Anda di halaman 1dari 18

Modul 5

Penerapan Kemampuan Membaca


Kegiatan Belajar 1

Mengungkapkan Isi Bacaan keterampilan membaca pemahaman untuk


kepentingan studi yang biasa alam kegiatan belajar ini, kita akan memfokuskan pembelajaran pada
dilakukan dengan kegiatan membaca dalam hati. Untuk itu, anda akan saya ajak untuk memahami konsep

D membaca dalam hati, yang meliputi makna kemampuan membaca dan cara atau strategi untuk memperoleh
kemampuan tersebut.

A. KEMAMPUAN MEMBACA

Coba Anda perhatikan beberapa ilustrasi berikut ini.


1. Dalam sebuah percakapan di sebuah halaman sebuah sekolah dasar, seorang ibu muda yang tengah menunggui
putrinya memasuki hari pertama sekolah di sekolah itu dengan bangga bercerita kepada ibu muda lainnya.
Inilah rekaman percakapannya.
Ibu A : “Anak saya, si Gina sudah pandai membaca sejak dia di TK lho Bu!”
Ibu B : “Oya..., pintar ya anak Ibu”.
Ibu A : “Iya, sekarang dia sudah bisa baca koran, bahkan judul-judul buku bapaknya yang berbahasa Inggris
pun, dia baca”.
Ibu B : “Apa dia juga bisa berbahasa Inggris”.
Ibu A : “Tidak, tapi dia bisa melafalkan tulisan yang ada pada juduljudul buku itu, Maksud saya, melafalkan
huruf-huruf itu sesuai dengan lafal bunyi-bunyi bahasa kita, bukan lafal bahasa Inggris”.

2. Seorang guru bahasa Inggris di sebuah SMP meminta muridnya untuk membacakan sebuah teks bahasa Inggris
kepada salah seorang murid barunya di kelas 1-B. Hari itu merupakan hari pertama sekolah pada tahun ajaran
baru tahun itu.
Inilah rekaman percakapannya!
Guru : “Hari ini, kalian akan belajar bahasa Inggris. Coba buka buku paket kalian, halaman pertama. Bapak
beri kesempatan kalian 5 menit untuk membacanya dalam hati”.
Siswa : (Hening .... Semua melakukan aktivitas membaca dalam hati).
Guru : “Ya, cukup! Coba sekarang Bapak minta Gumelar membacakan teks itu
dengan nyaring!”
Gum : (Membaca nyaring teks itu dengan lancar dan lafal yang baik) Guru : “Bagus! Kemampuan
membacamu bagus sekali”.

3. Kasus yang sama terjadi di sebuah SMA. Salah seorang murid yang duduk di bangku kelas 11 (kelas 2 ) dapat
membacakan (secara nyaring) sebuah teks bahasa Inggris dengan lancar dan lafal yang baik, namun tidak
memahami apa yang dibacanya. Inilah rekaman percakapannya!
Siswa A : (Membacakan sebuah teks bahasa Inggris dengan lancar dan lafal yang baik).
Guru : “Bagus, pelafalanmu bagus sekali. Nah... coba sekarang kamu ceritakan maksud teks yang kamu baca
itu dengan bahasamu sendiri!”
Siswa A : (Diam sejenak, lalu menggelengkan kepala). “Saya tidak tahu, Pak! Saya tidak mengerti”.

Berdasarkan ketiga ilustrasi di atas, kita menjadi bingung dengan definisi atau batasan “:kemampuan
membaca”. Apa sebenarnya “kemampuan membaca itu? Apakah Gina pada ilustrasi (1) di atas dapat dikategorikan
pada kelompok anak yang memiliki kemampuan membaca? Bagaimana dengan Gumelar pada ilustrasi (2); dan
bagaimana pula dengan siswa A pada ilustrasi (3)?
Dilihat dari kelompok pembacanya, ketiga siswa pada ketiga ilustrasi di atas menunjukkan kelompok pembaca
yang berbeda. Gina (ilustrasi 1) merupakan kelompok pemula; sedangkan Gumelar dan Si A (ilustrasi 2 dan 3)
merupakan kelompok pembaca lanjut. Definisi “kemampuan membaca” untuk kedua kelompok pembaca ini tentu
saja berbeda. Kemampuan membaca untuk kelompok pemula sama dengan melek huruf, yakni dapat mengenal
lambang-lambang tulis dan membunyikannya dengan lafal yang benar. Sementara kemampuan membaca untuk
kelompok pembaca lanjut adalah melek wacana, yakni dapat mengenali lambang-lambang tulis dan memahami
arti/makna/maksud di balik lambang-lambang itu, baik makna tersurat, makna tersirat, bahkan makna tersorot.
Dalam modul ini, kemampuan membaca yang dimaksud adalah kemampuan membaca yang identik dengan
melek wacana. Bahkan kemampuan membaca dapat ditolokukuri oleh dua kemampuan utama, yakni (1)
kemampuan visual dan (2) kemampuan kognisi. Yang dimaksud dengan kemampuan visual adalah kemampuan
mata melihat dan menangkap lambang-lambang tulis secara cepat. Sementara kemampuan kognisi adalah
kemampuan otak memahami makna dan maksud lambang-lambang secara tepat. Berdasarkan patokan kedua
komponen tadi, yakni kecepatan mata melihat lambang dan ketepatan otak memaknai lambang merupakan
cerminan dari kemampuan membaca yang sesungguhnya. Kemampuan itu sering juga disebut kemampuan (ada
juga yang menyebutnya kecepatan) efektif membaca atau populer dengan istilah KEM. Jadi, KEM itu adalah
perpaduan antara kemampuan visual (kecepatan mata melihat lambang) dan kemampuan kognisi (ketepatan otak
memaknai lambang). Dengan demikian, semakin cepat orang membaca dan semakin banyak informasi bacaan yang
dapat dipahaminya, maka semakin bagus/tinggi KEM-nya. Sebaliknya, semakin lambat membaca dan semakin
sedikit informasi yang dapat dipahami dari teks yang dibacanya, maka semakin jelek/kecil KEM-nya.
Untuk mencapai KEM yang tinggi terdapat dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yaitu kecepatan
membaca dan ketepatan memahami isi bacaan. Untuk mencapai kecepatan membaca dimaksud, pembaca perlu
menguasai berbagai strategi membaca cepat, seperti skimming dan scanning.
Kegiatan membaca dimaksud dilakukan dalam hati secara senyap. Untuk mencapai tingkat pemahaman yang
tinggi, pembaca perlu mengerahkan segenap konsentrasi dan menerapkan berbagai strategi membaca yang
disesuaikan dengan karakteristik bahan bacaan dan tujuan membaca. Pada umumnya, untuk kepentingan studi dan
perluasan informasi kita sering berhubungan dengan wacana-wacana informatif. Pada kegiatan belajar ini, anda
akan saya ajak untuk mengenali jenis wacana dimaksud dan cara membacanya.

B. MEMBACA WACANA INFORMATIF

Kita sering mendengar komentar orang-orang di sekitar kita atau di koran-koran bahwa kita telah memasuki
abad informasi. Pernyataan ini tentu saja terutama berlaku bagi masyarakat modern yang tinggal di kota-kota yang
telah dilengkapi dengan berbagai sarana komunikasi, seperti koran, majalah, buku-buku, jurnal, radio, tv, dan
internet. Setiap hari di hadapan kita, sebagai bagian dari masyarakat modern, tersedia berlimpah informasi yang
bagaikan tak terbatas.
Sebagian dari informasi yang berlimpah tersebut tersedia dalam wujud bahan bacaan berupa koran, majalah,
jurnal, buku, serta surat elektronik (email), artikel, dan berita/artikel yang disampaikan melalui internet. Dalam
situasi kita menghadapi sumber informasi yang melimpah itu, kita dituntut memiliki kemampuan memilih bahan
bacaan dengan cepat serta berkemampuan membaca cepat pula. Untuk itu, diperlukan strategi-strategi membaca
yang efektif. Berikut ini, akan kita bicarakan beberapa strategi membaca tersebut.

1. Membaca Memindai
Ketika mengunjungi perpustakaan, sering kali kita perlu membaca dengan cepat judul-judul buku dalam kartu-
kartu katalog serta kode-kode buku yang terpanjang di rak sebelum memutuskan mengambil salah satu di
antaranya. Demikian juga ketika kita akan makan di restoran, kita kadangkadang merasa perlu membaca menu
makanan dan minuman dengan cepat sebelum memutuskan memesan makanan dan minuman yang kita inginkan.
Dengan kata lain, kita perlu memindai judul-judul buku dalam kartu katalog dan kode-kode buku di rak sebelum
memutuskan mengambil satu atau dua buah buku dari suatu rak, dan kita perlu memindai daftar makanan dan
minuman di sebuah restoran sebelum memutuskan memesan makanan dan minuman. Jenis kegiatan membaca
seperti ini disebut membaca memindai, yang sering pula disebut membaca scanning (Mikulecky, 1990:138).
Setelah menemukan judul buku yang kita cari di sebuah rak perpustakaan, misalnya kita bertanya-tanya apakah
buku tersebut memang sesuai dengan kebutuhan kita. Lalu, kita pun berupaya melakukan survei terhadap buku
tersebut. Dengan cepat kita baca identitas buku pada halamanhalaman depan, daftar isi, daftar indeks, dan beberapa
halaman bagian dalam buku tersebut. Setelah itu, baru kita mengambil kesimpulan bahwa buku tersebut sesuai
dengan kebutuhan kita atau tidak. Jenis kegiatan membaca tersebut dapat disebut juga membaca memindai, yaitu
membaca dengan cepat sesuatu bahan bacaan untuk mendapatkan sesuatu kesan awal atau untuk menemukan
sesuatu yang kita cari yang mungkin terdapat di dalamnya. Sebagian pakar menamakan kegiatan membaca
demikian dengan istilah membaca skimming (Mikulecky, 1990:138).
Kedua jenis kegiatan membaca ini sangat penting bagi kita. Oleh karena itu, di samping kita perlu berlatih agar
menguasai kedua jenis keterampilan membaca tersebut, para murid pun perlu kita latih agar dapat memanfaatkan
kedua jenis keterampilan membaca tersebut.

a. Scanning
Mikulecky (1990:49-51) memberikan penjelasan mengenai jenis kegiatan membaca yang disebut scanning,
seperti berikut. Scanning adalah keterampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan
sangat cepat. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca jenis ini kita tidak perlu membaca kata demi kata dan
tidak perlu membaca secara teliti keseluruhan bahan bacaan yang kita hadapi guna menemukan informasi khusus
yang kita butuhkan. Yang kita perlukan adalah kemampuan mata kita menjangkau kelompok-kelompok kata
sebanyak-banyaknya secara sekaligus dan kemampuan berpindah dari satu jangkauan pandangan ke jangkauan
pandangan berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari.
Keterampilan membaca scanning hanya dapat diperoleh dengan melakukan latihan-latihan. Kita harus berlatih
memperluas jangkauan pandangan mata kita terhadap kelompok-kelompok kata dan berpindah dengan cepat.
Misalnya, dengan berlatih menemukan suatu kata dalam kamus, menemukan informasi mengenai harga emas dalam
sebuah koran.
Dalam melakukan scanning, kita hanya perlu menangkap kata kunci yang menandai informasi yang kita cari.
Misalnya, kita ingin menemukan berita mengenai masalah pendidikan dalam suatu surat kabar, kita tinggal
memindai judul-judul berita pada halaman-halaman surat kabar tersebut dengan berbekal kata kunci pendidikan.
Bahkan, dalam mencari kata tertentu dalam kamus atau ensiklopedia, kita hanya perlu memindai huruf pertama,
kemudian huruf kedua, dan huruf berikutnya dari kata yang kita cari daftar kata yang ada dalam kamus
ensiklopedia. Kita akan melewati dengan sangat cepat kata yang memiliki huruf pertama yang berbeda dengan
huruf awal kata yang kita cari, sampai menemukan kata yang kita cari tersebut.
Tentu saja latar belakang pengetahuan pembaca turut menentukan kecepatan seseorang dalam membaca
skimming. Misalnya, seseorang yang ingin menemukan iklan baris mengenai penjualan rumah, sebelumnya ia telah
mengetahui bahwa iklan tersebut terletak pada halaman 11 surat kabar yang dibacanya, kemudian iklan jenis
tersebut berkemungkinan akan dapat membaca scanning dengan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki pengetahuan mengenai letak iklan yang dimaksud itu sebelumnya bila luas jangkauan
pandangan mata dan kecepatan berpindah pandangan mereka relatif sama.
Untuk tingkat permulaan, kita dapat melatih murid kita membaca scanning melalui perlombaan antarkelompok
murid atau antarmurid dalam menemukan informasi khusus yang kita tentukan dalam sebuah bacaan. Misalnya, kita
sediakan daftar acara televisi yang biasa dimuat di korankoran. Lalu, kita minta murid menemukan acara tertentu
dan kita hitung kecepatan membacanya. Kemudian, berdasarkan kecepatan mereka menemukan yang dicari, kita
tentukan pemenang 1 sampai 3 di antara para murid.
Untuk tingkat selanjutnya, latihan membaca scanning dapat ditingkatkan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang lebih banyak dan bervariasi kepada murid. Kegiatan ini pun dapat diperlombakan. Misalnya, kita
sediakan daftar iklan baris yang berisi lowongan kerja yang kita ambil dari sebuah koran. Kemudian, kita ajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut untuk diperebutkan.
1) Iklan lowongan kerja jenis apa yang mensyaratkan pelamarnya memiliki kemampuan menggunakan program
auto card?
2) Jenis lowongan kerja apa yang mensyaratkan pelamarnya jujur dan mau bekerja keras?
3) Jenis-jenis lowongan kerja apa saja yang mensyaratkan pelamarnya berijazah minimal SMA?
4) Jenis pekerjaan apa yang mensyaratkan pelamarnya memiliki SIM C?

Untuk setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi skor 25. Yang memiliki skor tertinggi merupakan
pemenang lomba. Kita pun masih perlu terus berlatih membaca scanning guna meningkatkan kecepatan kita dalam
membaca. Dalam berlatih, kita dapat meminta bantuan teman untuk mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan
dengan suatu bacaan dan mengukur kecepatan kita dalam membaca dengan menggunakan stopwatch.

b. Skimming
Menurut Fry dalam Mikulecky (1990:138), skimming memiliki kesamaan dengan scanning, yaitu memerlukan
kecepatan membaca yang tinggi. Namun, skimming memiliki perbedaan dengan scanning. Scanning merupakan
jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus dalam suatu teks, Sedangkan skimming
menuntut pembaca memiliki kemampuan memproses teks dengan cepat guna memperoleh gambaran umum
mengenai teks tersebut. Dalam hal ini, melalui skimming pembaca memperoleh kesan umum mengenai bentuk dan
isi teks, yaitu mengenai organisasi, gaya, dan fokus tulisan, gagasan-gagasan utama yang disampaikan dan sudut
pandang penulis, termasuk mengenai kaitan teks dengan kebutuhan dan minat pembaca.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui skimming, pembaca dapat mengambil keputusan apakah akan
terus membaca bahan bacaan tersebut secara keseluruhan atau cukup membaca bagian tertentu saja yang sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Selain itu, skimming juga bermanfaat sebagai review terhadap teks yang sudah
dibaca sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa skimming menuntut pembaca sekurang-kurangnya
memiliki pengetahuan mengenai organisasi teks, pengetahuan leksikal, terutama kata-kata yang menyatakan suatu
petunjuk (lexsical clues), dan kemampuan menemukan ide pokok dari suatu bacaan. Dengan demikian, pembaca
diharapkan memiliki kemampuan jangkauan mata yang luas dan beralih dengan cepat dari bagian demi bagian teks
yang penting dibaca, berdasarkan pengetahuan mengenai organisasi teks dan pengetahuan mengenai kata-kata
petunjuk teks. Seseorang baru dapat dikatakan sebagai pembaca skimming yang baik bila dapat memproses teks
yang berisi sekitar 800 kata dalam satu menit.
Skimming sangat bermanfaat bagi kita dalam kehidupan, misalnya dalam mengambil keputusan berkenaan
dengan hal berikut ini.
1) Kita akan membeli sebuah buku mengenai cara mengajar membaca permulaan. Di toko buku terdapat empat
buah buku yang ditulis oleh pengarang yang berbeda mengenai subjek itu. Kita harus memilih satu di antara
keempat buku tersebut.
2) Kita ingin mengetahui sedikit mengenai suatu peristiwa. Dari judul berita pada sebuah surat kabar, kita
mengetahui bahwa peristiwa tersebut disajikan secara panjang lebar. Tetapi, kita tidak memiliki banyak waktu.
3) Kita membaca sebuah buku beberapa tahun lalu. Kita diundang untuk menceritakan isi buku tersebut pada
acara bedah buku besok pagi. Kita tidak mempunyai banyak waktu.
4) kita mempunyai beberapa buah buku mengenai suatu subjek yang ditulis oleh pengarang yang berbeda. Kita
ingin mengetahui gagasan-gagasan mereka, tapi kita tidak memiliki banyak waktu.

2. Membaca Pemahaman
Dalam modul ini kita menggunakan istilah membaca pemahaman guna merujuk kepada jenis kegiatan
membaca dalam hati yang dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar
sehingga memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca. Tarigan (1993) menyebut jenis
kegiatan membaca ini dengan istilah membaca teliti. Namun, kita tidak menggunakan istilah membaca teliti
mengingat ada kesan bahwa membaca teliti selalu dilakukan dengan lambat. Padahal, dalam membaca pemahaman
kecepatan membaca yang kita gunakan mungkin bervariasi, tergantung pada bahan bacaan yang kita baca. Bila
bahan yang dibaca itu berisi penjelasan mengenai ciri-ciri negara demokrasi, misalnya kita akan membaca bagian
itu berisi detail data berupa angka-angka (misalnya) mungkin kecepatan kita dalam membaca agak berkurang.
Selain itu, cakupan konsep membaca pemahaman ini tidak sama persis dengan cakupan konsep membaca dalam
hati yang dikemukakan oleh Tarigan (1993).

a. Prabaca (previewing)
Guna mendapatkan gambaran umum mengenai bahan bacaan yang akan kita baca, kita hendaknya melakukan
kegiatan prabaca (previewing). Kegiatan prabaca akan memberikan pemahaman awal kepada kita mengenai bahan
bacaan yang dihadapi. Selain itu, menurut Mikulecky (1990:33), kegiatan prabaca dapat mengaktifkan pengetahuan
yang telah kita miliki sebelumnya berkenaan dengan bahan bacaan yang akan kita baca.
Kegiatan prabaca (previewingi) yang perlu kita lakukan ketika akan membaca sebuah buku, antara lain berikut
ini.
1) Bacalah halaman judul dan halaman copyright. Temukan nama pengarang buku dan tahun terbitnya.
Mengetahui tahun terbit buku sangat penting guna mengetahui seberapa baru (how up-to-date) buku tersebut di
antara buku-buku sejenis.
2) Bacalah daftar isi. Amati organisasi buku, meliputi bab dan subbabnya.
3) Lakukan skimming terhadap bagian (bab) pendahuluannya. Kemudian, perhatikan ilustrasi-ilustrasi, diagram-
diagram, tabel-tabel. Bacalah judul-judul dan amati apakah setiap akhir bab terdapat rangkuman atau
pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan.
4) Perhatikan halaman pertama pada setiap bab.
5) Lakukan skimming terhadap bab terakhir karena biasanya bab terakhir merupakan kesimpulan atau rangkuman
dari isi buku.
6) Perhatikan pula bagian akhir buku, apakah terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan hal lain yang dapat
membantu memahami isi buku.

Selanjutnya, berikut ini adalah petunjuk melakukan prabaca


(previewing) terhadap sebuah bab dari suatu buku atau sebuah artikel.
1) Bacalah judul buku atau artikel.
2) Perhatikan seluruh ilustrasi yang ada.
3) Apabila bab atau artikel tersebut terdiri atas sub-subbab atau subsubtopik, lakukan skimming terhadap judul
sub-subbab atau subsubtopik tersebut.
4) Lakukan pula skimming terhadap paragraf awal dan akhir serta rangkuman bab atau artikel tersebut. Apabila
terdapat pertanyaanpertanyaan pada akhir bab, lakukan pula skimming terhadapnya.

Beberapa manfaat melakukan prabaca (previewing).


Pertama, kegiatan prabaca memungkinkan pembaca mengetahui jenis bacaan yang dihadapi, konteks bacaan,
tema bacaan, tingkat kesulitan, dan pengorganisasian bacaan.
Kedua, ini yang paling penting, dengan mengetahui tema bacaan pembaca akan segera mengaktifkan latar
belakang pengetahuan siap (skemata) yang telah dimilikinya yang berkaitan dengan tema itu. Dengan begitu,
pembaca akan lebih mudah menangkap dan memahami maksud bacaannya dengan lebih baik, meskipun mungkin
pembaca menemui beberapa pemakaian kosakata/istilah asing yang tidak dipahaminya. Di samping itu, pembaca
juga akan dapat memanfaatkan waktu tempuh bacanya dengan lebih cepat.
Ketiga, kegiatan prabaca dapat menumbuhkan kesadaran pembaca bahwa untuk memahami isi/maksud sebuah
bacaan, proses membaca tidak harus dilakukan secara kata demi kata yang disisir habis, namun dapat dilakukan
secara terpilih dengan melewati bagian-bagian yang dianggap tidak perlu atau bagian yang dianggap sudah tersedia
dalam bank pengetahuan siap kita (Mikulecky, 1990: 35-38).

b. Pendugaan (predicting)
Setelah selesai atau selama melakukan prabaca (previewing), sebaiknya pembaca melakukan dugaan terhadap
kemungkinan isi/maksud bacaan dari bacaan yang dihadapinya. Sebagai contoh, ketika anda membaca sebuah judul
buku yang berbunyi Sejarah Pendidikan Indonesia (karangan Prof. Dr. Nasution, M.A.) mungkin kita menduga
bahwa salah satu informasi yang akan kita peroleh dari buku itu antara lain informasi tentang perkembangan
pendidikan di Indonesia, sejak masa sebelum, semasa, dan sesudah kemerdekaan, bahkan hingga saat buku itu
ditulis. Dugaan-dugaan mengenai isi bacaan terus kita lakukan ketika atau setelah mengamati ilustrasi berupa
gambar, diagram, dan informasi lain yang diperoleh ketika melakukan prabaca (previewing). Ketika melakukan
dugaan, kita berupaya mendapatkan informasi:
1) jenis bahan bacaan yang akan kita baca, apakah berupa laporan penelitian buku pelajaran, artikel, cerita, iklan
atau lainnya;
2) apa yang sudah dan apa yang belum kita ketahui mengenai isi bacaan;
3) seberapa teliti kita harus membaca suatu bacaan. Apakah kita perlu mengingat bagian-bagian tertentu dari
bahan bacaan, bagian mana saja kita perlu melakukan scanning untuk mendapatkan informasi tertentu?

