(Anindita Kumalasari)
1. Dasar Teori
Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara istilah barometer
diperkenalkan pada tahun 1665-1666 oleh seorang ilmuan alam dari Irlandia bernama Robert
Boyle. Kata tersebut diturunkan dari istilah Yunani baros yang berarti berat, bobot dan
metron yang berrti ukuran, yang berarti ukuran berat udara (www.scribd.com)
Barometer digunakan terutama oleh ahli meteorologi ,pilot, dan pelaut. Barometer
digunakan untuk memeprediksi kodisi cuaca dengan mengukur perubahan tekanan atmosfer.
Barometer akan sama baiknya saat diletakkan di dalam maupun diluar ruangan
Dalam meteorology, tekanan atmosfer dilaporkan dalam hectopascals (hPa). 1 hPa sama
dengan 100 Pa, pascal menjadi dasar SI (Sistem Unit Internasional). 1 Pa ama dengan 1 Newton
per persegi meteran
Timbangan semua barometer digunkan untuk tujuan meteorology harus lulus pada hPa.
Beberapa barometer yang lulus pada unit inHg atau mmHg. Dalam kondisi standart, tekanan
yang diberikan oleh kolom raksa murni yang 760 mm tinggi 1.013,250 hPa
Terdapat empat jenis barometer diantaranya yaitu barometer air raksa yang terdiri dari
tabung kaca ventikal dengan kolom merkuri didalamnya, yang kedua barometer air yang terdiri
dari wadah kaca tertutupyang setengah terisi air dan semacam cabang kecil(cerat), barometer
aneroid yang terdiri dari wadah dan semacam logam lentur yang dikenal sebagai kapsul aneroid
atau sel, yang keempat adalah barometer barograf yang dibuat dari silinder logam dengan lengan
pena
2. Macam-Macam Alat
2. Barometer air
3. Barometer aneroid
4. Barograf
3. Kegunaan Alat
1. Barometer air raksa
Kegunaan :
Sekrup pengatur vernier : berfungsi untuk menggerakkan vernier naik turun agar
minicus sejajar dengan air raksa.
Termometer tempel : berfungsi untuk mengetahui suhu ruangan sebelum kita
membaca tekanan udara pada baorometer. Termometer ini harus dibaca terlebih
dahulu untuk menentukan koreksi pada hasil tekanan yang dibaca.
Lubang udara atau ventilasi : berfungsi untuk memasukkan udara luar ke dalam
barometer air raksa, sehingga barometer dapat membaca tekanan udara
disekitarnya.
Bejana air raksa : berfungsi untuk menampung air raksa. Bejana tersebut terbuat
dari besi dengan sebuah piringan berlubang tiga untuk mengurangi guncangan
sewaktu alat dibawa.
Sekrup operasional : berfungsi untuk mencegah air raksa agar tidak tumpah dan
agar tidak berkurang volumenya.
2. Barometer air
Kegunaan :
Sekrup pengatur vernier : berfungsi untuk menggerakkan vernier naik turun agar
minicus sejajar dengan air .
Termometer tempel : berfungsi untuk mengetahui suhu ruangan sebelum kita
membaca tekanan udara pada baorometer. Termometer ini harus dibaca terlebih
dahulu untuk menentukan koreksi pada hasil tekanan yang dibaca.
Lubang udara atau ventilasi : berfungsi untuk memasukkan udara luar ke dalam
barometer air, sehingga barometer dapat membaca tekanan udara disekitarnya.
Cerat berfungsi untuk mengetahui tekanan udara pada skala
3. Barometer aneroid
Kegunaan
Barometer aneroid terdiri dari kapsul barometer, sebuah musim semi untuk
mencegah kapsul barometer dari hancur oleh atmosfer
gigi dan tuas yang mengintensifikasi dan mengirikan sejumlah kecil variasi.
4. Barograf
Kegunaan :
Tangkai pena untuk menulis data yang didapat pada kertas pias
Kertas pias sebagai media untuk penunjukan pena pada skala-skala tertentu
4. Spesifikasi Alat
atmosfer
3. Barometer Aneroid
4. Barograf
F. INFORMASI LAIN
Barometer Aneroid
Harga : Rp 385.000,-
Stok : Tersedia
Model : AL-10220-000
Rating Rata-rata : Not Rated
barometer air raksa yang terdiri dari tabung kaca ventikal dengan kolom
merkuri didalamnya
barometer air yang terdiri dari wadah kaca tertutup yang setengah terisi air dan
semacam cabang kecil(cerat)
barometer aneroid yang terdiri dari wadah dan semacam logam lentur yang
dikenal sebagai kapsul aneroid atau sel
barometer barograf yang dibuat dari silinder logam dengan lengan pena
b. Cara Penggunaan
Barometer air
Barometer air juga dikenal sebagai termometer Goethe terdiri dari wadah kaca
tertutup yang setengah terisi air dan semacam cabang kecil (cerat). Cerat kaca terhubung ke
wadah kaca. Karena saling terhubung, cerat dan wadah kaca akan terisi air. Ketika tekanan
atmosfer rendah, level air pada cerat perlahan akan naik melebihi permukaan air dalam wadah
kaca. Bila level air di cerat turun, hal ini berarti tekanan atmosfer berubah menjadi lebih tinggi.
