Anda di halaman 1dari 24

Bab 5

Bilangan dan Fungsi Kompleks


cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

Pada BAB ini dibahas mengenai konsep-konsep bilangan dan variabel kom-
pleks serta penggunaannya dalam penyelesaian persoalan fisika.

5.1 Bagian Real dan Imajiner


Bilangan kompleks terdiri dari dua bagian yaitu bagian real dan bagian ima-
jiner. Misalnya bilangan kompleks yang dinyatakan dengan 5+3i maka angka
5 merupakan bagian real sedangkan angka 3 disebut bagian imajiner dari bi-
langan kompleks tersebut. Dalam penulisan bilangan kompleks i = 1
atau i2 = 1. Perlu diperhatikan bahwa bagian imajiner suatu bilangan
kompleks bukanlah imajiner.
Bilangan kompleks dapat dinyatakan sebagai pasangan antara bagian real
dan bagian imajinernya. Jadi misalnya 5 + 3i dapat dituliskan sebagai (5,3).

5.2 Bidang Kompleks


Karena bilangan kompleks biasa dituliskan dalam bentuk pasangan bilang-
an sebagaimana pasangan titik dalam sistem koordinat xy, maka sebuah
bilangan kompleks dapat juga digambarkan sebagai titik dalam bidang kom-
pleks. Bidang kompleks sering disebut diagram Argand. Sumbu mendatar
(sumbu x) menggambarkan bagian real sedangkan sumbu tegak (sumbu y)
menggambarkan bagian imajiner sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar
5.1. Ini mirip dengan representasi titik dalam sistem koordinat kartesian.
Sebagaimana diketahui bahwa suatu titik dalam bidang xy juga dapat
dinyatakan dalam ungkapan polar, maka bilangan kompleks juga dapat di-
repesentasikan dalam bentuk polar yaitu (r, ). Hubungan antara x dan y

93
94 Bilangan dan Fungsi Kompleks

(5,3)
z = 5 + 3i

(
8,
6)
z = 8 6i

Gambar 5.1: Bidang kompleks.

dengan r dan adalah

x = r cos
y = r sin

Jadi suatu bilangan kompleks z dapat dinyatakan dalam representasi

z = x + iy = r(cos + i sin ) = rei (5.1)

r dinamakan modulus atau nilai mutlak dari z dan (dalam radian) disebut
sudut dari z.

5.3 Aljabar Kompleks


Menjadikan bentuk x + iy
Setiap bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk x + iy.

Contoh 1

(1 + i)2 = (1 + i)(1 + i) = 1 + 2i + i2 = 1 + 2i 1 = 2i
5.3 Aljabar Kompleks 95

Contoh 2
2+i 2+i2+i 6 + 5i + i2 5 + 5i 1 1
= = 2
= = + i
3i 3i3+i 9i 10 2 2

Contoh 3
1
Nyatakan z = dalam bentuk x + iy.
2(cos 30 + i sin 30 )
Karena 30 = /6 rad maka
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

1 1 1 1
z= =
 = i/6 = ei/6
2(cos 30 + i sin 30 )

2 cos 6 + i sin 6 2e 2
!
1 3 1
= (cos /6 i sin /6) = i
2 4 4

Konjugat kompleks (Complex conjugate)


Konjugat dari suatu bilangan kompleks z = x + iy dinyatakan dengan z =
x iy. Konjugat dari suatu bilangan kompleks diperoleh dengan mengalikan
bagian imajinernya dengan 1.

Contoh
2 3i 2 + 3i
z= = z =
i+4 i + 4

Nilai mutlak
Nilai mutlak (modulus) dari suatu bilangan kompleks z = x + iy meng-
gambarkan jarak titik yang direpresentasikan dengan (x, y) dengan pusat
koordinat di bidang kompleks. Dengan demikian dinyatakan dalam bentuk
p
|z| = r = x2 + y 2 = z z (5.2)

Persamaan Kompleks
Dua buah bilangan kompleks dikatakan sama jika bagian real bilangan kom-
pleks pertama sama dengan bagian real bilangan kompleks kedua dan bagian
imajiner bilangan kompleks pertama sama dengan bagian imajiner bilangan
kompleks kedua. Misalnya jika x + iy = 2 + 3i maka berarti x = 2 dan y = 3.
96 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Contoh
Tentukan x dan y jika (x + iy)2 = 2i

(x + iy)2 = x2 + i2xy y 2 = 2i
Dengan demikian diperoleh hubungan
x2 y 2 = 0 = y = x
2xy = 2
Selanjutnya diperoleh

2x2 = 2 atau 2x2 = 2

Karena x harus real maka x2 tidak mungkin negatif, dengan demikian didapat
x2 = 1 dan y = x. Sehingga solusi persamaan tersebut adalah x = y = 1
atau x = y = 1.

5.4 Fungsi Eksponensial dan Trigonometri


Karena z = x + iy, maka dapat dituliskan bentuk berikut

ez = ex+iy = ex eiy = ex (cos y + i sin y) (5.3)

Sedangkan telah ditunjukkan sebelumnya dalam persamaan 5.1 bahwa bi-


langan kompleks dapat direpresentasikan dalam bentuk eksponensial (yang
disebut sebagai rumus Euler) yaitu

ei = cos + i sin (5.4)

Dengan menggunakan rumus Euler tersebut dapat diperoleh bentuk

ei = cos i sin (5.5)

Bila persamaan 5.4 dan persamaan 5.5 dijumlahkan maka akan diperoleh
ungkapan untuk cos , sedangkan bila persamaan 5.4 dikurangi dengan per-
samaan 5.5 maka akan dapat diperoleh ungkapan untuk sin sebagai berikut

ei ei
sin =
2i (5.6)
ei + ei
cos =
2
5.5 Fungsi Hiperbolik 97

5.5 Fungsi Hiperbolik


Dengan menggunakan rumusan Euler, maka dapat pula diperoleh ungkapan
yang lebih umum untuk bilangan kompleks z, yaitu
eiz eiz
sin z =
2i (5.7)
eiz + eiz
cos z =
2
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

Tinjau suatu bilangan kompleks yang murni imajiner z = iy, maka dapat
dinyatakan
ei(iy) ei(iy) ey ey ey ey
sin z = = =i
2i 2i 2 (5.8)
ei(iy) + ei(iy) ey + ey ey + ey
cos z = = =
2 2 2
Persamaan 5.8 memberikan definisi tentang fungsi sinus hiperbolik (sinh)
dan cosinus hiperbolik (cosh), yang secara umum dituliskan dalam bentuk
ez ez
sinh z =
2 (5.9)
ez + ez
cosh z =
2
Beberapa fungsi hiperbolik lainnya dapat diperoleh sebagaimana fungsi tri-
gonometri biasa, yaitu
sinh z 1
tanh z = , coth z =
cosh z tanh z (5.10)
1 1
sech z = , csch z =
cosh z sinh z
Dari persamaan 5.8 dapat juga dituliskan bahwa
sin iy = i sinh y
(5.11)
cos iy = cosh y

5.6 Logaritma
Misalkan suatu bilangan kompleks z dan w di mana hubungannya dinyatak-
an dengan z = ew yang berarti w = ln z. Kemudian jika z = rei , maka
diperoleh
w = ln z = ln(rei ) = ln r + ln ei = ln r + i (5.12)
98 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Contoh 1
Tentukanlah ln(1).

Dalam ungkapan koordinat polar sebagaimana yang telah dibahas sebelum-


nya, z = 1 dapat dinyatakan dengan bentuk eksponensial dengan r = 1
dan = , , 3, 3, . . . sehingga
ln(1) = ln(1) + i = 0 + i( 2n) = i, i, 3i, . . .

Contoh 2
Tentukan ln(1 + i).

Dengan menggunakan ungkapandalam koordinat polar dapat diperoleh bah-


wa untuk z = 1 + i berarti r = 2 dan = /4 2n. Dengan demikian
 
ln(1 + i) = ln( 2) + i 2n
4

5.7 Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Per-


soalan Fisika
Berikut ini diberikan beberapa contoh penggunaan bilangan kompleks dalam
persoalan fisika.

Kinematika
Sebagaimana sistem koordinat kartesian dua dimensi, bidang kompleks da-
pat digunakan untuk mendeskripsikan gerak suatu benda. Jika z menyatakan
posisi suatu benda, maka jika posisinya berubah tiap saat maka dapat di-
nyatakan bahwa z(t).
Misalkan posisi benda tiap saat dinyatakan dengan z = 5eit di mana
suatu konstanta. Tentukan laju, besar percepatan dan deskripsi gerak benda
tersebut.

Laju gerak benda adalah


dz d
v= = 5eit = 5ieit = iz
dt dt
Percepatan gerak benda adalah
dv d
a= = (5ieit ) = 5 2 eit = 2 z
dt dt
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011 5.7 Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Persoalan Fisika 99

Gambar 5.2: Rangkaian seri RLC dengan sumber tegangan bolak-balik.

Terlihat dari percepatan gerak benda, bahwa percepatan gerak benda sama
dengan suatu konstanta dikalikan dengan posisi benda dan hal ini menya-
takan suatu gerak harmonik.

Rangkaian AC
Dalam rangkaian arus bolak-balik dengan komponen R (resistor), L (induk-
tor) dan C (kapasitor), sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 5.2, mi-
salnya arus total yang mengalir pada rangkaian dinyatakan dengan bentuk
fungsi harmonik I = I0 sin t. Jika VR adalah beda tegangan pada kaki-kaki
resistor R dan I adalah kuat arus yang mengalir pada hambatan tersebut,
maka berdasarkan hukum Ohm dapat dinyatakan

VR = IR (5.13)

sedangkan hubungan antara tegangan pada induktor L dengan kuat arus


dinyatakan dengan
dI
VL = L (5.14)
dt

dan tegangan pada kapasitor dinyatakan dengan

dVC I 1
Z
= = VC = I dt (5.15)
dt C C
100 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Bentuk arus setiap saat tersebut bila dinyatakan dengan bilangan kompleks
adalah I = I0 sin t = I0 eit , maka
VR = RI = RI0 eit = RI (5.16)
it
dI d(I0 e )
VL = L = L = iLI0 eit = iLI (5.17)
dt Z dt
1 1 1
VC = I0 eit dt = I0 eit = I (5.18)
C iC iC
Tegangan total jika ketiga komponen tersusun seri adalah
1
V = VR + VL + VC = RI + iLI + I
   iC
1 (5.19)
= R + i L I
C
= ZI
 
1
di mana Z = R + i L dinamakan sebagai impedansi (kompleks)
C
pada rangkaian RLC seri.
Hambatan efektif pada komponen induktor dinamakan reaktansi induktif
XL yaitu
VL
XL = = iL (5.20)
I
sedangkan hambatan efektif pada komponen kapasitor dinamakan reaktansi
kapasitif XC yaitu
VC 1 i
XC = = = (5.21)
I iC C
Pada rangkaian RLC seri, impedansi (kompleks) dapat diperoleh dengan
konsep yang sama dengan susunan seri tiga hambatan (resistor) yang masing-
masing dinyatakan dengan R1 = R, R2 = XL = iL dan R3 = XC =
i/(C) sehingga hambatan total (yaitu impedansi total) diperoleh seba-
gaimana telah diungkapkan di atas yaitu
Z = R1 + R2 + R3
1
= R + XL + XC = R + iL i
  C
1
= R + i L
C
Selanjutnya dapat diperoleh besar impedansi sebagaimana nilai absolut dari
Z, yaitu s  2
p 1
|Z|seri = Z Z = R2 + L (5.22)
C
5.7 Penggunaan Bilangan Kompleks dalam Persoalan Fisika 101

Suatu kondisi di mana Z sepenuhnya real (berarti bagian imajinernya sama


dengan nol) dinamakan kondisi resonansi.
Demikian pula halnya jika ketiga komponen (resistor, induktor dan kapa-
sitor) disusun paralel, maka impedansi totalnya dapat diperoleh sebagaima-
na susunan paralel tiga buah hambatan yaitu R1 = R, R2 = XL = iL dan
R3 = XC = i/(C). Hambatan (impedansi) kompleks total pada susunan
paralel adalah
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

1 1 1 1
= + +
Z R1 R2 R 3
1 1 1 1 1 1
= + + = + +
R XL XC R iL i/(C)
 
1 1 1 1
= i + iC = + i + C
R L R L
1
Z=  
1 1
+i + C
R L

Sehingga diperoleh

v
p u 1
|Z|paralel = Z Z = u
u  2  2 (5.23)
t 1 1
+ + C
R L

Contoh

Pada rangkaian yang terdiri dari hambatan R yang tersusun seri dengan
induktor L kemudian keduanya diparalel dengan kapasitor C, sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 5.3, tentukanlah impedansi rangkaian tersebut.

Impedansi total rangkaian tersebut adalah

1 1 1 Z1 + Z2 Z1 Z2
= + = = Ztotal =
Ztotal Z1 Z 2 Z1 Z2 Z1 + Z2
102 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Gambar 5.3: Gambar susunan komponen untuk contoh.

i
di mana Z1 = R + iL dan Z2 = . Dengan demikian
C
 
i

(R + iL) C
Ztotal =  
1
R + i L
C
 
1

iR L
+
C C  R i L C
=   
1 1
R + i L R i L
C C
2 2
   
R R L L
2 2
+i +
C C C C 2
=  2
1
R2 + L
C

5.8 Fungsi Kompleks


Fungsi dengan variabel kompleks dinyatakan misalnya dalam bentuk f (z)
dengan z adalah bilangan kompleks. Secara umum fungsi dengan variabel
kompleks mempunyai bagian real dan imajiner yang juga merupakan fungsi.
Misalkan f (z) = z 2 , karena z = x + iy maka

z 2 = (x + iy)2 = (x2 y 2 ) + i(2xy) (5.24)

Bagian real dan bagian imajiner suatu fungsi kompleks secara umum meru-
pakan fungsi dari variabel x dan y. Bagian real dinyatakan dengan u(x, y)
dan bagian imajiner dinyatakan dengan fungsi v(x, y). Jadi suatu fungsi
5.9 Fungsi Analitik 103

kompleks f (z) = u(x, y) + i v(x, y). Dengan demikian untuk fungsi kom-
pleks di atas yang dinyatakan dengan f (z) = z 2 , maka u(x, y) = x2 y 2 dan
v(x, y) = 2xy.

Contoh
z
Tentukan bagian real dan bagian imajiner fungsi kompleks f (z) =
z2 + 1
dengan z = x + iy.
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

x + iy x + iy
f (z) = 2
= 2
(x + iy) + 1 (x y 2 + 1) + i2xy
 2
(x y 2 + 1) i2xy
 
x + iy
=
(x2 y 2 + 1) + i2xy (x2 y 2 + 1) i2xy
x3 y 3 + x + 2xy 2 x2 y y 3 + y
= 2 + i
(x y 2 + 1)2 4x2 y 2 (x2 y 2 + 1)2 4x2 y 2
Dengan demikian bagian real dan imajinernya adalah

x3 y 3 + x + 2xy 2
u(x, y) =
(x2 y 2 + 1)2 4x2 y 2
x2 y y 3 + y
v(x, y) = 2
(x y 2 + 1)2 4x2 y 2

5.9 Fungsi Analitik


Suatu fungsi f (z) dikatakan analitik dalam suatu daerah pada bidang kom-
pleks bila fungsi tersebut mempunyai turunan yang tunggal (unik) pada se-
tiap titik dalam daerah tersebut. Jika f (z) analitik di titik z = a berarti
bahwa f (z) mempunyai turunan pada setiap titik dalam lingkaran kecil di
sekitar z = a. Fungsi yang tidak memenuhi batasan tersebut disebut sebagai
fungsi non-analitik.
Beberapa definisi berkaitan dengan fungsi analitik:

Titik regular (regular point) dari fungsi f (z) adalah titik di mana f (z)
bersifat analitik

Titik singular (singular point atau singularity) dari fungsi f (z) adalah
titik di mana f (z) tak analitik

Beberapa teorema yang digunakan dalam analisa fungsi variabel kom-


pleks:
104 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Teorema I
Jika suatu fungsi kompleks f (z) = u(x, y) + iv(x, y) merupakan suatu fungsi
analitik dalam suatu daerah, maka dalam daerah itu berlaku
u v v u
= , dan = (5.25)
x y x y
Teorema ini disebut juga kondisi Cauchy-Riemann untuk menentukan apa-
kah suatu fungsi merupakan fungsi analitik atau bukan.

Contoh 1
Misalkan f (z) = y + ix. Apakah f (z) merupakan fungsi analitik?

Dalam hal ini u = y dan v = x, sehingga u/x = 0, v/y = 0, v/y = 1


dan u/y = 1. Karena tidak memenuhi kondisi Cauchy-Riemann, maka
fungsi f (z) tersebut bukanlah fungsi analitik.

Contoh 2
Misalkan f (z) = x + iy. Apakah f (z) merupakan fungsi analitik?

Karena
u v v u
=1= dan =0=
x y x y
maka berarti f (z) adalah fungsi analitik.

Teorema II
Jika u(x, y) dan v(x, y) dan turunan parsialnya terhadap x dan y kontinyu
serta memenuhi syarat Cauchy-Riemann dalam daerah tersebut maka f (z)
analitik pada semua titik dalam daerah tersebut.

Teorema III
Perhatikan gambar 5.4. Jika f (z) adalah fungsi analitik dalam daerah ter-
tentu (R) maka f (z) mempunyai turunan orde berapapun pada titik-titik
dalam daerah tersebut dan f (z) dapat diekspansikan sebagai deret Taylor di
sekitar titik z0 dalam daerah tersebut. Deret pangkat tersebut konvergen di
dalam daerah berbentuk lingkaran C yang berpusat di z0 hingga mencapai
titik singular terdekat (disebut sebagai daerah lingkaran konvergensi atau
disk of convergence).
5.9 Fungsi Analitik 105

C z0

titik singular
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

Gambar 5.4: Daerah untuk penjelasan Teorema III.

