Anda di halaman 1dari 35

MEMBACA EFEKTIF ARTIKEL ILMIAH

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur MPK bahasa Indonesia yang
dibina oleh ....

KELOMPOK 3
DIAH SUKORINI (0410230045)
HERWIYANTI (0410230089)
NALURITA P.S (0410230130)
RATIH JUNIARTI (0410233125)
RENY P.S (0410233130)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
September 2007
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Mendengar kata jurnal atau artikel ilmiah, sebagian orang akan
langsung memiliki pandangan bahwa jurnal atau artikel ilmiah pastilah
membosankan dan menakutkan. Pandangan awal tersebut mungkin diakibatkan
karena tidak pernah mengenal secara langsung seperti apakah jurnal atau artikel
ilmiah yang dimaksud.
Tampilan awalnya memang agak menakutkan dengan tebal kurang lebih
20 halaman, menggunakan bahasa inggris, dan terkadang bagian metodologi
penuh dengan rumus-rumus sulit yang cukup mengintimidasi. Namun, jika sudah
lebih mengenal jurnal atau artikel ilmiah, mungkin bisa sedikit mengurangi
pandangan negatif seperti itu.
Kurangnya minat mahasiswa untuk membaca jurnal atau artikel ilmiah
setidaknya berusaha sedikit diatasi dengan adanya kelas Seminar C yang
mengenalkan jurnal atau artikel ilmiah kepada mahasiswa. Kuliah Seminar C
memiliki tujuan di antaranya adalah meningkatkan kemampuan membaca dengan
cepat dan mengerti suatu jurnal atau artikel ilmiah dengan hanya mendengarkan
tanpa membacanya sendiri.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
merupakan pertanyaan dalam tujuan pembahasan sebagai berikut:
Bagaimana cara yang paling efektif untuk membaca suatu jurnal atau artikel
ilmiah?
TUJUAN PEMBAHASAN
Pembahasan materi ini bertujuan agar mahasiswa mampu membaca efektif
jurnal atau artikel ilmiah.

MANFAAT PEMBAHASAN
1. Diharapkan Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan membaca jurnal
atau artikel ilmiah dengan cepat.
2. Diharapkan Mahasiswa dapat mengerti suatu jurnal atau artikel ilmiah
dengan hanya mendengarkan tanpa membacanya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

MEMBACA ARTIKEL ILMIAH


DEFINISI
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang menyajikan data dan fakta yang sahih
dan dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis
dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah
disepakati atau ditetapkan.

MEMBACA EFEKTIF
Ketika seseorang membaca, apapun bahan bacaannya, seharusnya ia mampu
memahami isi dari bahan bacaan itu, sehingga ia memperoleh faedah dan manfaat.
Membaca tapi tidak memahami isi dari bacaannya, merupakan kecenderungan
yang dialami banyak orang. Kondisi ini terjadi biasanya disebabkan oleh
ketiadaan tujuan dari membaca. Sebab, sejatinya seseorang yang membaca itu,
paling tidak ia akan memperoleh informasi baru tentang apa yang dibacanya.
Karena itu, sedapat mungkin cara kita membaca, agar memperoleh banyak
manfaat, harus kita ubah. Bagaimana caranya? Pertama, membaca itu harus
bertujuan. Tanpa tujuan yang jelas, pemahaman kita terhadap apa yang kita baca
juga akan menjadi tidak jelas. Paling tidak, carilah tujuan yang paling mudah dan
sederhana. Misalnya, ketika membaca buku tentang pendidikan, maka tujuannya
minimal dapat memperoleh informasi tentang apa itu pendidikan.
Dengan cara demikian, faedah membaca pun didapatkan. Itulah yang
dimaksud dengan membaca yang bertujuan. Jadi, aktivitas membaca bukanlah
aktivitas iseng dalam rangka mengisi waktu kosong. Jika tujuannya hanya iseng,
sia-sialah aktivitas membaca tersebut.
TUJUAN MEMBACA ARTIKEL ILMIAH
1. Mengumpulkan informasi
2. Menambah wawasan
3. langkah untuk menyusun artikel ilmiah

KECEPATAN MEMBACA
Kecepatan setiap orang dalam membaca tidak selalu sama. Ada yang
memiliki kecepatan 100 -150 kpm (kata per menit), ada yang 150-200 kpm, dan
ada yang di atasnya. Berdasarkan pengamatan dalam berbagai pelatihan,
keterampilan, kecepatan rata-rata orang Indonesia dewasa (yang belum pernah
latihan keterampilan membaca) 175-300 kpm. Setelah mengikuti latihan
keterampilan membaca, kecepatan itu biasanya bisa meningkat.
Rumus untuk menghitung kecepatan membaca adalah : jumlah kata yang
dibaca, dibagi waktu yang dibutuhkan untuk membaca. Jika kecepatan membaca
itu kita andaikan A, jumlah kata yang dibaca diandaikan B, dan waktu yang
dibutuhkan untuk membaca diandaikan C, maka rumusnya menjadi:
A= B/C = kpm (kata per menit)
Seandainya waktu yang dibutuhkan untuk membaca itu terdapat detiknya
(misalnya 3 menit 20 detik), maka waktu itu dikonversikan dahulu ke detik;
kemudian rumus di atas dikali 60 detik.
A= B/C = x 60 detik =kpm (kata per menit)
Contoh
Jumlah kata yang dibaca adalah 1500 kata; lama membaca adalah 4 menit 10 detik
(=250 detik); maka kecepatan membacanya adalah:
1500/250 x 6 x 60 = 360 kpm.
Untuk mengetahui kecepatan seseorang dalam membaca,dapat dibaca tulisan
berikut ini (ditulis oleh Kartono Mohamad, mantan IDI, berjudul "Dengan Retina
Buatan, Dunia Kembali Menjadi Terang" dalam Harian KOMPAS, 14 November
1999, hlm. 4). Jumlah kata dalam tulisan ini adalah 803 kata, digenapkan menjadi
800 kata.
Untuk menghitung kata di dalam bacaan digunakan cara berikut: Pertama,
hitunglah jumlah kata dalam sepuluh baris; kemudian dibagi sepuluh. Hasilnya
adalah jumlah rata-rata kata perbaris. Kedua, hitunglah jumlah baris dalam tulisan
yang kita baca; kemudian kalikan dengan jumlah rata-rata per baris tersebut.
Hasilnya adalah jumlah kata yang kita baca.