Dengan demikian kita dapat membaca dan menentukan tekanan atmosfernya.
Barometer aneroid
Diciptakan pada tahun 1843, barometer aneroid memiliki mekanisme yang rumit untuk
membaca perubahan tekanan atmosfer. Barometer aneroid terdiri dari wadah dan semacam
logam lentur yang dikenal sebagai kapsul aneroid atau sel. Aneroid ini terbuat dari paduan
berilium dan tembaga. Wadah kemudian disegel setelah udara dikosongkan. Ketika kotak logam
mengembang atau menyusut karena perubahan tekanan luar, perangkat dalam barometer
menerjemahkannya menjadi pembacaan tekanan udara. Dengan demikian kita dapat membaca
tekanan atmosfer pada skala ketika tekanan naik atau turun.
Barograf (barograph)
Barograf merupakan jenis barometer aneroid, namun tidak hanya melakukan pembacaan
melainkan juga merekam hasil pencatatan selama periode waktu tertentu. Dibuat dari silinder
logam dengan lengan pena, barograf membaca perubahan tekanan atmosfer seperti barometer
aneroid sedangkan lengan pena mencatat hasil pengukuran pada kertas atau media lain. Hasil
pencatatan ini dikenal sebagai barogram memungkinkan para ilmuwan dan ahli meteorologi
untuk mempelajari iklim suatu daerah dalam jangka panjang, bukan hanya cuaca dalam satu hari.
Dengan demikian cara menggunakan barograf ini kita cukup dengan melihat garis-garis tegak
yang menandakan waktu dan garis yang menandakan tekanan udara.
7. Cara Pemeliharaan
8. Tujuan Pemeliharaan
1. Dasar Teori
Mesin tetas terdiri dari beberapa komponen yang melengkapinya. Agar dapat bekerja
dengan benar, mesin tetas manual hingga otomatis dilengkapi dengan berbagai komponen
pendukung sebagai berikut.
1. Pengatus suhu (Termostat)
Termostat merupakan komponen penting pada mesin tetas yang berfungsi untuk
mengatur suhu secara otomatis. Termostat bekerja dengan cara memutus aliran listrik, jika
suhu di dalam mesin tetas sudah sesuai dengan kebutuhan telur. Namun, jika suhu di dalam
mesin tetas mulai menurun hingga batas tertentu, listrik akan mengalir kembali, sehingga
suhu di dalam mesin tetas kembali normal. Dengan alat ini, suhu di dalam mesin tetas tetap
bisa terjaga dan berada pada kisaran ideal untuk penetasan telur puyuh. Jadi, termostat lah
yang mengatur kondisi suhu di dalam mesin tetas. Jika alat ini rusak, maka bisa dipastikan
banyak telur yang tidak akan menetas.
Pengatur suhu analog dan digital
2. Sumber Pemanas
Dahulu, peternak unggas menggunakan panas yang bersumber dari api yang dipastikan
dari kompor minyak tanah atau kayu bakar. Sekarang, telah dikenal beberapa sumber
pemanas pada mesin tetas, antara lain bola lampu pijar dan elemen kumparan kawat yang
berasal dari energi listrik atau gas. Untuk satu mesin tetas kapasitas 600 butir, digunakan
bohlam berdaya 15 watt sebanyak 4 buah dan kumparan kawat sebanyak 6 meter yang
diletakkan dibagian atap bagian dalam mesin tetas.
Sumber panas dari lampu bohlam
3. Termometer dan Higrometer
Termometer dan higrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan
kelembaban di dalam mesin tetas. Dengan kedua alat ini, operator mesin tetas dapat
memantau terus kondisi di dalam mesin tetas apakah sesuai untuk penetasan atau tidak. Alat
ini biasanya di letakkan di atas telur.
4. Pengatur Kelembaban
Sebagai pengatur kelembaban di dalam mesin tetas digunakan air di dalam wadah atau
nampan datar. Nampan yang digunakan berasal dari bahan plastik. Nampan minimal
berukuran 2530 cm sebanyak 4 buah untuk mesin berkapasitas 600 butir telur. Fungsi air ini
adalah sebagai pengatur kelembaban di dalam mesin tetas agar tetap ideal. Selama proses
penetasan, air tidak perlu ditambahkan atau dikurang. Air dapat dibuang dan diganti dengan
yang baru jika proses penetasan telah selesai.
5. Rak Telur
Rak telur berfungsi untuk meletakkan telur-telur di dalam mesin tetas. Tidak seperti
mesin tetas manual yang melakukan pembalikan telur secara satu-satu, pada mesin semi-
otomatis dan otomatis terdapat sebuah engsel atau tombol di bagian luar mesin tetas yang
memungkinkan kemiringan telur di dalam rak berubah posisi, sekitar 45 o. Dengan demikian,
proses pembalikan telur tidak perlu dilakukan satu per satu, tetapi cukup memiringkan rak ke
salah satu sisi. Dengan cara seperti ini, telur bisa memperoleh panas secara merata.
2. Macam-Macam Alat
a. Penetas telur sederhana
b. Penetas telur otomatis
3. Kegunaan Alat : sebagai alat untuk menetaskan telur tanpa perlu telur dierami induknya.
Model :
Ka
Uk
Da
Ba
den
Ra
80
Ha
Ka
Uk
Da
Ba
den
Ra
80
Ha
Malang)
Ukuran : 95x40x36 cm
Ukuran : 120x40x36 cm
Ukuran : 60x60x125 cm
Ukuran : 90x60x125 cm
Produsen : Agrowindo
Alamat :
Show Room : Ruko Laguna Kav 6-7 Jl Sunandar Priyo Sudarmo 31 Malang -
Jawa Timur - Indonesia
Fax. 0341-475326
email : marketing@mesinpertanian.com
Show Room Jakarta : Komplek kantor dan pergudangan BIZ PARK Ciputra A2
No. 16, Pulogadung, Jakarta Timur (Jl. Bekasi Raya km 21, Pulogadung Jakarta
Timur)
Via Telp. 021-468 361 37, 021-468 35 774, 021-468 35 767, 021-468 361 57,
HP/SMS 08123386165
Via Telp. 031-5011631, 031-5011646, 031-3402 7676, 081 357 999 261
website : www.alatmesin.com
Telp. 0342 - 777 4448, 77 111 23. HP 081 334 3000 36, 081 334 3000 38
Email : maksindoblitar@gmail.com
6. Cara Penggunaan :
a. Letakkan mesin tetas di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung atau
sumber panas lainnya. Jangan meletakkan ditempat yang kotor, lembab seperti di
gudang, dekat kamar mandi, dekat tempat cucian, dan jangan diletakkan
menempel pada dinding bangunan. Peletakan yang terbaik adalah di dalam
ruangan yang agak luas, tidak tertutup barang lain, bersih ( berlantai semen atau
keramik ), berventilasi baik ( tidak pengap ).
b. Telur yang akan ditetaskan berumur maksimum 7 hari, terbaik maksimum 3 hari.
Sebelum ditetaskan telur diletakkan dalam tray plastik ( bukan tray kertas ),
karena tray plastik tidak menyerap kotoran dan lebih awet. Perhatikan agar suhu
udara di sekitar telur tidak terlalu tinggi, terbaik bersuhu 20 30C, dan cukup
lembab, contohnya di dalam lemari pendingin atau dekat sumber air ( di atas
ember berisi air atau dekat kamar mandi ). Perhatikan peletakan telur, sisi
tumpulnya harus berada di atas, bukan sebaliknya.
c. Biasakan melakukan test pendahuluan dengan mencoba fungsi-fungsi mesin tetas
agar bekerja secara normal. Biasakan juga selalu melakukan cek suhu dengan
seksama setiap akan melakukan penetasan baru. Sebelum telur dimasukkan ke
dalam mesin tetas, biarkan mesin tetas beroperasi dalam keadaan kosong selama 2
3 jam ( kecuali saat pengoperasian pertama kali, harus sehari semalam ) untuk
meratakan panas di dalamnya sekaligus cek suhu. Jika suhu turun sesaat
memasukkan telur, jangan langsung melakukan koreksi suhu, karena mungkin
penurunan diakibatkan penyerapan suhu dari telur yang lebih dingin. Setelah
beberapa jam, suhu akan naik lagi.
d. Jangan meletakkan benda berat di atas mesin tetas karena dapat mengganggu
sistem pengaturan suhunya.
e. Untuk mencegah masuknya semut atau serangga lain melewati lubang ventilasi
pada mesin tetas, gunakan kapur anti semut pada kaki dan kabel mesin tetas.
f. Jika listrik padam, jangan panik! Karena telur dapat bertahan selama 2-3 jam
tanpa pemanasan, asalkan mesin tetas telah beroperasi minimal 3 5 hari. Namun
jika pemadaman listrik lebih dari 3 jam, gunakan pemanas darurat berupa lampu
minyak atau lilin berdiameter besar, dan arahkan nyalanya di bawah pelat
aluminium yang terletak di bawah mesin tetas. Atur nyala api lampu minyak kecil
saja, dan perhatikan thermometer agar tidak melebihi suhu 40C, jika lebih, atur
nyalanya atau atur jaraknya dari pelat aluminium. Alternatif lain gunakan lilin
berdiameter besar ( jangan lilin kecil ) agar jaraknya ke pelat pemanas tidak cepat
berkurang. Atur juga ketinggian lilin jika suhu di dalam mesin tetas terlalu tinggi.
