Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN INDIVIDU

KEGIATAN JURNAL HARIAN

ENHANCING CAPACITY IN INCLUSIVE SCHOOLING PRACTICES TRROUGH


COMMUNITIES OF PROFESSIONAL SUPPORT :
AN INDONESIAN AND AUSTRALIAN PATHNERSHIP

16 s.d. 30 November 2016


Sydney Australia

Oleh
ENDANG SETIA PERMANA,S.Pd,M.Pd.
NIP. 19690404 199301 1 003

Unit Kerja : SMP NEGERI 1 BALEENDAH


JI. ADIPATI AGUNG NO.29 BALEENDAH 40375
KABUPATEN BANDUNG - PROVINSI JAWA WARAT
NOVEMBER 2016
JURNAL HARIAN ( Hari Kesatu )
Hari/ Tanggal : Rabu, 16 November 2016
Tempat : Sydney- Australia
A. Sesion 1
I. Data Penyaji
1. Pemandu : Prof. David Evans dan Nna Goodwin
2. Topik : Orentasi Budaya dan Aktivitas Sosial Serta Pelayanan
Kebutuhan Tiap Peserta
II.Uraian Kegiatan
Tiba di Bandara di jemput oleh pak David Evans dan Nina , langsung dibawa
ke hotel Urbannest 83 Quay St, Haymarket NSW 2000 untuk menyimpan barang-
barang,. Selanjutnya peserta di ajak jalan menuju Kampus Universitas Sydney
dengan menelusuri jalan raya. David mengenalkan taman dekat Universitas
hingga sampai ke Fakultas Pendidikan. Begitu besar layanan mereka kepada
peserta, Nina yang selalu memastikan jumlah kumplit dan menunggu peserta
yang jalan terakhir.
Banyak pelajaran yang bisa diperoleh dengan mengobservasi lingkunagn
serta aktivitas social masyarakat Syney. Berkaitan marka-marka lalulintas,
bangunan-bangunan yang ada, cara jalan mereka, peserta masih menyesuaikan
aktivitas budaya Indonesia dengan budaya setempat. Salah satu budaya yang
teramati yaitu budaya jalan pagi atau sore , kecepatan jalan mereka tiga kali
kecepatan jalan kita, cara menyebrang jalan yang selalu menunggu hijau, dan bis
atau kendaraan lain tetap menunggu bila waktu peneyebrangan sudah habis.
Suara lampu hijau penyebrangan terdengar khas. Ada pula jalan-jalan khusus
dengan tidak menngunakan lampu lalu lintas tapi berbentuk marka dua kali ,
pada jalan seperti ini kendaraan akan selalu mengalah kepada penyebrang jalan.
Setiba di fakultas dan di lantai 6 ruang 604 ( ruang muali lantai 3) David dan
Nina menyediakan makan siang, memberitahukan peruser ( dplweb ) dan
password wifi: (0plv!s!t) , selanjutnya menunjukkan menginformasikan jadwal
kegiatan yang akan dilaksanakan, beliau membagikan kartu opal sebagai alat tiket
menggunakan transportasi umum ( bis atau kereta ). Disampaikan pula Bis yang
melalui yaitu 370, 438 dan 440. Diinformasikan tentang took-toko makanan yang
menjual makanan halal. Beliau merekomendasikan Market City Shopping Centre.
Setelah orentasi peserta kembali ke Urbannest dengan dikenalkan lorong grafiti ,
beberapa naik bis ban beberapa peesrta menggunakan jalan kaki kembali.
III. Rangkuman Materi
Orentasi Kegiatan dan Aktivitas Sosial Budaya disampaikan beliau dengan ramah
dan hangat. Teraasa bahwa mereka begitu besar layanannya kepada peserta .
IV. Refleksi
Kampus yang Indah, penerimaan David dan Nina yang sangat membantu. Peserta
cukup faham menerima penjelasannya.
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Admin Urbanest
2. Topik : Orentasi dan tata tertib kegiatan di Urbanest
II.Uraian Kegiatan
Setelah kami berkumpul kembali di urbanest peserta menerima pengarahan secara
umum dari staff, kemudian secara kelompok 5-6 peserta per kelompok di pandu tentang
tempat dan fasilitas yang ada. Peserta dikelompokkan berdasarkan grup tempat tinngal.
III. Rangkuman Materi
Panduan diberikan dengan seksama oleh staf, peserta memasuki ruangan masing-
masing. Dokumen mereka cukup tertib.
IV. Refleksi
Staf sangat perhatian terhadap peserta. Akan lebih baik ada penterjemah supaya
bisa memahami aturan dengan benar dan utuh. Banyak barang yang penggunaannya
belum familiar di sini.
JURNAL HARIAN ( Hari Kedua )
Hari/ Tanggal : Kamis, 17 November 2016
Tempat : Lantai 6 Ruang 604 , Sydney - Australia
A. Sesion I
I. Data Penyaji
1. Pemandu : Prof. David Evans
2. Topik : Mapping The Territory In Indonesia:
Principles Of Inclusive Education And Quality Education
Practice
II.Uraian Kegiatan
Hari kedua David membagikan kit pelatihan , selanjutnya membuka session
dengan perkenalan . Perkenalan dibuka dengan mengenalkan staf dosen-dosen yang
akan terlibat disana, selanjutnya para dosen yang telah mengenalkan minta izin tidak
bergabung karena ada jam mengajar mahasiswanya (kuliah). David membagikan kertas
kuning kecil yang siap ditempelkan, Beliau memasang peta Indonesia dan
mempersilahkan peserta menempelkan data diri di kertas tempel dengan menuliskan
nama, selanjutnya satu persatu bertanya tentang identitas diri. Selain latar belakang
geografis beliau menanyakan latar belakang profesi peserta, David belajar mengenal
istilah Widyaiswara (WI). David minta peserta menuliskan moto masing-masing pada
kegiatan dan harapan dari kegiatan ini.
Selanjutnya David membuka diskusi tentang : Special Questions bagi peserta,
dan berdiskusi tentang rencana yang akan dilakukan peserta berkaitan aktivitas social,
berdiskusi tentang kebingungan budaya yang ditemukan peserta ( tempat, kebiasaan,
makanan ) dan pengenalan masing-masing peserta .Beliau meminta dari peserta
menyampaikan ide pikiran tentang inklusif, pengalaman-pengalaman di sekolah yang
telah dilaksanakan. Beliau menekankan pula tentang praktek problem solving di sekolah
peserta dan menanyakan apa yang akan dilakukannya.
Learning support teacher : pengalaman yang dimilikim pendidikan, pengalaman-
pengaman tantangan. Selanjutnya apa yang paling baik dilakukan adalah
workshop/seminar dan diskusi untuk melakukan perubahannya. Beliau menyampaikan
bahwa I am academic dan Early intervension and get benefit for all,early direction
children
III. Rangkuman Materi
Pendidikan sekolah di Australia bergantung pada otoritas negara-negara bagiannya
walaupun ada rujukan, secara umum sekolahnya terkelompokkan pada sekolah umum (
public schools 65 %), Sekolah Khatolik (20 %) , dan Independen Schools (15% atau 500
sekolah) . Kurikulum Australia sudah dibuat mulai 2013 oleh ACARA. Kurikulumnya
berlaku bagi semua namun ada kurikulum prioritas dimana mereka ( guru ) menyusun,
mereka mengadaptasikan terhadap kondisi anak dan detail contohnya.
Pendanaan sudah menyentuh substansi pengembangan bagi kebutuhan special
need education yang ada di sekolah-sekolah.
IV. Refleksi
Kita dapat membandingkan secara umum tentang system pendidikan kedua Negara
, banyak tantangan aspek-aspek yang bisa diperbaiki bila dibandingkan dengan yang kita
miliki. AspekFilosofi, Regulassi, Pengembangan Inovasi dan hal-hal yang substansi
implementasi pendidikan inklusif di sana.
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Dr.Ilektra Spandagou
2. Topik : Principles Of Inclusion And Inclusive Education
II.Uraian Kegiatan
Penyaji menyampaikan presentasi dengan metode ceramah dan diskusi , peserta
diberi copy materi, tanya jawab dilakukan dengan intens. Uraiannya sangat rinci belaiau
melakukan research tentang inklusif sehingga menguasai materi ini dengan baik. Beliau
memberikan fotocopy materi , namun tulisannnya kecil. Sempat meminta maaf dan
langsung diberikan lagi fotocopy yang tulisannya terbaca.
III. Rangkuman Materi
Tantangan dan Visi Pendidikan Inkulsif , Setiap negara sedang melaksanakan
program dan project yang berisi tantangan kepada kita secara kritis menyusun dan
melaksanakannya pendidikan inklusif. Perubahan yang dituntut bukanlah hal yang
mudah dan membutuhkan proses jangka panjang yang berkelanjutan, namun demikian
pendidikan inklusif adalah sebuah visi yang bisa direalisasikan.
Hal-hal yang perlu dikritisi tentang bagaimana mewujudkan pendidikan inklusif
maka perlu pemahaman tentang disabilitas, pendidikan umum dan pendidikan luar
biasa serta kebijakannya. Demikian pula pertanyaan tentang pendidikan inklusif yaitu
mengapa hal tersebut begitu sulit didefinisikan, untuk siapa, bagaimana dalam
prakteknya dan mungkinkah bisa diwujudkan.
Model disabilitas dipetakan dalam personal and tragedy model, medical
model,Social Model.Individual/Defisit Model. Pemahaman model-model tersebut dapat
dibedah dan ditujukan ke pengertian Equality and Equity. Dalam perspektif aplikasi
perlu dipertimbangkan apa yang terpenting dilakukan bukan pada apa yang benar
atau yang salah .
Secara kronolologis kita dapat melihat alur pergerakan pemahaman pendidikan
segregasi ke pendidikan inklusif. Hal tersebut diperlihatkan dengan perubahan regulasi
secara terus menerus yang menunjukkan keberpihakan terhadap pendidikan inklusif.
Di lapangan sering terjadi adanya redahnya harapan dengan tingginya standar yang
dimunculkan, pendidikan inklusi dapat menjadi peluang bagi setiap orang, namun
seringkali anak-anak dengan disabilitas untuk menyesuaikan kepada system sekolah
dengan satuan dukungan yang berpusat pada bahasa, matematika dan ilmu
pengetahuan alam.
Dalam aplikasinya perlu digaris bahawahi tentang ditujukan kepada siapa
pendidikan inklusif dan apa tujuan mendasarnya.Pendidikan inklusif memerlukan
keterlibatan semua pihak, sehingga perlunya kebijakan dan keterlibatankebutuhan
orang tuanya .
Para disabilitas dapat mengenyam pendidikan dengan orentasi umum, keilmuan
dan pekerjaan sehingga mereka perlu pembekalan life skillnya.
Pendidkkan inklusif merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berhenti,
setiap waktunya menunjukkan fakta progresif. Pendidikan inklusif harus mampu
menyentuh setiap anak, menemukan setiap hambatannya atau kesulitannya . Perlunya
komunikasi sebagai bagian system pendukung selanjutnya memetakan apa yang akan
dipelajari dan apa yang akan dihasilkan oleh anak-anak , namun kata kuncinya adalah
bagaimana anak-anak menjadi sukses dalam hidupnya ( belajarnya ). Banyak cara dan
jalan yang harus dikomunikasikan pada pihak terkait berkaitan pelaksanaan pendidikan
inlusif selanjutnya diperlukan kemampuan menyimak dan memaknai apa yang
dikomunikasikan. Sehingga akan lebih baik bila dilakukan diskusi-diskusi yang terfokus.
Motivasinya adalah kemampuan kita untuk mengubahnya.
Apa yang diperlukan untuk ke depan ? Bagiamana kita menetapkan prioritas bukan
pada kebijkannnya namun pada prakteknya. Dukungan yang diperlukan dalam
pelaksanannya adalah guru yang baik, lingkungan yang baik yang selalu dapat
ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Pihak manajemen sekolah perlu mendapatkan
diklat manajemen inklusif, sedangkan program pendidikan yang perlu ditingkatkan
harapannya adalah kurikulum yang baik, pengajaran yang baik dan sikap positif yang
baik.
IV. Refleksi / Rekomendasi
Pendidikan inklusif memiliki harapan dan tantangan yang selalu menunjukkan
perubahan yang lebih baik, sekolah dapat mengkritisi dengan memahami dan
melakukan praktek-prakter baiknya melalui kajian kelompok dan komunitas
pendukungnya. Rujukan pemetaan kondisi dan situasi sekolah akan diproyeksikan pada
konsep dan implementasi di Australia.
V. Dokumentasi