TEKNIK YANG PERLU DIPRAKTIKKAN SAAT MELAKUKAN


AKTIVITAS MEMBACA
Pertama, membacalah untuk memperoleh informasi, bukan untuk
memperoleh aneka pendapat. Bersikaplah kritis. Sangat banyak orang yang
membaca sesuatu dan lantas memercayai begitu saja apa yang dia baca. Tidak
sedikit orang yang membaca demi hanya mendukung pendapat yang telah
dianutnya. Pembaca yang demikian tidak mau berpikir lagi dan percaya pada apa
yang dibacanya begitu saja.
Kedua, hendaknya membolak-balik terlebih dahulu buku yang akan dibaca
sebelum memutuskan membaca buku tersebut hingga tuntas. Pertimbangkan
apakah buku itu bermanfaat atau tidak. Cermatilah apakah makna buku tersebut.
Lakukan hal yang sama pula saat akan membaca koran atau majalah.
Ketiga, jika membaca buku ilmiah, harus membacanya dengan pikiran yang
objektif. Akan tetapi, jika membaca buku yang mengemukakan suatu pendapat
atau propaganda, harus membaca buku itu dengan kritis. Dalam konteks ini, harus
menempatkan diri laksana seorang hakim. Dengan demikian, harus menjadi orang
yang tidak gampang percaya begitu saja.
Keempat, membuat tanda-tanda khusus pada bagian-bagian penting dalam
setiap bahan bacaan yang dibaca. Tanda-tanda khusus itu bisa berupa tanda silang
yang mencolok pada tepi kiri bagian yang dibaca, bisa juga berupa garis bawah
pada bagian-bagian penting bahan yang dibaca.
Kelima, membuat ringkasan atau ikhtisar dari setiap pokok persoalan yang
dibaca. Ringkasan atau ikhtisar itu bisa ditulis dalam sehelai kartu atau dalam
buku catatan khusus.
HAMBATAN MEMBACA CEPAT DAN EFISIEN DAN CARA
MENGATASINYA
Ada beberapa hambatan yang sering dijumpai pada orang-orang tertentu di
dalam membaca sehingga orang tersebut tidak bisa membaca secara cepat dan
efisien. Hambatan-hambatan ini banyak berkaitan dengan ke-biasaan membaca
yang dipraktekkan sejak masa kecil dan terbawa-bawa sampai dewasa. Beberapa
hambatan tersebut di antaranya adalah:

Membaca dengan melafalkan kata yang dibaca


Ada orang yang membaca dengan melafalkan kata demi kata yang dibaca.
Mungkin orang tersebut kurang puas jika kata-kata yang dibaca itu tidak
diucapkan. Cara membaca seperti ini selain akan mengganggu orang lain, juga
akan memperlambat pembacaan. Lambat karena kata demi kata dibaca atau satu
demi satu. Di samping itu, pembaca akan mudah lelah karena mengucapkan kata
demi kata yang dibaca itu mengeluarkan banyak energi. (bandingkan dengan
orang yang sedang mengajar di depan kelas, atau yang sedang berpidato). Untuk
mengatasi ini dapat dilakukan dua cara. Pertama dengan merapatkan bibir ketika
membaca, dan kedua, dengan menguyah permen karet.

- Membaca dengan menggerakkan bibir


Ada lagi yang membaca dengan menggerakkan bibir. Bibirnya komat-kamit
mengikuti bunyi huruf di dalam teks bacaan. Cara membaca seperti ini selain
kurang enak di pandang mata (karena bibir terus komat-kamit) juga kurang cepat
dan efisien karena si pembaca pada dasarnya membaca kata demi kata (bahkan
huruf demi huruf) yang ada di dalam teks bacaan. Cara membaca dengan komat-
kamit juga bisa membuat bibir cepat lelah, rahang atas dan bawah pegal, dan pada
akhirnya mempengaruhi daya tahan baca.
Untuk mengatasi hambatan ini bisa dilakukan dua cara yang dikemukakan di
atas:
1. Membaca dengan menunjuk
Sebagian lagi ada yang membaca dengan menunjuk-nunjuk teks yang
sedang dibacanya dengan jari atau alat tulis. Cara membaca seperti ini juga kurang
cepat dan efesien karena si pembaca melakukan pembacaan kata demi kata. Di
samping itu, cara membaca dengan menunjuk-nunjuk ini juga bisa membuat
tangan cepat lelah dan pada akhirnya bisa mempengaruhi daya tahan baca.
Untuk mengatasi hambatan ini bisa dilakukan dua cara berikut. Pertama
dengan memasukan tangan yang suka menunjuk-nunjuk itu ditugaskan memegang
buku yang sedang dibaca (sekaligus jari telunjuk dan jempol ditugaskan untuk
menyiapkan dan membuka `halaman berikut' yang akan dibaca).

2. Membaca dengan menggerakan kepala


Sebagian lagi memiliki kebiasaan membaca dengan menggerakkan kepala
(dari arah ke kiri ke kanan, dan sebaliknya) mengikuti kata-kata yang sedang
dibaca. Cara membaca seperti ini juga kurang cepat dan efisien karena si pembaca
pada dasarnya mengikuti pembacaan kata demi kata. Di samping itu cara
membaca dengan menggerakkan kepala bisa juga mengakibatkan kepala cepat
lelah dan bahkan pusing.
Untuk mengatasi kepala yang bergerak-gerak ini maka si pembaca bisa
memegang dagunya. Jadi ketika membaca,maka salah satu tangan memegang teks
bacaan dan tangan yang lain memegang dagu. Jika cara mengatasi hambatan yang
disebut di atas dilakukan berulang-ulang, maka kebiasaan buruk dalam membaca
itu lama-lama akan hilang.
Di samping hambatan-hambatan yang dikemukakan di atas (yang umumnya
berkaitan dengan kiat membaca), masih ada beberapa hambatan lain yang
mempengaruhi kegiatan membaca cepat dan efisien, yaitu:
Kurang bisa konsentrasi karena:
Pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi; atau
Kesehatan sedang terganggu
Suasana hati sedang tidak tenteram; dan
Keadaan lingkungan tidak mendukung
Bagi orang-orang yang "pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi " hanya bisa di
atasi dengan melakukan latihan konsentrasi berulang-ulang
Daya tahan membaca cepat berkurang karena:
Posisi badan yang salah ketika membaca; atau
Lampu /penerangan yang tidak mendukung.
Hambatan ini bisa diatasi sesuai kasusnya:
Pertama, dengan memperbaiki posisi duduk yang baik ketika membaca
yaitu: posisi badan diusahakan tegak dan rileks, dan tidak terlalu miring (entah
miring ke depan,ke belakang, atau terlalu miring ke samping kiri atau ke kanan).
Posisi badan yang terlalu miring akan sangat melelahkan.
Kedua, dengan memperbaiki lampu/penerangan. Lampu/penerangan yang
tidak baik (=redup, kurang terang) akan membuat mata cepat lelah; dan kita
berlangsung lama bisa membuat mata sakit. Untuk membaca tulisan yang
bergerak dari kiri ke kanan (misalnya tulisan latin), maka arah penerangan sebaik-
nya dari sebelah kiri; dan untuk membaca tulisan yang bergerak dari sebelah
kanan ke kiri (misalnya tulisan Ibrani, Arab), maka arah penerangan sebaiknya
dari sebelah kanan.
Munculnya kemalasan karena:
Pada dasarnya kurang suka membaca; atau
Bahasa yang ada dalam teks bacaan kurang dikuasai
Uraian dalam teks bacaan terlalu sulit diikuti dan dipahami; dan
Isi dan jenis bacaan kurang diminati
Hambatan ini juga bisa diatasi sesuai dengan kasusnya. Jika kemalasan itu pada
dasarnya karena kurang suka membaca, maka cara mengatasinya adalah dengan
menumbuhkan minat baca. Untuk tahap-tahap awal bisa dimulai dengan bacaan-
bacan yang ringan, misalnya buku-buku humor, komik bersambung , dsb.

KIAT MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF


Membaca pada hakikatnya adalah memahami teks bacaan. Itu berarti,
kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak. Mata berfungsi
"memotret" teks, kemudian menyalurkanya ke dalam otak untuk diolah. Cepat dan
banyaknya otak mengolah suatu pesan tergantung erat dari cepat dan banyaknya
pesan yang dipotret oleh mata.
Sehubungan dengan itu maka ada beberapa kiat yang bisa dipraktekkan
untuk bisa membaca cepat dan efektif:
- Membaca dengan mengandalkan gerakan bola mata
Untuk bisa membaca cepat dan efektif harus mengandalkan gerakan bola
mata. Jadi, yang paling sibuk bergerak di dalam membaca bukanlah jari, mulut
atau kepala, tapi bola mata. Semakin lincah bola mata bergerak (ke samping kiri
kanan dan ke bawah), maka semakin cepat pula membaca

- Membaca beberapa kata sekaligus yang mengandung satu gagasan


Mata tidak membaca kata demi kata, tapi membaca gagasan. Jangkauan
mata tidak terarah pada kata demi kata yang ada di dalam teks bacaan, tetapi pada
dua sampai empat kata sekaligus. Untuk membiasakan mata membaca beberapa
kata sekaligus, maka mata harus dilatih untuk melebarkan daya jangkaunya

- Membaca dengan memperhatikan tujuan dan strategi.


Sebelum membaca, terlebih dahulu harus menentukan apa tujuan atau
keperluannya: apakah kita ingin menguasai "seluruh" isi bacaan (seperti membaca
buku pelajaran wajib; membaca sebuah tulisan yang perlu betul-betul didalami
sampai mendetail); ataukah hanya sekedar mencari informasi umum dan pokok
saja (seperti membaca berita di koran, majalah dsb.). Tujuan atau keperluan ini
sangat menentukan strategi yang dipilih.
Kalau hanya sekedar mencari informasi umum dan pokok saja, maka
strategi membaca cepat dan efektif yang bisa digunakan adalah skimming, yaitu
membaca cepat dengan memperhatikan gagasan-gagasan pokok saja. Dalam hal
ini bola mata bergerak cepat membaca sambil mencari jawab atas seluruh atau
beberapa pertanyaan berikut: apa, siapa, bagaimana, mengapa, di mana, kapan.
Dalam berita di koran dan majalah (yang ditulis dengan baik), beberapa perta-
nyaan tersebut sudah bisa ditemui jawabannya pada alinea-alinea awal.
Di samping strategi skimming, juga lazim digunakan strategi scanning, yaitu
membaca cepat dengan melompat langsung ke uraian/pasal/bab yang penting dan
atau dibutuhkan. Untuk membaca sebuah teks atau buku yang wajib dikuasai
secara mendetail dan menyeluruh, maka strategi yang dipilih agak berbeda.
Beberapa strategi membaca yang pernah dikembangkan para pakar antara
lain adalah:
1. SQ3R, yaitu:
Survey (melakukan pemeriksaan secara umum)
Question (mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok: apa,
mengapa, bagaimana, dan seterusnya)
Read (melakukan pembacaan)
Recite (menceritakan pokok-pokok yang dibaca dengan bahasa
sendiri)
Review (mengulangi saripati teks bacaan yang dibaca).

2. SQ4R:
Survey
Question
Read
Recite
"Rite" (dari write, menuliskan pokok-pokok penting yang perlu
diingat
Review.

3. POINT:
Purpose (mencari tahu dahulu apa maksud penulis dengan
tulisannya)
Overview (melakukan peninjauan tulisan secara umum, dengan
jalan membacanya)
Interpret (menganalisa dan menafsirkan pesan dalam tulisan)
Note (mencatat hal-hal yang penting dalam tulisan)
Test (menguji apakah si pembaca sudah menguasai isi tulisan
dengan jalan menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan
dengan isi tulisan).
4. PQRST:
Preview (melakukan peninjauan umum)
Question
Read
Summarize (meringkas isi tulisan)
Test
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Untuk dapat membaca efektif artikel ilmiah, pertama, harus dipahami dulu
tujuannya, antara lain untuk mengumpulkan informasi dan menambah wawasan.
Dengan memperhatikan kiat-kiat membaca efektif dan bagian-bagian artikel
ilmiah, maka untuk mengetahui isi dari artikel tersebut dapat langsung dilihat dari
abstrak, kata kunci, pembahasan dan kesimpulan.

SARAN
Strategi membaca cepat dan efektif yang bisa digunakan adalah skimming,
yaitu membaca cepat dengan memperhatikan gagasan-gagasan pokok saja.
Di samping strategi skimming, juga lazim digunakan strategi scanning, yaitu
membaca cepat dengan melompat langsung ke uraian/pasal/bab yang penting dan
atau dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sapari. 2002. Fungsi Bahasa (online) (http:/www.pikiran-


rakyat.com/cetak/0604/08/0902.htm , diakses 15 September 2007).
http:/www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9911/artikel1.htm , diakses:18
September 2007
http:/www.pikiran-rakyat.com/cetak/0204/05/0319.htm , diakses 19 September
2007
http:/www.pu.go.id/itjen/bulletin/1314baca.htm , diakses 19 September 2007
http:/www.rayakultura.net/wmprint.php?ArtID=70 , diakses 19 September 2007
http:/www.pasca.its.ac.id/berita/jurnal.ppt#1, diakses 19 September 2007
http:/www.bantenprov.go.id/online/?link=dtl&id=919, diakses 19 September 2007
http://www.cert.or.id/~budi/books/thesis/tulis.pdf,ta , diakses 16 September 2007
http://www.fik.ui.ac.id/?show=detailnews&kode=60&tbl=literature , diakses 16
September 2007
John D. Mc. Neil et al. 1980. How To Teach Reading Successfully . Toronto:
Little Brown
Mortimer J. Adler. 1940. How To Read A Book. New York: Simon & Schuster.
Soedarsono.1988. Sistem Membaca Cepat dan Efektif . Jakarta: Gramedia.
PRAKTIK BERBAHASA
Bacalah artikel ilmiah di bawah ini dengan menerapkan prinsip SQ3R!
Ikutilah langkah-langkah berikut!