Menurut penelitian kami, jika listrik padam ( tidak ada pemanasan ) selama
maksimum 3 jam, daya tetas telur dapat dipertahankan pada 95 100%. Jika
padam 3 6 jam, daya tetas menjadi 80 95%, sedangkan jika padam 6 12 jam,
daya tetas menjadi 40 70%. Namun jika padam lebih dari 12 jam, sebaiknya
penetasan dibatalkan saja, karena kecil kemungkinan mendapat hasil penetasan
yang baik, kalaupun ada yang menetas, biasanya berkualitas buruk.
g. Jangan lupa untuk menambah air pelembab pada bak paling lambat 2 hari sekali.
Pengisian dan penambahan air dapat dilakukan dari luar mesin tetas menggunakan
botol berselang pada lubang yang terletak di bagian atas tengah. Akan lebih baik
jika menggunakan hygrometer untuk memantau tingkat kelembaban ( minimal
55% ). Jika perlu, untuk telur unggas seperti bebek atau walet gunakan bak
pelembab ekstra yang diletakkan di lantai mesin tetas.
h. Jika telur sudah mulai retak ( biasanya mulai hari ke 19 untuk telur ayam ),
keluarkan bak air yang ada di lantai mesin tetas ( bak air di box pemanas atas,
jangan dikeluarkan ). Beri alas potongan koran pada lantai yang gunanya untuk
mengumpulkan kotoran / bulu / sisa kulit telur sehingga pembersihan lantainya
akan lebih mudah.
Tips : Pindahkan semua telur pada rak telur tingkat teratas ke lantai yang
telah dialasi potongan kertas koran, pindahkan juga telur yang terletak pada rak
telur di bawahnya, jika masih mencukupi tempatnya. Susun telur-telur dengan
posisi vertikal ( jangan ditidurkan ) dan teratur dengan sisi tumpul tetap
menghadap ke atas. Jangan kuatir, anak ayam yang telah menetas dan jatuh di
lantai bawah tidak akan mengalami apapun.
i. Biarkan anak ayam yang baru menetas di dalam mesin tetas beberapa jam hingga
badannya mengering, kemudian pindahkan ke tempat yang sudah disiapkan.
Seringkali ada anak ayam yang sulit untuk keluar dari cangkangnya, sehingga
perlu dibantu untuk memecahkan kulit cangkangnya. Hati-hati, pemecahan kulit
harus perlahan-lahan, dan sedikit demi sedikit, untuk mencegah perdarahan.
Namun demikian, anak ayam yang harus dibantu saat menetas, seringkali menjadi
jelek kualitasnya, karena itu jika perlu pisahkan dengan anak ayam yang menetas
normal, dan beri perhatian lebih besar untuk meningkatkan kualitasnya.
j. Setelah semua anak ayam menetas, matikan mesin tetas, keluarkan semua rak
telur, dan bak air, bersihkan menggunakan air bersih. Bersihkan pula kotoran, sisa
kulit telur di dalam mesin tetas, semprot tipis-tipis dengan cairan desinfectan.
Buka pintu mesin tetas selama 1 -2 hari untuk menguapkan sisa kotoran dan
cairan di dalam mesin tetas. Jika perlu bersihkan pula bagian luar mesin tetas dari
debu-debu yang menempel.
7. Cara pemeliharaan: setelah telur menetas bersihkan secara teratur bagian luar dan dalam
mesin dari debu dan kotoran
8. Tujuan pemeliharaan : Dengan pembersihan secara berkala, mesin tetas tentunya akan
lebih tahan lama.
POLYMERASE CHAI REACTION (PCR)
(Ongki Yuwenti)
1. Dasar Teori
Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction (PCR), merupakan
suatu proses sintesis enzimatik untuk mengamplifikasi nukleotida secara in vitro. Metoda PCR
dapat meningkatkan jumlah urutan DNA ribuan bahkan jutaan kali dari jumlah semula, sekitar
106-107 kali. Setiap urutan basa nukleotida yang diamplifikasi akan menjadi dua kali jumlahnya.
Pada setiap n siklus PCR akan diperoleh 2 n kali banyaknya DNA target. Kunci utama
pengembangan PCR adalah menemukan bagaimana cara amplifikasi hanya pada urutan DNA
target dan meminimalkan amplifikasi urutan non-target. Penggunaan PCR telah berkembang
secara cepat seirama dengan perkembangan biologi molekuler. PCR digunakan untuk identifikasi
penyakit genetik, infeksi oleh virus, diagnosis dini penyakit seperti AIDS, Genetic profiling in
forensic, legal and bio-diversity applications, biologi evolusi, Site-directed mutagenesis of genes
dan mRNA Quantitation di sel ataupun jaringan
2. Macam-Macam Alat
Alat PCR ini sebenarnya memiliki banyak model, namun semua itu tidak merubah fungsi artinya
secara keseluruhan fungsinya sama, hanya model/bentuk alat yang membedakan PCR satu
dengan PCR produksi pabrik lain
3. Kegunaan Alat
PCR dirancang pada tahun 1985 dab telah memberikan dampak besar pada penelitian
biologis dan bioteknologi. PCR telah digunakan untuk memperkuat DNA dari berbagai macam
sumber misalnya fragmen DNA kuno dari gajah purba (mammoth) berbulu yang telah membeku
selama 40.000 tahun; DNA dari sedikit darah;, jaringan, atau air mani yang ditemukan di tempat
kejadian perkara kriminal; DNA dari sel embrionik tunggal untuk diagnosis kelainan genetik
sebelum kelahiran dan DNA gen virus dari sel yang diinfeksi oleh virus yang sulit terdeteksi
seperti HIV. Menurut Darmo dan Ari (2000), teknik PCR dapat didayagunakan (kadang dengan
modifikasi) guna fasilitasi analisis gen. Selain itu telah dikembangkan banyak sekali aplikasi
praktis. Sebagai contoh teknik dan aplikasi PCR dapat disebutkan sebagai berikut: kloning hasil
PCR; sekuensing hasil PCR; kajian evolusi molekular; deteksi mutasi ( penyakit genetik;
determinasi seks pada sel prenatal; kajian forensik (tersangka kriminal, tersangka ayah pada
kasus paternal); dan masih banyak lainnya.
Pendapat lain mengenai manfaat dan aplikasi PCR juga dikemukakan oleh Sunarto (1996)
yang menyebutkan bahwa PCR dapat digunakan sebagai alat diagnosis penyakit thalesemia.
Menurut Sunarto sebelum cara PCR ditemukan analisis DNA dilakukan dengan prosedur yang
panjang dan rumit, yaitu pertama-tama membentuk perpustakaan (library construction) melalui
digesti dengan endonuklease restriktif dan kloning, kemudian skrining, mapping, subkloning dan
terakhir sekuensing. Tetapi dengan adanya PCR dalam waktu 24 jam sejak pencuplikan vili
korialis (chorionic villous sampling) diagnosis prenatal sudah dapat ditegakkan dan berdasarkan
prinsip PCR telah dikembangkan cara diagnostik molekular yang terbuktisangatakurat.
Berdasarkan uraian diatas penemuan dan manfaat teknik PCR ini berdampak sangat luas
terhadap kemajuan sains dan teknologi secara umum yaitu antara lain sebagai berikut:
6. Mengetahui hubungan kekerabatan antar spesies atau untuk mengetahui dari mana
spesies tersebut berasal.
4. Spesifikasi Alat
pada dasarnya menggunakan Peltier di mana komponen tersebut berfungsi sebagai peng
hantar panas dan penghantar dinggin dengan cara merubah tegangan power pada
inputan.Dimana peltier ini memiliki kecepatan akan perubahan suhu. dengan kecepan yang
sangat tinggi .Para Ahli teknologi elektronika di jaman sekarang bisa mencapai kecepatan 10
derajat per detik di mana peltier tersebut hanya berfungsi sebagai pemanas maupun
pendingginan ,dalam hal ini saya membahas prinsip Dasr kerja alat PCR Yang terdiri dari:Power
supply,Control program ,Peltier ,Heater lid ( pintu penutup )
Power supply : Sebagai power pada keseluruhan alat tersebut di mana Pada alat PCR power
Suply sama seperti pada power supply pada umumnya yang membedakan adalah pada alat PCR
ada yang menggunakan satu peltier atau lebih dari satu peltier biasanya bisa mencapai 30Amp
Control program : di mana alat PCR di Kendalikan dengan Program. Di mana Program tersebut
hanya berfungsi mengendalikan Peltier ,berapa derajat yang akan di gunakan untuk pemanasan
dan kerapa derajat pendinginan serta waktu. Dan berapa cycle kita akan mengulang suhu
tersebut dengan kecepatan waktu yang sangat singkat disini kita bisa membedakan Kemampuan
alat dan keakurasian temperatur pada alat tersebut karenabisa mempengaruhi hasil dari sampel
yang akan di uji oleh peneliti
Alamat pemesanan : Kompleks Ruko Mega Galaxy 16A, No. 16 Surabaya 60116,Jawa Timur Indonesia
PCR memerlukan alat khusus dalam prosesnya, alat-alat tersebut antara lain:
4. Sterile Thin-wall 0.5 ml Thermocycler microfuge tubes: (TC-5, Midwest Scientific). Alat
ini memiliki sebuah thermal block dengan lubang-lubang untuk memasukkan tabung
campuran PCR
Cara penggunaan PCR cukup mudah namun memerlukan ketelitian yang tinggi dalam menyiapkan bahan
yang aka digunakan dalam proses PCR
8. Cara Pemeliharaan
1. Setelah menggunakan PCR usahakan membersihkan alatnya dengan sangat bersih karena alat
PCR sangat mudah terkontaminasi.
