BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang dibutuhkan oleh ayah, ibu, dan
anaknaknya yang diikuti oleh hubungan darah antara satu orangdalam keluarga dengan
orang yang lainnya da saling ketergantungan, berdasrkan hal tersebut dapat dibedakan
menjadi keluarga inti dan keluarga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya,
sedang keluarga besar meliputi hubungan antara paman, bibi, nenek, kakek dan lain-lain.
Yaitu kecenderungan seorang anak untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sikap
dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu biasanya didasarkan pada
perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Mereka biasanya pendiam dan suka
menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena merasa kebutuhannya bisa dipenuhi
sendiri.
Awalnya, introvert dan ekstrovert adalah sebuah reaksi seorang anak terhadap
sesuatu. Namun, jika reaksi demikian ditunjukkan terus menerus, maka dapat menjadi
sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan menjadi bagian dari tipe kepribadiannya.
Kecenderungan kepribadian anak dilihat dari keajegan tingkah laku anak ditandai dengan
perubahan-perubahan
22
dalam setiap perkembangannya karena kecenderungan kepribadian merupakan gambaran
umum dari kepribadian anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak akan mulai terlihat ketika anak menginjak masa
sekolah dimana anak akan mulai mengenal dunia sosial sehingga kebiasaan yang
dilakukan anak ketika masa kecil akan menjadi sebuah patokan pribadi dengan disertai
pengalaman-pengalaman anak di masa itu.
G.W Allport membagi beberapa tipe kepribadian anak menjadi empat karakteristik
1) Sanguinis
Ciri ciri anak sanguinis yaitu suka berceloteh, supel ,ceria, suka
terlibat dalam percakapan dan suka menjadi pusat perhatian,
emosional dalam arti mudah tersinggung, dan cepat bosan.
2) Koleris
Ciri ciri anak koleris yaitu suka mengatur, tidak suka suka
berkompromi, menuntut loyalitas dan penghargaan, cepat
mengambil keputusan dan tegas dalam bertindak, bisa dipercaya dan
mereka punya sifat alami untuk memperbaiki apa yang salah.
Kelemahan dari kepribadian koleris adalah cenderung menjadi keras
kepala, dan tidak peka pada perasaan orang lain. Mereka juga
cenderung pemarah jika keinginannya tidak dipenuhi dan marah
adalah cara mereka mengendalikan orang lain.
3) Melankolis
1) Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam seseorang itu sendiri.
Biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Maksudnya faktor genetis yaitu faktor
yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat
yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa juga gabungan atau kombinasi
dari sifat kedua orang tuanya.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor ini biasanya pengaruh yang berasal dari lingkungan anak dimana
anak mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan dunia sosialnya yaitu
teman temanya.
25
Selain faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak juga terdapat faktor yang
menghambat pembentukan kepribadian anak. Faktor yang menghambat pembentukan
kepribadian antara lain :
1) Karakteristik biologis
Kondisi biologis yang berhubungan dengan karateristik juga mempengaruhi cara bersikap.
Ini meliputi faktor fisik, emosional serta perkembangan kesehatan dan medis.
Banyak hal-hal yang berkaitan dengan fisik. Penampilan,
kepribadiannya.
26
1) Pola asuh
Tidak hanya biasa memerintah tetapi juga seorang anak bisa adil
reward atau hadiah. Apabila tidak ada respon anak akan cenderung
orang tua.
apa yang harus dilakukan ogar anak mau melakukan suatu hal.
Namun bisa juga karena orang tua enggan terlalu banyak berurusan
terganggu.
28
Pola asuh adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Di
mana tanggung jawab untuk mendidik anak ini adalah merupakan tanggung jawab primer,
karena anak adalah hasil dari buah kasih sayang yang diikat dalam tali perkawinan antara
suami isteri dalam keluarga.1
Menurut Kohn, sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam bukunya yang
berjudul Kapita Selekta Pendidikan Islam, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari
cara orang tua memberikan peraturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan
hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian
atau tanggapan terhadap keinginan anak.2
Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara
mendidik orang tua terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cara mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua yang
berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan yang dilakukan
secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun
pemberian hadiah sebagai alat pendidikan.
Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata
sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan antara orang tua dengan keluarga,
masyarakat, hubungan suami isteri. Semua ini secara tidak sengaja telah membentuk situasi di
mana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya.3
Hurlock, sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha, mengemukakan ada tiga jenis pola
asuh orang tua terhadap anaknya, yakni (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3)
pola asuh permisif.
29
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak
dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti
dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak
jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua
menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan
dengan anak.4
Pola asuh otoriter ditandai dengan pemberian hadiah dan hukuman, hadiah dan
hukuman merupakan produk dari sistem otoriter yang memperkokoh superioritas
tradisional segolongan orang tua terhadap golongan lain.5
Pola asuh demokratis artinya orang tua memberikan kesempatan kepada setiap
anaknya untuk menyatakan pendapat, keluhan, kegelisahan, dan oleh orang tuanya
ditanggapi secara wajar dan bimbingan seperlunya
Menurut Singgih D. Gunarso dan Yulia Singgih D. Gunarso, pola asuh demokratis
adalah anak boleh mengungkapkan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan mereka
dengan orang tua.7
Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak
dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk
melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah,
juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang
telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau
bimbingan.8
30
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_105990
71.pdf
http://digilib.uin-suka.ac.id/5575/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf