Anda di halaman 1dari 29

Skenario 5 : Tugasku Sehari-Hari

Dokter Harry sedang sibuk melayani pasien di sebuah puskesmas. Pagi ini pasiennya
seorang perempuan, usia 30 tahun dengan keluhan nyeri pada saat buang air kecil. Dokter Harry
menanyakan identitas pasien, kemudian melakukan anamnesis seperti sudah berapa lama nyeri
tersebut dirasakan, urine keruh atau tidak, berdarah atau tidak, demam atau tidak, bagaimana
nafsu makan dan pertanyaan lain yang berkaitan dengan riwayat penyakit sekarang. Pada
anamnesis dr. Harry juga menanyakan riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pekerjaan dan lain sebagainya.
Setelah anamnesis lengkap, dr. Harry melakukan pemeriksaan fisik yang dimulai dengan
pemeriksaan vital sign, dilanjutkan pemeriksaan fisik umum terutama yang terkait keluhan
pasien. Dokter Harry kemudian melakukan pemeriksaan laboratorium hematologi rutin dan urine
rutin. Dari pemeriksaan hematologi didapatkan hasil Hb normal dan lekositosis dengan netrofilia.
Dari pemeriksaan urine rutin didapatkan eritrosit 8 10/LPB, leukosit 30 40/LPB dan terdapat
silinder granuler. Dokter Harry juga merencanakan pemeriksaan mikrobiologi kultur dan uji
sensitivitas. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium rutin,
dokter menegakkan diagnosis sementara Infeksi saluran kemih.
Dokter Harry memberikan pengobatan antibiotika empiris pada pasien tersebut. Jika
tidak menunjukkan perbaikan, maka dokter Harry akan mengganti obat sesuai dengan hasil
kultur dan tes sensitivitas antibiotika. Selain itu dr. Harry juga berencana mengirim pasien untuk
pemeriksaan radiologi berupa BNO.
Bagaimana anda menjelaskan tahapan kegiatan yang dilakukan oleh dr.Harry?

1. Terminologi
1. Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien
2. Pemeriksaan Vital Signs merupakan pengukuran fungsi tubuh yang paling dasar untuk
mengetahui tanda klinis dan berguna untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit dan
berfungsi dalam menentukan perencanaan perawatan medis yang sesuai.
3. Leukositosis adalah peningkatan sel darah putih (leukosit) di atas nilai normal.
4. Neutrofilia adalah peningkatan proporsi neutrofil dalam darah atau jaringan, yang
merupakan temuan umum pada infeksi bakteri akut
5. Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami degenerasi.
6. Pemeriksaan mikrobiologi kultur dan uji sensitivitas adalah membiakkan bakteri Pada
medium yang kondusif dan untuk mengetahui suatu produk yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme
7. Diagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu
penyakit atau kondisi dari yang lainnya
8. Pemeriksaan hematologi urin adalah mengetahui sel-sel darah dan komponennya.
9. Pengobatan antibiotic empiris adalah antibiotic berdasarkan kuman yang belum
diketahui penyebabnya diprediksi berdasarkan studi debelumnya
10. BNO adalah Blass Nier OVerzight yaitu salah satu pemeriksaan radiologi untuk melihat
saluran kemih. Kalau misal dari USG traktus urinarius itu kesan adanya sumbatan di
ureter suspek batu.

2. Rumusan Masalah
1. Mengapa dokter menanyakan identitas pasien?
2. Apa tujuan dokter menanyakan sudah berapa lama keluhan terjadi, warna urin,
kekeruhan, dan bagaimana nafsu makan?
3. Apa tujan dokter menanyakan riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga
dan riwayat pekerjaan?
4. Apa saja pemeriksaan vital sign yang dilakukan?
5. Apa saja pemeriksaan fisik umum yang dilakukan oleh dokter kepada pasien?
6. Apa tujuan dokter melakukan pemeriksaan mikrobiologi kultur dan uji sensitivitas?
7. Apa tujuan pemeriksaan hematologi urin dan urin rutin?
8. Bagaiman pemeriksaan hematologi urin dan urin rutin?
9. Apa dasar dokter dalam menegakkan diagnosis sementara ISK?
10. Bagaimana prosedur pemeriksaan mikrobiologi kultur dan uji sensitifitas?
11. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiologi BNO?
12. Apa tujuan dokter menyaran kan pasien melakukan pemeriksaan radiologi?
13. Apa perkiraan hasil BNO dari pasien ini?

3. Analisa Masalah
1. Mendukung diagnosis final pasien, yang ditanyakan diantaranya nama, nama ibu
kandung, RAS, agama, pekerjaan, pendidikan, perkawinan
2. Lamanya keluhan untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang untuk menegakkan
diagnosis, kekeruhan sebagai tanda untuk mengetahi adanay ketidakabnormalan
berupa protein didalam urin, nafsu makan apakah kondisi pasien sudah menganggu
aktivitas kerja dari tubuh
3. Riwayat penyakit dahulu berupa penyakit yang dahulanya sudah ada periode masa
sembuhnya, riwatai penyakit keluarga untuk mengetahui apakah penyakit bersifat
menurun, riwayat pekerjaan utuk mengetahui apakah lingungan dan aktifitas yang
biasa dilakukan akan memicu beberapa penyakit
4. Pemeriksaan vital sign diantaranya pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaaan denyut
nadi, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan pernafasan
5. Pemeriksaan fisik umum dimulai dari kepala sampai ujung kaki dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi.
6. Untuk menegakkan diagnosis, penyakit, dengan cara mengetahui keadaan leukosit,
eritosit dan trombosit dan urin rutin untuk mengetahui struktur makro dari urin
7. untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih dokter perlu melakukan
pemeriksaan penunjang agar diketahui mikroorganisme apa yang menyebabkan
infeksi dan mengetahui antibiotic yang cocok untuk infeksi tersebut
8. mengambil darah apabila diperlukan dalam jumlah sedikit dengan punksi kapiler
apabila dalam jumlah yang banayk dapat diambil dengan darah vena sebagai sampel
urin dapat diambil dipagihari, urin kumpul 24 jam, urin 2 jam setelah makan, urin
tengah arus
9. berdasarkan anamnesis, keluhan, dan pemeriksaan penunjang untuk menunjukkan
ISK
10. Pasien diedukasi bagaimana mengambi urin yang baik selanjutnya dengan
pembiakan urin pada media yang steril dilabel agar tidak tertukar
Dilakukan dengan adanya formulir data dan surat pengiriman
11. Dilakukan dengan meminta persetujuan dari pasien dan memberitahukan resiko
kepada pasien, melakukan skin test, puasa sebelum pemeriksaan, memasukkan
media kontras melalui vena atau oral
12. Untuk membantu penegakkan diagnosis apakah ditemukannya batu kalsium di
sekitar sistem urinarius
13. Hasil pemeriksaan kemungkinan menunjukkan adanya batu ginjal.

4. Skema
Anamnesis Identitas, keluhan, RPD, RPK

Tanda vital Prinsip diagnosis Pemeriksaan laboratorium

Fisik umum Pemeriksaan


radiologi Hematologi,
mikrobiologi

BNO

Persiapan

5. Tujuan Pembelajaran
1. MMM Prinsip diagnosis secara keseluruhan
2. MMM cara melakukan anamnesis
3. MMM tahap-tahap pemriksaaan fisik
4. MMM pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam penegakan diagnosis
5. MMM persiapan pemeriksaan laboratorium
6. MMM pemeriksaan penciraan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
7. MMM persiapan pemeriksaan pencitraan
8. MMM membaca foto rontgen normal
9. MMM nilai normal hasil pemeriksaan laboratorium

6. Belajar mandiri

1. Prinsip diagnosis secara keseluruhan


Pengertian Diagnosis Holistik
Pengertian diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan
yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko internal/individual
dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya
Dasar pemikiran
Setiap kejadian penyakit dikemukakan dari
multi aspek
I. Aspek Personal.
Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis.
Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan
cukup dengan diagnosis kerja dan diagnosis
banding.
III. Aspek Internal.
Kepribadian seseorang akan
mempengaruhi perilaku. Karakteristik
pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, sosial
ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan
IV. Aspek Eksternal.
Psikososial, dan ekonomi keluarga
V. Skala Fungsi Sosial.
Skala 1: Tidak ada kesulitan, dimana
pasien dapat hidup mandiri
Skala 2: pasien mengalami sedikit
kesulitan
IV. Aspek Eksternal.
Psikososial, dan ekonomi keluarga
V. Skala Fungsi Sosial.
Skala 1: Tidak ada kesulitan, dimana
pasien dapat hidup mandiri
Skala 2: pasien mengalami sedikit
kesulitan

2. Cara melakukan anamnesis


Pengertian Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
Tujuan Anamnesis
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang
sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka
informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang
hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum
sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan
anamnesis yang benar.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang
dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan
dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugas
seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu
pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan
selanjutnya.
Jenis Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis atau
Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu
anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab
semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik
karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia
rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada pasien
yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien
anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat
dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam
praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto dan alloanamnesis.
Persiapan untuk anamnesis
Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila dokter yang melakukan anamnesis tersebut
menguasai dengan baik teori atau pengetahuan kedokteran. Tidak mungkin seorang dokter akan
dapat mengarahkan pertanyaan-pertanyaannya dan akhirnya mengambil kesimpulan dari
anamnesis yang dilakukan bila dia tidak menguasai dengan baik ilmu kedokteran. Seorang
dokter akan kebingungan atau kehilangan akal apabila dalam melakukan anamnesis tidak tahu
atau tidak mempunyai gambaran penyakit apa saja yang dapat menimbulkan keluhan atau gejala
tersebut, bagaimana hubungan antara keluhan-keluhan tersebut dengan organ-organ tubuh dan
fungsinya. Umumnya setelah selesai melakukan anamnesis seorang dokter sudah harus mampu
membuat kesimpulan perkiraan diagnosis atau diagnosis banding yang paling mungkin untuk
kasus yang dihadapinya. Kesimpulan ini hanya dapat dibuat bila seorang dokter telah
mempersiapkan diri dan membekali diri dengan kemampuan teori atau ilmu pengetahuan
kedokteran yang memadai.
Meskipun demikian harus disadari bahwa tidak ada seorang dokterpun yang dapat dengan yakin
menyatakan bahwa dia pasti selalu siap dan mampu mendiagosis setiap keluhan pasiennya.
Bahkan seorang dokter senior yang sudah berpengalaman sekalipun pasti pernah mengalami
kebingungan ketika menghadapi pasien dengan keluhan yang sulit dianalisa.
Cara melakukan anamnesis
Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter,
antara lain :
1. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi
pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana
diciptakan agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.
2. Penampilan dokter
Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena ini akan meningkatkan kepercayaan
pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang tampak
lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter yang tampak ramah, santai akan lebih mudah
melakukan anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3. Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu kartu atau data pasien dan
cocokkan dengan keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi
kesalahan data pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu
datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk
pasien lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data
kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan pemeriksaan saat ini.
4. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa
menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti
cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien
bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau
informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita pasien sehingga
melantur kemana mana.
5. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat dimengerti
pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit
dimengerti, berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.
6. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil saat seorang dokter melakukan
anamnesis, terutama bila pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.
7. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien.
Apakah pasien dalam keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi bebas atau
posisi letak paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat
bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu,
pucat dan lain-lain.
8. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yag baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka anamnesis yang
baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi yang terlewat.
Tantangan dalam Anamnesis
1. Pasien yang tertutup
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan dokternya. Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan, tidak
leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya yang demikian karena gangguan
depresi atau psikiatrik. Tergantung masalah dan situasinya kadang perlu orang lain (keluarga
atau orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab pertanyaan dokter
(heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik tidak ada seorangpun kecuali pasien dan
dokternya. Bila pasien dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada hari-hari
berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
2. Pasien yag terlalu banyak keluhan
Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke dokter dengan begitu banyak keluhan dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah keluhan mana yang
merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh kesah. Diperlukan kepekaan dan
latihan untuk membedakan mana yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang
merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien mempuyai banyak keluhan harus
dipertimbangkan apakah semua keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat
tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
3. Hambatan bahasa dan atau intelektual
Seorang dokter mungkin saja ditempatkan atau bertugas disuatu daerah yang mayoritas
penduduknya menggunakan bahasa daerah yang belum kita kuasai. Keadaan semacam ini dapat
menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus segera belajar bahasa daerah
tersebut agar dapat memperlancar anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan perawat atau
petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu menerjemahkan selama
anamnesis. Kesulitan yang sama dapat terjadi ketika menghadapi pasien yang karena
intelektualnya yang rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan dokternya.
Seorang dokter dituntut untuk mampu melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan
dengan bahasa yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.
4. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa
Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter berhadapan dengan penderita
gangguan atau penyakit jiwa. Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan
tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-jawaban yang kacau tersebut
terdapat petunjuk-petunjuk untuk menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung
dan kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus ini.
5. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah dalam keadaan marah dan
cenderung menyalahkan. Selama anamnesis mereka menyalahkan semua dokter yang pernah
memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas masalah atau keluhan yang
dideritanya. Umumnya ini terjadi pada pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan
diagnosis atau penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang dokter kita tidak boleh ikut terpancing
dengan menyalahkan sejawat dokter lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang dokter
juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan
menjadi takut untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.
Sistematika Anamnesis
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang baku
sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang dokter
tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika ini
juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri dari :
1. Data umum pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat kebiasaan/sosial
7. Anamnesis sistem
1. Data umum pasien
a. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
b. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
c. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk
menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan
penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
d. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat
sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya.
Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau
untuk data epidemiologi penyakit.
e. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan
pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan-
pekerjaan sebelumnya.
f. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
g. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan)
seorang pasien menurut agamanya.
h. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan ras/suku bangsa tertetu.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien datang
dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat untuk
menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang
dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang berhubungan
dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu dalam mengarahkan pertanyaan-
pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan
diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan diagnosis.
Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat
penyakit sekarang, yakni : (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi
keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat. Selama melakukan
anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara detail dan lengkap.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien merasakan munculnya
keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya
apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya
datang mencari pertologan medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat akut
atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-faktor yang mencetuskan atau
memperberat penyakit atau faktor-faktor yang memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut
bersifat serangan maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi munculnya serangan dan durasi
atau lamanya serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau gejala yang menyertai keluhan
atau gejala utama. Dalam bagian ini juga ditanyakan usaha berobat yang sudah dilakukan untuk
penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan atau tindakan apa saja yang sudah dilakukan dan obat-
obat apa saja yag sudah diminum.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu secara
lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini merupakan
kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
5. Riwayat penyakit Keluarga
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak cukup hanya
menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi,
saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan dianjurkan untuk
membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi
untuk menderita penyakit yang sama.
6 Riwayat Kebiasaan/Sosial
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi penyebab
penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu menanyakan apakah pasien
mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama dan berapa
banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia
remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya riwayat penggunaan obat-
obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.
7. Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara singkat dan sistematis
menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin ada dan belum disebutkan oleh pasien.
Keluhan ini mungkin saja tidak berhubugan dengan penyakit yang sekarang diderita tapi
mungkin juga merupakan informasi berharga yang terlewatkan.

3. Tahap-tahap pemeriksaan fisik

PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk membuat penilaian klinis
TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera
Sebagai tindakan kesehatan preventif
Penerimaan di RS dan fasilitas perawatan jangka panjang
TUJUAN PEM. FISIK BAGI PERAWAT
Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien
Menambah, menginformasikan atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan
Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya
Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
METODE PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI
PALPASI
PERKUSI
AUSKULTASI
INSPEKSI
Inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode
tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien.
Proses observasi.
Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda
fisik yang signifikan.
Rahasia inspeksi yg baik adalah perawat selalu memberikan perhatian pada klien.
PALPASI
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah langkah kedua pada
pemeriksaan pasien dan digunakan untuk menambah data yang telah diperoleh
melalui inspeksi sebelumnya.
Pengkajian lebih lanjut terhadap bagian tubuh yang dilakukan melalui indera peraba.
Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif terhadap
tanda fisik termasuk posisi, ukuran, kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas.
JENIS PALPASI
1. Palpasi ringan : perawat memberikan tekanan perlahan, lembut dan hati2, sedalam kira2 1
cm

2. Palpasi dalam : untuk memeriksa kondisi organ, penekanan sedalam 2-4 cm

PERKUSI
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara
ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau
udara di bawahnya.
Perkusi juga merupakan pengetukan tubuh dengan ujung2 jari guna mengevaluasi
ukuran, batasan dan konsistensi organ2 tubuh dan menemukan adanya cairan di dalam
rongga tubuh
Metode Perkusi
1. Perkusi langsung

Pengetukan permukaan tubuh secara langsung dengan satu atau dua jari tanpa perantara

Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang kemudian
mengetuk permukaan tubuh langsung

2. Perkusi tidak langsung

Dengan menempatkan jari tengah non dominan(disebut pleksimeter) di atas permukaan tubuh
dengan telapak tangan dan jari2 lain tidak berada di permukaan kulit

AUSKULTASI
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung,
pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen.
Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam
paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang
melalui sistem kardiovaskular.
Auskultasi dilakukan dengan STETOSKOP
MANFAAT KOMPONEN STETOSKOP
Stetoskop regular meneruskan suara melalui ujung alat (endpiece),tabung pipa (tubing),
dan bagian ujung yang ke telinga (earpiece), menghilangkan suara gangguan eksternal
dan demikian memisahkan dan meneruskan satu suara saja.
Bagian endpiece harus memiliki diafragma dan bel.
Diafragma digunakan untuk meningkatkan suara yang tinggi-pitch-nya., misalnya suara
nafas yang terdengar dari paru-paru dan suara usus melalui abdomen dan ketika
mendengarkan suara jantung yang teratur (S1 dan S2).
Bel dipergunakan khususnya untuk suara dengan pitch-rendah dan mengamplifikasi
suara-suara gemuruh murmur jantung, turbulensi arteri (bruits) atau vena (hums), dan
friksi organ.

4. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam penegakan diagnosis

Kimia Klinik. Pemeriksaan lab dalam bagian kimia klinik ini mempunyai tujuan
mendeteksi awal adanya infeksi virus, memperkirakan status imun seseorang dan juga
dapat digunakan dalam rangka pemantauan respon pasca vaksinasi.
Hematologi. Pemeriksaan darah hematologi ini adalah bagian dari penilaian komponen
sel darah secara lebih lengkap, yang bertujuan dan bermanfaat dalam rangka mengetahui
adanya kelainan darah seperti anemia ( kurang darah ), adanya infeksi atau kelainan sel
darah putih yang lain, alergi dan gangguan pembekuan darah akibat kelainan jumlah
trombosit. Pemeriksaan meliputi keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan
perhitungan darah dan selaput darah
Imunologi. Pemeriksaan imunologo darah ini bertujuan untuk mendeteksi awal adanya
infeksi virus, mempekirakan status imun dan juga menguji antibodi pada diri seseorang
yang akan diperiksa terkait dengan penyakit yang sedang dialami.
Mikrobiologi. Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikrobiologi adalah pemeriksaan lab
terhadap sampel darah, urin , feses , serta sekret dan kerokan kulit yang dapat dilakukan
melalui pemeriksaan mikroskopis, pengecatan maupun pembiakan.
Patologi. Adalah merupakan jenis pemeriksaan bedah menguji organ, ekstremitas, tumor,
janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
Sitologi. Adalah jenis pemeriksaan untuk menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim)
untuk membuktikan kanker dan lain-lain.
Serologi. Menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau
HIV AIDS.
PCR (Polimerase Chain Reaction). Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan
teknologi amplifikasi asam nukleat virus, untuk mengetahui ada tidaknya virus / DNA
virus, untuk memperkirakan jumlah virus dalam tubuh, untuk mengetahui jenis virus (
genotipe atau subgenotipe ) yang menginfeksi.

5. Persiapan Pemeriksaan Laboratorium


A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa
urine (air kencing), darah, sputum (dahak ), atau sampel dari hasil biopsi

B. TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Adapun beberapa tujuan dari pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut.
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
3. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
4. Konfirmasi pasti diagnosis
5. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis
6. Membantu pemantauan pengobatan
7. Menyediakan informasi prognostik/perjalanan penyakit
8. Memantau perkembangan penyakit
9. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit
C. PRA INSTRUMENTASI
Tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita
3. Persiapan alat yang akan dipakai
4. Cara pengambilan sampel
5. Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan transportasi.
1. Pemahaman Instruksi dan Pengisian Formulir
Pemahaman instruksi harus diperhatikan, hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan
menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien: nama,
alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau
diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil
ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus
dan jangka panjang.

2. Persiapan Penderita
1. Puasa. Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan
bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2. Obat. Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya :
asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah
eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian
transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan
morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau
heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3. Waktu Pengambilan. Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
terutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih
pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada
instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang
tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan
penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti
jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat
dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan
lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 g/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi
antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4. Posisi pengambilan, Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 %
demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah
menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika
sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
3. Persiapan Alat yang Akan Dipakai
1. Persiapan Alat. Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan
instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
2. Pengambilan Darah. Yang harus dipersiapkan antara lain, kapas alkohol 70 %, karet
pembendung (torniket), spuit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering
bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti
koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan
pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
3. Penampungan Urine. Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel,
kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin
kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
4. Penampung khusus. Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap
identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak
tertukar.
4. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau
keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu
tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan
dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena
akan konstriksi. Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi
pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak
sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau
di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang
dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di
daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler
umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun
telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.

5. Penanganan Awal Sampel dan Transportasi


Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang
harus dilakukan :
1. Catat dalam buku ekspedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau
sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas).
2. Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3. Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4. Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5. Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas
darah, harus menggunakan suhu 4-8C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi
hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil
laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan
penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah
pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang
berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai
pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.
D. PERSIAPAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM/SPESIMEN

A. DARAH
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen darah.
Antara lain :
1. Darah Rutin :
Hemoglobin/HB : Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
Hematokrit/HT : Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
Trombosit : Mendeteksi adanya trombositopenia dan trombositosis
2. Darah Kimia :
SGPT (serum glumatik piruvik transaminase) :Pemeriksaan SGPT digunakan untuk
mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
Albumin : Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin yang
disintesis oleh hepar, yang bertujuan untuk menentukan adanya gangguan hepar seperti
luka bakar, gangguan ginjal.
Asam Urat : Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka
bakar dan kehamilan.
Bilirubin : Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin. Bilirubin
directdilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik obstruktif oleh batu/ neoplasma,
hepatitis.Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia, malaria.
Ekstrogen : Pemeriksaan ekstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium, gejala
menopause dan pasca menopause.
Gas Darah Arteri : Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik/ gangguan
metabolik.
Gula Darah Puasa : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanaya diabetes.
Gula Darah Postprandial: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes,
pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Gonadotropin Korionik Manusia (HCG). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
kehamilan.
B. URINE
a. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen urine.
Antara lain :
Asam urat : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada penyakit
ginjal, eklampsia, keracunan timah hitam dan leukemia.
Bilirubin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran
empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
Human Chorionic Gonadotropin ( HCG ) : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
adanya kehamilan
b. Jenis urine
1. Urine sewaktu. Urine yang dikeluarkan seawaktu- waktu bila diperlukan pemeriksaan
2. Urine pagi. Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur
3. Urine pasca prandial. Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
4. Urine 24 jam : urine yang dikumpulkan selama 24 jam Pemeriksaan lain yang
menggunakan spesimen urine antara lain, pemeriksaan urilinogen untuk menentukan kadar
kerusakan hepar, penyakit hemolisis dan infeksi berat. Pemeriksaan urinealisasi digunakan
untuk menentukan berat jenis kadar glukosa dan pemeriksaan lainnya.
C. FESES
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti, salmonella,
shigella, escherichiacoli, staphylococcus dll.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
2. Tempatkan feses dalam wadah steril dan ditutup
3. Feses jangan dicampur dengan urine
4. Jangan berikan Barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
5. berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
D. SPUTUM
Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Siapkan wadah dalam keadaan steril
2. Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan
3. Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
4. Pertahankan wadah dalam keadaan tertutup
5. Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) ikut instruksi yang ada pada
botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan selama 3 hari
berturut turut

PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Ultrasonografi ( USG )
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan kulit/ di rongga tubuh
menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat
struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai kelainan pada abdomen, otak, jantung dan
ginjal.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan pasien untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG
aorta abdomen, kantung empedu, hepar, limpa dan pankreas.
3. Oleskan Jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke belakang diatas
permukaan kulit.
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya udara.
8. Pada pemeriksan obstruktif ( Trimester pertama & kedua ) pelvis dan ginjal pasien ketiga,
pemeriksaan dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
9. Bila pemeriksaan pada jantungn anjurkan untuk bernafas secara perlahan- lahan
10. Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari
kepala.
2. RONTGEN
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar x
untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan / cairan
3. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat dilakukan dengan
posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada wakru pengambilan foto sinar
x.
5. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi ukuran dan
bentuk jantung.
6. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur terlentang
dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.
7. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dlepaskan sebelum
pelaksanaan foto.
8. Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan immobilisasi pada
daerah fraktur.
3. PAP SMEAR (Papanicolaou Smear)
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya kanker
serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks serta mengkaji respons terhadap
kemoterapi dan radiasi.
Persiapan dan pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan dan cairan
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan irigasi vagina ( pembersihan vagina dengan zat
lain ) memasukan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang- kurangnya
24 jam
4. Spekulum yang sudah dilumasi dengan air dengan air megalir dimasukan ke vagina .
5. Pap stick digunakan untuk mengusap serviks kemudian pindahkan ke kaca mikroskop dan
dibenamkan ke dalam cairan fiksasi.
6. Berikan label nama dan tanggal pemeriksaan
4. MAMMOGRAFI
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian payudara untuk
mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara secara periodik.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan cairan dan makanan
3. Baju dilepas sampai pinggang dan perhiasan pada leher
4. Gunakan pakaian kertas / gaun bagian depan terbuka
5. Anjurkan pasien untuk duduk dan letakan payudara satu per satu diatas meja kaset sinar x.
6. Lalu lakukan pemeriksaan
5. ENDOSKOPI
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan pada saluran
cerna. Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer

6. KOLONOSKOPI
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya kelainan pada
saluran colon.
Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll

7. CT. Scaning
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen

8. EEG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat kelainan pada gel. Otak)
Indikasi : epilepsy, trauma capitis Dengan memasangkan elektroda pada bagian kepal klien.

9. EKG
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung indikasi : MCI,
Angina fektoris, gagal jantung

6, Pemeriksaan Pencitraan yang diperlukan untuk Penegakan Diagnosis

Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan
penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan mengobati
penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed
tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi
magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja
(biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi
pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.
Jenis-Jenis Radiologi
Pencitraan berikut digunakan dalam bidang radiologi diagnostik:
a. Proyeksi (polos) radiografi
Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X, Wilhelm Conrad Rntgen)
yang diproduksi oleh transmisi X-Rays melalui pasien ke perangkat menangkap kemudian diubah
menjadi gambar untuk diagnosis. Pencitraan asli dan masih sering memproduksi film diresapi
perak. Dalam Film - Layar radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-ray yang bertujuan untuk
pasien. X-sinar yang melewati pasien disaring untuk mengurangi tersebar dan kebisingan dan
kemudian menyerang sebuah film yang belum dikembangkan, memegang erat-erat ke layar fosfor
memancarkan cahaya dalam sebuah kaset cahaya-ketat. Film ini kemudian dikembangkan kimia
dan gambar muncul di film. Sekarang menggantikan Film radiografi-Screen Digital Radiografi,
DR, di mana x-ray mogok sepiring sensor yang kemudian mengubah sinyal yang dihasilkan
menjadi informasi digital dan sebuah gambar pada layar komputer.
Radiografi polos adalah modalitas pencitraan hanya tersedia selama 50 tahun pertama
radiologi. Hal ini masih studi pertama memerintahkan dalam evaluasi paru-paru, jantung dan
tulang karena lebar kecepatan, ketersediaan dan biaya relatif rendah.
b. Fluoroskopi
Fluoroskopi dan angiografi adalah aplikasi khusus pencitraan X-ray, di mana layar
fluorescent dan intensifier gambar tabung dihubungkan ke sistem televisi sirkuit tertutup. Hal ini
memungkinkan real-time pencitraan struktur dalam gerakan atau ditambah dengan agen
radiocontrast. Agen radiocontrast yang diberikan, sering ditelan atau disuntikkan ke tubuh pasien,
untuk menggambarkan anatomi dan fungsi pembuluh darah, sistem Genitourinary atau saluran
pencernaan. Dua radiocontrasts saat ini digunakan. Barium (sebagai Baso 4) dapat diberikan
secara lisan atau dubur untuk evaluasi dari saluran GI. Yodium, dalam bentuk kepemilikan
beberapa, dapat diberikan melalui oral, rektal, rute intraarterial atau intravena. Para agen
radiocontrast kuat menyerap atau menyebarkan radiasi sinar-X, dan dalam hubungannya dengan
pencitraan real-time memungkinkan demonstrasi proses dinamis, seperti peristaltik di saluran
pencernaan atau aliran darah dalam arteri dan vena. Yodium kontras mungkin juga terkonsentrasi
di daerah abnormal lebih atau kurang dari pada jaringan normal dan membuat kelainan (tumor,
kista, radang) lebih mencolok. Selain itu, dalam keadaan tertentu udara dapat digunakan sebagai
agen kontras untuk sistem pencernaan dan karbon dioksida dapat digunakan sebagai agen kontras
dalam sistem vena, dalam kasus ini, agen kontras melemahkan radiasi sinar-X kurang dari jaringan
sekitarnya .
c. CT scan
Pencitraan CT menggunakan X-ray dalam hubungannya dengan algoritma komputasi
untuk citra tubuh. Dalam CT, sebuah tabung sinar-X menghasilkan berlawanan detektor sinar-X
(atau detektor) dalam alat berbentuk cincin berputar di sekitar pasien menghasilkan sebuah
komputer yang dihasilkan penampang gambar (tomogram). CT diperoleh pada bidang aksial,
sedangkan gambar koronal dan sagital dapat diberikan oleh rekonstruksi komputer. Agen
radiocontrast sering digunakan dengan CT untuk deliniasi ditingkatkan anatomi. Meskipun
radiografi memberikan resolusi spasial lebih tinggi, CT dapat mendeteksi variasi lebih halus dalam
redaman sinar-X. CT menghadapkan pasien untuk radiasi pengion lebih dari sebuah
radiograf.Spiral Multi-detektor CT menggunakan detektor 8,16 atau 64 selama terus bergerak
pasien melalui berkas radiasi untuk mendapatkan gambar yang lebih halus banyak detail dalam
waktu yang lebih pendek ujian. Dengan administrasi yang cepat kontras IV selama CT scan
gambar-gambar detail halus dapat direkonstruksi menjadi gambar 3D arteri karotis, otak dan
koroner, CTA, CT angiografi. CT scan telah menjadi uji pilihan dalam mendiagnosis beberapa
kondisi mendesak dan muncul seperti pendarahan otak, emboli paru (penyumbatan dalam arteri
paru-paru), diseksi aorta (robeknya dinding aorta), radang usus buntu, divertikulitis, dan batu
ginjal menghalangi . Melanjutkan perbaikan dalam teknologi CT termasuk kali pemindaian lebih
cepat dan resolusi ditingkatkan telah secara dramatis meningkatkan keakuratan dan kegunaan CT
scan dan akibatnya meningkatkan pemanfaatan dalamdiagnosismedis.
Yang komersial pertama CT scanner ditemukan oleh Sir Godfrey Hounsfield di EMI Pusat
Penelitian Labs, Inggris pada tahun 1972. EMI memiliki hak distribusi ke The Beatles musik dan
itu keuntungan mereka yang mendanai penelitian. Sir Hounsfield dan Alan McLeod McCormick
berbagi Penghargaan Nobel untuk Kedokteran pada tahun 1979 untuk penemuan CT scan. CT
scanner yang pertama di Amerika Utara dipasang di Klinik Mayo di Rochester, MN pada tahun
1972.
d. USG
Medis ultrasonografi menggunakan USG (frekuensi tinggi gelombang suara) untuk
memvisualisasikan struktur jaringan lunak dalam tubuh secara real time. Tidak ada radiasi pengion
yang terlibat, tetapi kualitas gambar yang diperoleh dengan menggunakan USG sangat tergantung
pada keterampilan orang (ultrasonographer) melakukan ujian. USG juga dibatasi oleh
ketidakmampuan untuk foto melalui udara (paru-paru, usus loop) atau tulang. Penggunaan USG
dalam pencitraan medis telah mengembangkan sebagian besar dalam 30 tahun terakhir. Gambar
USG pertama statis dan dua dimensi (2D), tapi dengan zaman modern rekonstruksi 3D
ultrasonografi dapat diamati secara real-time; efektif menjadi 4D.
Karena USG tidak menggunakan radiasi pengion, tidak seperti radiografi, CT scan, dan
teknik kedokteran nuklir imaging, umumnya dianggap lebih aman. Untuk alasan ini, modalitas ini
memainkan peran penting dalam pencitraan kandungan. Anatomi perkembangan janin dapat
dievaluasi secara menyeluruh memungkinkan diagnosis dini banyak anomali janin. Pertumbuhan
dapat dinilai dari waktu ke waktu, penting pada pasien dengan penyakit kronis atau kehamilan
akibat penyakit, dan pada kehamilan multipel (kembar, kembar tiga dll). Warna-Flow Doppler
USG mengukur keparahan penyakit pembuluh darah perifer dan digunakan oleh Kardiologi untuk
evaluasi dinamis jantung, katup jantung dan pembuluh besar. Stenosis dari arteri karotid bisa
pertanda infark otak (stroke). DVT pada kaki dapat ditemukan melalui USG sebelum terhalau dan
perjalanan ke paru-paru (emboli paru), yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. USG berguna
untuk gambar-dipandu intervensi seperti biopsi dan drainase seperti Thoracentesis). Kecil
perangkat ultrasound portabel sekarang ganti peritoneal lavage di triage korban trauma dengan
langsung menilai keberadaan perdarahan di peritoneum dan integritas jeroan utama termasuk
limpa, hati dan ginjal. Hemoperitoneum ekstensif (perdarahan di dalam rongga tubuh) atau cedera
pada organ utama mungkin memerlukan eksplorasi bedah muncul dan perbaikan.
e. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan inti atom (biasanya
proton hidrogen) di dalam jaringan tubuh, kemudian menggunakan sinyal radio untuk
mengganggu sumbu rotasi inti ini dan mengamati sinyal frekuensi radio yang dihasilkan sebagai
inti kembali ke negara awal mereka ditambah semua sekitarnya daerah. Sinyal radio yang
dikumpulkan oleh antena kecil, yang disebut gulungan, ditempatkan di dekat daerah tertentu.
Keuntungan dari MRI adalah kemampuannya untuk menghasilkan gambar di aksial, koronal,
sagital pesawat miring dan beberapa dengan mudah sama. MRI scan memberikan kontras jaringan
lunak terbaik dari semua modalitas pencitraan. Dengan kemajuan dalam pemindaian kecepatan
dan resolusi spasial, dan perbaikan dalam algoritma 3D komputer dan perangkat keras, MRI telah
menjadi alat dalam radiologi muskuloskeletal danneuroradiology.
Salah satu kelemahan adalah bahwa pasien harus terus diam selama jangka waktu yang
lama dalam ruang, bising sempit sedangkan imaging dilakukan. Claustrophobia cukup parah untuk
mengakhiri ujian MRI dilaporkan dalam sampai 5% pasien. Perbaikan terbaru dalam desain
magnet, termasuk bidang magnet yang lebih kuat (3 teslas), ujian kali memperpendek, lebih luas,
membosankan magnet lebih pendek dan desain magnet lebih terbuka, telah membawa beberapa
bantuan untuk pasien sesak napas. Namun, dalam kekuatan medan magnet yang sama sering ada
trade-off antara kualitas gambar dan desain terbuka. MRI memiliki manfaat besar dalam pencitraan
otak, tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Modalitas saat ini kontraindikasi untuk pasien
dengan alat pacu jantung, implan koklea, beberapa pompa obat berdiamnya, jenis tertentu dari klip
aneurisma serebral, fragmen logam di mata dan beberapa perangkat keras metalik karena medan
magnet kuat dan kuat sinyal radio berfluktuasi tubuh terkena.Wilayah kemajuan potensial
termasuk pencitraan fungsional, MRI jantung, serta MR terapi gambar dipandu.
f. Kedokteran Nuklir
Pencitraan kedokteran nuklir melibatkan administrasi ke pasien radiofarmasi terdiri dari
zat dengan afinitas untuk jaringan tubuh tertentu diberi label dengan perunut radioaktif. Para
pelacak yang paling umum digunakan adalah Technetium-99m, Yodium-123, Iodine-131,
Gallium-67 dan Thallium-201. Jantung, paru-paru, tiroid, hati, kandung empedu, dan tulang
umumnya dievaluasi untuk kondisi tertentu menggunakan teknik ini. Sementara detail anatomi
terbatas dalam studi ini, kedokteran nuklir ini berguna dalam menampilkan fungsi fisiologis.
Fungsi ekskretoris pada ginjal, kemampuan berkonsentrasi yodium dari aliran, tiroid darah ke otot
jantung, dll dapat diukur. Perangkat pencitraan utama adalah kamera gamma yang mendeteksi
radiasi yang dipancarkan oleh pelacak dalam tubuh dan menampilkannya sebagai gambar. Dengan
pemrosesan komputer, informasi yang dapat ditampilkan sebagai aksial, gambar koronal dan
sagital (SPECT gambar, tunggal emisi photon computed tomography). Dalam perangkat yang
paling modern Kedokteran Nuklir gambar dapat menyatu dengan CT scan diambil kuasi-secara
bersamaan sehingga informasi fisiologis dapat dilakukan overlay atau co-terdaftar dengan struktur
anatomis untuk meningkatkanakurasidiagnostik.
PET, (positron emission tomography), pemindaian juga berada di bawah "kedokteran
nuklir." Dalam PET scan, zat biologis aktif radioaktif, paling sering Fluorin-18
fluorodeoxyglucose, disuntikkan ke pasien dan radiasi yang dipancarkan oleh pasien terdeteksi
untuk menghasilkan multi-planar gambar tubuh. Jaringan lebih aktif metabolisme, seperti kanker,
zat aktif berkonsentrasi lebih dari jaringan normal. PET gambar dapat dikombinasikan dengan
gambar CT untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
Aplikasi kedokteran nuklir dapat mencakup pemindaian tulang yang secara tradisional
memiliki peran yang kuat dalam work-up/staging kanker. Pencitraan perfusi miokard adalah ujian
penyaringan sensitif dan spesifik untuk iskemia miokard reversibel. Molekuler Imaging adalah
perbatasan yang baru dan menarik dalam bidang ini.

7. Persiapan Pemeriksaan Pencitraan

Persiapan BNO-IVP

1. Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan lunak


yang tanpa serat (seperti bubur kecap) maksudnya supaya makanan tersebut mudah
dicerna oleh usus sehingga faeces tidak keras.
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa
makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.
3. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax) sebanyak 4
tablet.
4. 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga
kadar cairan.
5. Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan
dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan /
faeces.
6. Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak merokok
supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)

8, Membaca Foto Rontgen Normal

PERTAMA

Sebelum lebih jauh membaca dan mentelaah suatu foto rontgen, kita harus memastikan terlebih
dahulu kelengkapan IDENTITAS foto rontgennya. Nama, umur, jenis kelamin, nomor foto,
tanggal foto dan klinisnya. Harus dipastikan supaya tidak tertukar.

KEDUA
Pastikan dulu, foto tersebut LAYAK BACA atau tidak. Beberapa foto dengan kualitas yang
tidak baik sebaiknya tidak kita baca untuk menghindari misinterpretasi. Seperti misalnya, foto
yang terlalu keras, yang terpotong, posisinya tidak baik, inspirasi kurang (inspirasi cukup jika
costa 6 memotong hemidiafragma di tengah) dll. Untuk menghindari kesalahan pembacaan, bisa
minta ulang fotonya.

KETIGA
Tentukan posisi foto terlebih dahulu. Yang penting pada foto thorak adalah apakah posisi
pengambilan foto adalah AnteroPosterior (AP) atau PosteroAnterior (PA). Karena posisi foto
akan sangat mempengaruhi pembacaannya. Foto AP berarti sinar X berasal dari bagian depan
tubuh dan film berada di belakang. Sementara foto PA berarti sinar X ada di belakang dan film
berada di bagian depan tubuh. Hal ini penting, karena semakin jauh letak organ dari film maka
gambaran foto yang didapat akan termagnifikasi (diperbesar) sehingga tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Jadi yang lebih mendekati keadaan organ yang sebenarnya adalah foto PA
(jikamenilai jantung dan paru, karena lebih dekat ke fiLm

Pada foto AP clavicula akan tampak mendatar, scapula berada di dalam lapangan paru, dan yang
tampak depan adalah costae anterior. Sedangkan pada foto PA yang tampak depan adalah costae
posterior, clavicula menjungkit, dan scapula berada di luar lapangan paru.

KEEMPAT

Untuk membaca foto rontgen prinsipnya adalah membandingkan keadaan kiri dan kanan, jadi
jika kita melihat suatu keadaan di bagian kanan maka bandingkan dengan bagian kirinya.
Selanjutnya untuk pembacaan dapat dilakukan dari dalam ke luar atau dari luar ke dalam .

Contoh pembacaan ronsen toraks


Pertama perhatikan soft tissuenya terlebih dahulu, apakah terdapat soft tissue swelling atau
tidak. Soft tissue swelling bisa terjadi misalnya pada trauma, tumor, dll.

Kemudian nilai tulang-tulang, intak atau tidak. Apakah ada kelainan, fraktur, destruksi, dan
lainnya. Fraktur bisa kita lihat dari putusnya kontinuitas jaringan tulang. Dari gambaran rontgen
ini dapat pul
a kita nilai jenis frakturnya. Destruksi bisa terjadi misal akibat metastasis tumor ganas ke
tulang sehingga tulang menjadi tidak utuh bahkan bisa hilang. Gambaran metastasis yang
ada dapat berupa gambaran radiolusen (hitam) atau radioopaque (putih) yang abnormal
pada gambaran tulang. Kelainan, misalnya lordosis, kifosis, atau scoliosis pada vertebrae
yang juga bisa kita nilai lewat foto rontgen.

Mediastinum dinilai normal atau tidak, apakah terdapat pembesaran atau tidak. Misal,
adanya tumor pada mediastinum akan menampakkan gambaran mediastinum yang
melebar atau tampak adanya massa pada mediastinum. Trakea juga dapat kita nilai.
Trakea yang normalnya berada di tengah, bisa mengalami pergeseran akibat desakan atau
proses-proses lain.
Pleura, bagaimana sudut costofrenikusnya, lancip atau tumpul, normalnya lancip. Sudut
costofrenikus yang tumpul dapat menandakan suatu efusi pleura. Bisa juga berupa suatu
perselubungan atau massa yang belum bisa ditentukan. Sehingga untuk lebih jelasnya kita
bisa melihat foto lateralnya.

9, Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium


PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN INTERPRETASINYA
Mengetahui Pemeriksaan Darah Lengkap dan Nilai Normal Beserta Interpretasinya- Pemeriksaan
Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau
respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pemeriksaan Darah Lengkap
terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu :

1. Hemoglobin.
2. Hematokrit.
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC).
4. Trombosit (platelet).
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC).
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC).
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR).
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count).
9. Platelet Disribution Width (PDW).
10. Red Cell Distribution Width (RDW).

Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu
Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai
normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut,
sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan
suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl.
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl.
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl.
Anak anak : 11-13 gram/dl.
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl.
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl.
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl.
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan
sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah
dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,
dll.

Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100
ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit yaitu :

pria berkisar 40,7% - 50,3%.


wanita berkisar 36,1% - 44,3%.

Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit,
sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang sama.

Leukosit (White Blood Cell / WBC)


Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.

Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.

Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit
sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll

Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan
darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain
giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol).

Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.

Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan.
Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam
berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.

Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)


Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan berfungsi
sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan
membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.

Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah.
nilai normal eritrosit pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.

Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif
kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa
ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll.

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)


Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana
ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :

1. MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume
rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl).

Nilai normal = 82-92 fl

1. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu
banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg).

Nilai normal = 27-31 pg

1. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin


Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan
dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah gr/dl).

Nilai normal = 32-37 %


Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang
tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet
Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih
terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen :

Laki-laki : 0 15 mm/jam
Perempuan : 0 20 mm/jam

Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima
jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-
sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit
memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis
leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total
dan hasilnya dinyatakan dalam sel/l.
Nilai normal :

Eosinofil 1-3%.
Netrofil 55-70%.
Limfosit 20-40%.
Monosit 2-8%.

Platelet Disribution Width (PDW) PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar
PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW
yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW
yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan
pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika
didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang
kecil

Anda mungkin juga menyukai