Survey (melakukan pemeriksaan secara umum)


1. Baca sekilas judul dan abstrae!
2. Baca sekilas bagian demi bagian artikel!

Question (mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok: apa, mengapa,


bagaimana, dan seterusnya)
1. Apa yang dibahas/yang terjadi?
2. mengapa bisa demikian?

Read (melakukan pembacaan)

Recite (menceritakan pokok-pokok yang dibaca dengan bahasa sendiri)


Uraikan kembali hal-hal penting/pokok yang terdapat dalam artikel!

Review (mengulangi saripati teks bacaan yang dibaca).


Simpulkan teks artikel yang telah dibaca!
PERAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
M. Chandra Saputra 1
ABSTRAK
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa. Bahasa
pengantar yang biasa digunakan baik dalam acara resmi maupun tidak
resmi yang merupakan ciri bangsa Indonesia. Seiring perkembangan
zaman, bahasa Indonesia banyak mengadopsi istilah istilah asing guna
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia tanpa mengurangi ke
khasan bahasa Indonesia. Tidak hanya sampai itu, dari segi penggunaan,
bahasa Indonesia sekarang pun banyak digunakan menjadi bahasa
prokem atau bahasa gaul. Bahasa prokem ini merupakan pembauran
antara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah. Penggunaan bahasa
prokem ini biasa juga digunakan dalam acara resmi, yang sudah barang
tentu hal ini tidak sesuai dengan konsep pengunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Seperti sebuah ungkapan "Bahasa menunjukkan
bangsa" di era globalisasi bahasa Indonesia mempunyai peranan yang
sangat penting, yaitu sebagai identitas bangsa ini. Hendaknya kita dapat
mempelajari dan mempergunakan bahasa indonesia dengan baik dan
benar sebagai penghargaan terhadap bahasa Indonesia. Maju bahasa,
majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini
harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa
tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa
Indonesia.

PENDAHULUAN
Sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilayah
Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda
pada "Konggres Pemoeda", 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa
Indonesia. Pengangkatan dan penamaan bahasa Melayu-Riau menjadi
bahasa Indonesia oleh para pemuda pada saat itu lebih "bersifat politis"
daripada "bersifat linguistis". Tujuannya ialah ingin mempersatukan para
pemuda Indonesia, alih-alih disebut bangsa Indonesia. Ketika itu, yang
mengikuti "Kongres Pemoeda" adalah wakil-wakil pemuda Indonesia dari
Jong Jawa, Jong Sunda, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Selebes.
Jadi, secara linguistis, yang dinamakan bahasa Indonesia saat itu
sebenarnya adalah bahasa Melayu. Ciri-ciri kebahasaannya tidak berbeda
dengan bahasa Melayu. Namun, untuk mewujudkan rasa persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, para pemuda Indonesia pada saat itu secara
politis menyebutkan bahasa Melayu-Riau menjadi bahasa Indonesia.
Nama bahasa Indonesialah yang dianggap bisa memancarkan inspirasi
dan semangat nasionalisme, bukan nama bahasa Melayu yang berbau
kedaerahan.
Ikrar yang dikenal dengan nama "Soempah Pemoeda" ini butir
ketiga berbunyi "Kami poetera-poeteri Indonesia, mendjoendjoeng tinggi
bahasa persatoean, bahasa Indonesia" (Kami putra dan putri Indonesia,
menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia). Ikrar yang
diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia ini juga memperlihatkan
betapa pentingnya bahasa bagi suatu bangsa. Bahasa sebagai alat
komunikasi yang paling efektif, mutlak diperlukan setiap bangsa. Tanpa
bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang, bangsa tidak
mungkin dapat menggambarkan dan menunjukkan dirinya secara utuh
dalam dunia pergaulan dengan bangsa lain. Akibatnya, bangsa itu
akhirnya akan lenyap ditelan masa. Jadi, bahasa menunjukkan identitas
bangsa. Bahasa, sebagai bagian kebudayaan dapat menunjukkan tinggi
rendahnya kebudayaan bangsa. Bahasa akan menggambarkan sudah
sampai seberapa jauh kemajuan yang telah dicapai suatu bangsa. Ikarar
berupa "Soempah Pemoeda" inilah yang menjadi dasar yang kokoh bagi
kedududkan dan fungsi bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia.
Bahkan, pada perjalanan selanjutnya, bahasa Indonesia tidak lagi sebagai
bahasa persatuan, tetapi juga berkembang sebagai bahasa negara,
bahasa resmi, dan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA
Setelah hampir dasa windu menjadi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia memperlihatkan ciri-cirinya sebagai alat komunikasi yang
mutlak diperlukan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia telah
membuktikan diri sebagai bahasa yang tahan uji. Bahasa Indonesia telah
menunjukkan identitas bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat
berperan dalam mempersatukan berbagai suku bangsa yang beraneka
adat dan budayanya. Dalam mengemban misinya, bahasa Indonesia terus
berkembang seiring dengan keperluan dan perkembangan bangsa
Indonesia, walaupun ada perkembangan yang menggembirakan dan ada
perkembangan yang menyedihkan dan membahayakan, Dualisme
perkembangan ini memang merupakan dinamika dan konsekuensi bahasa
yang hidup Tetapi, karena bahasa Indonesia sudah ditahkikkan sebagai
bahasa yang berkedudukan tinggi oleh bangsa Indonesia, ia harus
dipupuk dan disemaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab agar ia
bisa benar-benar menjadi "cermin" bangsa Indonesia.
Sebelum Perang Dunia Kedua, bahasa Indonesia tidak dihargai
dengan sepantasnya walaupun dunia pergerakan politik sedemikian
banyak memakai bahasa Indonesia. Dunia ilmu pengetahuan dan dunia
pendidikan belum lagi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
Kalau ingin memperbaiki nasib, bukan bahasa Indonesia yang
digunakan,melainkan bahasa Belanda sebagai bahasa kaum penjajah.
Bahasa pengantar untuk ilmu pengetahuan adalah bahasa Belanda.
Apabila sesorang ingin dihormati dan disegani dalam pergaulan, ia harus
bisa menguasai bahasa Belanda dengan baik. Bahasa Belanda benar-
benar bisa menentukan status pemakainya. Akibatnya, pemakai bahasa
Indonesia merasa apatis atau masa bodoh melihat kekangan-kekangan
yang hebat terhadap bahasa Indonesia ketika itu. Seolah-olah bahasa
Indonesia tidak akan mampu menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Kaum
penjajah ketika itu memang menginginkan seperti itu sehingga pemakai
bahasa Indonesia merasa diri tidak berguna mempelajari dan menguasai
bahasa Indonesia. Orang Indonesia ketika itu merasa lebih terpelajar dan
terhormat apa bila menguasai bahasa Belanda dengan baik. Orang
Indonesia tidak merasa malu apabila tidak menguasai bahasa Indonesia
dengan baik, tetapu akan merasa ada yang kurang apabila tidk
menguasai bahasa Belanda dengan baik. Akibatnya, tidak banyak orang
Indonesia yang mau mempelajari bahasa Indonesia dengan serius dan
cukup menguasai bahasa Indonesia ala kadarnya untuk komunikasi
umum. Akhirnya, banyak pula orang Indonesia yang tidak mahir
berbahasa Indonesia , tetapi menguasai dan sangat mahir berbahasa
Belanda.
Sesudah Indonesia merdeka, bahasa Indonensia lebih berkembang
lagi dengan baik dan meluas. Bangsa Indonesia sudah merasakan betapa
perlunya membina dan memperhatikan perkembangan bahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia mulai sadar bahwa tanpa bahasa Indonesia, bangsa
Indonesia tidak akan memperoleh kemajuan. Minat bangsa Indonesia
untuk mau mempelajari bahasa Indonesia dengan baik setiap tahun terus
bertambah. Akibatnya, bahasa Indonesia mengalami kemajuan yang
pesat. Setelah perkembangan bahasa Indonensia itu sedemikian
pesatnya, sekarang timbullah serangkaian pertanyaan:
Apakah setiap bangsa Indonesia sudah bangga berbahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional?
Apakah setiap bangsa Indonesia sudah mencintai dan
menghormati bahasa Indonesia?
Adakah rasa kebanggan itu timbul dari hati nurani setiap orang
yang mengaku berbangsa Indonesia?
Apabila setiap bangsa Indonesia sudah mencintai, menghormati,
dan bangga berbahasa Indonesia, apakah mereka sudah membina
bahasa Indonesia dengan baik?
Adakah pemakai bahasa Indonesia itu sudah memathui kaidah-
kaidah bahasa Indonesia yang benar?
Apakah setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia itu sudah
mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
Jawaban untuk semua pertanyaan ini tentulah ada di dada masing-masing
orang yang menganggap, mengaku, dan menjadikan dirinya sebagai
bagian dari bangsa Indonesia.

CIRI BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah
pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di
dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Dengan ciri-ciri
umum dan kaidah0kaidah pokok ini pulalah dapat dibedakan mana
bahasa Indonesia dan mana bahasa asing ataupun bahasa daerah. Oleh
karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati
diri bahasa Indonesia. Ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok yang
dimaksud adalah antara lain sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk
menyatakan jenis kelamin. Kalau kita ingin menyatakan jenis
kelamin, cukup diberikan kata ketarngan penunjuk jenis kelamin,
misalnya:
- Untuk manusia dipergunakan kata laki-laki atau pria dan
perempuan atau wanita.
- Untuk hewan dipergunakan kata jantan dan betina.
Dalam bahasa asing (misalnya bahasa Ingris, bahasa Arab, dan
bahasa Sanskerta) untuk menyatakan jenis kelamin digunakan
dengan cara perubahan bentuk. Contoh:
Bahasa Inggris : lion - lioness, host - hostess, steward -
stewardness.
Bahasa Arab : muslimi - muslimat, mukminin - mukminat, hadirin -
hadirat
Bahasa Sanskerta : siswa - siswi, putera - puteri, dewa - dewi. .
Dari ketiga bahasa tersebut yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia adalah beberapa kata yang berasal dari bahasa Arab
dan bahasa Sanskerta, sedangkan perubahan bentuk dalam
bahasa Inggris tidak pernah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Penyerapan dari bahasa Arab dan bahasa Sanskerta pun dilakukan
secara leksikal, bukan sistem perubahannya. Dengan demikian,
dalam bahasa Arab, selain kata muslim, diserap juga kata muslimin
dan muslimat; selain mukmin, diserap juga kata mukminin dan
mukminat; selain hadir (yang bermakna 'datang', bukan 'orang yang
datang'), diserap juga kata hadirin dan hadirat. Dalam bahasa
Sanskerta, selain dewa, diserap juga dewi; selain siswa diserap
juga siswi. Karena sistem perubahan bentuk dari kedua bahasa
tersebut tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, maka tidaklah
mungkin kita menyatakan kuda betina dengan bentuk kudi atau
kudarat; domba betina dengan bentuk kata dombi atau dombarat.
Untuk menyatakan jenis kelamin tersebut dalam bahasa Indonesia,
cukup dengan penambahan jantan atau betina, yaitu kuda jantan,
kuda betina, domba jantan, domba betina. Oleh karena itu, kaidah
yang berlaku dalam bahasa Arab dan bahasa Sanskerta, dan juga
bahasa Inggris tidan bisa diterapkan ke dalam kaidah bahasa
Indonesia. Kalau dipaksakan, tentu struktur bahasa Indonesia akan
rusak, yang berarti jati diri bahasa Indonesia akan terganggu.
b. Bahasa Indonesia mempergunakan kata tertentu untuk
menunjukkan jamak. Artinya, bahasa Indonesia tidak mengenal
perubahan bentuk kata untuk menyatakan jamak. Sistem ini pulalah
yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing
lainnya, misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Arab,
dan bahasa-bahasa lain. Untuk menyatakan jamak, antara lain,
mempergunakan kata segala, seluruh, para, semua, sebagian,
beberapa, dan kata bilangan dua, tiga, empat, dan seterusnya;
misalnya: segala urusan, seluruh tenaga, para siswa, semua
persoalan, sebagian pendapat, beberapa anggota, dua teman, tiga
pohon, empat mobil.
Bentuk boy dan man dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi
boys dan men ketika menyatakan jamak, tidak pernah dikenal
dalam bahasa Indonesia. Bentuk bukus (jamak dari kata buku),
mahasiswas (jamak dari mahasiswa), dan penas (jamak dari pena),
misalnya, tidak dikenal dalam bahasa Indonesia karena memang
bukan kaidah bahasa Indonesia.
c. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata untuk
menyatakan waktu. Kaidah pokok inilah yang juga membedakan
bahasa Indonesia dengan bahasa asing lainnya. Dalam bahasa
Inggris,misalnya, kita temukan bentuk kata eat (untuk menyatakan
sekarang), eating (untuk menyatakan sedang), dan eaten (untuk
menyatakan waktu lampau). Bentukan kata seperti ini tidak
ditemukan dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata makan tidak
pernah mengalamai perubahan bentuk yang terkait dengan waktu,
misalnya menjadi makaning (untuk menyatakan waktu sedang)
atau makaned (untuk menyatakan waktu lampau). Untuk
menyatakan waktu, cukup ditambah kata-kaa aspek akan, sedang,
telah, sudah atau kata keterangan waktu kemarin, seminggu yang
lalu, hari ini, tahun ini, besok, besok lusa, bulan depan, dan
sebagainya.
d. Susunan kelompok kata dalam bahasa Indonesia biasanya
mempergunakan hukum D-M (hukum Diterangkan - Menerangkan),
yaitu kata yang diterangkan (D) di muka yang menerangkan (M).
Kelompok kata rumah sakit, jam tangan, mobil mewah, baju
renang, kamar rias merupakan contoh hukum D-M ini. Oleh karena
itu, setiap kelompok kata yang diserap dari bahasa asing harus
disesuaikan dengan kaidah ini. Dengan demikian, bentuk-bentuk
Garuda Hotel, Bali Plaza, International Tailor, Marah Halim Cup,
Jakarta Shopping Center yang tidak sesuai dengan hukum D-M
harus disesuaikan menjadi Hotel Garuda, Plaza Bali, Penjahit
Internasional, Piala Marah Halim, dan Pusat Perbelanjaan Jakarta.
Saya yakin, penyesuaian nama ini tidak akan menurunkan prestise
atau derajat perusahaan atau kegiatan tersebut. Sebaliknya, hal
inilah yang disebut dengan penggunaan bahasa Indonesia yang
taat asas, baik dan benar.
e. Bahasa Indonesia juga mengenal lafal baku, yaitu lafal yang tidak
dipengaruhi oleh lafal asing dan/atau lafal daerah. Apabila
seseorang menggunakan bahasa Indonesia lisan dan lewat
lafalnya dapat diduga atau dapat diketahui dari suku mana ia
berasal,maka lafal orang itu bukanlah lafal bahasa Indonesia baku.
Dengan kata lain, kata-kata bahasa Indonesia harus bebas dari
pengaruh lafal asig dan/atau lafal daerah. Kesulitan yang dialami
oleh sebagian besar pemakai bahasa Indonesia adalah sampai
saat ini belum disusun kamus lafal bahasa Indonesia yang lengkap.
Akibatnya, sampai sekarang belum adapatokan yang jelas untuk
pelafalan kata peka, teras, perang, sistem, elang. Tetapi,
pengucapan semangkin (untuk semakin), mengharapken (untuk
mengharapkan), semua (untuk semua), mengapa (untuk mengapa),
thenthu (untuk tentu), therima kaseh (untuk terima kasih),
mBandung (untuki Bandung), dan nDemak (untuk Demak)
bukanlah lafal baku bahasa Indonesia.