2. Melakukan pemeriksaan rutin dengan tujuan apabila ada salah satu komponen yang rusak bisa
dengan cepat ditangani agar tidak menyebabkan kerusakan menyebar karena biaya peralatan PCR
cukup mahal.
9. Tujuan Pemeliharaan
Interpretasi hasil PCR yang positif belum tervalidasi untuk semua penyakit infeksi
(misalnya infeksi pasif atau laten)
Teknik prosedur yang kompleks dan bertahap membutuhkan keahlian khusus untuk
melakukannya.
PLANKTON NET
(Mida Ayu Restanti)
1. Dasar Teori
a. Pengertian Plankton
Secara garis besar organisme lautan terbagi atas tiga golongan yaitu bentos, nekton,
dan plakton. Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan. Nekton merupakan
organisme yang lebih besar dengan kemampuan renang yang melakukan kegiatan di daerah
pelagik. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut (tidak memiliki kemampuan
renang) apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air
tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia,
karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan organisme laut,
plankton adalah makanan utama. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat
bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk
memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak
mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan
penangkap ikan aktif dijalankan di kawasan ini. Plankton adalah organisme yang hidupnya
melayang atau mengambang di daerah pelagik. Namun demikian ada juga plankton yang
memiliki kemampuan renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian.
Plankton dibagi menjadi dua golongan besar yaitu fitoplankton(plakton tumbuhan atau
nabati) dan zooplankton(plankton hewani).
Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil kingga yang besar. Dulu
orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan ukurannya, yakni:
a. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan
mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan kata lain plankton berukuran
lebih besar dari 20 ,um.
b. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2,um. Atau
berukuran 2-20 ,um;
c. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 m.
b. Plankton Net
Banyak alat yang diciptakan untuk tujuan water sampling, khusus untuk sampling
dengan objek plankton, alat yang sering digunakan adalah plankton net. Sampling plankton
pada dasarnya ditujukan untuk mengetahui dinamika populasi plankton pada suatu system
perairan. Sampling sangat diperlukan juga dalam rangka penyediakan data plankton baik
secar kualitatif maupun kuantitatif.
Waktu sampling akan menentukan data kualitatif sekaligus kualitatif yang kita
peroleh. Plankton mempunyai masa aktif yang mirip dengan organisme tingkat tinggi,
dimana untuk phytoplankton akan terdapat dalam jumlah yang besar pada siang hari dan
zooplankton pada malam hari. Untuk itu sampling phytoplankton terbaik dilakukan pada
sore hari antara pukul 13.00 dan 15.00 WIB. Samplingzooplankton dapat dilakukan pada
senja hingga malam hari, beberapa jam setelah peledakan populasi phytoplankton. Namun
demikian sampling untuk phytoplankton karena tujuan pratikum akan turut mempengaruhi
frekuensi pengambilan sample.
Organisme plankton pada umumnya diambil dengan cara pemekatan air contoh.
Pemekatan dimaksudkan agar organisme-organisme plankton yang tertangkap benar-benar
mewakili komunikasi plankton di dalam air. Teknik pemekatan air contoh dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu penyaringan dengan plankton net, pengendapan air contoh dan
centrifuge.
Plankton net merupakan jaring dengan mesh size yang disesuaikan dengan plakton.
Penggunaan jaring plakton selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup banyak. Jaring
plankton net biasa terbuat dari nilon, umumnya berbentuk kerucut dengan berbagai ukuran,
tetapi rata-rata panjang jaring adalah 4-5 kali diameter mulutnya. Jaring berfungsi untuk
menyaring air serta plakton yang berada didalamnya. Karena itu plakton yang tertangkap
sangat bergantung pada ukuran mesh size, maka ukuran mesh size yang digunakan harus
disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan diamati. Ukuran plakton yag
relatif besar (terutama zooplankton) menggunakan jaring No.0 atau No.3, sedangkan yang
lebih untuk plankton yang lebih kecil menggunakan No.15 atau No.20. untuk perairan
dangkal didaerah tropis, Wickstead menganjurkan mesh size dengan ukuran 30-50 m
untuk fitoplankton dan zooplankton kecil. Sedangkan untuk mezooplakton yang lebih besar
digunakan ukuran mesh size 150-175 m.
Bagian akhir ujung jating terdapat bucket alat penampung plankton yang terkumpul.
Alat penampung ini biasanya berbentuk tabung yang mudah dicopot dari tabungnya.
Prinsipnya bucket harus memenuhi syarat:
Plankton Net Jala merupakan alat yang berguna untuk mengambil plankton /
Mikroorganisme. Jala dari Plankton-Net ini, terbuat dari bahan Nilon Mesh 300 / Mesh
150/80 Mesh. Plankton net-Jala memiliki panjang: 300 Mm. Rangka dalam plankton Net-
Jala ini berbentuk Lingkaran Penuh dengan diameter 200 Mm.
b. Wisconsin Plankton Net
3. Kegunaan Alat
4. Sesifikasi Alat
Spesifikasi Produk
Spesifikasi
Panjang: 300 Mm
Diameter: 200 Mm
1. Cincin: terletak di atas dan berfungsi sebagai pengikat tali dan sebagai penarik plankton
net. Cincin biasanya terbuat dari besi. Diameter cincin berbeda beda tergantug dari
merk dan jenis plankton net, namun pada umumnya diameter cincin ini yaitu 15 25cm.
2. Tali: berfungsi untuk menghubungkan jaring
dengan cincin. Panjang tali bervariasi
tergantung jenis plankton net dan jenis
plankton yang akan diambil, namun biasanya
tali yang digunakan berukuran 25 50cm
5. Botol/ bucket: berfungsi untuk menyimpan sampel air yang telah disaring oleh plankton
net.
6. Informasi Lain
Berbagai ukuran mata jaring (Muller gauze) berdasarkan nomor dagang (Motoda
1957)
Ukuran
Nomor Jumlah Rata- Nomor
Mata Dagan
Dagang Jaring rata Panjang g Tujuan Koleksi
Muler
Gauze Per inch Mata Jaring Jepang
0000 18 1,364 mm GG 18
Plankton Net untuk phytoplankton berukuran diameter 31 cm dengan mata jaring berukuran
30 60 mikron.Plankton Net untuk zooplankton berukuran diameter 45 cm dengan mata
jaring berukuran 150 500 mikron. Plankton Net untuk
ikhtyoplankton berukuran diamater 55 cm.
Kelebihannya:
1. Penggunaan jaring plankton selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup banyak
karena jaring plankton net biasa terbuat dari nilon.
Kekurangannya :
1. Dalam penggunaanya alat ini sulit untuk memperkirakan jumlah air yang disaring.
2. Plankton yang tertangkap sangat bergantung pada ukuran mesh size, maka ukuran mesh
size yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis atau ukuran plankton yang akan
diamati.
Bagian akhir ujung jating terdapat bucket adalah alat penampung plankton yang telah
terkumpul yang tidak dapat menampung air terlalu banyak.
Adapun cara pengambilan sample dengan menggunakan plankton net adalah sebagai
berikut :
1. Rangkaian mulut plankton net (yang berbentuk kerucut) dengan silinder
penampungan air sample.
2. Pasangkan penyumbatan pada silinder penampung.
3. Air dapat disaring memalui mulut plankton net, volume air contoh yang akan disaring
diambil dengan ember dan air yang disaring harus diketahui.
4. Dengan membuka penyumbat silinder tampunglah sample plankton kedalam botol-
botol kecil.
5. Berikan label untuk setiap botol tersebut dan lakukan segera pengawetan. Proses
pengawetan plankton akan sangat membantu dalam mempertahankan dan menjaga
eksistensi hasil sampling dilapangan sebelum dalakukan analisis lebih lanjut.
Pengawetan juga akan membantu para peneliti terhindar dari kehilangan sample,
sebab beberapa jenis plankton mempunyai waktu hidup yang sangat singkat dimana
sel atau jaringan penyusun tumbuhnya sngat cepat mengalami regenerasi. Kegiatan
pengawetan harus dilakukan sesegera mungkin setelah sample dapat dikumpulkan.
8. Cara Pemeliharaan
9. Tujuan Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan ini untuk menghindari plankton-net dari jamur dan mikroorganisme
lain yang tumbuh karena plankton-net merupakan alat yang dipakai dalam perairan, jadi
pada plankton-net ini rawan lembab yang akan memunculkan jamur dan mikroorganisme
lainnya tumbuh.