Apakah kita hanya perlu membaca untuk tujuan bersenang-senang saja tanpa perlu mengingat-ingat sesuatu
dari bahan bacaan tersebut?

c. Membaca dengan Kecepatan Bervariasi dan Menandai Bahan Bacaan


Setelah kita melakukan kegiatan prabaca dan menduga-duga isi bacaan yang kita hadapi, kita pun mulailah
melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya. Berdasarkan hasil kegiatan prabaca dan juga dugaan kita
terhadap teks yang kita hadapi, mungkin kita akan menggunakan beberapa keterampilan dalam membaca. Untuk
memperoleh pemahaman yang utuh mengenai bahan bacaan yang benar-benar baru bagi kita, kita perlu
menggunakan keterampilan membaca skimming terhadap seluruh bacaan, kemudian membaca ulang dengan tempo
yang lebih lambat bagian-bagian ketelitian. Misalnya, membaca ulang bab-bab atau bagian-bagian bab yang masih
belum kita pahami, membaca kembali tabel-tabel yang berisi data statistik, formula-formula atau rumus-rumus
penting.
Apabila bahan bacaan dalam buku atau artikel yang kita hadapi tidak seluruhnya baru, berdasarkan hasil
prabaca dan dugaan yang sudah dilakukan, mungkin untuk bagian-bagian yang sudah kita pahami, kita baca
dengan sangat cepat (melakukan skimming) judul-judul bab atau subbabnya saja, sedangkan bab-bab atau sub-bab
yang belum kita pahami, kita baca dengan cepat (skimming) guna memperoleh kesan umum dan dibaca ulang
dengan teliti bagian-bagian yang kita anggap perlu untuk itu.
Selama membaca ulang bagian-bagian yang kita anggap perlu dibaca dengan teliti, berilah tanda pada bagian-
bagian yang Anda anggap penting. Jangan segan pula membuat catatan-catatan, baik pada halaman bacaan maupun
pada kartu-kartu yang Anda siapkan untuk itu. Misalnya, bubuhilah garis bawah pada kalimat atau garis tegak pada
pinggir paragraf yang Anda anggap memuat informasi penting. Tulis tanda tanya pada bagian yang masih belum
Anda pahami atau Anda ragukan kebenarannya atau Anda tidak setuju terhadapnya.
Untuk membantu Anda mengingat organisasi bahan bacaan, gunakan halaman kosong pada bagian akhir buku
untuk membuat diagram pohon mengenai organisasi/isi buku. Cukup Anda tuliskan kata-kata kunci pada diagram
tersebut. Sedangkan yang menyedihkan adalah masih ada orang tua dan guru yang berpesan pada anak agar jangan
mencoret atau menulis pada halaman buku bacaan/pelajaran. Perlu kita ingat baik-baik bahwa sangatlah keliru bila
kita menginginkan halaman-halaman buku atau margin dari artikel yang dibaca selalu bersih dari tanda-tanda atau
tulisan. Lebih baik buku-buku menjadi buruk rupa atau rusak karena dibaca secara sungguh-sungguh daripada
dibiarkan bersih mengilat, namun tidak dimengerti, kecuali bukubuku yang dibiarkan bersih mengilat itu adalah
buku-buku atau majalah yang dibaca untuk tujuan mendapatkan hiburan.

C. BERLATIH MENGUNGKAPKAN ISI BACAAN

Berikut ini disediakan beberapa teks informatif. Silakan Anda baca teks dimaksud dengan menerapkan
berbagai strategi membaca cepat seperti yang telah dijelaskan di muka. Setiap kali hendak memulai kegiatan
membaca, lihatlah jam tangan Anda, lalu catat waktu mulai membaca. Misalnya mulai membaca pk. 10.03.
Demikian juga ketika selesai membaca, catat pula waktunya. Dengan demikian, Anda akan mengetahui berapa lama
waktu yang Anda gunakan untuk membaca teks tersebut!

Teks 1
Mulai membaca pukul: .....
RADAR KELELAWAR DETEKSI TUMOR
Para ilmuwan di Skotlandia berharap radar mimik kelelawar dapat mengetahui lokasi dan mengidentifikasi
tumor yang tersembunyi dalam tubuh. Tim peneliti dari Universitas Strathclyde telah mengembangkan sebuah
teknik diagnosis yang sama dengan teknik beberapa binatang dalam mendeteksi objek atau targetnya.
Navigasi kelelawar dan serangga pemburu yang menggunakan indra penglihatan dan pendengaran dengan
memanfaatkan gema coba dikembangkan saat ini. Tim ini sedang melihat penggunaan prinsip yang sama untuk
menemukan tumor yang tersembunyi dalam tubuh seseorang dengan menggunakan ultrasuara itu.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh majalah Engineer edisi 12 November 2007, penelitian ini sedang
memfokuskan pada cara pendeteksian dengan menggunakan panduan kemampuan kelelawar, lumba-lumba, dan
ikan paus dalam menangkap mangsanya. Ketiga jenis hewan ini memang terkenal memiliki kemampuan canggih
untuk menangkap mangsanya dengan menggunakan sinyal ultrasuara yang dikeluarkannya.
“Kode akustik” ini digunakan untuk mengidentifikasi objek yang berbeda-beda. Seekor kelelawar sebagai
contohnya, pancaran ultrasuara dari bunyi “citcit” hewan ini diyakini digunakan untuk menangkap mangsanya.
Gema yang dihasilkan dari seekor kelelawar berfungsi untuk mendeteksi sebuah serangga yang sedang terbang,
yang kemudian akan membimbingnya menangkap mangsanya itu.
“Kelelawar, ikan lumba-lumba, dan ikan paus menggunakan perangkat akustik yang kompleks dalam
mengidentifikasi dan membimbing dalam menangkap mangsanya,” ujar Profesor Gordon Hayward, yang
memimpin penelitian ini. Tim mesinnya telah menggunakan matematika untuk menemukan kode akustik kelelawar
dalam menangkap mangsa yang berbeda-beda, termasuk nantinya untuk menangkap sel kanker. Penelitian ini
diharapkan akan selesai dalam waktu tiga tahun ke depan Sistem ini nantinya juga diharapkan dapat digunakan
dalam militer untuk mendeteksi dan menangkal ranjau bawah laut.
Dalam tim ini juga bergabung beberapa ilmuwan dari Universitas Virginia dan Universitas South
California. Dalam penelitiannya, mereka akan menggunakan suara ultra untuk menyusun gambar dari
tingkat sel pada organ tubuh manusia. (Jumlah kata: 276) Sumber: Pikiran Rakyat, 22 November 2007.

Selesai membaca pukul: ........

Cobalah Anda jawab pertanyaan-pertanyaan berikut yang digali dari teks di atas. Pertanyaan-pertanyaan
dimaksud dapat membimbing Anda memahami bacaan di atas. Persentase kebenaran jawaban Anda
menunjukkan tingkat pemahaman Anda terhadap isi bacaan tersebut.

Pertanyaan Teks 1:
1. Binatang apa yang diduga para ilmuwan Skotlandia dapat mengidentifikasi lokasi tumor dalam tubuh manusia?
2. Mengapa serangga pemburu yang menggunakan indra penglihatan dan pendengaran dipilih untuk proyek
penelitian pendeteksian lokasi tumor?
3. Di samping kelelawar, binatang apa lagi yang menggunakan sinyal ultrasuara dalam menangkap mangsanya?
4. Bagaimana cara kerja kelelawar dalam menangkap mangsanya?
Jelaskan!
5. Apa yang dimaksud dengan “kode akustik”?
6. Siapakah Prof. Gordon Hayward itu?
7. Adakah kaitan antara kode akustik pada kelelawar dengan sel kanker?
8. Dengan cara bagaimana kode akustik kelelawar dalam menangkap mangsa ditemukan?
9. Jika penelitian ini berhasil, apa sumbangsihnya bagi militer?
10. Coba kemukakan cara kerja suara ultra pada penelitian kanker!
Dengan data jumlah kata yang dibaca, waktu yang diperlukan untuk membaca, dan skor jawaban yang benar,
Anda dapat menghitung banyaknya skor KEM. Untuk mengukur KEM seseorang/Anda perlu dilakukan hal-hal
berikut ini.

1. Mengukur Kecepatan Membaca (KM)


Cara untuk mengukur kecepatan membaca adalah menghitung jumlah kata dalam bacaan dibagi dengan jumlah
waktu baca dalam hitungan detik, jumlah waktu ini dibagi 60 sehingga menjadi menit.

Jumlahkatadalambacaan(KB)
KM=
Jumlahwaktubaca: 60 (SM)

2. Mengukur Pemahaman Isi (PI)


Caranya adalah menghitung persentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban ideal dari pertanyaan tes
pemahaman bacaan.

Skor jawaban benar


PI= ×100%
Skor jawaban ideal

3. Mengukur Kemampuan Efektif Membaca (KEM)

KB PI
KEM= × KPM
SM:60 100

Keterangan:
KM = Kemampuan Membaca
KB = Jumlah Kata dalam Bacaan
SM = Jumlah Sekon (detik) Membaca
PI/100 = Persentase Pemahaman Isi
KEM = Kemampuan Efektif Membaca
KPM = Jumlah Kata per Menit

Agar lebih jelas, perhatikan contoh sebagai berikut.


KB = 1000
SM = 120 (2 menu)
PI = 80
1000 80
KEM= × KPM=400KPM
120:60 100

Masalahnya sekarang adalah berapakah KEM yang harus kita miliki? Berikut ini adalah standar minimal KEM
seseorang berdasarkan latar belakang pendidikannya.

Pendidikan KEM
SD/SMP 200 Kata per menit
Kelas I 60−80 kata per menit
Kelas 2 90−110 kata per menit
Kelas 3 120−140 kata per menit
Kelas 4 150−160 kata per menit
Kelas 5 170−180 kata per menit
Kelas 6 190−250 kata per menit
SMA 250 kata per menit
Mahasiswa 325 kata per menit
Karya siswa 400 kata per menit
(pascasarjana)
Orang dewasa(tidak 200 kala per menit
sekolah)

Akan tetapi, tidak semua jenis bacaan harus dibaca secara cepat. Pembaca yang efisien mempunyai kecepatan
membaca sesuai dengan bahan yang dihadapi dan tujuan membacanya. Soedarso (1991) membaginya sebagai
berikut.
a. Membaca secara skimming dan scanning (kecepatan lebih dari 1.000 KPM) digunakan untuk:
1) mengenali bahan yang akan dibaca;
2) mencari jawaban atas pertanyaan tertentu;
3) mendapatkan struktur dan organisasi bacaan serta menemukan gagasan bacaan.
b. Membaca dengan kecepatan yang tinggi (500 − 800 KPM) digunakan untuk:
1) membaca bahan-bahan yang muda dan tidak dikenal; 2) membaca novel ringan untuk mengikuti jalan
cerita.
c. Membaca secara cepat (350 − 500 KPM) digunakan untuk:
1) membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskriptif dan bahanbahan nonfiksi lain yang bersifat
informatif;
2) membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya dan mengantisipasi akhir cerita.
d. Membaca dengan kecepatan rata-rata (250 − 350 KPM) digunakan untuk:
1) membaca fiksi yang agak sulit untuk analisis watak serta jalan
cerita;
2) membaca nonfiksi yang apak sulit untuk mendapatkan detail, mencari hubungan atau membuat evaluasi
ide penulis.
e. Membaca lambat (100 − 125 KPM) digunakan untuk:
1) mempelajari bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai isi;
2) menguasai bahan-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat teknik;
3) membuat analisis bahan-bahan bernilai sastra klasik;
4) memecahkan persoalan yang ditunjuk dengan bacaan yang bersifat instruksional (pedoman).

Contoh menghitung KEM


Jumlah kata dalam teks 290. Jumlah waktu baca 30 detik. Skor yang Anda peroleh menjawab soal/pertanyaan 90,
maka:
290
KM == 580/ menit
30:60
90
PI = ×100%= 90%
100
290 90
KEM = × = 522KPM
30:60 100
Kegiatan Belajar 2

Menilai Isi Bacaan sederhana dari kegiatan membaca.


Setelah itu, lebih jauh Anda dituntut emahami apa yang telah dibaca merupakan sasaran yang paling
untuk dapat menilai apa yang telah Anda baca itu dari berbagai aspek. Untuk dapat menilai bacaan,

M diperlukan keterampilan membaca kritis. Oleh karena itu, melalui modul ini, Anda akan saya ajak untuk
mengenal, memahami, dan menerapkan keterampilan membaca kritis dalam kegiatan membaca. Dengan
demikian, Anda diharapkan bukan saja memiliki kemampuan memahami bacaan dengan baik, melainkan juga dapat
memberikan penilaian secara kritis terhadap apa yang dibaca.

A. HAKIKAT MEMBACA KRITIS

Dalam kegiatan membaca, setelah Anda dapat memahami isi bacaan yang dibaca, mungkin timbul pertanyaan
dalam diri Anda, “Apa maksud penulis sebenarnya?” Sewaktu kegiatan membaca berlangsung,
pertanyaanpertanyaan berikut juga mungkin muncul dalam benak Anda. “Mengapa penulis menulis seperti itu?
Apa maksud yang diusung di balik tulisannya itu? Apakah yang disampaikannya itu mengandung kebenaran? Dan
mungkin masih banyak pertanyaan lain bermunculan dalam benak Anda. Jika itu yang terjadi, maka berbahagilah
Anda karena sesungguhnya Anda telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.
Pada dasarnya, saat seseorang membaca kritis (critical reading) dia melakukan kegiatan membaca dengan
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari-cari kesalahan penulis.
Membaca kritis adalah kemampuan memahami makna tersirat dan tersorot sebuah bacaan. Untuk itu, di dalam
membaca kritis diperlukan kemampuan berpikir dan bersikap kritis. Dalam kegiatan membaca kritis, pembaca
mengolah bahan bacaan secara kritis. (Harris et. al. 1983; Smith, 1986; dalam Tarigan, 1988:89).
Membaca kritis merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk mendalami isi bacaan berdasarkan
penilaian yang logis-rasional, analitis, dan kritis. Pembaca turut terlibat sedemikian rupa secara mendalam dengan
pikiran-pikiran penulisnya. Dia melakukan analisis demi analisis dalam memaknai setiap informasi yang tersaji
dalam bacaan. Dengan membaca kritis, pembaca dapat pula mencamkan lebih dalam apa yang dibacanya. Di
samping itu, pembaca pun akan memiliki kepercayaan diri yang lebih, dalam mengkritisi pikiran orang lain.
Melalui kegiatan membaca kritis, pembaca bukan hanya sekedar berupaya menemukan fakta-fakta,
informasi-informasi, kebenaran-kebenaran yang tertulis dalam suatu bacaan, melainkan juga menemukan
alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan/mengemukakan apa yang ditulisnya itu. Dengan kata lain,
pembaca bukan hanya sekedar menemukan apa yang dikatakan penulis, melainkan juga menemukan
jawab, mengapa hal itu dikatakannya. Itulah ciri dari berpikir kritis sebagai hasil dari kegiatan membaca
kritis.

B. KARAKTERISTIK MEMBACA KRITIS

Coba Anda renungkan, apa dan bagaimana kebiasaan membaca Anda? Apakah Anda membaca hanya
sekedar mencari tahu bermacam-macam informasi, memahami bacaan, atau lebih jauh menilai apa yang
Anda baca? Jika proses membaca Anda sudah sampai pada penilaian terhadap apa yang dibaca, biasanya
Anda tidak akan bisa menghindar dari keinginan untuk memberikan komentar, tanggapan, pendapat,
bahkan usulan. Jika Anda mengalami pengalaman seperti itu, artinya Anda sudah memasuki tahap
membaca kritis.
Salah satu ciri dari membaca kritis adalah berpikir dan bersikap kritis. Berpikir dan bersikap kritis
itu ditandai oleh hal-hal berikut: (a) kemampuan menginterpretasi secara kritis; (b) menganalisis secara
kritis; (c) mengorganisasi secara kritis; (d) menilai secara kritis; dan (e) menerapkan konsep
secara kritis (Nurhadi, 1987:143).
Lebih jauh, Nurhadi (1987) memberikan sejumlah teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
sikap kritis, yakni: (a) kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan, (b) kemampuan
menginterpretasi makna tersirat, (c) kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, (d)
kemampuan menganalisis isi bacaan, (e) kemampuan menilai isi bacaan, (f) kemampuan mencipta (to
create) bacaan.
Keenam sikap kritis tersebut sejalan dengan konsep berpikir pada tataran ranah kognitif dalam
Taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwhol (2001:268). Ranah-ranah dimaksud
meliputi hal-hal berikut.
1. Kemampuan mengingat dan mengenali
Kemampuan mengingat dan mengenali meliputi kemampuan:
a. mengenali peristiwa-peristiwa, latar, tempat dalam bacaan;
b. menyebutkan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya;
c. menyatakan kembali definisi-definisi, prinsip-prinsip;
d. menyatakan kembali fakta-fakta atau detil bacaan;
e. menyatakan kembali fakta-fakta perbandingan, unsur-unsur hubungan;
f. sebab-akibat, karakter tokoh, dan sebagainya.