JURNAL HARIAN ( Hari Ketiga )


Hari/ Tanggal : Jumat, 18 November 2016
Tempat : Woden School
Aktivitas : Kunjungan Sekolah di Canberra, Woden School 127
Denison Deakin Act 2600
A. Sesion I
I. Data Penyaji
1. Pemandu : Ian Copeland
2. Topik : Studi Komparasi Teori Dan Aplikasi-Aplikasi Di
Lapangan
II.Uraian Kegiatan
Perjalanan ke Canberra menempuh waktu kurang lebih tiga setengah jam,
diperjalanan dapat melihat ekosistem geografis mulai dari lingkungan, tumbuhan dan
landscape pemandangannya.
Sesampainya di Canberra kelompok dibagi menjadi dua ada yang berkunjung ke
Sekolah Turner dan ada juga ke Sekolah Woden, mereka bertugas melakukan observasi
berkaitan praktek-praktek dan setting ruangan di sekolah.
Kelompok Woden School menerima presentasi secara umum, namun sempat
terhenti karena adanya suara sirene yang mengharuskan kita keluar, semua guru dan
siswa di evakuasi ke tempat yang aman. Pengalaman ini diluar dugaan sehingga kita bisa
mendapat pengalaman langsung bagaimana sekolah mengembangkan prosedur
operasional standar untuk merespon peristiwa tertentu. Setelah selesai kita masuk
kembali dan mendapat presentasi lanjutan.
III. Rangkuman Materi
Untuk pengajaran keberagaman yang efektif perlunya diketahui kebutuhan
pembelajar dari setiap anak, dimana anak memulai dan kedepannya. Sehingga
diperlukan satuan-satuan rancangan berupa outline ( pengetahuan ).
Dicontohkan dalam presentasi tersebut bagaimana pendekatan saintific bisa
dilaksanakan di pendidikan luar biasa. Thema tentang angin dimana anak mendapatkan
lembar kerja khusus dan adaptasi pelajarannya, diperlihatkan
Kami diperlihatkan bagaimana guru dan GPK mengajar anak-anak dengan spectrum
autis melihat slide-slide aktivitas anak dan guru dan KBM di kelas atau di luar kelas.
Serta kami diajak masuk ke kelas-kelas melihat-lihat ruangan dan melihat beberapa guru
mengajar.
IV. Refleksi
Bahwa strategi pelaksanaan pendidikan berkualitas di model sekolah manapun
adalah merancang setting kelas dan pengajarannya dengan baik. Kreativitas guru yang
tinngi dapat memberikan efektivitas belajar semua anak dan anak dengan special needs.
B. Sesion II
II.Uraian Kegiatan
Setelah kunjungan dari sekolah kami melaksanakan shalat Jumat di mesjid Camberra,
Kami dapat mengbservasi kegiatan keagamaan dalam bentukshalat Jumat dari berbagai
Negara, karena mesjid tersebut terletak dekat kantor keduaan negera-negara.
III. Catatan
Mesjid di camberra menampung beberapa etnis dunia karena di sana pusat
perkantoran duta besar-duta besar dari negara-negara lain.
Gedung parlemennya merepresentasikan historis dan pusat pemerintahan
parlemen.
IV. Refleksi / Rekomendasi
Cukup memberikan gambaran yang baik berkaitan dengan aspek pemerintahan dan
lingkungan.
V. Dokumentasi

JURNAL HARIAN ( Hari Keempat )