AUTOCLAVE
(Fiqih Ramadhan)
1. Dasar Teori
Autoklave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu
benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih
15 menit. Penurunan tekanan pada autoclave tidak dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi inilah
yang akan membunuh microorganisme. Autoclave terutama ditujukan untuk membunuh
endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan,
kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi
lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh
pada suhu 100 C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu
121 C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat
dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoclave dimulai ketika suhu di dalam autoclave
mencapai 121 C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada
bagian dalam autoclave akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total
untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 C untuk waktu 10-15 menit.
Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoclave
karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu
sterilisasi. Performa autoclave diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus
stearothermophilus
Autoclaves dalam kedokteran
Sebuah autoclave medis adalah sebuah alat yang menggunakan uap untuk
mensterilkan peralatan dan benda-benda lainnya. Ini berarti bahwa semua bakteri, virus,
jamur, dan spora yang tidak aktif. Namun, prion, seperti yang terkait dengan penyakit
Creutzfeldt-Jakob, tidak dapat dihancurkan oleh autoclave pada 134 C khas selama tiga
menit atau 121 C selama 15 menit . Juga, beberapa organisme baru-ditemukan, seperti Galur
121 mikroba, dapat bertahan hidup pada suhu di atas 121 C.
Autoclave ditemukan dalam pengaturan medis, laboratorium, dan tempat-tempat lain
yang perlu untuk menjamin sterilitas obyek. Banyak prosedur saat ini mempekerjakan sekali
pakai item daripada disterilisasi, item dapat digunakan kembali. Ini pertama kali terjadi
dengan jarum suntik, tapi hari ini banyak instrumen bedah (seperti forceps, pemegang jarum,
pisau bedah dan menangani) umumnya sekali pakai daripada item dapat digunakan kembali.
Karena panas lembab digunakan, tahan panas produk (seperti beberapa plastik) tidak dapat
disterilkan dengan cara ini atau mereka akan meleleh. Kertas dan produk lainnya yang
mungkin rusak oleh uap juga harus disterilkan dengan cara lain. Dalam semua otoklaf, item
harus selalu dipisahkan untuk memungkinkan uap untuk menembus beban secara merata.
Autoclave sering digunakan untuk mensterilkan limbah medis sebelum dibuang aliran
limbah padat perkotaan standar. Aplikasi ini telah menjadi lebih umum sebagai alternatif
untuk pembakaran karena masalah lingkungan dan kesehatan dibangkitkan karena
pembakaran oleh-produk yang dipancarkan oleh insinerator, terutama dari unit-unit kecil yang
biasa beroperasi di rumah sakit individu. Pembakaran atau proses oksidasi yang sama termal
masih umum diamanatkan untuk limbah patologis dan limbah medis lainnya sangat beracun
dan / atau menular.
2. Macam-Macam Alat
1. Berdasarkan Pengoperasian Autoclave
a. Autoclave Manual
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoclave. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoclave dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoclave. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoclave, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121oC.
5. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoclave
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
6. Jangan tinggalkan autoclave selama proses sterilisasi berlangsung
7. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen
turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure
gauge menunjuk ke angka nol, maattikan autoclave. Kemudian klep-klep
pengaman dibuka dan keluarkan isi autoclave dengan hati-hati.
b. Autoclave Digital
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoclave. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoclave dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoclave. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoclave, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121oC.
5. Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoclave
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka autoclave akan mati secara otomatis.
Tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di
lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-
klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoclave dengan hati-hati.
4. Spesifikasi Alat
Model 25X-240: 240 Volt, 50/60 Hz 1050 watts/4.38 amps
Kapasitas kotor 25 qt / 24 liter
Tinggi total 16 34" / 42.5cm
Kedalaman 12 14" / 31.2cm
Diameter dalam 12 58" / 32.1cm
Berat unit 26 lbs. / 11.8kg.
Tinggi 8 12" / 21.6cm
Diameter 11 18" / 28.3cm
Lingkar 35 78" / 91.1cm
Kapasitas 14.5 qt / 13.7 liter
Volume 835in3 / 13,688cm3
8. Tujuan Pemeliharaan
Agar alat selalu dalam keadaan steril dan tidak mudah rusak.
Daftar Pustaka
Hariyanto Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya : Airlangga University.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI
Press.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Jakarta.
Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Soegianto, Agoes. 2010. Ilmu Lingkungan Hidup, Sarana Menuju Masyarakat Yang
Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press.
http://minorca.wordpress.com/artikel-penting/pengoperasian-mesin-tetas-yang-benar/ (diakses 15
November 2014)
http://www.penetastelur.com/ (diakses 15 November 2014)
http://telurtetas.wordpress.com/komponen-utama-mesin-tetas /(diakses 15 November 2014)