Contoh
Tentukanlah daerah lingkaran konvergensi (disk of convergence) dari fungsi
kompleks f (z) = ln(1 z).

Fungsi f (z) = ln(1 z) dapat diekspansikan dalam bentuk deret pangkat


di sekitar z = 0 (uraian Maclaurin), yaitu

z2 z3 z4
ln(1 z) = z ...
2 3 4
Kemudian untuk memperoleh titik singular dari fungsi tersebut adalah titik
di mana fungsi f (z) tersebut tidak mempunyai turunan. Dalam hal ini titik
singular yang dimaksud adalah z = 1. Dengan demikian daerah lingkaran
konvergensi dari fungsi tersebut adalah lingkaran berpusat di pusat koordinat
dengan jari-jari 1.

Teorema IV
Jika f (z) = u + iv merupakan fungsi analitik dalam suatu daerah, maka u
dan v memenuhi persamaan Laplace (2 u = 0 dan 2 v = 0) dalam daerah
tersebut (artinya u dan v merupakan fungsi harmonik). Fungsi sembarang
u (atau v) yang memenuhi persamaan Laplace dalam suatu daerah adalah
bagian real atau imajiner dari suatu fungsi analitik f (z).

Contoh
Suatu fungsi u(x, y) = x2 y 2 adalah bagian real dari fungsi kompleks z. Ten-
tukan bentuk bagian imajiner fungsi kompleks tersebut agar bersifat analitik.
106 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Karena
2u 2u
2 u = + =22=0
x2 y 2
maka berarti u(x, y) memenuhi persamaan Laplace atau dalam kata lain
u(x, y) adalah fungsi harmonik.
Kemudian dengan menggunakan persamaan Cauchy-Riemann dapat dipero-
leh
v u
= = 2x
y x
Maka dengan mengintegralkan terhadap y dapat diperoleh bentuk fungsi
v(x, y), yaitu Z
v(x, y) = 2x dy = 2xy + g(x)

dengan g(x) adalah fungsi dalam x yang merupakan konstanta integrasi. Se-
lanjutnya dengan menggunakan kembali syarat Cauchy-Riemann maka dapat
diperoleh
v u
= (2xy + g(x)) = 2y + g 0 (x) = = 2y
x x y
sehingga berarti g 0 (x) = 0 atau g = const.
Jadi diperoleh bentuk fungsi v(x, y) = 2xy + const. Dengan demikian dipe-
roleh bentuk fungsi kompleks z adalah
f (z) = u + iv = x2 y 2 + 2ixy + const = z 2 + const

5.10 Integral Kontur


Selain keempat teorema yang berkaitan dengan pengertian dan batasan fung-
si analitik, terdapat pula beberapa teorema lainnya yang berkaitan dengan
penggunaan fungsi kompleks.

Teorema V: Teorema Cauchy


Misalkan C adalah suatu kurva tertutup sederhana dengan lengkungan yang
halus kecuali beberapa titik tertentu yang jumlahnya terbatas, maka jika f(z)
adalah fungsi analitik di dalam C dapat dinyatakan dengan
I
f (z)dz = 0 (5.26)
sekeliling C

Persamaan yang diungkapkan dalam integral garis (teorema Cauchy) terse-


but dinamakan integral kontur.
5.10 Integral Kontur 107

Teorema VI: Perumusan Integral Cauchy


Jika f (z) adalah fungsi analitik pada dan di dalam suatu kurva sederhana C,
maka nilai f (z) di suatu titik z = a yang berada di dalam kurva C adalah

1 f (z)
I
f (a) = dz (5.27)
2i za

Contoh 1
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

Hitunglah integral
sin z
I
dz,
2z
C

dengan C adalah lingkaran pada bidang kompleks dengan |z| = 2

Integral tersebut dapat dituliskan menjadi

sin z 1 sin z
I I
dz = dz
2z 2 z /2
C C

Kurva C yang digunakan adalah berbentuk lingkaran berjari-jari 2 dalam


bidang kompleks. Bentuk f (z) adalah f (z) = sin z, dengan a = /2. Karena
f (z) = sin z berarti f (z) bersifat analitik di dalam kurva C, sehingga dapat
digunakan Teorema VI. Maka diperoleh