Sabtu, 19 November 2016 diisi dengan kegiatan mandiri dan aktifitas kelompok dalam
mnenyusun jurnal harian di Urbanest.
JURNAL HARIAN ( Hari Kelima )
Minggu , 20 November 2016 diisi dengan kegiatan mandiri dan aktifitas kelompok dalam
mnenyusun jurnal harian di Urbanest. Diskusi materi-materi serta analisis yang telah
dipresentasikan para penyaji oleh peserta.
JURNAL HARIAN ( Hari Keenam)
Hari/ Tanggal : Senin, 21 November 2016
Tempat : Sekolah dan Sydney University
A. Sesion 1
I. Data Penyaji
1. Pemandu : Anthony Balmer
2. Topik : Kunjungan ke Sekolah Wangee Park School
II.Uraian Kegiatan
Pukul 08.40 kami dijemput taksi, supirnya seorang muslim sangat ramah selalu
menyampaikan salam, kami berlima berangkat satu kelompok yang terdiri dari orang
yaitu, ibu Alin, pak Haryana, Pa Istiansyah, pak Ribut Giyono, saya sendiri. Kami di terima
oleh seorang guru Wangee Park School.
Kami menerima presentasi tentang konsep dan gambaran praktek KBM di sana.
Wanggge merupakan sekolah yang mengelola siswa disabilitas. Selanjutnya kami diberi
kesempatan memasuki ruangan-ruangan KBM .
Selesai kegiatan pergi ke kampus Sydney.
III. Rangkuman Materi
Wangge adalah sekolah umum dengan mengembangkan layanan disabilitas yang
terdiri dari 49 anak disabilitas mulai dari TK sampai dengan K12 , disebar ke 8 kelas
dengan 1 guru kelas dan 1 guru pendamping khusus.
Setiap anak punya program khusus dengan informasi mendetail untuk siap dilayani,
GPK akan menyiapkan buku panduan layanan dan track data anak, semua guru harus
kompeten, kepala sekolahnya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan manajemen
inklusif. Di dindingnya terdapat tiga moto sekolah yaitu Be Safe, Be Respectfull, Be A
leaner. Ditempelkan pula visi dan misi sekolah.
Untuk melayani anak disabilitas mereka mengembangkan harapan yang tinggi,
kolaborasi dan penciptaan lingkunagn yang aman. Hal tersebut diwujudkan dengan
menyediakan format ABC, Silabus, dan RPP yang sudah mengembangkan layanan
khusus bagi anak-anak tertentu. Silabus dapat diakses setiap anak dengan penyesuaian
katifitas sesuai dengan usiannya, prilaku positif menantang dimulai degan pengumpulan
data, perencanaan prilaku dan asesmen resiko.
Prosesnya dimulai dengan masa transisi bagi anak, pengumpulan data dan asesmen,
menggali kekuatan, peminatan dan mengantisipasi resiko dari tiap anak disabilitas.
Semuanya dilakukan dengan pendekatan team.
Sekolah mengembangkan SMART program layanan dan komunikasi antar berbagai
pihak.
IV. Refleksi
Kesiapan sekolah wangge dapat dijadikan contoh bagi implementasi di sekolah
sendiri. Contoh format dan foto setting ruangan cukup menginspirasi.
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Dr. Cathy Little
2. Topik : Inclusive Program Framework School - Wide
Behavior Support
II.Uraian Kegiatan
Kegiatan diskusi kelompok dan mengungkap tentang bagaimana setiap kelompok
menangkap hal-hal baik yang telah dipelajari dari sekolah yang dikunjunginnya,
kemudian sharing ke kelas hal-hal tersebut.
III. Rangkuman Materi
Pembahasan behavior ( prilaku ) adalah bentuk komunikasi yang dapat diobservasi
dan setiap prilaku yang muncul mengandung tujuan. Pemahaman ini cukup membuka
cara melihat prilaku bagi siswa disabilitas yang tadinya dipersepsi negative sekarang
menjadi peluang pesepsi positif dan bisa menjadi bahan pengembangan observasi.
Perbaikan prilaku dapat ditangani dengan membelajarkan anak-anak dan belajar dari
yang lainnya, sehingga daya dukung teman sebaya , orang dewasa dan anggota
kelompok akan memberi perbaikan yang sangat signifikan.
Penyebab prilaku yang tidak baik terjadi karena anak nakal, disabilitas, buruknya
keluarga, buruknya lingkungan rumah atau trauma pengalaman sebelumnya.
Diharapkan kita tidak menggunakan perspective yang berbeda dalam melayani
diasbailitas dan yang paling penting adalah bahwa kegiatan , layanan dan lingkungan
baik bagi seluruh siswa kuncinya adalah di guru yang memiliki sikap inklusifitas yang
baik, yaitu prilaku guru yang memberikan layanan yang terbaik dalam melalui
hambatan-hambatan belajar anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling efektif merespon dari suatu sekolah
manakala terdapatnya pelatihan kemampuan social, pensistematisan dari akademi, dan
adanya intervensi behavior.
IV. Refleksi
Pemahamn prilaku ternyata dapat diungkap melalui penelaahan dan persiapan
penangannannya baik untuk umum dan untuk khusus, prilaku-prilaku yang baik perlu
dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan sekolah secara umum dan untuk
melayanani anak disabilitas.
V. Dokumentasi

JURNAL HARIAN ( Hari Ketujuh )