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat
kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa
negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih lanjut, bahasa
Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan bahasa
ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun
dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu
peristiwa, atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.
Dalam hubungannya sebagai alat untuk menyatukan berbagai suku
yang mempunyai latar belakang budaya dan bahasa masing-masing,
bahasa Indonesia justru dapat menyerasikan hidup sebagai bangsa yang
bersatu tanpa meinggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa etnik yang
bersangkutan. Bahkan, lebih dari itu, dengan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan ini, kepentingan nasional diletakkan jauh di atas
kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda berpotensi
untuk menghambat perhubungan antardaerah antarbudaya. Tetapi, berkat
bahasa Indonesia, etnis yang satu bisa berhubungan dengan etnis yang
lain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Setiap orang Indonesia apa pun latar belakang etnisnya dapat bepergian
ke pelosok-pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Kenyataan ini membuat adanya peningkatan
dalam penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia dalamn fungsinya
sebagai alat perhubungan antardaerah antarbudaya. Semuanya terjadi
karena bertambah baiknya sarana perhubungan, bertambah luasnya
pemakaian alat perhubungan umum, bertambah banyaknya jumlah
perkawinan antarsuku, dan bertambah banyaknya perpindahan pegawai
negeri atau karyawan swasta dari daerah satu ke daerah yang lain karena
mutasi tugas atau inisiatif sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mulau dikenal sejak 17
Agustus 1945 ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai lambang kebanggaan nasional atau lambang kebangsaan.
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari
rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia
menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan
pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara
dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Rasa kebanggaan
menggunakan bahasa Indonesia ini pun terus dibina dan dijaga oelh
bangsa Indonesia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
dijunjung tinggi di samping bendera nasional, Merah Putih, dan lagu
nasional bangsa Indonesia, Indonesia Raya. Dalam melaksanakan fungsi
ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri
sehingga serasi dengan lambang kebangsaan lainnya. Bahasa Indonesia
dapat mewakili identitasnya sendiri apabila masyarakat pemakainya
membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari
unsur-unsur bahasa lain, yang memang benar-benar tidak diperlukan,
misalnya istilah/kata dari bahasa Inggris yang sering diadopsi, padahal
istilah.kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antardaerah
dan antarbudaya, bahasa Indonesia telah berhasil pula menjalankan
fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan. Kalau beberapa tahun
yang lalu masih ada orang yang berpandangan bahwa bahasa Indonesia
belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus, sekarang
dapat dilihat kenyataan bahwa seni sastra dan seni drama, baik yang
dituliskan maupun yang dilisankan, telah berkembang demikian pesatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa nuansa perasaan betapa pun halusnya dapat
diungkapkan secara jelas dan sempurna dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Kenyataan ini tentulah dapat menambah tebalnya rasa
kesetiaan kepada bahasa Indonesia dan rasa kebanggaan akan
kemampuan bahasa Indonesia.
Dengan berlakunya Undang-undang Dasar 1945, bertambah pula
kedudukan bahasa Indonesia, yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa
resmi. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik
secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen, undang-undang,
peraturan-peraturan, dan surat-menyurat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan instansi kenegaraan lainnya ditulis dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan
bahasa Indonesia. Hanya dalam kondisi tertentu saja, demi komunikasi
internasional (antarbangsa dan antarnegara), kadang-kadang pidato
kenegaraan ditulis dan diucapkan dengan bahasa asing, terutama bahasa
Inggris. Warga masyarakat pun dalam kegiatan yang berhubungan
dengan upacara dan peristiwa kenegaraan harus menggunakan bahasa
Indonesia. Untuk melaksanakan fungsi sebagai bahasa negara, bahasa
perlu senantiasa dibina dan dikembangkan. Penguasaan bahasa
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam
pengembangan ketenagaan, baik dalam penerimaan karyawan atau
pagawai baru, kenaikan pangkat, maupun pemberian tugas atau jabatan
tertentu pada seseorang. Fungsi ini harus diperjelas dalam
pelaksanaannya sehingga dapat menambah kewibawaan bahasa
Indonesia.
Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi,
bahasa Indonesia bukan saja dipakai sebagai alat komunikasi timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja dipakai sebagai
alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga dipakai sebagai
alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal
lainnya. Misalnya, surat-menyurat antarinstansi pemerintahan, penataran
para pegawai pemerintahan, lokakarya masalah pembangunan nasional,
dan surat dari karyawan atau pagawai ke instansi pemerintah. Dengan
kata lain, apabila pokok persoalan yang dibicarakan menyangkut masalah
nasional dan dalam situasi formal, berkecenderungan menggunakan
bahasa Indonesia. Apalagi, di antara pelaku komunikasi tersebut terdapat
jarak sosial yang cukup jauh,misalnya antara bawahan - atasan,
mahasiswa - dosen, kepala dinas - bupati atau walikota, kepala desa -
camat, dan sebagainya.
Penulisan dan penerjemahan buku-buku teks serta penyajian
pelajaran atau perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk
masyarakat umum dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi bergantung
sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing (bahasa sumber) dalam usaha
mengikuti perkembangan dan penerapan iptek. Pada tahap ini, bahasa
Indonesia bertambah perannya sebagai bahasa ilmu. Bahasa Indonesia
oun dipakai bangsa Indonesia sebagai alat untuk mengantar dan
menyampaian ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan tingkat
pendidikan.
Bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari lembaga pendidikan terendah
(taman kanak-kanak) sampai dengan lembaga pendidikan tertinggi
(perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, kecuali daerah-daerah yang
mayoritas masih menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di
daerah ini, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di
dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga
(kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia. Karya-
karya ilmiah di perguruan tinggi (baik buku rujukan, karya akhir mahasiswa
- skripsi, tesis, disertasi, dan hasil atau laporan penelitian) yang ditulis
dengan menggunakan bahasa Indonesia, menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia telah mampu sebagai alat penyampaian iptek, dan sekaligus
menepis anggapan bahsa bahasa Indonesia belum mampu mewadahi
konsep-konsep iptek.

SIKAP PEMAKAI BAHASA INDONESIA YANG NEGATIF


Bangsa Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya
bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan
pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain. Mereka
semestinya bangga memiliki bahasa yang demikian itu. Namun, berbagai
kenyataan yang terjadi, tidaklah demikian. Rasa bangga berbahasa
Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa
menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa
Inggris) masih terus menampak pada sebagian besar bangsa Indonesia.
Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya
daripada bahasa Indonesia. Bahkan, mereka seolah tidak mau tahu
perkembangan bahasa Indonesia.
Fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat
Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga
kemahirannya menggunakan bahasa Inggris, walaupun mereka
tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai
bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang
apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia
dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah
menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang
lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih,
walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna.
Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa
Indonesia yang negatif dan tidak baik. Hal itu akan berdampak negatif
pula pada perkembangan bahasa Indonesia. Sebagian pemakai bahasa
Indonesia menjadi pesimis, menganggap rendah, dan tidak percaya
kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran dan
perasaannya dengan lengkap, jelas, dan sempurna. Akibat lanjut yang
timbul dari kenyataan-kenyataan tersebut antara lain sebagai berikut.
Banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan kata-kata, istilah-
istilah, dan ungkapan-ungkapan asing, padahal kata-kata, istilah-
istilah, dan ungkapan-ungkapan itu sudah ada padanannya dalam
bahasa Indonesia, bahkan sudah umum dipakai dalam bahasa
Indonesia. Misalnya, page, background, reality, alternatif, airport,
masing-masing untuk "halaman", "latar belakang", "kenyataan",
"(kemungkinan) pilihan", dan "lapangan terbang" atau "bandara".
Banyak orang Indonesia menghargai bahasa asing secara
berlebihan sehingga ditemukan kata dan istilah asing yang "amat
asing", "terlalu asing", atau "hiper asing". Hal ini terjadi karena
salah pengertian dalam menerapkan kata-kata asing
tersebut,misalnya rokh, insyaf, fihak, fatsal, syarat (muatan),
(dianggap) syah. Padahal, kata-kata itu cukup diucapkan dan ditulis
roh, insaf, pihak, pasal, sarat (muatan), dan (dianggap) sah.
Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing
dengan baik tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya.
Terkait dengan itu, banyak orang Indonesia yang mempunyai
bermacam-mecam kamus bahasa asing tetapi tidakmempunyai
satu pun kamus bahasa Indonesia. Seolah-olah seluruh kosakata
bahasa Indonesia telah dikuasainya dengan baik. Akibatnya,kalau
mereka kesulitan menjelaskan atau menerapkan kata-kata yang
sesuai dalam bahasa Indonesia, mereka akan mencari jalan pintas
dengan cara sederhana dan mudah. Misalnya, pengggunaan kata
yang mana yang kurang tepat, pencampuradukan penggunaan
kata tidak dan bukan, pemakaian kata ganti saya, kami, kita yang
tidak jelas.
Kenyataan-kenyataan dan akibat-akibat tersebut kalau tidak
diperbaiki akan berakibat perkembangan bahasa Indonesia terhambat.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sepantasnyalah bahasa
Indonesia itu dicintai dan dijaga. Bahasa Indonesia harus dibina dan
dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia itu merupakan salah
satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia
patutlah bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah
menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap orang Indonesia
mestilah berusaha agar selalu cermat dan teratur menggunakan bahasa
Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mestilah
dikembangkan budaya malu apabila meraka tidak mempergunanakn
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Anggapan bahwa penggunaan
bahasa Indonesia yang dipenuhi oleh kata, istilah, dan ungkapan asing
merupakan bahasa Indonesia yang "canggih" adalah anggapan yang
keliru. Begitu juga, penggunaan kalimat yang berpanjang-panjang dan
berbelit-belit, sudah tentu memperlihatkan kekacauan cara berpikir orang
yang menggunakan kalimat itu. Apabila seseorang menggunakan bahasa
dengan kacau-balau, sudah tentu hal itu menggambarkan jalan pikiran
yang kacau-balau pula. Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan
bahasa dengan teratur, jelas, dan bersistem, cara berpikir orang itu teratur
dan jelas pula. Oleh sebab itu, sudah seharusnyalah setiap orang
Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang teratur, jelas, bersistem,
dan benar agar jalan pikiran orang Indonesia (sebagai pemilik bahasa
Indonesia) juga teratur dan mudah dipahami orang lain.