1 sin z
I
dz = i sin(/2) = i
2 z /2
C

Contoh 2
Hitunglah integral
sin z
I
dz,
2z
C

dengan C adalah lingkaran pada bidang kompleks dengan |z| = 1

Integral tersebut dapat dituliskan menjadi

sin z 1 sin z
I I
dz = dz
2z 2 z /2
C C
108 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Karena C adalah lingkaran berjari-jari 1 dan menggunakan f (z) = sin z/(z


/2), maka berarti f (z) adalah fungsi analitik dalam kurva C, sehingga bila
menggunakan Teorema V (Teorema Cauchy) dapat dinyatakan:
1 sin z
I
dz = 0
2 z /2
C

Contoh 3
Hitung integral
e3z
I
dz
z ln 2
C
jika C adalah bujur sangkar yang titik sudutnya pada (1, 0), (1, 0), (0, i)
dan (0, i)

e3z
Fungsi kompleks f (z) berbentuk f (z) = , titik singularnya adalah
z ln 2
pada z = ln2. Karena titik singular tersebut berada di dalam daerah yang
dibatasi oleh kurva C, maka dapat digunakan rumusan integral Cauchy
1 f (z) f (z)
I I
f (a) = dz = dz = 2if (a)
2i za za
C C
Dengan demikian diperoleh
e3z
I
dz = 2ie3 ln 2 = 16i
z ln 2
C

Teorema VII: Teorema Laurent


Misalkan C1 dan C2 adalah dua buah lingkaran yang pusatnya pada titik
z0 dan f (z) adalah suatu fungsi analitik dalam daerah R di antara kedua
lingkaran tersebut maka f (z) dapat diuraikan menjadi bentuk deret yang
konvergen dalam R, yaitu
b1 b2
f (z) = a0 + a1 (z z0 ) + a2 (z z0 )2 + + + + . . . (5.28)
z z0 (z z0 )2
dengan koefisien an dan bn adalah
1 f (z)dz
I
an =
2i (z z0 )n+1
C
(5.29)
1 f (z)dz
I
bn =
2i (z z0 )n+1
C
5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 109

dengan C adalah adalah sembarang kurva tertutup sederhana yang mengeli-


lingi z0 dan terletak pada daerah R.
Beberapa pengertian yang terkait dengan teorema Laurent ini:

Jika semua koefisien b sama dengan nol maka f (z) bersifat analitik
pada z = z0 dan z0 disebut sebagai titik regular.

Jika bn = 0 tapi kemudian nilai b setelah bn sama dengan 0 maka f (z)


dikatakan mempunyai kutub orde n pada z = z0 . Jika n = 1 maka
f (z) mempunyai kutub sederhana (simple pole).
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

Jika terdapat takhingga banyaknya koefisien b yang tidak sama dengan


nol maka f (z) dikatakan mempunyai essential singularity pada z = z0
1
Koefisien b1 dari dinamakan residu dari f (z) pada z = z0 .
(z z0 )

Contoh
z2 z3
Misalkan sebuah deret ez = 1 + z + + + . . ..
2! 3!
Karena deret ini tidak mempunyai koefisien b (semua bn = 0) maka deret
tersebut analitik pada z = 0. Karena b1 = 0 maka berarti residu dari ez
pada z = 0 adalah sama dengan 0.

ez 1 1 z2 1 z
Misalkan sebuah deret 3
= 3
+ 2
+ + + + . . ..
z z z 2!z 3! 4!
1 1 z2
Bagian utama deret tersebut adalah 3 + 2 + yang berarti b1 = 1/2;
z z 2!z
b2 = 1; b3 = 0 sedangkan bn untuk n > 3 sama dengan 0. Maka deret ter-
ez
sebut mempunyai kutub orde 3 sedangkan residu dari 3 pada z = 0 adalah
z
1 1
= .
2! 2

5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya


Teorema residu sangat berguna untuk menghitung integral. Teorema residu
dinyatakan dalam bentuk
I
f (z)dz = 2i (jumlah residu dari f (z) di dalam C) (5.30)
C

Integral tersebut dihitung dengan arah berlawanan jarum jam pada kurva C.
110 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Metode Penentuan Residu


Yang menjadi penting adalah bagaimana cara menemukan residu? Ada be-
berapa cara penentuan residu suatu fungsi kompleks sebagaimana yang akan
diuraikan berikut ini.
Deret Laurent
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, uraian deret Taylor da-
ri suatu fungsi dapat digunakan untuk menentukan nilai residu fungsi
tersebut di suatu titik z = z0 .
Contoh
Suatu fungsi kompleks f (z) = ez /(z 1). Tentukan residu dari f (z) di
z = 1.

Bila fungsi ez diekspansikan dalam deret pangkat (z 1) maka di-


peroleh
ez e ez1 (z 1)2
 
e
= = 1 + (z 1) + + ...
z1 z1 z1 2!
e
= + e + ...
z1
1
Karena residu pada z = 1 diperoleh dari koefisien maka berarti
z1
R(1) = e.
Kutub tunggal (Simple Pole)
Jika fungsi kompleks f (z) mempunyai kutub sederhana pada z = z0
maka residu pada titik tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan
f (z) dengan (z z0 ) kemudian hitung nilainya pada z = z0 .
Perumusannya secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

R(z0 ) = lim (z z0 )f (z) (5.31)


zz0

Contoh
Hitunglah R( 21 ) dan R(5) untuk fungsi kompleks yang dinyatakan de-
z
ngan f (z) = .
(2z + 1)(5 z)
Untuk menghitung residu di titik z = 12 , maka fungsi f (z) tersebut
dikalikan dengan (z + 12 ), diperoleh
   
1 1 z z
z+ f (z) = z + =
2 2 (2z + 1)(5 z) 2(5 z)
5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 111

Kemudian hitung nilainya dengan mensubstitusi z = 21 , diperoleh

21 1
R( 21 ) = 1 =
2(5 + 2 ) 22

Cara yang sama juga dilakukan untuk menghitung residu di titik z = 5


z z
(z 5)f (z) = (z 5) =
(2z + 1)(5 z) 2z + 1
z 5
R(5) = =
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

2z + 1 z=5 11

Kutub ganda (Multiple Poles)


Jika f (z) mempunyai kutub dengan orde n, maka dapat digunakan
langkah sebagai berikut untuk memperoleh nilai residu pada z = z0 :
kalikan f (z) dengan (z z0 )m , di mana m adalah bilangan bulat yang
lebih besar atau sama dengan orde n, kemudian differensialkan hasil-
nya m 1 kali, lalu dibagi dengan (m 1)! dan hitung hasil akhirnya
dengan mensubstitusi z = z0 .
Contoh
Tentukan residu dari f (z) = (z sin z)/(z )3 di titik z = .

Gunakan m = 3 untuk mengeliminasi penyebut, artinya kalikan f (z)


dengan (z )3 sehingga diperoleh
z sin z
(z )3 f (z) = (z )3 = z sin z
(z )3
kemudian differensialkan 2 kali dan selanjutnya dibagi dengan 2! se-
hingga diperoleh
1 d2 1
R() = (z sin z) = [z sin z + 2 cos z]z= = 1

2! dz 2 2

z=

Teorema Residu untuk menghitung integral


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa teorema residu dapat digu-
nakan untuk menghitung integral tertentu. Berikut ini beberapa contohnya.

Contoh 1
Hitunglah integral
2
d
Z
I=
0 5 + 4 cos
112 Bilangan dan Fungsi Kompleks

1
Jika digunakan variabel baru yaitu z = ei , maka dz = iei d atau d = dz
iz
ei + ei z + z1
dan cos = = . Sedangkan batas integral dalam variabel
2 2
yaitu dari = 0 hingga = 2 akan berubah menjadi lingkaran satuan
dalam bidang kompleks dengan |z| = 1 dan arahnya berlawanan dengan arah
jarum jam. Dengan demikian integral tersebut dapat dinyatakan sebagai in-
tegral kontur.
Dengan variabel yang baru tersebut integral yang dimaksud dapat dituliskan
kembali dalam bentuk
1
dz 1 dz 1 dz
I I I
iz
I= = 2
=
C 5 + 2(z + 1/z) i C 5z + 2z + 2 i C (2z + 1)(z + 2)

dengan C adalah kurva yang berupa lingkaran berjejari 1 dan berpusat di


titik pusat koordinat pada bidang kompleks. Terlihat bahwa integran (yaitu
1
fungsi yang diintegralkan) berbentuk f (z) = yang berarti
(2z + 1)(z + 2)
mempunyai kutub pada z = 12 dan pada z = 2. Karena kurva C adalah
berupa lingkaran berjejari 1, maka berarti dari kedua kutub tersebut hanya
kutub z = 21 saja yang berada di dalam daerah yang dibatasi kurva C,
sedangkan kutub z = 2 berada di luar daerah yang dibatasi oleh kurva C.
Residu dari f (z) pada z = 21 dapat dihitung menggunakan metode kutub
sederhana (simple pole) yaitu
1 1
R( 21 ) = lim1 (z + 12 ) =

(2z + 1)(z + 2) z= 2 3
1
z 2

Selanjutnya dengan menggunakan teorema residu dapat diperoleh bahwa


1 2
I = 2iR( 12 ) = 2( 31 ) =
i 3
Sehingga diperoleh
2
d 2
Z
=
0 5 + 4 cos 3

Contoh 2
Hitungkah integral
+
dx
Z
I=
1 + x2
5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 113

Untuk menghitung integral I tersebut, tinjau integral kontur berbentuk


dz
I
2
C 1+z

dengan C adalah kurva tertutup setengah lingkaran pada bidang kompleks


(kuadran 1 dan kuadran 2) dengan jejari sembarang > 1. Integran pada
1 1
integral kontur tersebut berbentuk f (z) = = . Berarti
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

1+z 2 (z i)(z + i)
f (z) mempunyai kutub pada z = i dan pada z = i. Di antara kedua kutub
ini hanya kutub pada z = i saja yang berada dalam daerah yang dibatasi
oleh kurca tertutup C (ingat bahwa C berbentuk setengah lingkaran pada
kuadran 1 dan 2). Kemudian nilai residu f (z) pada z = i dapat diperoleh
menggunakan metode kutub sederhana (simple pole) yaitu
1 1
R(i) = lim(z 1) =

zi (z i)(z + i) z=i 2i
Dengan demikian dari teorema residu diperoleh
dz
I
2
= 2iR(i) =
C 1+z

Integral kontur dengan lintasan berupa kurva C tersebut dapat dinyatakan


sebagai integral garis (integral lintasan) dengan lintasan pertama berupa ga-
ris lurus sepanjang sumbu datar (sumbu x) dari hingga + dan lintasan
kedua berupa lintasan setengah lingkaran yang dinyatakan dengan persama-
an z = ei dengan dari 0 hingga :
Z + Z
dz dx iei d
I
2
= 2
+ 2 2i
C 1+z 1 + x 0 1+ e

Telah dihitung sebelumnya bahwa integral kontur yang dimaksud hasilnya


adalah dan hasil ini tidak bergantung pada berapapun nilai yang digunak-
an. Perhatikan bahwa asalkan kurva C yang digunakan dalam penghitungan
integral kontur adalah setengah lingkaran pada kuadaran 1 dan 2, maka ber-
dasarkan teorema residu nilai integralnya tetap sama. Artinya bila diambil
, maka dapat dituliskan kembali
Z + Z
iei d

dz dx
I
2
= = lim 2
+ 2 2i
C 1+z 1 + x 0 1+ e
Z +
dx
= 2
+0
1 + x
114 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Maka diperoleh hasil integral yang dimaksud yaitu


Z +
dx
I= 2
=
1 + x

Contoh 3
Hitunglah integral

cos x
Z
I= dx
0 1 + x2

Tinjau suatu integral kontur yang berbentuk

eiz dz
I
2
C 1+z

dengan C adalah kurva tertutup setengah lingkaran pada bidang kompleks


(kuadran 1 dan kuadran 2) dengan jejari sembarang > 1 sebagaimana
pada Contoh 2. Integran pada integral kontur tersebut mempunyai bentuk
eiz
f (z) = yang berarti terdapat dua kutub pada z = i dan z = i. Nilai
1 + z2
residu di dalam kurva C adalah
eiz 1
R(i) = lim(z 1) =

zi (z i)(z + i) z=i 2ie
Selanjutnya dengan teorema residu dapat dihitung integral kontur yang di-
maksud yaitu
eiz dz
I
2
= 2iR(i) =
C 1+z e
Sedangkan integral kontur tersebut dapat dituliskan dalam dua integral lin-
tasan sesuai dengan kurva tertutup C yang digunakan (lihat kembali Contoh
2 di atas) Z + ix
eiz dz e dx eiz dz
I Z
2
= 2
+
C 1+z 1 + x 1 + z2
lintasan
dengan
z=ei

Dengan demikian diperoleh bahwa


Z +
eix
2
dx =
1+x e
5.11 Teorema Residu dan Aplikasinya 115

Kemudian bila diambil bagian real dari kedua ruas tersebut maka dapat
dinyatakan
Z +
eix
 h i
Re 2
dx = Re
1 + x e
Z +
cos x
2
dx =
1 + x e
cos x
Selanjutnya karena fungsi adalah fungsi genap, maka integral dari
cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011

1 + x2
hingga + sama dengan dua kali integral dari 0 hingga +, sehingga
diperoleh Z +
cos x 1 + cos x
Z
2
dx = 2
dx =
0 1+x 2 1 + x 2e
116 Bilangan dan Fungsi Kompleks

Anda mungkin juga menyukai