Anda di halaman 1dari 5

Epidemiologi

Peradangan akut dinding kandung empedu atau disebut juga dengan kolesistitis akut biasanya terjadi
akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu. Sekitar 10 20% warga Amerika menderita kolelitiasis (batu
empedu) dan sepertiganya juga menderita kolesistitis akut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita,
usia tua dan lebih sering terjadi pada orang kulit putih. Pada wanita, terutama pada wanita wanita
hamil dan yang mengkonsumsi obat obat hormonal, insidensi kolesistitis akut lebih sering terjadi.
Beberapa teori mengatakan hal ini berkaitan dengan kadar progesteron yang tinggi yang menyebabkan
statis aliran kandung empedu. Di Indonesia, walaupun belum ada data epidemiologis penduduk,
insidens kolesistitis dan kolelitiasis di negara kita relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara
negara barat. Meskipun dikatakan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya perempuan, gemuk dan
berusia di atas 40 tahun, tetapi menuruit Lesman LA, dkk, hal ini sering tidak sesuai untuk pasien
pasien di negara kita.

Etiologi dan Patogenesis

Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu,
infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu
kandung empedu (90%) sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu
(kolesistitis akut akalkulus) (Huffman JL, et al, 2009).

Batu biasanya menyumbat duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu dan terjadi
distensi kandung empedu. Distensi kandung empedu menyebabkan aliran darah dan limfe menjadi
terganggu sehingga terjadi iskemia dan nekrosis dinding kandung empedu (Gambar 2). Meskipun begitu,
mekanisme pasti bagaimana stasis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistitis akut, sampai saat
ini masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang dapat mencetuskan respon peradangan pada
kolesistitis, seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak
lapisan mukosa dinding kandung empedu yang diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi. (Donovan JM,
2009).

Peradangan yang disebabkan oleh bakteri mungkin berperan pada 50 sampai 85 persen pasien
kolesistitis akut. Organisme yang paling sering dibiak dari kandung empedu para pasien ini adalah E. Coli,
spesies Klebsiella, Streptococcus grup D, spesies Staphylococcus dan spesies Clostridium. Endotoxin yang
dihasilkan oleh organisme organisme tersebut dapat menyebabkan hilangnya lapisan mukosa,
perdarahan, perlekatan fibrin, yang akhirnya menyebabkan iskemia dan selanjutnya nekrosis dinding
kandung empedu (Cullen JJ, et al, 2009)
Gambar 2 : Patofisiologi kolesistitis akut

(Sumber : www.wikisurgery.comimages99204.3_acute_cholecystitis.jpg)

Kolesistitis akut akalkulus terdapat pada 10 % kasus. Peningkatan resiko terhadap


perkembangan kolesistitis akalkulus terutama berhubungan dengan trauma atau luka bakar yang serius,
dengan periode pascapersalinan yang menyertai persalinan yang memanjang dan dengan operasi
pembedahan besar nonbiliaris lainnya dalam periode pascaoperatif. Faktor lain yang mempercepat
termasuk vaskulitis, adenokarsinoma kandung empedu yang mengobstruksi, diabetes mellitus, torsi
kandung empedu, infeksi bakteri kandung empedu (misalnya Leptospira, Streptococcus, Salmonella atau
Vibrio cholera) dan infeksi parasit kandung empedu. Kolesistitis akalkulus mungkin juga tampak bersama
dengan berbagai penyakit sistemik lainnya (sarkoidosis, penyakit kardiovaskuler, sifilis, tuberkulosis,
aktinomises) (Isselbacher, K.J, et al, 2009).

Selain itu, dapat timbul juga pada pasien yang dirawat cukup lama yang mendapat nutrisi secara
parenteral. Hal ini dapat terjadi karena kandung empedu tidak mendapatkan stimulus dari kolesistokinin
(CCK) yang berfungsi untuk mengosongkan kantong empedu, sehingga terjadi statis dari cairan empedu.
(Sitzmann JV, et al, 2008).

Diagnosis

Anamnesis

Riwayat penyakit sekarang : Nyerikolik perut dikanan atas epigastrium dan nyeri tekan kadang menjalar
ke pundak/scapula dlam waktu 60 menit tanpa reda

Nyeri setelah makan yang berlemak

Demam yang tidak terlalu tinggi dan hilang timbul

Warna air seni seperti air the

Faktor resiko : obesitas, kurang beraktifitas, obat-obatan, makanan

Riwayat penyakit keluarga : hanya berhubungan dengan pola hidup

Pemeriksaan fisik :

Tanda-tanda vital

-Suhu meningkat

-Takikardi

Inspeksi : sedikit ikterus, mata normal, saat mengambil nafas agak terasa berat

Palpasi : Teraba massa di kandung empedu

Nyeri tekan dan ditandai peritonitis local->Tanda Murphy

Perkusi: terasa nyeri saat diketok

Laboratorium
Diagnosis kolesistitis akut biasanya dibuat beradasarkan riwayat yang khas dan pemeriksaan fisis. Trias
yang terdiri dari nyeri akut kuadran kanan atas, demam dan leukositosis sangat sugestif. Biasanya terjadi
leukositosis yang berkisar antara 10.000 sampai dengan 15.000 sel per mikroliter dengan pergeseran ke
kiri pada hitung jenis. Bilirubin serum sedikit meningkat [kurang dari 85,5 mol/L (5mg/dl)] pada 45 %
pasien, sementara 25 % pasien mengalami peningkatan aminotransferase serum (biasanya kurang dari
lima kali lipat). Pemeriksaan alkali phospatase biasanya meningkat pada 25 % pasien dengan kolesistitis.
Pemeriksaan enzim amilase dan lipase diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pankreatitis,
namun amilase dapat meningkat pada kolesistitis.

Radiologi

Pemindaian saluran empedu dengan radionuklida (mis. HDA) dapat memberikan konfirmasi bila
pada pemeriksaan pencitraan hanya tampak duktus kandung empedu tanpa visualisasi kandung empedu
(Isselbacher, K.J, et al, 2009).

Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Hanya pada 15 %
pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh karena mengandung
kalsium cukup banyak (Gambar 3). Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung
empedu bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut. Gambaran
adanya kalsifikasi diffus dari kandung empedu (empedu porselain) menunjukkan adanya keganasan
pada kandung empedu (Towfigh S, et al, 2010)

Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat
bermanfaat untuk memprlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran
empedu ekstra hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90 95%. Adapun gambaran di
USG yang pada kolesistitis akut diantaranya adalah cairan perikolestik, penebalan dinding kandung
empedu lebih dari 4 mm dan tanda sonographic Murphy. Adanya batu empedu membantu penegakkan
diagnosis (Roe J, 2009)

Sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan CT scan abdomen dan MRI dilaporkan lebih besar dari
95% (Gambar 4). Pada kolesistitis akut dapat ditemukan cairan perikolestik, penebalan dinding kandung
empedu lebih dari 4 mm, edema subserosa tanpa adanya ascites, gas intramural dan lapisan mukosa
yang terlepas. Pemeriksaan dengan CT scan dapat memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang
masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG

Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau 96n Tc6 Iminodiacetic acid
mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah (Gambar 5). Normalnya
gambaran kandung empedu, duktus biliaris komunis dan duodenum terlihat dalam 30-45 menit setelah
penyuntikan zat warna. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung
empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut

Endoscopic Retrogard Cholangiopancreatography (ERCP) dapat digunakan untuk melihat


struktur anatomi bila terdapat kecurigaan terdapat batu empedu di duktus biliaris komunis pada pasien
yang beresiko tinggi menjalani laparaskopi kolesistektomi (Sahai AV, et al, 2009).

Diagnosis Banding

Penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ dibawah diafragma seperti apendiks yang retrosekal,
sumbatan usus, perforasi ulkus peptikum, pancreatitis akut, infarkmiokard

Pengobatan

Preventif : Menjaga kebersihan, menurunkan kolesterol, mengurangi asupan lemak jenuh,


meningkatkan konsumsi sayur dan serat

Istirahat total,pemberian nutrisiparenteral, diet ringan,obat penghilang rasa nyeri,

Antibiotik pada fase awal untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis

Penanggulangan

-Non-bedah

1. Dislokasi medis

2.ERCP( Endoscopic Retrogade Cholango Pancreototomy)

3. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Litothrophy)

-Bedah

1. Kolesistektomi terbuka

2. Kolesistektomi Laparoskopik

Anda mungkin juga menyukai