Hari/ Tanggal : Selasa, 22 November 2016
Tempat : Sekolah dan Universitas Sydney
A. Sesion 1
I. Data Penyaji
1. Pemandu : Vanessa Reasbeck
2. Kegiatan : Kunjungan ke Glenmore Park Primary School ( GPPS)
II.Uraian Kegiatan
Teman satu kelpmpok Bu Fany, Pa Haryana, bu Aline, Bu Lilik, dan Pa Eddy idjemput
taxi. Ketibaan kami lebih awal dari waktu jadwal penerimaan maka kami menunggu di
halaman sekolah. Hal menarik yang ditemukan adalah gerbang sekolah mereka tidak
menunjukkan kemewahan tetapi ketika masuk ruangan staff, guru dan kelas semuanya
beerlatar belakang fungsional dan representative, sekolah yang nyaman dan betah
untuk tinggal di sana.
Kami diterima oleh pemandu selanjutnya dibawa ke ruangan khusus presentasi disana
disampaikan tentang konsep pengemabgnan sekolah tersebut.
Setelah selesai presentasi ajak berkunjung ke perpustakaan, ke kelas-kelas dan
keliling. Sambil melalkukan observasi dan berdiskusi maka kami melanjutkan keliling
sekolah. Setelah selesai kami sempat istirahat dan minum sambil menunggu jemputan
datang.
III. Rangkuman Materi
Di GPPS kurikulumnya diatur dan dirancang dalam melayani anak disabilitas mulai
TK hingga K9, pada anak disabilitas dilakukan scaffolding misalnya seorang anak
perempuan dengan meneyederhanakan proses berbahasa, teman-temannya ikut
membantu. Pada anak dis abilitas dilakukan modifikasi tujuan, memetakan levelnya,
kemudian dilakukan adjustment. Misalnya temannya diminta membuat paragraph maka
ia diminta mengisi titik-titik yang kososng dengan melengkapi paragraph, mereka
mempunya tujuan belajar yang sama, Dalam proses kbm muncul komunikasi anatr
teman dan guru. Adjustmen menolong Ali untuk dilakukan adjustmen.
IV. Refleksi
Gurunya kreatif, ruangannya hidup dengan gambar-gambar, perpustakaannya hidup,
ada ruangan bahasa inggris di perpustakaan, setiap anak mempunyai ipad dan memiliki
guru yang telah memetakan rppnya, anak-anak tidak merasa kaku ketika ada tamu.
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : David
2. Topik : Inclusive School Practice Trough The Curriculum
II.Uraian Kegiatan
Pasca pulang kunjungan sekolah dilakukan diskusi dan presentasi
III. Rangkuman Materi
Seringkali guru bertanya tentang apa yang salah dengan anak ini ?, yang penting
bukan labelnya tapi layaman yang focus. Anak yang tidak terarah menyebabkan prilaku
yang tidak baik namun dengan proaktif dan layanan anak maka ia bisa menjadi lebih
baik. Jadi fokusnya bukan pada label tetapi pada bagaimana ia bisa belajarnya. Penting
berfokus pada reasonable dan needs trancition.
Hambatan dalam menyiapakan pembelajaran karena kurangnya waktu, asumsi
bahwa anak-anak tidak memerlukan penyesuaian atau anak-anak tidak memiliki
kemampuan untuk belajar.
Sekolah menyediakan dukungan yang komprehensif dan berkelanjutan untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan dari siswa, tenaga professional berkolaborasi
untuk menyediakan dukungan instruksi yang efektif, siswa di didik dalam keadaan alami
yang sangat efektif dalam memenuhi kebutuhan siswa, siswa di didik secara bersama-
sama, siswa diberikan dukungan untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing
dan mencapai hasil belajar yang bernilai.
Guru memberikan pemahaman kepada para siswa lainnya tentang pengetahuan
bagaimana jika di kelas ada anak dengan kebutuhan khusus.
Opportunity Curriculum for Different Student. Karena peserta didik dalam lingkungan
belajar apapun mewakili berbagai variabelitas.
Bagaimana kita bisa memiliki kurikulum yang memberikan fleksibilitas yang lebih
besar dengan pilihan yang realistis kepada semua peserta didik
IV. Refleksi
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat memfasilitasi bagi pengembangan
fasilitas belajara yang efektif bagi semua peserta didik. Universal Desain learning (UDL)
adalah great learning bagi semua peserta didik yang memerlukan waktu dan bagiamana
pendidik merancang pembelajaran yang berkualitas.
JURNAL HARIAN ( Hari Kedelapan )
Hari/ Tanggal : Rabu, 23 November 2016
Tempat : Universitas Sydney
A. Sesion 1
I. Data Penyaji
1. Pemateri : David Ervans
2. Topik : Learning Support
II.Uraian Kegiatan
Kegiatan dibuka dengan sedikit pembicaraan, dilanjutkan Game Marshmallow
Challage dan mereview team work, selanjutnya dihubungkan dengan bagaimana
membangun pendidikan inklusif di sekolahnya masing-masing sebagai perwakilan
kelompok. Best Practice dan perubahan cara membentuk menjadi team yang kuat
pendidikan inklusif dapat terjadi pada semua peserta.
III. Rangkuman Materi
Dalam kerja tim tantangan marshmallow yang perlu dilakukan adalah rancangan
desain, rencana pasti yang matang, menyusun prototype dan iterative. Semuanya
bagaimana dilatih problem solving kelompok.
Selanjutnya kelompok dan kelas mereview pekerjaan dan mengkorelasikan dalam
membangun support learning. Kehangatan dan pengendapan ilmu pengetahuan dan
pengalaman merupakan substansi kegiatan dalam mengkonstuksi paradigm peserta.
IV. Refleksi
Pengalaman menarik darigame membangun dan merekontruksi pendidikan inklusif
yang kata kuncinya adalah membangun dasar yang kokoh dan bekerja secara
kolaboratif, mungkin bisa digunakan sebagai bahan pelatihan.
Rancangan di sekolah melakukan snapshot track record melalui interview, observasi,
meeting and best observation, need student , make program.
Membangunsupport system , learning support unit to training teacher, support
specific comptention,, bedah study kasus.
Point kuncinya adalah daya dukung yang intensif, mengidentifikasi dan ketetapan dari
dukungan tambahan berkaitan area spesifik dan perencanaan universal dan desain
untuk melayani keberagaman.
