Anda di halaman 1dari 5

CONTOH CONTOH PERKEMBANGAN KESADARAN MORAL

BERDASARKAN TEORI LAWRENCE KOHLBERG

MATA KULIAH ETIKA

Disusun oleh:

2016710044 M.S Bahri

2016xx00yy

2016xx

2013

UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

BANDUNG

2016
Perkembangan Kesadaran Moral (Lawrence Kohlberg)

Penelitian yang dilakukan oleh Lawrence Kohlberg menunjukkan bahwa dalam kesadaran
moral terdapat unsur kognitif yang kuat. Kesadaran moral ditentukkan oleh suatu kemampuan
intelektual dan kemampuan pemahaman. Pertumbuhan kesadaran moral terjadi dalam proses
perluasan dan pendalaman segi-segi yang diperhatikan apabila orang memberi penilaian
moral. Dari penelitian yang dilakukannya, Kohlberg menemukan bahwa perkembangan
kemampuan anak untuk memberikan penilaian moral menunjukkan adanya suatu struktur
yang tetap

Enam tahap kesadaran moral dikelompokan menjadi tiga level: Pre-conventional morality,
conventional morality dan post-conventional morality.

Level pertama (pre-conventional):

1. Berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman

2. Berorientasi kepada keuntungan pribadi atau sendiri

Level kedua (conventional)

1. Persetujuan interpersonal dan kompromi

2. Berorientasi kepada otoritas dan menjaga norma sosial

Level ketiga (post-conventional)

1. Berorientasi kepada kontrak sosial

2. Prinsip etika secara universal


Contoh Level Pertama (pre-conventional/premoral stage)

Seorang anak kecil (0-6 tahun) tujuannya pergi ke sekolah tidak karena ingin belajar
menuntut ilmu, tetapi kebanyakan umur anak SD pergi ke sekolah karena diperintahkan oleh
orang tuanya. Jika seorang anak tidak pergi ke sekolah maka akan ada sebuah konsekuensi
atau punishment yang dilakukan oleh orangtua ataupun pihak sekolah si anak.

Si anak tidak terlalu memikirkan apa untungnya pergi ke sekolah, yang ia lakukan adalah
untuk menghindari hukuman dari orangtua atau sekolahnya. Keuntungan yang ia dapatkan
bukanlah ilmu yang didapatkan belajar dari sekolah, melainkan keuntungan terhindar dari
hukuman ataua konsekuensi jika si anak tidak menuruti perintah orang tuanya.

Kesadaran moral pada level ini memang masi berorientasi pada kepatuhan dan hukuman,
terkadang seorang anak mau pergi ke sekolah hanya jika diberi uang jajan tambahan. Hal
seperti ini, mungkin hal yang tidak baik, akan tetapi, proses kesadaran moral memang harus
dibangun pelan-pelan. Kesadaran moral anak harus dibangun dan tidak bisa kita paksakan.
Salah satu cara untuk mengembangkan kesadaran moral anak adalah dengan memberi contoh
atau peran kita menjadi role model.

Contoh Level Kedua (conventional stage)

Seorang anak remaja akan selalu mencoba membanggakan kedua orangtuanya. Ia belajar
dengan giat untuk mendapatkan nilai yang baik. Membantu ibu menyapu di rumah,
membantu memasak dan lain-lain. Semua hal ini dilakukan si anak untuk mendapatkan
persutujuaan atau pengakuan dari orangtuanya.

Para orangtua tentu ingin anaknya memiliki budi pekerti yang baik, si anak sudah bisa
mengerti apa saja yang bisa ia lakukan untuk mencapai harapan-harapan yang didambakan
orangtuanya tersebut. Seorang anak diajarkan orang tuanya untuk hidup disiplin, yakni,
bangun jam 5 pagi, makan tiga kali sehari, membantu ibu di rumah dan belajar setiap hari.
Semua hal yang diperintahkan oleh orang tua pada level ini akan dimengerti si anak. Hal-hal
tersebut memiliki tujuan yang baik, dan si anak pun mengerti akan hal itu dan setuju untuk
melakukan hal-hal tersebut. Sebaliknya, jika si anak tidak memenuhi perintah atau harapan-
harapan yang didambakan orangtuannya sebagai otoritas di lingkungan keluarga, si anak akan
merasa bersalah karena tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak yang baik.
Proses kesadaran moral pada level ini memang berorientasi pada kompromi dan otoritas. Si
anak harus sadar dan kompromi dengan orangtuanya ataupun teman sepermainannya untuk
mencapai harapan suatu kelompok terhadap si anak tersebut.

Contoh Level Ketiga (post-conventional stage)

Seorang dewasa yang sudah melalui proses kesadaran moral level pertama dan kedua akan
menjalani proses level ketiga. Seseorang yang tinggal di Indonesia harus patuh kepada
hukum dan sistem demokrasi yang dianut negara ini.

Pada saat pemilu, setiap orang memiliki hak suara untuk memilih presiden atau pemimpin
mereka melalui proses yang demokratis. Setiap orang punya hak dan juga kewajiban. Di
suatu negara yang menganut sistem demokrasi setiap orang yang tinggal di negara tersebut
biasanya memiliki berbagai macam partai politik yang mengusung calon presidennya masing-
masing. Hal ini adalah ciri khas sistem demokrasi, di mana setiap orang berhak untuk
mengemukakkan idenya dan berhak dipilih dengan kriteria yang ditentukan oleh anggota
legislatif.

Sayangnya, kita sudah punya hak untuk bersuara, tetapi masi ada saja orang yang golput atau
golongan putih atau orang yang tidak menggunakan hak suaranya. Orang-orang yang tidak
menggunakan hak suaranya sebenarnya telah merusak sistem demokrasi yang kita gunakan.

Jika presiden yang terpilih adalah kandidat yang kurang baik dalam melaksanakan tugasnya,
maka secara tidak langsung semua orang yang tidak menggunakan hak pilihnya membantu
kandidat tersebut untuk memenangkan pemilu. Partisipasi setiap rakyat atau penduduk suatu
negara untuk memilih presidennya memang krusial. Kehidupan yang kita jalani akan
dipengaruhi oleh presiden yang terpilih. Jika kita berpikir rasional dan mengerti bahwa kita
hidup di negara yang menganut sistem demokrasi, seharusnya kita memiliki rasa tanggung
jawab untuk menggunakan hak pilih kita. Proses kesadaran moral pada tahap ini memang
butuh pemikiran yang mendalam, karena kita ingin mencari suatu nilai etis yang universal.
Referensi:

Diktat : ETIKA DASAR DAN TERAPAN oleh Tim Dosen Etika Unpar, 2005

https://en.wikipedia.org/wiki/Lawrence_Kohlberg's_stages_of_moral_development (diakses
pada 17 Februari 2017)

https://www.csudh.edu/dearhabermas/kohlberg01bk.htm (diakses pada 17 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai