin B12.
Kekurangan vitamin B12 dan folat bisa tumpang tindih,
sehingga tingkat serum dari keduanya harus
Vitamin B12 ditentukan. Kadar vitamin B 12 mungkin sangat rendah
pada defisiensi folat, kehamilan, dan penggunaan
kontrasepsi oral.

Tes Schilling Merupakan gold standar untuk menilai penyerapan


Vitamib B12

Vitamin B12 dan folat diperlukan untuk konversi homosistein


menjadi metionin. Peningkatan serum homosistein menunjukkan
Homosistein defisiensi vitamin B12 atau folat. Kadar homosistein juga dapat
meningkat pada pasien defisiensi vitamin B6, gagal ginjal,
hipotiroidisme, atau cacat genetik pada cystathionine β-synthase.

vitamin B12 diperlukan untuk mengubah methylmalonyl coenzyme


A menjadi succinyl coenzyme A. Pasien dengan defisiensi vitamin
B12 telah meningkatkan konsentrasi serum methylmalonic acid
MMA (MMA), yang merupakan penanda yang lebih spesifik untuk
defisiensi vitamin B12 daripada homosistein. Kadar MMA tidak
meningkat pada defisiensi folat karena folat tidak berpartisipasi
dalam metabolisme MMA
Algoritma Diagnosis
Transfusi darah
(jika terjadi gejala akut seperti
dyspnea dan nyeri dada serta Hb
7 – 9 g/dL)

Mengkonsumsi makanan yang


kaya zat besi, asam folat atau
vitamin B12 sebagai penunjang
Anemia

Anemia Defisiensi Zat Besi Anemia Defisiensi Aam Anemia Penyakit Kronis
Folat dan Vit. B12

Makanan yang Darbepoetin


mengandung zat besi. Vitamin Erythropoieti
Asam folat
B12 n stimulating
Obat peroral yang
mengandung zat besi. agent(Epogen,
Procrit)
Obat parenteral yang
mengandung zat Besi
Anemia Karena
Kekurangan Zat Besi
• Diberikan asupan berupa makanan (daging
merah, jeroan, kuning telur dan gandum ),
obat per oral (ferros sulfate, ferros fumarate)
dan parenteral (Dexferrum, Venofer) yang
mengandung zat besi
• Zat besi mengatasi anemia dengan
mengganti besi simpan ke tingkat yang
diperlukan untuk produksi dan pematangan
sel darah merah, sehingga peningkatan fe
akan menyebabkan terbentuknya sel darah
merah yang lebih besar dengan kandungan
hb yang tinggi.
• Penggunaan zat besi oral diberikan dengan
perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan) untuk memberikan efek yang
maksimal
Anemia Defisiensi Vitamin
B12 dan Asam Folat
• Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik
atau makrositik; dalam hal ini keadaan sel darah merah
penderita tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar,
jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah
kekurangan asam folat dan vitamin B12. Padahal kedua zat itu
diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses
pematangan sel darah merah dalam sumsum tulang. Anemia
ini disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip
dengan anemia gizi asam folat. Kebutuhan tubuh terhadap
vitamin B12 sama pentingnya dengan mineral besi. Vitamin
B12 ini bersama-sama besi berfungsi sebagai bahan
pembentukan darah merah.

• Mekanisme kerja B12 sangat penting untuk produksi eritrosit


dan pematangan. Efek samping non-spesifik termasuk reaksi
alergi, kemerahan, dan ruam.
Anemia Penyakit Kronis

• Penurunan kadar sel darah


merah pada pasien dengan
penyakit anemia kronik dapat
diberikan terapi dengan
erythropoietin agen stimulasi
(ESA). Menurut FDA terapi ESA
diterapkan untuk evaluasi risiko
strategi yang diberikan pada
pasien kanker yang sedang
mengalami kemoterapi.
MONITORING DAN
EVALUASI TERAPI
Penilaian Pasien

Dari hasil pemeriksaan fisik Meninjau hasil CBC (Complete


dan peninjauan tentukan Blood Count), jika anemia dilihat
dari nilai RBC untuk menentukan
apakah pasien menunjukan apakah mikrositik, normositik
tanda atau gejala anemia atau Makrositik

Mengkaji studi zat


Menentukan apakah
besi, asam folat dan
bisa diobati dengan obat-
vitamin B12 untuk
obatan atau dengan
menentukan etiolgi
transfuse.
anemia.
Saat akan memulai
pengobatan dengan ESA
(Erythropoietin stimulating
Mulailah terapi
Agent), Nilai status zat besi yang tepat
pasien.

Sumber : Pharmacotheraoy Principles & Practice


EVALUASI TERAPI

Memantau gejala seperti kelelahan, sesak


napas, letargi, sakit kepala, edema, dan
takikardi untuk ketepatan rencana
pengembangan perawatan

Mendiskusikan pentingnya
kepatuhan minum obat pasien.
Evaluasi Lanjutan

Tindak lanjuti setiap bulan


untuk menilai efektivitas dan Pemantauan CBC setiap
toleransi terapi hingga bulan
pencapaian Hgb tercapai

Pemantauan efek samping, Seperti

Besi Parenteral : Anafilaksis, Nyeri/ iritasi


ditempat suntikan, arthralgia, myalgia,
Besi Oral : Mual, Muntah, sakit perut, nyeri ulu kemerahan, malaise dan demam
hati, Konstipasi, dan Tinja berwarna Gelap
Vitamin B12 : Nyeri dan
eritema di tempat suntikan.

Asam folat : rasa tidak enak dan mual, ruam dan ESA : Hipertensi (Memonitor tekanan darah),
reaksi alergi Trombosis, Arthralgia (Nyeri sendi ) dan sakit
kepala
Lanjutan…

Peningkatan 1,0 g/dL atau 0,62 mmol/L) per minggu


pada Hgb diinginkan pada pasien dengan IDA.
Evaluasi kembali pasien dengan peningkatan kurang
dari 2,0 g/dL atau 1,24 mmol /L) dalam 3 minggu.

Untuk pasien dengan defisiensi asam folat, pantau


Hgb secara berkala dan evaluasi kembali pasien yang
gagal menormalkan kadar Hgb setelah 2 bulan terapi.

Untuk pasien dengan defisiensi vitamin B12, pantau


untuk resolusi gejala neurologis (mis., Kebingungan
dan paresthesia/Kesemutan), jika ada, dan kadar Hgb
setiap minggu sampai level normal
Lanjutan…
Untuk pasien yang diobati dengan kemoterapi, memulai pengobatan
ESA ketika kadar Hgb kurang dari 10,0 g/dL atau 6,21 mmol/L dan
memantau level Hgb setiap minggu. Jika Hgb meningkat melebihi 10,0
g/dL atau 6,21 mmol/L), ditahan terapi sampai level turun di bawah 10,0
g/dL atau 6,21 mmol/L). Mulai ulang ESA dengan dosis terendah yang
cukup untuk mengurangi transfusi.

Untuk pasien dengan CKD pada dialisis, memulai pengobatan ESA ketika
kadar Hgb kurang dari 10,0 g/dL atau 6,21 mmol/L dan memantau level
Hgb setiap minggu. Jika kadar Hgb mendekati atau melebihi 11,0 g/dL atau
6,83 mmol/L), kurangi atau tahan dosis lebih lanjut sampai level turun di
bawah 10,0 g/dL atau 6,21 mmol/L). Mulai ulang ESA dengan dosis
terendah yang cukup untuk mengurangi transfusi.

Untuk pasien dengan CKD yang tidak menjalani dialisis, memulai


pengobatan ESA ketika kadar Hgb kurang dari 10,0 g/dL atau 6,21 mmol/L
dan memantau level Hgb setiap minggu. Jika kadar Hbb melebihi 10,0 g/dL
atau 6,21 mmol/L), kurangi atau tahan dosis lebih lanjut sampai level turun
di bawah 10,0 g/dL atau 6,21 mmol / L). Mulai ulang ESA dengan dosis
terendah yang cukup untuk mengurangi transfusi.
Dipiro, J.T, Gary R.M, L. Michael P, Robert L.T, Barbara G.W, dan Gary C.Y. (2014):
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Mcgraw-Hill Education Llc, New
York.

Marie a. 2016. Pharmacotherapy Principles & Practice Fourth Edition.Usa. Mcgraw-


hill Education

Ohadian, Amaliya. 2012, Pendekatan klinis dan Diagnosis Anemia. RSHS, Bandung.
Thank You! 

Anda mungkin juga menyukai