B.Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Michele Bonati
2. Topik : Transition : Supporting our students for life ater high
school
II.Uraian Kegiatan
Michele memberikan presentasi dan sekaligus melatih secara bertahap bagaimana
pemahaman dukungan terhadap anak-anak disabilitas setelah selesai sekolah
menengah atas. Dengan model tugas kelompok diskusi dan tanya jawab para peserta
mengikuti materi tersebut.
III. Rangkuman Materi
Kualitas hidup dapat dihubungkan dengan kebahagian, kesehatan, keterdidikan,
kebermanfaatan bagi orang lain, dan bisa hidup tentram damai dalam suasana
kekeluargaan.
Profile pembelajar positif menjelaskan kelebihan, minat, bakat tujuan prioritas smart,
pilihan. Selanjutnya melihat video anak dengan kondisi khusus memberikan gambaran
positif learner.
Melatih kegiatan merancang a SMART ( Specific, Measurable, Achievable, Relevant,
Timely ) Goal. Dimana meliputi ; kondisi, prilaku, criteria .
Langkah wawancara dengan orang tua dengan membuat pertanyaan seperti : apa
hobinya, kebiasaannya, ketertarikannya,apa yang akan dilakukana setelah beres lulus,
suka game apa, apa yang diharapkan oleh orang tua, siapa saja temannya. Sebaiknya
pertanyaan lebih kepada focus apa yang akan digali di anak dan beruisaha menghindari
ketidaknyamanan , sehingga pertanyaan perlu diseleksi apakah menolong atau tidak .
Setelah selesai maka hal tersebut dapat dimasukan ke kurikulum atau program
pengajaran individual. Guru dapat merinci secara detail tahapan instruksi atau
pengajaran yang menjembatani goal utama.
IV. Refleksi
Cukup membantu dalam wawasan, inspirasi serta latihannya. Mungkin bisa dicoba
dengan mengkaji lebih dalam.
JURNAL HARIAN ( Hari Kesembilan )
Hari/ Tanggal : Kamis, 24 November 2016
Tempat : Sydney University
A. Sesion 1
I. Data Penyaji
1. Pemateri : Hilary Dixon
2. Topik : The Australian Curriculum , Assesment and Reporting
Authority
II.Uraian Kegiatan
Pemateri adalah asalah satu staf ACARA , ACARA merupakan badan pemerintah
Australia bidang pendidikan yang pekerjaaannya seperti BNSP, memberikan presentasi
dan tanya jawab seputar kurikulum yang digunakan di Australia. Memperlihatkan pula
webnya.
III. Rangkuman Materi
Di setiap Negara bagian ada bandan khusus yang merencanakan kurikulum, baru
tahun 2013 Australia merancang kurikulum Nasionalnnya. Berdasarkan uji public ada
yang menerima dan ada yang mengritiknya.
Proses penyususnannya terdiri dari tahapan sebagai berikut : Draffing, Conusltation,
Revsisi draft, Validasai Achiefment standard an Publikasi.
Dimensi Kurikulumnya yaitu Learning Area, General Capabilities, Croos Curriculum
Priority
General Capabilities meliputi 1) Literasi, 2) Numerasy, 3)ICT Capability, 4)Critical dan
Creatif Thinking, 5) Personal dan Social Capabilitiy 6) Ethical Understanding 7)
Intercultural Under Standing.
Informasi yang ada di kurikulum yaitu introduction,Rationale, aims, Sequences of
learning , Structure ( Content, Achieftment Standar ).
RPPnya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hak semua anak dapat
mengakses kurikulum yang sudah dipastikan. Raport menngunakan 5 level,
kebijakannya bergantung Negara bagian. Pengawasannya diberikan kepada otoritas
Negara bagiannya. Belajarnya sama mulai jam 09.00 sd 15.00, guru punya beberapa hari
dari satu tahun untuk mengerjakan hal-hal keadministrasian.
IV. Refleksi
Perbandingan cukup bisa difahami dengan kurikulum yang ada di Indonesia.
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Sarah Hlimphreys
2. Topik : Association of Independent Schools Developing
Whole School Practices for Inclusive Schooling.
II.Uraian Kegiatan
Sarah menyampaiakan materi dan diselingi tanya jawab dengan peserta. Beliau
menyampaikan tentang SWIFT dan situsnya.
III. Rangkuman Materi
Proyek inklusif didanai oleh pemerintah Australia berpusat pada Kualitas
pengajaran, Kualitas pembelajaran, professional learning Paling baik dan regulasinya.
Webnya www.swiftschools.org.
Domainnya adalah Leadership, Multifield System of Support, Integrated Educational
Framework, Family Community Enggaging, Inclusive Polisy Structurs & Preface
Di RPPnya harus melibatkan anak dan orang tuanya.
Dalam kegiatan professional learning terdapat vision, Data Snapshot, Priority and
Practice Planing, Resourse maping and Matching, Transformation Teaching, Coaching
and Facilitation.
Sekolah bekerja berdasarkan data , pengembangan materi tujuannya berdasarkan
assessment dan data research.
IV. Refleksi
Materi menarik yang dapat menjadi pilar pergerakan implementasi pendidikan
inklusif di Sekolah.
C. Sesion III
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Michele Villenue dan Micle
2. Topik : Inclusive Practice Through Colaboration : Working
Together with Families and Healt Care Providers
II.Uraian Kegiatan
Pemateri secara bergantian menyajikan dari sisi kesehatan dan bimbingan konseling
keluarga.
III. Rangkuman Materi
Hambatan di beberapa Negara bagian hamper sama berkaitan dengan Cerita,
Reaksi dan Kesan yang bisa diterapkan . Di Australia sudah ada keterlibatan orang tua
dalam menyusun kurikulum. Pemateri pernah melalkukan penelitian di Yogyakarta,
beliau mengembangkan model kerjasama lintas sektoral antara keluarga dan dinas
kesehatan.
Pematei kedua memiliki cucu yang disabilitas sehingga cukup berpengalaman
penanganan dengan keluarga. Seluruh anngota keluarga dapat berkontribusi kepada
pelayanan anak disabilitas, perlunya dukungan pihak lain misalnya diskusi dan
komunikasi terapis dan orang tua siswa.
Mungkin lebih baik juga kolaboratif guru , terapi dalam merencanakan yang terbaik
bagi sekolah dalam kerangka model yang dikembangkan. Dalam hal ini perlu dilibatkan
guru, GPK, Konsultan sekolah dan Orangtua Siswa. Perlunya pula pembagian kerja yang
jelas dan clear antar pihak yang berkolaborasi.
IV. Refleksi
Materi menarik yang dapat menjadi pilar pergerakan implementasi pendidikan
inklusif di Sekolah. Khususnya dalam mengelola pihk-pihak terkait untuk pelaksanaan
dan layanan bagi anak-anak di sekolah.
JURNAL HARIAN ( Hari Kesepuluh )
Hari/ Tanggal : Jumat, 25 November 2015
Tempat : Universitas Sydney
A. Sesion I
I. Data Penyaji
1. Pemateri : Nina Goodwin
2. Topik : Australian Professional Standar For Teacher
II.Uraian Kegiatan
Nina membagikan bahan kajian tentang satandar Profesional guru , kemudian
memperlihatkan situsnya dan presentasi yang lainnnya selangi Tanya Jawab.
III. Rangkuman Materi
Dalam Standar Guru terdapat Aspek Domain, standar, Fokus areas and Standar
Description . Tiga domain yaitu Profesional Knowledge, Profesional Practice, Profesional
Engagement.
Jika terdapat guru yang tidak terstandar maka sekolahnya yang akan mengevaluasi
guru tersebut Disana mereka mengajar sama mulai pukul 09.00 sd 15.00 dan tidak ada
jama satndar mengajar, ada jam-jam yang digantikan oleh yang lain untuk
menyelesaikan administrasi.
IV. Refleksi
Dari perbandingan dapat dilihat posisi guru dengan jam kerjanya kemudian focus
pekerjaan yang digarapnya.
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Neale Waddie
2. Topik : System Wide Example of Inclusive Support
II.Uraian Kegiatan
Pak neale menyampaikan materi dengan presentasi dan melakukan tanya jawab
dengan peserta.
III. Rangkuman Materi
Pernah jadi guru di SLB, di sekolah Umum, sekolah inklusif dan pernah menjadi
kepala sekolah selanjutnya bekerja di pemerintah. Pemerintah Australia dalam bidang
pendidikan mensupport guru-guru untuk melayani anak-anak disabilitas.
Secara kronologis pemerintah Australia melkukan reformasi supaya guru-guru dapat
mendampingi anak-anak yang beragam, pemerintahnya mengalokasikan dana agar
dapat dikelolola oleh sekolah. Kemudian kurikulumnya yang berbeda antar Negara
bagian kini sudah menjadi kurikulum nasional sejak tahun 2013 . mulai 2005 hingga
2013 dimana layannan dilakukan dari terpisah hingga menjadi inklusif. Dulu pemerintah
yang mengatur tentang visi kebijakan layanan disabilitas dengan model top down,
sekarang sudah buttom up. Pemerintah telah memperluas horizon layanan
pembelajaran yang aksesable.
IV. Refleksi
Arah kebijakan pemerintah Australia mendorong layanan yang inklusif dengan
menciptakan system yang support terhadap guru, pembelajaran dan orangtua.
C. Sesion III
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Robert Petruneer
2. Topik : Praktek Mengajar di Sekolah Dorcherstwr
II.Uraian Kegiatan
Pak Robert merupakan teman David , Pengalamannnya banyak melintang di
berbagai jenjang pendidikan , telah bekerja di bidang Inklusif dimana saat ini beliau
mengajar di sekolah anak-anak yang ada di penjara.
Beliau menceritkan bagaimana sepak terjang pelaksanna pendidikan di sana.
Beberapa Dokumen yang diperlihatkan mulai rancangan dan hal-hal yang diperlukan.
III. Rangkuman Materi
Pengalaman dalam mengajar anak-anak Tuna laras adalah selalu berpikiran positif
dalam melihat anak, misalnya terdapat anak yang menolakuntuk belajar, berikutnya
main kartu dan ada belajarnya , demikian dicoba secra berkelanjutan.
Kemampuan yang dikembangkan adalah Respect, tanggingjawab, kesamaan, pilihan,
refleksi, refresh dan restart. Sedangkan materinya literasi, numerasy, ICT Capability,
Critical and creative Thinking, Personal and Social Capability, Ethical Understanding,
Interculturaral Understanding. Pengajarannya menggunakan pendekatan holistic
dengan mengarah siapa yang dipercaya anak.
IV. Refleksi
Apresiasi terhadap Pak Neale yang merupakan guru hebat menghadapi tantangan
peserta didiknya. Kaya pengalaman, sekolahnya menginspirasi, proses transisinya
berjalan dengan baik
JURNAL HARIAN ( Hari Kesebelas )
Sabtu, 26 November 2016 diisi dengan tugas mandiri dan aktivitas kelompok dalam
menyusun jurnal harian dan prenetasi penyaji dengan pendalaman-pendalamannya.
JURNAL HARIAN ( Hari Keduabelas )
Minggu, 27 November 2016 diisi dengan tugas mandiri dan aktivitas diskusi kelompok dalam
menyusun jurnal harian dan prenetasi penyaji dengan pendalaman-pendalamannya.
JURNAL HARIAN ( Hari Ketigabelas )
Hari/ Tanggal : Senin, 28 November 2016
Tempat : Universitas Sydney
A. Sesion I
I. Data Penyaji
1. Penyaji : Dr. Cathy Little
2. Topik : SWIFT Coathing and Facilitation
II.Uraian Kegiatan
Cathy mengingatkan kembali proses improvement SWIF School dengan 6 itemnya,
selanjutnya beliau membahas yang point ke 6 secara mendalam. Materi sudah di
dropbox. Melakukan Tanya jawab.
III. Rangkuman Materi
SWIFT School improvement process ; 1)Visioning 2)Data Snapshot 3)Priority and
Practice Planing 4) Resouse Maping and matching 5) Tranformation Teaming 6)Coaching
and facilitation
Ada dua tujuan utama sari SWIFT yaitu peningkatan kesempatan agar ABK lebih lama
di kelas daripada ditarik keluar kelas dan dapat secara tegas menjadi pendukung proses
penyesuaian, pendukungkan terhadap criteria dan tujuan dalam membangun
pemahaman dan kata yang sejalan dengan inklusi.
Terdapat beberapa pengalaman dari rekan sejawat tentang bagaimana model SWIFT
yang telah dilakukan di sekolahnya masing-masing diantaranya model bu Lilik, pa Agus .
Banyak dampak positif dari pelaksanaan professional learning dimana kunci
utamannya adalah bertemu satu sama lain dan melakukan diskusi.
SWIFT sendiri menganjurkan ; cari tahu dan apa yang telah dipraktekkan, praktekkan
lagi, support dengan diskusi, dan saling membantu. Harus menjadi konsen untuk
menyentuh skala kebijakan tenatng literasi bagi sekolahnya. Profesioanl learning
merupakan penelitian berbasis sekolah dengan bekal praktek-praktek di kelas.
Profesional learning dengan modellama dan baru dengan pola-pola tertentu member
indeks efektifitas yang signifikan.
Pada saat bertemu agar dihindarai oleh guru berkaitan dengan mengeluh atau curhat
akan tetapi perlu dikembangkan : 1) Clear berkaitan dengan lamanya, tujuannya, aksi
yang akan dilakukan, dan rencana tindaklanjutnya, 2)Knowledge perluanya pra
pengetahuan, prepare, mau melakukan research serta menyiapkannya, 3) Problem
solving , para guru diarahkan pada sikap mencarai solusi dan focus menemukan solusi,
4)Relasi, hubungan dengan kolega untuk saling percaya dan menghormati, 5) Sumber
baik dari dalam maupun dari luar.
Pengembangan program swift silakan mencari rujukan di www.swiftschools.org
IV. Refleksi
Program Swift model Australia merupakan dengan struktur yang kuat, sistematis
jelas . di sekolah sebetulnya sudah menunjukkan beberapa cirri yang menyererupai
model tersebu, sehingga perlu dipertegas dan diperjelas lagi konsepnya dengan
memodifikasi sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan.
Mungkin dapat dipertimbangkan lagi model spiral of Inquary
B. Sesion II
I. Data Penyaji
1. Pembicara : Susan Gazis
2. Topik : BOSTES
II.Uraian Kegiatan
Susan presentasi berkaitan dengan BOSTES , melakukan tanya jawab dengan peserta.
III. Rangkuman Materi
BOSTES merupakan badan kajian yang menggarap pembelajaran, akreditasi guru,
kurikulum tugasnya adalah memastikan kualitas pendidikan di Australia dengan baik.
Terdapat level akreditasi guru yaitu level graduate, proficient, high accomplished, Lead.
Disana dikembangkan pula tentang level dan standar kompetensi guru. Guru disana
harus punya rencana. Bostes mengembangkan kebijakan untuk guru yang merupakan
hasil dari analisis laporan-laporan yang dipelajari serta nilai-nilai siswa sebagai bahan
pemetaan dan rekomendasi pelatihan. Perannya adalah mendorong agar pbm supaya
menjadi pusat penelitian kbm.
Seklah punya kewengan dalam menilai dan mengajukan guru ke Boston teantang
apa yang telah dilakukan guru.
IV. Refleksi
Jika membandingkan di Indonseia maka untuk peningkatan karir guru melalui PKG,
PKB, dan SKP sehingga untuk lima atau empat tahun guru dapat melanjutkan golongan
dan pangkatnya, namun di Australia BOSTES menjadi pengendalian kualitas gurunya .
C. Sesion III
I. Data Penyaji
1. Pembicara : David Evans
2. Topik : Evaluation / Wahat next ?
II.Uraian Kegiatan
David memberikan angket untuk diisi dan dialnjutkan dengan uji petik berkaitan
dengan lesson plan, strategis dan assessment. Diminta dari beberapa peserta untuk
menyampaikan evaluasi dan gambaran rencana tndak lanjut.
III. Rangkuman Materi
Pendekatan memahami anak dengan melalkukan kolabarasi antar semua pihak.
Baru-baru ini ( seminggu ) pemerintah akan mengumumkan tes bagi kelas 1 dan kelas 2
sebagai bahan pemetaan dan tindak lanjut untuk penanganan transisi dari kelas 1 ke
kelas 2 dan ttransisi dari kelas 2 ke kelas 3.
Pendidikan untuk semua, bermakana bagaimana memperlakukan untuk semua siswa
dengan positive people , diperlukan guru-guru yang tidak pernah putus asa dalam
menghadapi prilaku anak-anak yang menantang. Anak-anak semuannya adalah
pembelajar yang menjadi tanggungjawab kita. Semuanya dapat diaplikasikan sesuai
dengan kondisi/situasi serta kreativitas guru.
Tindak lanjut kerjasama akan dilakukan penelitian di daerah ( sekolah ) dengan
komposisi 1 guru/kepala sekolah 1 widyaiswara dan 1 dari Universitas Sydney.
Negara memerlukan SDM yang tangguh yang mampu menghadapi tantangan,
Mindsetnya semua anak Indnesia bisa belajar , perlu diajaga terus semangatnya mulai
dari hal-hal yang sederhana.
IV. Refleksi
Yanga penting apa yang akan diajarkan atau yang dididikan
JURNAL HARIAN ( Hari Keempatbelas )
Hari/ Tanggal : Selasa, 29 November 2016
Tempat : Urbanest
II.Uraian Kegiatan
Packing dan persiapan check out, menyelesaikan laporan individu.
III. Refleksi
Pengalaman 14 hari merupakan bagian belajar sepanjang hayat yang dapat menjadi
rujukan dalam implementasi program-program di sekolah, teman seruangan menjadi
media keakraban dan menggali ilmu dengan semua best practices yang berbasis
pengembangan ide, pengembangan konsep dan gambaran pengembangan dokumen.
Ucapan apresiasi kepada semua pihak , seperti PPPPTK TK dan PLB , para staf
Kemendikbud , Civitas Academy Sydney Univercity, Para ibu kepala Sekolah dan Guru
yang menjadi short Couse yang telah memberikan kesempatan belajar bersama dan
belajar sepanjang hayat.
IV. Dokumentasi
Para peserta Shortcourse Enchanging Capacity in Inclusive Schooling Practices trough
Communities of Profesional Support di University of Sydney Australia
16 sd 30 November 2016
Yessy, Lina, Maria, Nita, Taoufani, Elanda, Apriyani, Diny, Shinta, Rita, Jane
Eddy P, Risnawati, Lilik, Ai , Endang SP, Ahcyar, Endang M
Agus, Noto, Haryana, Agus R, David, Hermansyah
Eddy S, Burhan, Istiansyah, Ribut, I Putu, Temmy
JURNAL HARIAN ( Hari ke-15 )
Hari/ Tanggal : Senin , 28 November 2016
Tempat : Urbanest dan Persiapan Pembagian Sertifikat
Uraian Kegiatan
Hari Senin sore pasca kuliah terakhir di Sydney University peserta siap-siap mengikuti
acara Dinner dengan Komjen Keduataan Australia, Para Pemateri, Pejabat P4TK TK dan
PLB serta peserta kursus. Untuk mendapatkan sertifikat pelatihan.
Refleksi
Kerjasama yang baik antar dua lelembaga inter Negara , semoga dapat meningkatkan
layanan bagi peserta didik di Indonesia.