2. Kemampuan memahami/menginterpretasi makna tersirat


Tidak semua gagasan yang terdapat dalam teks bacaan itu dinyatakan secara tersurat atau secara eksplisit pada
baris kata-kata atau kalimat-kalimat (reading on the line). Sering kali pula, gagasan serta makna tersebut
terkandung di balik baris kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut (reading between the line), dan untuk menggalinya
diperlukan sebuah interpretasi dari Anda sebagai pembacanya. Anda harus mampu menafsirkan kata, frase, kalimat,
pernyataan ide, baik pokok maupun penunjang yang tidak dinyatakan secara eksplisit oleh penulisnya. Pembaca
harus mampu menafsirkan fakta-fakta dan informasi-informasi yang disajikan secara kritis.
Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai oleh kemampuan berikut:
a. menafsirkan maksud kata/frase/kalimat/pernyataan;
b. membuat perbandingan-perbandingan antarfakta;
c. menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antarfakta;
d. menafsirkan makna-makna tersirat suatu bacaan.

3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep


Pembaca kritis, di samping memahami makna tersirat melalui pemahaman dan interpretasi secara kritis, juga
mampu menerapkan konsepkonsep yang terdapat dalam bacaan ke dalam situasi baru yang bersifat problematik.
Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep meliputi kemampuan:
a. mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
b. menerapkan konsep-konsep/gagasan utama ke dalam situasi baru yang problematik;
c. menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi;
d. membuat contoh-contoh praktis dari konsep teoretis.
4. Kemampuan menganalisis
Kemampuan menganalisis ialah kemampuan pembaca melihat komponen-komponen atau unsur-unsur yang
membentuk sebuah kesatuan. Kesatuan dalam bacaan meliputi gagasan-gagasan utama, pernyataanpernyataan,
simpulan-simpulan, dan sebagainya.
Pembaca kritis diharapkan melihat fakta-fakta, detil-detil penunjang, atau unsur pembentuk yang lain yang
tidak disebutkan secara eksplisit. Sebuah teks bacaan pada dasarnya merupakan sebuah kesatuan gagasan yang bulat
dan utuh. Setiap penulis memiliki gaya yang berbeda dalam menyajikan dan mengungkapkan gagasannya itu. Ada
yang jelas tersurat, samar tersirat, atau jauh tersorot.
Kemampuan menganalisis bacaan ditandai oleh kemampuankemampuan berikut:
a. mengidentifikasi ide pokok bacaan;
b. menentukan kalimat utama paragraf;
c. membedakan fakta dan opini;
d. mengidentifikasi jalan pikiran penulis.

5. Kemampuan menyimpulkan (Sintesis)


Gagasan-gagasan yang disampaikan penulis terangkai dalam berbagai bentuk dan berbagai cara. Kemampuan
menganalisis bacaan dengan baik akan menjadi dasar bagi kemampuan menyimpulkan bacaan. Fakta-fakta yang
tersaji dalam bacaan, dihubung-hubungkan, dibanding-bandingkan, dicari-cari persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, lalu pembaca menemukan pikiran atau gagasan baru. Hal itu merupakan ciri dari kerja
sintetis dalam kegiatan membaca.
Bentuk-bentuk atau hasil kerja penyintesisan dapat berupa simpulan/ ringkasan/ikhtisar, tema bacaan, judul
yang sesuai untuk bacaan, organisasi tulisan.
Contoh-contoh kemampuan menyintesis yang didasari oleh kemampuan menganalisis, meliputi kemampuan
berikut:
a. menghubung-hubungkan gagasan utama bacaan dan mengungkapkannya kembali dengan kata-kata sendiri;
b. menyimpulkan bacaan;
c. membuat sinopsis;
d. mengorganisasikan gagasan utama bacaan;
e. menentukan tema bacaan;
f. menyusun kerangka bacaan;
g. membuat judul yang tepat pada sebuah bacaan;
h. membuat ringkasan/ikhtisar bacaan.

6. Kemampuan menilai isi bacaan


Kemampuan menilai isi bacaan secara kritis dilakukan melalui kegiatan mempertimbangkan, menilai, dan
menentukan keputusan. Untuk mengecek kebenaran gagasan, fakta-fakta, atau pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan oleh penulis, pembaca dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan berikut. Apakah pernyataan tersebut
benar? Jika benar, apa buktinya dan mana fakta pendukungnya? Adakah maksud terselubung penulis di balik
tulisannya itu?
Kemampuan menilai bacaan menyiratkan sikap kritis pembacanya. Artinya, si pembaca tidak begitu saja
mempercayai apa yang disampaikan penulis melalui tulisannya itu. Pembaca terlebih dahulu mengkaji bacaan itu
secara cermat, saksama, dan kritis, baik terhadap aspek bahasa maupun aspek isi.
Secara rinci, kemampuan menilai bacaan itu meliputi kemampuankemampuan Berikut:
a. menilai kebenaran setiap gagasan pokok secara keseluruhan;
b. menentukan dan membedakan fakta dan opini disertai alasan;
c. menilai dan menentukan hakikat isi tulisan (realitas atau fantasi);
d. menentukan maksud/tujuan terselubung penulisnya;
e. menilai relevansi pengembangan gagasan dengan tujuan penulisannya;
f. menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan simpulan yang dibuat;
g. menilai keakuratan penggunaan bahasa dalam berbagai tataran.

C. SYARAT DAN MANFAAT MEMBACA KRITIS

Kegiatan membaca kritis akan dapat dilakukan jika pembaca memenuhi beberapa persyaratan pokok berikut
ini:
1. memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bidang ilmu yang disajikan dalam bacaan;
2. tidak tergesa-gesa dalam bertanya dan menilai bacaan;
3. berpikir analitis, kritis, logis, dan sistematis;
4. menerapkan berbagai metode analisis yang logis dan ilmiah. (Nurhadi,1988; Harjasujana dkk.,1988)
Beberapa manfaat yang bisa Anda petik dari kegiatan membaca kritis adalah sebagai berikut:
1. pemahaman yang mendalam dan komprehensif terhadap materi bacaan;
2. kemampuan mengingat yang lebih kuat dan lama sebagai hasil dari usaha memahami berbagai hubungan
antarfakta dalam bahan bacaan, antar fakta di luar bacaan, dan hubungan dengan pengalaman personal;
3. kepercayaan diri yang mantap dalam memberikan pendapat tentang isi bacaan.
D. LANGKAH-LANGKAH MEMBACA KRITIS UNTUK MENILAI BACAAN

Secara sederhana, kritik terhadap teks bacaan dapat dilakukan dengan cara:
1. memahami isi bacaan;
2. mencari dan mencatat kelemahan-kelemahan bacaan, baik yang menyangkut isi maupun cara penyajian;
3. mencari kriteria atau aturan yang benar mengenai objek yang dinilai; dan
4. membandingkan kelemahan dengan kriteria.

Untuk melakukan kegiatan membaca kritis dalam rangka menilai bacaan, Nurhadi (1988) memberikan
beberapa tips ihwal kegiatan membaca kritis, yakni:
1. Berpikirlah secara kritis.
2. Lihatlah apa yang ada di balik kata-kata itu untuk mengetahui motivasi penulis.
3. Waspadalah terhadap kata-kata yang berlebihan, tidak tentu batasannya, emosional, ekstrem, atau generalisasi
yang berlebihan.
4. Waspadailah terhadap perbandingan yang tidak memenuhi persyaratan.
5. Cermati logika penulis yang tidak logis.
6. Perhatikan pernyataan-pernyataan yang Anda baca.

Secara rinci, menilai bacaan secara kritis dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
a) memahami maksud penulis, b) memahami organisasi dasar tulisan; dan c) menilai penyajian
penulis/pengarang.

1. Memahami maksud penulis


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menilai bacaan melalui kegiatan membaca kritis adalah
menentukan serta memahami maksud dan tujuan penulis. Kebanyakan tulisan memenuhi satu (atau lebih) dari
keempat tujuan tulisan, yaitu: memberitahu (to inform), meyakinkan (to convince), mengajak, mendesak,
meyakinkan (to persuade), atau menghibur (to entertain). Tujuan penulis itu dapat teridentifikasi dengan jelas atau
bahkan samar-samar. Seorang pembaca yang kritis, akan berusaha mencari dan mendapatkan maksud yang
tersembunyi ini.
Beberapa petunjuk untuk mencari maksud penulis adalah sebagai berikut ini.
a. Baca paragraf-paragraf pendahuluan dan paragraf-paragraf penutup.
b. Kadang-kadang maksud penulis dinyatakan secara eksplisit atau tersirat di bagian tersebut.
c. Perhatikan pilihan kata dan peletakan penekanan informasi yang menunjang maksudnya itu.
d. Pahami maksud tulisan dari cara mengorganisasikan tulisan. Pengorganisasian tulisan sering kali
mengindikasikan maksud tulisan. Tulisan yang dimaksudkan untuk memberitahukan akan memerikan pokok
tulisannya secara langsung dan nyata. Tulisan yang mengandung maksud mendesak atau mengajak akan ditata
dalam suatu urutan atau susunan yang logis. Tulisan yang mengandung maksud meyakinkan, selain memenuhi
dua kriteria di atas ditambah lagi dengan daya tarik yang dapat mendongkrak emosi pembaca.

Pahami maksud tersirat berdasarkan pilihan ragam teks bacaan. Misalnya surat dagang mungkin mencoba
mendesak/mengajak pembaca membeli sesuatu. Suatu artikel politik, keagamaan, atau masalah sosial mungkin
mengajak pembaca pada sudut pandang atau sikap tertentu. (Albert
[etal]:1981b:2).

2. Memahami organisasi dasar tulisan


Maksud penulis dalam tulisan yang berbentuk artikel biasanya akan tampak dalam pengorganisasian
tulisannya. Organisasi tulisan pada dasarnya terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan.

Pendahuluan
Dalam paragraf-paragraf pembukaan, biasanya penulis akan memperkenalkan subjek/fokus/tema tulisan beserta
pendekatan khusus untuk mengupas hal itu. Penulis sering kali menunjukkan secara singkat pokokpokok penting
cakupan tulisan secara garis besar dan menetapkan aspekaspek masalah apa yang akan dimasukkan atau
dikeluarkan. Di samping itu, sering pula dia menjelaskan maksud penulisan artikel itu, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada paragraf-paragraf pembukaan itu juga akan tersirat karakteristik dan nada artikel
tersebut, misalnya berat atau ringan, harfiah atau satiris, serius atau humor, dan sebagainya.
Pembaca yang seksama akan mencermati indikasi-indikasi dimaksud untuk memudahkannya membaca dengan
pemahaman yang lebih tinggi serta mendalam, dan menilai karya itu secara lebih jujur.

Isi
Artikel-artikel yang baik dapat menjelaskan di mana pendahuluan berakhir, dan di mana pula isi artikel itu
bermula. Biasanya isi suatu uraian terdiri atas beberapa bagian. Bagian ini merupakan ruang bagi penulis untuk
mengutarakan gagasan-gagasannya segamblang mungkin. Kadang-kadang kita dapat menemui petunjuk-petunjuk
tipografi mengenai bagian-bagian penting itu, misalnya penggunaan angka Romawi, judul-judul bercetak tebal,
kata-kata/frase-frase bercetak miring, atau spasi-spasi terbuka. Kadangkadang kita juga mendapati kata-kata
petunjuk konteks yang mengacu pada langkah-langkah. Kata-kata seperti pertama, kedua, lebih lanjut, akhirnya,
dan sebaliknya menunjukkan langkah-langkah dalam suatu uraian yang tersusun secara logis. Jika tanda-tanda itu
tidak muncul, kita harus mencari kalimat-kalimat, klausa-klausa atau frase-frase tradisional yang menunjukkan
perubahan atau perpindahan perkembangan pikiran. Penulis yang cermat akan membuatnya semudah mungkin agar
para pembacanya dapat mengikuti kecenderungan pikirannya. Pada saat tersebut, kita mungkin menemukan bantuan
dan harus menyandarkan diri pada pembacaan teliti kita sendiri untuk memperhatikan bagian-bagian uraian itu.
Dalam setiap kasus, tugas kita sebagai pembaca yang cerdas adalah menemukan organisasi dasar pengarang, rangka
dasarnya, dan memanfaatkannya untuk mencapai pemahaman.

Kesimpulan
Pada akhir tulisan, para penulis biasanya mulai mengalihkan perhatian dari apa yang sedang dikatakan menuju
apa yang telah dikatakannya. Inilah suatu pertanda bagi kita bahwa dia akan menutup atau menyimpulkan
tulisannya itu. Penulis yang seksama kerapkali menegaskan kembali apa-apa yang telah dikatakannya pada
paragraf-paragraf pembukaan mengenai pokok-pokok penting dari perkembangannya. Kita hendaknya
mempergunakan bantuan-bantuan serupa itu untuk menolong kita meresensi atau meninjau kembali keseluruhan
penyajian tersebut. Andaikata sang penulis tidak memberikan bantuan-bantuan tersebut kepada kita, maka
seyogianyalah kita berhenti sejenak setelah menyelesaikan artikel tersebut, dan meninjau kembali dalam hati apa-
apa yang telah dikatakannya tadi. Kemudian cobalah menilai sampai di mana keberhasilannya dalam menyajikan
pokok masalah tulisannya itu secara jelas, dalam upaya pencapaian maksud serta tujuannya. Para pembaca yang
teliti dan cermat, para penjaga yang bertanggung jawab, akan tetap waspada baik terhadap indikasi-indikasi yang
eksplisit maupun yang implisit dari tema, maksud, ruang, lingkup, dan organisasi umum sang penulis. Kerapkali
pula, para pembaca yang kurang berpengalaman gagal memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bantuan yang
beraneka ragam yang disajikan oleh pengarang. (Albert, etal, 1961:9-10).

3. Menilai penyajian penulis/pengarang


Selaku pembaca kritis, kita harus mampu menilai atau mengevaluasi penyajian bahan sang penulis. Di samping
memperhatikan maksud dan cara menyampaikan tulisan, kita juga harus dapat menentukan apakah si penulis telah
menguraikan cakupan pokok masalahnya secara memuaskan, atau tidak. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
untuk menilai bacaan antara lain.

a. Dari segi informasi:


1) Sumber-sumber informasi apakah yang digunakan sang penulis?Apakah sumber-sumber tersebut dapat
dipercaya?
2) Apakah terdapat jurang-jurang dalam informasinya itu? Apakah terdapat petunjuk-petunjuk bahwa dia
tidak mengetahui hal itu atau salah memberi keterangan? Bagaimana kita dapat mengecek hal itu?
3) Apakah analisis atau interpretasinya mengenai informasi itu lengkap?
Apakah interpretasinya itu relevan dengan judul/topik?
4) Apakah terdapat problem-problem atau masalah penting yang harus dipecahkan, namun tidak dipecahkan?
5) Apakah informasi dan isi umum tulisan sesuai dengan maksud tulisannya?

b. Dari segi logika:


1) Apakah sang penulis menuntut intelek pembaca atau perasaan pembaca?
2) Apakah dia membedakan fakta-fakta dan interpretasinya sendiri mengenai fakta-fakta tersebut?
3) Apakah sang penulis menunjang pendapat-pendapat serta kesimpulan-kesimpulannya dengan fakta-fakta?
4) Apakah terdapat sejumlah jurang analisis atau dalam argumenargumennya?
5) Apakah dia secara sengaja atau tidak sengaja keliru mengenai buah pikiran?
6) Apakah dia bisa membedakan fakta dan opini?
7) Apakah generalisasi yang dibuatnya itu gegabah (membuat suatu pernyataan umum yang tidak didukung
oleh fakta-fakta)
8) Apakah fakta-faktanya itu cukup memuaskan atau tidak berat sebelah?
9) Apakah terdapat analogi yang salah?
10) Apakah tidak mengemis masalah? (mengira benar apa yang tidak dibuktikan/belum dibuktikan benar).
11) Apakah penulis berkecenderungan membuat fakta-fakta yang menunjang posisinya (mempergunakan kata-
kata yang dibumbui atau kata-kata sugestif untuk menciptakan suatu sikap emosional terhadap masalah
suatu masalah).

c. Dari segi bahasa:


1) Apakah sang penulis menyandarkan diri pada makna kata-kata yang denotatif, harfiah, atau pada nilai kata-
kata yang konotatif, emosional?
2) Apakah dia mempergunakan kata-kata emosional yang berlebihlebihan?
3) Apakah pilihan kata-katanya memberat sebelahan fakta-fakta yang disajikannya?
4) Apakah pilihan kata-katanya secara umum, baik sengaja atau tidak sengaja, mempengaruhi pembaca?
5) Apakah pilihan kata-katanya mencerminkan preferensi-preferensi (pilihan-pilihan), prasangka-prasangka,
asumsi-asumsi (anggapananggapan), atau sikap-sikapnya sendiri?

d. Dari segi kualifikasi:


Pertanyaan-pertanyaan berikut ini akan menolong kita untuk menilai kemampuan seseorang penulis.
1) Siapa dia? Apa minatnya, kedudukannya, pengalamanpengalamannya?
2) Apakah latar belakang pendidikan atau pengalaman yang dimilikinya dapat menjamin mutu tulisannya?
3) Apakah sumber-sumber informasi yang digunakannya relevan dan dapat dipercaya?
4) Mengapa dan untuk apa dia menulis buku atau artikel ini?
5) Apakah dia jujur dan objektif dalam mempergunakan faktafaktanya?

e. Dari segi sumber-sumber informasi :


1) Apakah informasi-informasi itu diambil dari sumber-sumber yang diakui dan dapat dipercaya?
2) Apakah informasi-informasi itu diambil dari sumber-sumber ilmiah atau hanya dari sumber-sumber
populer?
3) Apakah ahli-ahli atau sumber-sumber tempat mereka mengambil informasi itu berwewenang dalam bidang
mereka?
4) Apakah majalah-majalah, koran-koran, pamplet-pamplet, bukubuku, atau sumber-sumber itu dapat
mengubah interpretasi mereka terhadap fakta-fakta?
5) Apakah sumber-sumber penulis itu mewakili atau menggambarkan segala jenis masalah, ataukah terbatas
pada suatu posisi tertentu saja? Apakah pengarang mengemukakan suara yang sama kepada semua orang
yang mengemukakan point of view yang berbeda atau menantang?
6) Apakah pengarang sadar akan keterbatasan-keterbatasan sumbersumbernya? Apakah pengarang
mempergunakannya secara bijaksana? (Albert, et al. 1961b:14-16).
D. MENILAI BACAAN SEHARI-HARI: KORAN DAN MAJALAH

Bertumpuknya bahan bacaan mendorong kita untuk memiliki prinsipprinsip yang dapat membimbing kita
untuk dapat memilih bahan bacaan secara arif. Pada dasarnya, santapan bacaan kita haruslah sesuatu yang
bermanfaat, terutama untuk menjaga agar kita dapat mengikuti perkembangan zaman dalam berbagai bidang
kehidupan. Di samping itu, kita juga memerlukan informasi-informasi yang bersifat umum.
Para pembaca yang teliti dan kritis akan terus mengevaluasi ide-ide yang disajikan bacaan pada mereka,
terutama sekali untuk melihat apakah ide-ide itu menarik perhatian, penting, dan bermanfaat bagi dirinya. Para
pembaca koran dan majalah yang sudah berpengalaman dapat mengambil keuntungan dari edisi harian itu dalam
waktu yang relatif singkat. Mereka akan mengetahui di mana harus mencari informasi yang diingini. Mereka juga
akan membaca dengan berbagai strategi; bagian-bagian mana yang harus dibaca sekilas dan bagian-bagian mana
pula yang harus dibaca dengan teliti. Mereka dapat memanfaatkan pokok-pokok berita secara efisien, memilih mana
yang harus dibaca dan mana yang tidak pantas dibaca.
Inilah pertanyaan-pertanyaan pembimbing untuk menilai koran atau majalah.
1. Siapa pemilik koran atau majalah itu?
2. Pengaruh apa yang hendak ditanamkan melalui ulasan berita dan politik, serta kebijakan tajuk rencana
penerbitan tersebut?
3. Cermati kebijakan penerbit dalam tajuk rencana! Meskipun semua koran dan majalah diharapkan berlaku
objektif dalam menyajikan berita, namun pada prakteknya kerapkali memihak, baik secara terang-terangan
ataupun secara rahasia. Kebijakan-kebijakan tajuk rencana biasanya dapat diprediksi dengan cara membacanya
secara tetap dan teratur, serta membanding-bandingkan pendapat-pendapat yang diekspresikan pada halaman
tajuk rencana dengan berita-berita lainnya yang dimuat dalam koran tersebut.
4. Cermati tata sajiannya! Jumlah dan tipe kolom-kolom yang disingkatkan (digabungkan) kerapkali memberikan
petunjuk terhadap posisi umum penerbitan tersebut.
5. Afiliasi-afiliasi politik, sosial, ekonomi, atau keagamaan yang manakah dari penerbitan itu yang dapat
mewarnai pendapat-pendapatnya?
6. Apakah penerbitan itu mengikatkan dirinya pada sesuatu program umum, regional, nasional, atau
internasional?
7. Posisi apakah yang biasanya diambil oleh penerbitan itu pada masalahmasalah yang kontroversial atau yang
sedang ramai diperdebatkan?
8. Bagaimanakah janji-janji atau komitmen-komitmen tajuk rencana penerbitan itu dalam mempengaruhi ulasan
beritanya? Jenis-jenis berita apakah yang biasanya ditaruh di halaman tengah atau belakang?
9. Dari sumber-sumber manakah penerbitan itu mengambil berita internasional, nasional, atau lokalnya? Apakah
penerbitan itu hanya menggunakan salah satu jawatan pengumpul berita utama saja, ataukah dari beberapa
jawatan?

Bagaimanakah nilai berita lokal itu dibandingkan dengan berita atau ulasan yang berasal dari kantor-kantor
berita tadi? Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan serupa itu takkan dapat diperoleh dengan tepat dan
memuaskan dengan jalan menelaah satu atau dua nomor penerbitan saja. Para pembaca yang bijaksana akan sampai
pada kesimpulan-kesimpulan mereka setelah membaca secara kritis dan ekstensif koran-koran mereka sehari-hari
secara rutin dan teratur.
Sebagai tambahan terhadap nilai-nilai umum yang telah dijelaskan tadi, para pembaca berpengalaman juga
harus memperhatikan hal-hal lain, seperti:

1. Penyensoran tersembunyi (hidden censorship)


Berita-berita yang tidak dicetak kerap kali menyatakan kebijaksanaan tajuk rencana sebuah koran. Apakah kita
yakin bahwa koran itu telah memberikan segala informasi yang berhubungan dengan topik-topik secara lengkap dan
komprehensif pada kolom-kolomnya? Kita dapat mengecek hal itu melalui pembandingan dari koran-koran lain
mengenai berita topik yang sama.
2. Pilihan bahasa (choice of language)
Apakah koran itu menggunakan kata-kata yang tampak objektif namun sebenarnya membelokkan arah berita?
Bandingkanlah nomina-nomina, verba-verba, dan kata-kata yang menentukan sifat, misalnya dalam melaporkan
perundingan-perundingan antara penguasa industri dan karyawan/buruh. Apakah pilihan kata-katanya benar-benar
objektif, ataukah mencerminkan pendapat atau keputusan editorial?

3. Posisi (position)
Posisi dan panjangnya suatu artikel berita kerap kali mencerminkan skema nilai para editor (redaktur).
Semua pertanyaan serta petunjuk di atas akan membantu kita dalam membangun sikap waspada dan
kehati-hatian terhadap segala pendapat dan sumber informasi. Sikap kritis kita dalam menghadapi bacaan
akan membentur media antara penerimaan atau penolakan tak berdasar dengan penerimaan atau penolakan
yang berdasar (Albert, et al; 1961-b:17-19).

Anda mungkin juga menyukai