PERAN BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI


Dalam era globalisasi ini, peran bahasa Indonesia perlu digalakkan
dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini
diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan
budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan (bahkan) tidak cocok
dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh dari luar atau
pengaruh asing ini sangat besar kemngkinannya terjadi pada era
globalisasi ini. Batas antarnegara yang sudah tidak jelas dan tidak ada
lagi, serta pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi
dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk peran
bahasa Indonesia. Sudah barang tentu, hal ini semua menyangkut tentang
kedisiplinan berbahasa nasional, yaitu pematuhan aturan-aturan yan
berlaku dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan situasi dan
kondisi pemakaiannya. Dengan kata lain, pemakai bahasa Indonesia yang
berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua
kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan
situasi dan kondisinya.
Setiap warga negara Indonesia, sebagai warga masyarakat, pada
dasarnya adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan
karena tujuan utama pembinaan bahasa Indonesia ialah menumbuhkan
dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan
sikap positif ini dapat dilakukan dengan :
1. Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia
2. Sikap kebanggaan berbahasa Indonesia.
Sikap kesetiaan berbahasa Indonesia teruangkap jika bangsa
Indonesia lebih suka memakai bahasa Indonesia daripada bahasa asing
dan bersedia menjaga agar pengaruh asing tidak terlalu berlebihan. Sikap
kebanggan berbahasa Indonesia terungkap melalui kesadaran bahwa
bahasa Indonesia pun mampu mengungkapkan konsep yang rumit secara
cermat dan dapat mengungkapkan isi hati yang sehalus-halusnya. Yang
perlu dipahami adalah sikap positif terhadap bahasa Indonesia ini tidak
berarti sikap berbahasa yang tertutup dan kaku. Bangsa Indonesia tidak
mungkin menuntut kemurnian bahasa Indonesia (sebagaimana aliran
purisme) dan menutup diri dari saling pengaruh dengan bahasa daerah
dan bahasa asing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus bisa
membedakan mana pengaruh yang positif dan mana pengaruh yang
negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sikap positif seperti
inilah yang bisa menanamkan percaya diri bangsa Indonesia bahwa
bahasa Indonesia itu tidak ada bedanya dengan bahasa asing lain.
Masing-masing bahasa mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Sikap
positif terhadap bahasa Indonesia memberikan sumbangan yang
signifikan bagi terciptanya disiplin berbahasa Indonesia. Selanjutnya,
disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk
mempertahankan dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya
sendiri. Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi pergaulan
antarbangsa dan era globalisasi ini.
Di samping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa
cinta kepada bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setiap warga negara Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa
Indonesia dan lalu menggunakannya dengan baik dan benar. Rasa
kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa nasionalisme dan
rasa cinta tanah air yang mendalam. Setiap warga negara yang baik mesti
malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini merupakan
sikap yang positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul
adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak
pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina dengan baik.
Mereka menggunakan bahasa Indonesia "asal orang mengerti". Muncullah
pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan,
dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia.
Padahal, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan "Bahasa
menunjukkan bangsa", yang membawa pengertian bahwa bahasa yang
digunakan akan menunjukkan jalan pikiran si pemakai bahasa itu. Apabila
pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai
bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih lanjut bisa
diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari pun
akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada
era globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin
dalam segala segi kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara
berpikir dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi,
kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan kalah bersaing
dengan bangsa lain.
Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk
dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang
sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri
dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati
diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa
Indonesia adalah bahasa yang sederhana, Tatabahasanya mempunyai
sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit. Kesederhanaan dan
ketidakrumitan inilah salah satu hal yang mempermudah bangsa asing
ketika mempelajari bahasa Indonesia. Setiap bangsa asing yang
mempelajari bahasa Indonesia dapat menguasai dalam waktu yang cukup
singkat. Namun, kesederhaan dan ketidakrumitan tersebut tidak
mengurangi kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan
dan dunia kehidupan bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan
antarbangsa. Bahasa Indonesia telah membuktikan diri dapat
dipergunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu
pengetahuan dengan jernih, jelas, teratur, dan tepat. Bahasa Indonesia
menjadi ciri budaya bangsa Indonesia yang dapat diandalkan di tengah-
tengah pergaulan antarbangsa pada era globalisasi ini. Bahkan, bahasa
Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di negara-negara
asing seperti Australia, Belanda, Jepanh, Amerika Serikat, Inggris, Cina,
dan Korea Selatan.

PENUTUP
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia
terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju
mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa Indonesia merupakan
tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara
Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama
berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia
itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan
meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini,
yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju
bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa.
Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia
sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan
bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai
bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan
bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini
semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang
mengaku berbangsa Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri
bangsa Indonesia yang perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa
memerlukan alat komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan
mampu menyampaikan pikiran yang lengkap. Oleh karena itu, bahasa
Indonesia harus bterus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa
sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam pergalan
antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggaan berbahasa
Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam di sanubari setiap
bangsa Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan
pemakainya karena adanya kekacauan dalam pengungkapan pikiran.
Akibatnya bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau
sudah demikian, bangsa Indonesia "akan ditelan" oleh bangsa lain yang
selalu melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan menggunakan
bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah barang tentu, hal seperti
harus dapat dihindarkan pada era globalisasi ini. Apalagi, keadaan seperti
ini bukan merupakan keinginan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Abdullah. Ed. 1994. Language Planning in Southeast Asia. Kuala


Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Saleh Rahmayulis , Bahasa Indonesia bisa tergusur di era globalisas


(online) http://www.bisnis.com, diakses 01/06/2008)

Prof. Dr. Mursai Bahasa dan Sastra Sebagai Identiti Bangsa Dalam
Proses Globalisasi (online) (http://www.asmakmalaikat.com,
diakses 01/06/2008)

Anda mungkin juga menyukai