Sydney, 28 November 2016- Endang Setia Permana ,S.Pd,M.Pd


( 081322733144-Permana19692gmail.com-SMPN 1 Baleendah (022-5940251)
Kab.Bandung-Jawa Barat
Dokumentasi
Hari Kesatu Hari Kesatu Hari Kedua

Hari kedua Hari Ketiga Hari Ketiga

Hari Tiga Hari Ketujuh Hari Kedelapan

Hari Kesembilan Hari Kesepuluh Hari Kesepuluh

Hari Kesebelas Hari Kesebelas Harisebelas

Hari Keduabelas Hari Keduabelas Hari Ketigabelas


Hari Ketigabelas Hari Ketigabelas Hari Keempatbelas

Lembar Refleksi (Dokumen )

Kesimpulan dan Tindak Lanjut


Setelah megikuti kegiatan kursus singkat nampak pengembangan wawasan tentang
komparasi, implementasi pendidikan inklusi di Australia dan menjadi masukan ketika akan
diimplementasikan secara bertahap dan sebagian di sekolah atau daerah setempat.

Untuk pasca kegiatan maka akan dilaksanakan secara khusus di sekolah program SWIF untuk
memperkuat implementasi di sekolah. Dengan menyampaikan materi ke pokja akan
dimungkinkan disampaikan ke pokja inklusif Kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai