Anda di halaman 1dari 24

Refarat Karsinoma Sel Basal (Basalioma)

KARSINOMA SEL BASAL

I. PENDAHULUAN

Pembagian kanker kulit berupa kelompok melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non
melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma adneksa
kulit. Karsinoma sel basal adalah neoplasma maligna dari nonkeratizing cell yang terletak pada
lapisan basal epidermis dan merupakan karsinoma kulit non melanoma terbanyak dan paling sering
ditemukan. Ukuran tumor bervaiasi dari yang berdiameter beberapa millimeter hingga beberapa
sentimeter. Karsinoma sel basal juga memiliki nama lain, yaitu basalioma, rodent ulcer, Jacobs ulcer,
rodent carcinoma, dan epithelioma basocellulare. Kanker ini biasanya tidak bermetastasis,
berkembang lambat, infasif, dan mengadakan detruksi lokal.1-5

Karsinoma sel basal terjadi pada 80% dari jumlah kasus kanker kulit. Umumnya terdapat di daerah
wajah, dan paling banyak timbul pada orang kulit putih yang kulitnya miskin pelindung terhadap
sinar ultraviolet dari cahaya matahari. Tumor ini berasal dari sel lapisan basal atau dari lapis luar sel
folikel rambut, pada permulaan berbentuk nodulus kecil pada kulit yang sklerotik. Kelainan ini
secara lambat meluas dan cenderung bertukak. Pinggirnya mirip bekas gigitan tikus karena itu diberi
nama ulkus rodens. 1-5

Patogenesis karsinoma sel basal yang telah banyak diketahui adalah peran paparan sinar ultraviolet
sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen supresor. Disamping itu telah banyak
dipelajari adanya peran faktor keturunan pada patogenesis karsinoma sel basal. Dipelajari pula
peran immunosupresor dalam patogenesis karsinoma sel basal namun mekanisme pastinya belum
diketahui.2

Diagnosis karsinoma sel basal ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dengan gambaran klasik yang dikenal sebagai ulkus rodent.
Pemeriksaan penunjang terdiri atas foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi dan biopsi insisi
untuk menentukan diagnosis histopatologis.2

Terapi berupa eksisi pada jaringan kulit sehat disekitarnya, lalu dilakukan pemeriksaan sediaan beku
untuk memastikan bahwa tepi luka eksisi sudah bebas tumor. Radiasi sedapat mungkin dihindari
mengingat dampak negatif sinar ionisasi. Terapi dapat juga dilakukan dengan pembedahan beku.1

II. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika setiap tahun 900.000 orang didiagnosa dengan karsinoma sel basal. Jumlah terbanyak
terjadinya kanker kulit adalah di Amerika Selatan dan Australia, dimana negara tersebut menerima
pancaran radiasi ultraviolet yang tinggi. Rata-rata usia yang beresiko terkena karsinoma sel basal
kurang lebih 60 tahun dan jarang sebelum usia 40 tahun, namun karsinoma sel basal juga dapat
terjadi pada anak remaja. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah dua kali lipat.
Insidens yang lebih tinggi pada laki-laki ini mungkin disebabkan oleh faktor perbedaan pada paparan
sinar matahari yang disebabkan oleh pekerjaan, namun perbedaan ini semakin tidak terlalu
bermakna seiring dengan perubahan gaya hidup. Karsinoma sel basal umumnya ditemukan pada
orang berkulit putih, jarang pada orang berkulit hitam.4,6,7

Sepertiga kasus karsinoma sel basal bermanifestasi dalam bentuk nodul yang mengalami ulserasi
pada kepala dan leher. Insidens karsinoma sel basal berhubungan langsung dengan usia penderita
dan berhubungan terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Dari aspek mortalitas
dan morbiditas, walaupun merupakan suatu neoplasma maligna karsinoma sel basal jarang
bermetastasis. Insidens terjadinya metastasis karsinoma sel basal kurang dari 0,1%.3,6

III. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa banyak terjadi mutasi pada gen p53 pada karsinoma sel
basal. Paparan sinar ultraviolet dilaporkan berperan penting dalam patogenesis mutasi ini.4

Etiologi dan faktor predisposisi lain dari karsinoma sel basal dapat dikelompokkan kepada dua
kelompok yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik.

A. Faktor Lingkungan

1) Radiasi ultraviolet adalah penyebab karsinoma sel basal yang paling penting dan paling sering.
Radiasi ultraviolet gelombang pendek, ultraviolet B, 290-320 nm, yang menyebabkan sunburn, lebih
sering menyebabkan basalioma dibandingkan ultraviolet gelombang panjang, ultraviolet B, 320-400
nm.3,6,8

2) Radiasi lain yaitu sinar X dan sinar grenz juga berhubungan dengan terjadinya karsinoma sel
basal.3,6

3) Paparan arsen lewat obat-obatan, pekerjaan, atau diet. Kontaminasi air sering menyebabkan
ingesti arsen.4,5,9

4) Pengobatan dengan imunosupresan jangka panjang juga dapat meningkatkan resiko karsinoma
sel basal. Oleh karena itu penerima transplantasi organ atau sel stem mempunyai resiko tinggi
sepanjang hayat untuk menderita karsinoma sel basal.3,6-8

5) Adanya trauma, jaringan arut, dan luka bakar juga dapat menimbulkan karsinoma sel basal.3,9

B. Faktor Genetik

1) Kulit tipe 1, rambut kemerahan atau keemasan dengan anak mata berwarna hijau atau biru telah
menunjukkan faktor resiko yang tinggi utnuk terjadinya suatu karsinoma sel basal dengan perkiraan
rasio 1,6. Perkemabangan karsinoma sel basal dilaporkan lebih sering terjadi setelah freckling pada
usia anak dan setelah sunburn hebat pada usia anak.4,7,8

2) Xeroderma pigmentosum; penyakit autosomal resesif yang dipicu oleh faktor pembedahan pada
kulit, dimulai dengan perubahan pigmen dan akhirnya menjadi karsinoma sel basal. Efeknya
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menginduksi kerusakan DNA karena ultraviolet. Selain
itu juga terdapat gangguan pada mata seperti opasitas kornea, kebutaan, dan deficit
neurologis.3,6,8,9

3) Sindrom nevoid basalioma (sindrom nevus sel basal, sindrom Gorlin); karsinoma sel basal
muncul pada keadaan autosomal dominan, timbul pada usia muda. Biasa terdapat odontogenik
keratosistik, pitting palmoplantar, kalsifikasi intracranial, dan kelainan tulang iga. Biasa juga timbul
tumor seperti meduloblastoma, meningioma, dan ameblastoma.3,6

4) Sindrom Bazex; terdapat atropoderma folikular (tanda-tanda ice pick, khususnya pada dorsal
tangan), basalioma multiple, dan anhidrosis lokal.3,6,7

5) Terdapat riwayat kanker kulit non melanoma sebelumnya. Insidens kanker kulit non melanoma
adalah 36% pada tiga tahun pertama dan 50% pada lima tahun kedua setelah diagnosis awal kanker
kulit.3,4,6

Faktor Predisposisi Karsinoma Sel Basal8

IV. PATOGENESIS

Karsinoma sel basal terdiri atas sel tumor epithelial dan elemen stroma. Komponen epithelial
berasal dari sel primitive selubung akar rambut, sedangkan komponen stroma menyerupai lapisan
papilaris dermis dan terdiri dari kolagen, fibroblast, dan substansia dasar yang sebagian besar
berupa berbagai jenis glukosa aminoglikans (GAGs). Kedua komponen ini saling ketergantungan,
sehingga tidak bisa berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan ini
sifatnya unik, sehingga dapat menjelaskan alasan karsinoma sel basal sangat jarang bermetastasis
dan pertumbuhannya pada kultur sel dan jaringan sulit terjadi. Hal tersebut disebabkan oleh bolus
metastase yang besar dengan komponen sel dan stroma didalamnya sulit memasuki sistem limfatik
ataupun sistem vaskuler. Hal ini membedakan karsinoma sel basal dengan melanoma maligna dan
karsinoma sel skuamousa yang keduanya sering mengadakan metastasis.3

Karsinoma sel basal dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah menjadi sel-
sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis atau lapisan folikuler. Sel ini diproduksi sepanjang
hidup dan membentuk kelenjar sebasea dan kelenjar apokrin. Tumo rtumbuh dari epidermis dan
muncul di bagian luar selubung akar rambut dan sel stem folikel rambut tepat dibawah duktus
glandula sebasea. Sinar ultraviolet menginduksi mutasi pada gen supresor tumor p53 yang terletak
pada kromosom 17p. Mutasi gen supresor tumor pada lokus 9q22 yang menyebabkan sindrom
nevoid basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan timbulnya karsinoma sel
basal secara dini. 3,6,9

Pada hampir semua tipe karsinoma sel basal terjadi mutasi gen yang mengkode molekul reseptor
Hedgehog (Hh), jalur signal yang berperan dalam diferensiasi sel. Ada tiga jenis yang diketahui yaitu
sonic HH (SHH), Indian HH (IHH), dan desert HH (DHH). Terjadi aktivasi yang tidak sesuai pada jalur
signal hedgehog (HH) yang ditemukan secara sporadik pada kasus karsinoma sel basal familial.
Awalnya dikenali sebagai penentu pada segmen polarity dalam spesies lalat Drosophila
melanogaster, jalur signal HH memainkan peranan penting dalam pertumbuhan makhluk bertulang
belakang. SHH yang disekresi akan mengikat protein patched tumor-supressor homologue 1
(PTCH1), maka menghapuskan supresi signal intraseluler yang disebabkan oleh PTCH1 oleh protein
transmemran yang lain, smoothed G-rotein-coupled receptor (SMO). Target berikutnya bagi SMO
termasuk faktor transkripsi family GLI. 8

Gambar 1. Patogenesis Molekuler pada Karsinoma Sel Basal8

Sonic hedgehog (SHH) berinteraksi dengan kompleks reseptor yang terdiri dari patched tumor-
supressor homologue 1 (PTCH1)-suatu supresor tumor-dan smoothed G-rotein-coupled receptor
(SMO). Tanpa SHH, PTCH1 berinteraksi dan mengsupresi signal transduksi dari SMO. Ikatan antara
SHH dengan PTCH1 menyebabkan SMO menghantar signal ke nukleus dengan perantara faktor
transkiptor golongan GLI. Kurangnya PTCH1 yang fungsional menyebabkan transduksi signal dari
SMO tidak mengalami interupsi dan menyebabkan aktivasi target.

Hilangnya fungsi mutasi PTCH1 termasuk mutasi germ-line yang ditenukan pada pasien dengan
sindrom karsinoma sel basal nevoid (Gorlins syndrome) telah ditemukan pada 30-40% secara
sporadic dalam kasus karsinoma sel basal. Tanpa kehadiran PTCH1, SMO sangat aktif, menyebabkan
aktivasi target secara terus-menerus. Gangguan lain pada jalur HH yang telah memberikan implikasi
pada perkembangan penyakit ini termasuk mutasi fungsi pada SHH, SMO, dan GLI. Transgenic
human-skin model menggambarkan bahwa aktivasi jalur HH merupakan kondisi awal dalam
pembentukan tumor. Molekul inhibitor yang kecil pada jalur signal HH seperti cyclopamine
merupakan terapi mekanis yang menjajikan.8

Mutasi pada gen supresi tumor p53 ditemukan dalam hampir 50% kasus karsinoma sel basal secara
sporadic. Kebanyakan mutasi tersebut adalah translasi dri C T dan CC TT pada susunan
dipyrimidine yang merupakan mutasi khas yang mengindikasikan adanya paparan terhadap radiasi
ultraviolet B. Hubungan antara karsinoma sel basal dan mutasi pada jalur signal RAS atau RAF
kurang diketahui. Akhir-akhir ini terdapat nucleus -catenin yang menunjukkan hubungannya
dengan peningkatan proliferasi sel tumor. Fungsi spesifik dari gen-gen ini masih belum diketahui.8

V. PROSEDUR DIAGNOSIS

Diagnosis karsinoma dapat ditegakkan sel basal berdasarkann anamnesis dan gambaran klinis.
Konfirmasi histopatologis dengan cara biopsi eksisi, biopsi insisi, atau eksisi terapeutik diperlukan
tergantung pada ukuran tumor dan tindakan yang akan diambil. Bila ada destruksi diperlukan CT-
Scan dan MRI untuk menentukan tingkat kedalaman infiltrasi yang terjadi akibat desktruksi tersebut.
Apabila sudah terjadi metastasis ke kelenkar limfe atau organ dalam perlu dilakukan pemeriksaan
USG limfonodus, foto rontgen thoraks, dan CT-Scan Abdomen. 3

ANAMNESIS

Orang yang mengalamai sunburn lebih cenderung untuk menderita kanker kulit. Terjadinya
karsinoma sel basal dipertimbangkan pada orang dengan riwayat kulit yang sensitif atau adanya
anomali kulit yang tidak membaik dalam waktu 3-4 minggu dan terjadi pada kulit yang terpapr
dengan cahaya matahari, terutama jika terdapat lekukan pada bagian tengahnya. Untuk mencapai
ukuran diameter 1 cm, tumor ini bisa berlangsung beberapa bulan atau tahun. Pasien biasanya
mengeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lsi tersebut berupa borok
yang tidak sembuh-sembuh.2

GAMBARAN KLINIS

Karsinoma sel basal umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, dan jarang
bermetastasis. Selain itu tumor ini dapat merusak jaringan di sekitarnya, bahkan dapat sampai ke
tulang serta cenderung untuk residif apalagi bila pengobatannya tidak adekuat.

Pasien biasanya datang dengan luka yang sukar sembuh. Predileksi pada daerah wajah, telinga, kulit
kepala, leher, dan tubuh bagian atas. Oleh karena karsinoma sel basal sering muncul di daerah
wajah, pasien sering member riwayat adanya benjolan jerawat yang sering bedarah. Trauma yang
sangat ringan sperti mencuci muka atau mengeringkannya dengan handuk bisa menyebabkan
perdarahan biasanya ditemukan. Riwayat paparan sinar matahari karena pekerjaan, sering terpapar
sinar matahari sejak kanak-kanak dan dewasa muda.3,4

Terdapat empat bentuk klinis karsinoma sel basal yang banyak ditemukan, yaitu:

1. Bentuk Nodulus

Bentuk ini paling sering ditemukan terutama pada daerah wajah, namun dapat juga ditemukan di
daerah tubuhn dan ektremitas. Pada tahap awal karsinoma sel basal bentuk nodulus ini sangat sulit
ditemukan bahkan dapat berwarna seperti kulit normal atau menyerupai kutil. Gambaran klinis yang
khas berupa gambaran keganasan dini misalnya tidak berambut, berwarna coklat atau hitam, dan
tidak mngkilap (keruh). Bila diameter kurang lebih 0,5 cm sering ditemukan pada pinggir berbentuk
popular, meninggi, anular, tengah di bagian tngahnya, dapat berkembang menjadi ulkus (rodent
ulcus) kadang-kadang ditemukan telangiektasis (gambar 2). 4,6-8

Gambar 2. Karsinoma Sel Basal Nodulus

Pada perabaan terasa keras dan berbatas tegas. Bentuk ini dapat melekat di dasarnya apbila telah
berkembang lebih lanjut. Selain itu karsinoma sel basal bentuk nodulus mudah berdarah dengan
trauma ringan atau apabila krustanya diangkat. 4,6-8

2. Bentuk Kistik

Bentuk ini agak jarang ditemukan, Permukaannya licin, menonjol di permukaan kulit berupa nodus
atau nodulus., keras pada perabaan, dan mudah digerakkan dari dasarnya. Telangiektasis dapat
ditemukan pada tepi tumor (gambar 3). Lesi memberikan gambaran translusen biru abu-abu
yangmungkin tampaj seperti lesi kistik benigna. Pada bagian tengah nodul terisi dengan cairan
musin jernih yang mempunyai konsistensi seperti gelatin. 6,7,9

Gambar 3. Karsinoma Sel Basal Tipe Kistik

3. Bentuk Superfisial

Bentuk ini menyerupai penyakit Bowen, lupus eritematosus, psoriaris, atau dermatomikosis tapi
tidak berfluktuasi. Ditemukan di badan serta umumnya multiple dan sedikit kemungkinan untuk
invasif (gambar 4). Timbul dengan gambaran sisik-sisik atau papul yang berwarna merah muda
hingga merah-cokelat, biasanya dengan daerah sentral yang jelas (gambar 5). Erosi lebih sedikit
dibandingkan dengan tipe nodular. Biasanya terdapat faktor etiologi berupa faktor arsen atau
sindrom nevoid karsinoma sel basal. Ukurannya dapat berupa plakat dnegan eritema, skuamasi
halus dengan pinggir yang agak keras seperti kawat dan agak meninggi. 3,4,6,7,9

Gambar 4. Karsinoma Sel Basal Superfisial Multipel

Gambar 5. Karsinoma Sel Basal Superfisial

4. Bentuk Morfea (Sclerosing)

Karsinoma sel basal bentuk morfea merupakan bentuk klinis yang paling penting karena bersifat
agresif dengan plak atau papul yang sklerotik (gambar 6). Batasnya tidak jelas sehingga eksisi
langsung sukar dilakukan. Bentuk ini sekitar 5% dari jumlah karsinoma sel basal dan agak sukar
didiagnosis dan manifestasinya agak lambat. Secara klinis menyerupai morfea akan tetapi ditemukan
tanda-tanda berupa kelainan yang datar, berbatas tegas, tumbuhnya lambat, berwarna kekuningan,
dan keras pada perabaan. 3,4,6,7,9

Gambar 6. Karsinoma Sel Basal Morfea

Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat, namun kadang dapat berkembang cepat. Jaringan
yang paling rusak adalah pada bagian permukaan. Ulserasi dapat terjadi, menjalar ke arah samping
menuju ke dasar meliputi otot, tulang, maupun jaringan lainnya. Ulserasi pada aderah mata dapat
merusak bola mata sampai orbita. 3,6,8

Orang dengan karsinoma sel basal mempunyai resiko tinggi untuk kambuh. Berdasarkan sebuah
penelitian, resiko kumulatif tiga tahun sebesar 33% dan 77%. Resiko ini tergantung pada jumlah lesi
yang ada. Lesi yang berada di tubuh mempunyai resiko yang lebih tinggi. Daerah yang paling sering
tejadi metastasis adalah kelenjar getah bening, paru-paru, dan tulang. Tumor periorbital dapat
mngadakan invasi ke orbita yang bisa menyebabkan kebutaan apabila diagnosis dan terapi
terlambat. Invasi perineural juga dapat terjadi yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi saraf. 3,6,8

Resiko untuk mengidap karsinoma sel skuamosa lebih tinggi setelah mendapat karsinoma sel basal
dengan resiko 6% dalam 3 tahun. Penderita juga mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk
menderita melanoma maligna. Pelelitian di Amerika nenunjukkan rasio 2.2, Belanda dengan rasio
2.62, dan Sweedan dengan resiko pada laki-laki sebnayak enam kali lipat dan wanita empat kali lipat.
Resiko ini diduga mempunyai hubungan dengan paparan radiasi ultraviolet. 7

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Oleh karena karsinoma sel basal jarang bermetastasis, pemeriksaan laboratorium dan radiologik
jarang diperlukan pada penderita dengan manifestasi lesi local. Namun biopi kulit diperlukan untuk
konfirmasi diagnosis dan penentuan tipe histologist. Biasanya yang paling diperlukan adalah shave
biopsi. Namun pada kasus lesi pigmentasi yang sukar dibedakan anatara karsinoma sel basal tipe
pigmentasi dan melanoma, biopsi eksisi mungkin diperlukan.6

VII. DIAGNOSIS BANDING

a) Karsinoma sel skuamous3,4,6

b) Hiperplasia sebasea3,4,6

c) Penyakit Bowen3

d) Dermatitis4

e) Eksema4

f) Psoriasis4

VIII. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI

Pada pemeriksaan histologist, tipe-tipe yang ditemukan adalah:

a) Karsinoma sel basal nodular

Nukleus oval besar, hiperkromatik, dan sitoplasma sedikit. Bentuk sel seragam dan bila ada
gambaran miotik biasanya sedikit. Bentuk padat biasanya bergabung dengan pola berbentuk
palisade di dearah perifer dan membetuk sarang-sarang. Biasanya ada peningkatan produksi musin
di sekitar stroma dermis. Pemebelahan sel yang dikenal sebagai artefak retraksi biasanya muncul
diantara sarang-sarang karsinoma sel basal dan stroma yang berkurang selama fiksasi dan
pewarnaan (gambar 7A dan 7B).3,5

Gambar 7A. Pembesaran 50X menunjukkan sel neoplastik yang muncul dari epidermis

Gambar 7B. Pembesaran 200X menunjukkan pallisading quality pada pinggir sarang sel neoplastik

b) Karsinoma sel basal adenoid

Terdapat lobus di daerah pseudoglandular. Ada juga tumorlobulus yang berdegenerasi secara
sentral, membentuk ruangan pseudokistik yang berisi musin dan dapat dijumpai pada karsinoma sel
basal jenis nodulokistik.3

c) Karsinoma sel basal pigmentasi

Karsinoma sel basal berpigmen mengandung melanosit yang terdiri dari sitoplasma granula melanin
dan dendrit. 3

d) Karsinoma sel basal superfisial

Karsinoma sel basal superfisial tampak seperti semak-semak sel basalod yang berlekatan dengan
epidermis. Sarang-sarang berbagai ukuran sering terlihat di dermis. 3

e) Karsinoma sel basal morfea

Pada karsinoma sel basal morfea dan bentuk infiltrasi pola sarang pertumbuhannya tida melingkar
tetapi membentuk untaian. Bentuk morfea tertanam dalam stroma fibrous yang padat dalam
bentuk untaian. Untaian karsinoma sel basal infiltrasi cenderung lebih tipis daripada bentuk morfea
dan bentuknya ireguler. Karsinoma sel basal infiltrasi biasanya tidak mempelihatkan skar stroma
seperti pada bentuk morfea. Retraksi dan palisade perifer bentuk morfea dan infiltrasi kurang tegas
bila dibandingkan dengan tumor bentuk agresif. 3

IX. STADIUM KLINIS

Klasifikasi menurut UICC masih dapat digunakan dalam penentuan stadium karsinoma sel basal
seperti halnya dnegan karsinoma sel skuamosa dan karsinoma kulit lainnya, akan tetapi secara klinis
untuk penentuan T (besarnya tumor primer) sukar dilakukan dan untuk N (keadaan kelenjar getah
bening regional) dan M (ada tidaknya metastasis) secara praktiis tidak ada. Jadi untuk menentukan
stadium dapat digunakan:

a) Ukuran atau diameter horizontal tumor

b) Lokasi tumor

c) Tipe karsinoma sel basal

d) Penyebaran histologik ke jaringan yang lebih dalam (diameter vertikal)

e) Batas keamanan tepi

f) Batas reseksi operasi mikroskopoks

Penentuan stadium karsinoma sel basal menurut PERABOI, 2003 adalah sebagai berikut:

Stadium

TNM

T
Tumor Primer

Tx N0 M0

Tx

Tidak dapat dievaluasi

T0

Tidak ditemukan

T1 N0 M0

Tk

Kanker in situ
T1

Tumor ukuran terbesar 2cm

II

T2 N0 M0

T2

Tumor ukuran 2 s/d 5 cm

T3 N0 M0

T3

Tumor > 5 cm

T4

=
Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, misalnya kartilago, otot skelet atau tulang

III

T4 N0 M0

Nodus Regional

tiapTN1 M0

Nx

Tidak dapat diperiksa

N0

Tidak ada metastasis nodus regional

N1
=

Ada nodus regional

IV

tiapT. tiapN. M1

Metastasis jauh

Mx

Tidak dapat diperiksa

M0

Tidak ada metastasis jauh

M1
=

Ada metastasis jauh

X. PENATALAKSANAAN

Idealnya semua karsinoma sel basal dibiopsi sebelum menentukan tindakan terapi yang paling
tepat. Namun hal ini akan menyebabkan biaya bertambnya biaya penatalaksanaan, sehingga hal ini
tidak selalu dilakukan. Apabila biopsi preoperatif tidak dilakukan, dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan biopsi pada saat dilakukan tindakan operatif. 3

Dalam memilih penatalaksanaan yang tepat harus diperhatikan hal-hal sebagai beikut: ukuran,
lokasi lesi, umur penderita, hasil kosmetik, tipe histologik, bentuk tumor, dan kemampuan penderita
untuk mentoleransi tindakan operasi. Terapi operatif kombinasi dengan konfirmasi histologis
merupakan prosedur standar penanagan karsinoma sel basal. Tujuan tindakan operasi adalah untuk
mengangkat tumor sehingga tidak berproliferasi lagi. Dalam penatalaksanaan karsinoma sel basal
eksisi harus mencapai lesi primer yang radikal dna rekonstruksi dengan memperhatikan fungsi dan
kesannya terutama yang terdapat di wajah.3

A. Terapi Operatif

Teknik operasi yang paling sering digunakan bisa dikelompokkan dalam dua kelompk yaitu:

1) Destruksi

a. Kuretase dan kauter/ elektrodesikasi3,4,11

Kuretase dan kauter paling baik digunakan untuk lesi yang beresiko rendah (berukuran kecil,
berbatas tegas dengan gambaran histologist yang tidak agresif). Tumor dibuang dengan scraping.
Prosedurnya dengan anatesi lokal, lesi dicungkil dengan kuret dan dasar serta tepi lateral dikauter
dengan arus listrik untuk menghentikan perdarahan. Luka biasanya cepat sembuh tanpa jahitan dan
biasanya tanpa aesthetic scar. Kuterase dan kauter tidak direkomendasikan untuk penatalaksanaan
tumor yang rekuren atau morfea dan tumor pada wajah yang beresiko tinggi seperti di hidung,
lipatan nasolabial, dan sekitar mata. 10

Ukuran tumor merupakan faktor penting karena kadar kekambuhan meningkat sebanding dengan
ukuran tumor. Kelebihan teknik ini adalah prosedurnya cepat (biasanya kurang dari 5 menit) dan
efektif untuk karsinoma sel basal tipe nodular dan suoerfisial. Kadar sembuh mencapai 95%.
Kekurangan teknik ini adalah prosedurnya tergantung pada operator dan sering meninggalkan white
atrophic scar. Proedur ini kurang efektif untuk terapi karsinoma sel basal tipe infiltrasi, mikronodular,
morfea, dan karsinoma sel basal rekuren dibanding teknik operasi Mohs yang merupakan pilihan
terapi untuk kebanyakan kasus. 6,10

b. Cryosurgery3,10,11
Cryosurgery digunakan secara meluas untuk terapi karsinoma sel basal yang tunggal dan multipel.
Cryosurgery dengan nitrogen cair digunakan dengan teknik kontak atau spray pada tumor untuk
dibekukan. Kemudian temperature probe ditusuk ke dalam kulit pada tepi lateral. Terapi dihentikan
apabila suhu di tepi lateral mencapai 600C. 11

Beberapa refrensi mengeluarkan teknik ini dari terapi karsinoma sel basal yang beresiko tinggi
dengan menekankan pentingnya menyeleksi lesi yang sesuai dengan gambaran histologis yang tidak
agresif dan jauh dari wajah untuk memperoleh angak kesembuhan yang tinggi. Pada kasus tumor
superfisial dengan batas jelas cryosurgery merupakan alternatif terapi pilihan utama, khususnya
pada penderita dengan usia lanjut. 3

Kelebihan teknik ini adalah hasil kosmetik dan angka kesembuhannya baik apabila digunakan untuk
tumor yang mempunyai tepi jelas, misalnya ada karsinoma sel basal nodular. Kekurangan teknik ini
adalah tergantung perator dimana deteksi tepi tumor yang tepat menentukan keefektifan
prosedur.6

c. Carbondioxide laser4,10

Prosedur ini mengangkat lesi dengan menggunakan laser karbondioksida yang menggunakan sinar
bertenaga tinggi untuk mendestruksi sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Teknik ini
tidak rutin digunakan pada penderita dengan resio perdarahan yang tinggi. Prosedur ini
direkomendasikan untuk lesi yang beresiko rendah. 10

2) Eksisi

a. Operasi konvensional3,4,6

Setelah anastesi lokal yang cukup diinjekiskan pada penderita, skalpel no.15 atau no.10 digunakan
untuk insisi subkutis. Untuk memastikan keseluruhan tumor diangkat, margin (tepi) dari kulit yang
kelihatan normal harus dibuang/diangkat. Lebih banyak margin kulit yang normal dibuang, lebih
tinggi angka kesembuhan, namun pengangkatan yang ekstensif ini akan meninggalkan defek yang
lebih luas dan hasil kosmetik yang kurang baik pada kebanyakan penderita. Pada kebanyakan kasus,
3-4 mm (di refrensi lain disebutkan 3-10 mm) tepi kulit yang normal dibuang. Tingkat rekurensinya
5-10%. Operasi ini digunakan untuk tumor yang berukuran 3-10 mm. 6

b. Operasi mikrografi (pemotongan lengkap) 3,4

Ada dua metode yaitu frozen section contohnya teknik Mohs dan paraffin section (metode
Breuninger). Prosedur ini memiliki tingkat akurasi diagnostic ynang tinggi, sehingga kulit yang sehat
dapat diselamatkan dan hanya mengeksisi tumornya saja sehingga teknik ini aman serta bagus dari
segi kosmetik. Operasi mikrografi ini diperlukan untuk karsinoma sel basal yang kurang potensial
yang mengalami rekurensi, yaitu: 3

Tipe infiltrat yang terdapat di kepala dan bagian distal ekstremitas.


Karsinoma sel basal tipe infiltratif dengan dengan ukuran kurang dari 20 mm yang berlokasi di
daerah non-kosmetik.

Karsinoma sel basal dengan diameter lebih dari 5 mm dan berlokasi di hidung, mata, dan
daerah telinga, serta tumor yang berdiameter lebih dari 20 mmm di daerah selain yang disebutkan
di atas.

Tumor yang rekuren.

Teknik Mohs merupakan teknik operasi yang digunakan untuk karsinoma sel basal tipe morfea atau
rekuren atau karsinoma sel basal yang terdapat pada daerah wajah. Setelah anastesi lokal, lesi
dieksisi lapis demi lapis biasanya dengan ketebalan kurang dari 1 mm, lalu diperiksa di bawah
mikroskop sehingga semua tumor dibuang. Prosedur ini memerlukan waktu yang agak lama dan
merupakan terapi standar pada penatalaksanaan karsinoma sel basal. Kelebihan teknik ini adalah
angka kesembuhan yang tinggi dibanding teknik yang lain (99% untuk karsinoma sel basal primer,
90-95% untuk karsinoma sel basal rekuren). Selain itu teknik ini dapat menyelamatkan jaringan kulit
yang sehat dan merupakan terapi pilihan untuk karsinoma sel basal tipe infiltrate, mikronodular,
morfea, dan rekuren. Kekurangannya adalah prosedur ini memerlukan waktu yang agak lama dan
pasien mungkin memerlukan anastesi tambahan. 6-8

Bagan indikasi untuk pertimbangan operasi Mohs:3

B. Terapi Non-operatif

1) Radioterapi3,10

Kebanyakan karsinoma sel basal bersifat radiosensitif, sehingga radioterapi dapat digunakan untuk
kebanyakan tipe. Radioterapi tidak dianjurkan untuk karsinoma sel basal pada area yang berpotensi
untuk mengalami trauma berulang seperti di ekstremitas atau tubuh dan pada penderita muda
karena onset perubahan atrofi kutaneus dan telangiektasis yang lambat akan menyebabkan efek
kosmetik setelah terapi. Onset fibrosis yang lambat bisa menimbulkan masalah seperti epifora dan
ektropion setelaj terapi pada kelopak mata bawah dan lesi kantus bagian dalam. Selain itu resiko
terjadi katarak juga ada walaupun dapat dikurangi denan penggunaan lensa kontak protektif.3,10

Radioterapi diperlukan untuk kasus inoperable atau post operasi mikro atau makroskopis, lebih
penting lagi pada kasus rekuren atau residif. Teknik radiasi yang digunakan yaitu pengobatan standar
terdiri dari sinar-X. area radiasi adalah tumor yang kelihatan dan safety margin dengan range 0,5 -
1,5 cm, tergantung pada ukuran tumor. Jaringan sekitarnta seperti mata termasuk palpebra dan
glandula lacrimalis harus dilindungi. Dosis radioterapi ditentukan oleh ukuran, lokasi, jaringan
sekitar, dan tingkat radiosensitivitas tumor. Dosis tunggal anatara 1,8 5 Gy. Dosis total maksimum
adalah 50 74 Gy.3

2) Kemotrapi/ imunoterapi3,5,6,9

Pada penatalaksanaan dengan imunoterapi dapat dilakukan dengan cara imunoterapi lokal dan
sistemik. Imunoterapi lokal penting untuk karsinoma sel basal multiple. Sitostatik 5-fluorourasil
diberikan secara topikal dua kali setiap hari selama 4 6 minggu (1-5 % dalam bentuk krim atau
salep), di refrensi lain disebutkan sampai 12 minggu dengan kadar remisi setinggi 93% pada kasus
karsinoma sel basal tipe superficial. Sitostatik ini bekerja selektif terhadap tumor epidermal yang
hiperproliferasi, namun juga dapat mengiritasi kulit yang sehat. Setelah 1 2 minggu pengobatan,
kulit mengalami inflamasi dan erosi.3,5-7

Karsinoma sel basal juga berespon terhadap pengobatan intra lesi dengan menggunakan interferon
tipe 1 yang diberikan lebih dari 3 minggu dengan pemberian 1-3 juta IE tiga kali seminggu (terapi ini
masih dalam penelitian). Karsinoma sel basal yang bermetastasis memiliki prognosis yang jelek dan
usia harapan hidup dilaporkan 10 20 bulan. Keberhasilan terapi dengan cisplatin (100 mg/m2
setiap 3 minggu) dan dengan 5-fluorourasil kombinasi dengan cisplatin (100 mg/m2 cisplatin d1 dan
1000 mg/m2 5-fluorourasil dilanjutkan dengan pemberian d1-d5 setiap 3 minggu). Dengan
kombinasi ini tingkat remisi mencapai 50%.3

Banyak orang yang enggan untuk dilakukan operasi terhadap tumor yang terdapat pada wajah, oleh
karena itu diperlukan adanya suatu teknik untuk menghilangkan karsinoma sel basal yang terdapat
pada area tertentu yang berkaitan dengan kosmetik. Krim imiquimod sering digunakan untuk terapi
karsinoma sel basal. Sebuah penelitian menunjukkan angka kesembuhan hingga 88% pada
karsinoma sel basal tipe superficial dan nodular. Terapi biasanya diawali tiga kali seminggu dan
ditingkatkan 1 2 kali sehari ergantung dari toleransi untuk menjaga iritasi kulit. Cara kerja krim
imiquimod 5% adalah dengan menginduksi respon imun seluler sehingga menyebabkan sekresi
interferon-gamma (IFN-), interleukin-12 (IL-12) dan sitokin lainnya. Masuknya IFN ke dalam tumor
akan menurunkan sifat inhibitor IL-10 dan membantu T-helper-1 (Th-1) untuk menstimulasi IL-2 dan
menginduksi adhesi molekul permukaan sel. Hal ini akan menyebabkan perlekatan limfosit dengan
CD4+ serta membunuh sel tumor dan regresi tumor.3,11

Imiquimod dapat menjadi alternatif yang baik mengingat ada banyak alasan orang tidak mau
dioperasi. Kelebihannya adalah tidak menyebabkan scar. Imiquimod cenderung menyebabkan reaksi
inflamasi lokal yang secara umum ringan hingga sedang dan hilang setelah pengobatan dihentikan.
Imiquimod menyerupai kerja dari respon imun alami pada tubuh dalam melawan karsinoma sel
basal. Pada lesi ini sitokin yang penting pada imunitas seluler seperti IFN- terdeteksi dan berperan
untuk meningkatkan infiltrasi CD4 dan limfosit terhadap stroma. Sebagai pengobatan topikal,
imiquimod dapat meningkatkan jumlah IFN- pada kulit. Kemoterapi digunakan untuk
penatalaksanaan penyakit lokal yang tidak dapat dikawal dan untuk penderita dengan metastasis
(hal ini jarang terjadi).3,10

Bagan penatalaksanan karsinoma sel basal yang diterapkan di Indonesia (menurut PERABOI, 2003)
adalah sebagai berikut:

Keterangan

BCC: Basal Cell Carcinoma

MMS: Mohs Micrographic Surgery

XI. KOMPLIKASI
Karsinoma sel basal sering didiagnosis sebagai ringworm atau dermatitis dan diterapi sebagai
penyakit tersebut. Apabila dibiarkan tanpa terapi, karsinoma sel basal akan membesar dan dapat
menyababkan peradarahan. Walaupun jarang bermetastasis, karsinoma sel basal dapat berkembang
bahkan sampai ke tulang sehingga menyebabkan kerusakan akibat destruksi jaringan. Proses ini
dapat menyebabkan terbentuknya ulkus yang dikenal sebagai ulkus rodens. Kurang dari 1%
karsinoma sel basal menyebar ke area lain tubuh, namun setelah diterapi yang biasanya sembuh
pada lebih dari 95% kasus, karsinoma sel basal dapat muncul kembali di lokasi yang berbeda.4

XII. FOLLOW-UP

Follow-up penting untuk beberapa kasus, walaupun tidak terdapat konsensus yang khusus tentang
frekuensi atau durasinya. Beberapa alasan yang penting sehingga dilakukan follow up adalah sebagai
berikut:

1. Deteksi tumor rekuren yang lebih dini

2. Deteksi dan terapi awal untuk lesi baru

3. Pendidikan penderita, khususnya terhadap proteksi terhadap sinar mathari

Kebanyakan penelitian menunjukkan mayoritas karsinoma sel basal mengalami rekuren dalam lima
tahun setelah terapi, walaupun 18% terjadi setelah jangka waktu tersebut. Penderita dengan
karsinoma sel basal mempunyai resiko yang kebih tinggi untuk mendapat lesi primer yang baru.
Individu yang telah didiagnosis dengan karsinoma sel basal memiliki resiko 30% lebih tinggi daripada
orang biasa untuk menderita karsinoma sel basal tipe lain yang tidak berhubungan dengan lesi
sebelumnya.10

XIII. PROGNOSIS

Karsinoma sel basal yang tidak diobati secara menyeluruh dapat timbul kembali. Semua pengobatan
yang telah dilakukan harus terus dimonitor meningat sekitar 20% dari kekambuhan yang ada
biasanya terjadi antara 6 10 tahun pasca operasi. Rekurensi karsinoma sel basal setelah follow-up
adalah sebanyak 18% untuk kasus eksisi, 10% untuk teraoi radiasi, 40% untuk elektrodesikasi dan
kuretasi (dengan follow-up kurang dari lima tahun). Sedangkan tingkat rekurensi dengan
menggunakan terapi Mohs setelah follow-up lima tahun adalah antara 3,4% dan 7,9%. Dengan
demikian Mohs mikrografi merupakan terapi pilihan untuk karsinoma sel basal yang rekuren.3
KARSINOMA SEL BASAL

1 Votes

KARSINOMA SEL BASAL

SINONIM

Beberapa sinonim dikenal antara lain : basal cell epithelioma (BCE),basalioma, ulkus rodens, ulkus jacob,
tumor komprecher, basal cell carcinoma (BCC).

EPIDEMIOLOGI

Merupakan tumor malignant/ganas yang bersifat pertumbuhannya lambat. Sebagian besar pasien berusia lebih
dari 40 tahun dan mengenai lebih banyak pria dibandinmgkan perempuan. Sangat jarang terjadi pada anak-
anak. Lebih banyak muncul pada individu yamg berhubungan dengan pemaparan sinar matahari. Resiko
terjangkit penyakit ini menurun pada orang-orang kulit berwarna, terutama sangat jarang terjadi pada orang-
orang negro afrika.

ETIOLOGI

Idiopatik,pemaparan yang berlebihan oleh sinar matahari, radiasi ionisasi (X-ray, radium), karsinogen kimiawi
(tembakau, ter, minyak tanah, oli), trauma mekanik, trauma suhu, dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung arsen secara terus menerus, diketahui dapat meningkatkan resiko. Juga biasanya pada individu
yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita penyakit ini.

GEJALA KLINIS

Tumor ini umumnya ditemukan didaerah berambut,bersifat invasif,jarangmmempunyai nak sebar (metastases).
Dapat merusak jaringan sekitarnya,malah dapat sampai ketulang, serta cenderung untuk residif lebih-lebih bila
pengobatan tidak adekwat.

Bentuk klinis yang banyak ditemukan :

Bentuk nodulus (termasuk ulkus rodens )


Bentuk ini paling sering ditemukan. Gambaran klinis yang khas berupa gambaran keganasan dini seperti : tidak
berambut, berwarna coklat/hitam, tidak berkilat (keruh). Bila sudah berdiameter 0,5 cm sering ditemukan pada
bagian pinggir berbentuk papula,meninggi, anular, dibagian tengah cekung yang dapat berkembang menjadi
ulkus (ulkus rodent) kadang-kadang ditemukan telangiektasis. Pada perabaan terasa keras dan berbats tegas.

Bentuk kistik

Bentuk ini agak jarang ditemukan. Permukaannya licin, menonjol dipermukaan kulit berupa nodus atau
nodulus. Pada perabaan keras dan mudah digerakkan dari dasarnya.

Bentuk superfisial

Bentuk ini menyerupai bentuk Bowen. Lupus eritematosus, psoriasis atau dermatomikosis. Ditemukan dibadan
umumnya multipel. Ukurannya dapat berupa plakat dengan eritema, skuamasi halus dengan pinggir yang agak
keras seperti kawat dan agak meninggi. Warnanya dapat hitam berbintik-bintik atau homogen yang kadang-
kadang menyerupai melanoma maligna.

Bentuk morfea

Secara klinis menyerupai morfea akan tetapi ditemukan tanda-tanda berupa kelainan yang datar, berbatas
tegas, tumbuhnya lambat, berwarna kekuningan, pada perabaan pinggirnya keras.

PERJALANAN PENYAKIT

Kronis, perjalanan penyakitnya lambat, perkembangannya menjadi progresif saat berbentuk nodul-nodul yang
baru, krusta dapat terlepas dari lesi membentuk jaringan ulserasi yang meluas. Biasanya dibutuhkan 2-3 tahun
pada lesi untuk membesar mencapai 1 cm. Kasus-kasus yang tidak diobati dapat menginvasi tulang, mata dan
antrum.

HISTOPATOLOGI

Sebagai dasar diagnosis. Pada gambaran histopatologi didapat gambaran proliferasi sel-sel basal epidermis
yang atipik dengan atau tanpa differensiasi ( keratinisasi, struktur yang menyerupai folikel, ataupun kelenjar )
dan menginvasi sampai ke dasar dermis membentuk suatu kolom yang ireguler. Sel-sel yang membentuk
massa ini dibagian perifer tersusun seperti polisade. Beberapa mitosis dapat terlihat. Pembentukan kista
dengan degenerasi koloid dapat ditemukan. Tingkat inflamasi yang mengelilingi lesi berhubungan dengan
derajat ulserasi. Respon berupa terbentuknya jaringan fibroblastik mencirikan basalioma tipe morfea.

PETUNJUK UNTUK MENEGAKKAN DIANOSIS

Tersangka basalioma dapat didiagnosis pada penderita dewasa dengan timbulnya gambaran kompleks yng
dapat timbul bersama-sama berupa : lesi yang tidak nyeri, pertumbuhan yang lambat, tumor yang translusen
atau berupa plak, dengan karakteristik seperti lilin, lingkaran yang berbatas tegas dapat disertai dengan
ulserasi dan berdarah.

DIAGNOSIS BANDING

Karsinoma sel skuamosa

Keratosis seboroik

Melanoma maligna
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan sebaiknya dimulai semenjak diagnosis ditegakkan. Tujuannya adalah untuk mengobati secara
permanen dengan mempertahankan faktor kosmetik estetika. Pengobatan bersifat individual yang tergantung
pada ukuran, lokasi, dan tipe lesi. Tindakan bedah berupa eksisi dan radioterapi diketahui efektif. Lesi yang
kecil dapat diobati dengan kuretase dan elektrokoagulasi/kauterisasi. Lesi dengan tipe morfea mempunyai sifat
resisten terhadap radioterapi. Kemosurgeri dengan tehnik Mohns sangat membantu pada lesi yang bersifat
invasif. Obat obat sitostatika topikal dapat membantu pada tipe superfisialis. Biopsi harus dilakukan pada
semua lesi.

PROGNOSIS

Prognosisnya cukup baik, bila diobati sesuai dengan cara yang telah ditekuni oleh masing-masing bagian.

DAFTAR PUSTAKA

1. I Gusti Agung K. Ratu, Tumor Kulit , Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke-3, FKUI Jakarta Hal
211-223.
2. Robbins dan Kumar, Kulit, Buku Ajar Patologi Anatomi I, Edisi ke-4, EGC, 1995: 125-150

3. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, Kulit, Jarsinoma Sel Basal, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi revisi,
EGC, 1998:430.

Pengobatan Kanker Kulit


Written by www.deherba.com

font size
Print
Email
Be the first to comment!

Kanker kulit biasanya tumbuh di epidermis (lapisan paling luar kulit), sehingga kanker kulit
merupakan kanker yang stadium awalnya paling mudah dideteksi. Kanker jenis ini lebih banyak
menyerang kulit putih dibandingkan kulit berwarna.
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di
kawasan Amerika, Australia dan Inggris.

Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara
tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan
(merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita.

Klasifikasi dan Gejala Kanker Kulit


Secara umum, kanker kulit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Non-melanotik dan melanotik
(melanoma). Non-melanotik terbagi menjadi basalioma (karsinoma sel basal) dan karsinoma
sel skuamosa.

Basalioma paling sering terjadi tetapi pertumbuhannya lambat. Biasanya tumor ini timbul di
kulit muka (hidung, kelopak mata, kulit bibir dan dahi). Pertumbuhannya dimulai dengan nodul
kecil dengan warna kelabu merah berkilat, kadang berwarna kehitam-hitaman karena adanya
pigmen. Jenis kanker ini jarang melakukan metastatis.

Sedangkan karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dimana saja. Tetapi lebih banyak timbul di
pipi, daun telinga, punggung, tangan dan kaki. Jenis kanker ini tumbuh progresif tetapi lambat,
menginvasi pada jaringan di sekitarnya, dan dapat melakukan metastatis. Pertumbuhannya
dimulai dari bentuk seperti kutil yang berkelompok, kemudian berbentuk tidak teratur,
berbenjol-benjol dan mudah berdarah.

Kanker kulit jenis melanoma merupakan tumor paling ganas pada kulit yang berasal dari
melanosit yaitu sel kulit yang menghasilkan pigmen melanin. Biasanya terjadi pada leher, kaki,
dan punggung. Gejala pertumbuhan melanoma dapat dilihat dari perubahan tahi lalat yang
membesar dengan cepat, gatal, menjadi radang, perdarahan, serta terjadi perubahan warna
dan tekstur.

Pilihan Pengobatan Kanker Kulit


Jika Anda memilih pengobatan kanker kulit secara medis, maka tindakan yang dilakukan
umumnya adalah pembedahan atau pengangkatan jaringan kulit (kanker), atau dapat pula
dengan tindakan penyinaran. Metode lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku,
bedah listrik, laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun
disuntikkan (kemoterapi).

Namun, ada pula alternatif pengobatan kanker kulit dengan tanaman herbal yang kini diminati
banyak orang, sebagai alternatif yang terjangkau biayanya. Indonesia kaya akan berbagai
tanaman yang dapat digunakan sebagai obat herbal, di antara banyak tanaman yang berfungsi
sebagai obat kanker alami, ada satu yang menempati posisi 'primadona' untuk penyembuhan
berbagai jenis kanker, termasuk kanker kulit, nama herbal ini adalah Sarang Semut yang
berasal dari belantara hutan Papua.
Sarang Semut telah terbukti secara empiris menyingkirkan berbagai penyakit berat termasuk
kanker dan tumor. Mari kita menyingkap misteri di balik kesuksesannya. Berbagai penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui kandungannya yang berperan penting dalam menumpas
kanker dan tumor. Hasilnya?
Dr M. Ahkam Subroto, Ahli Peneliti Utama dari Pusat Bioteknologi LIPI, mengungkapkan bahwa
senyawa aktif yang terkandung dalam Sarang Semut adalah flavonoid, tanin, dan polifenol
yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh sehingga sangat tepat jika digunakan sebagai
obat kanker.
Sarang Semut mengandung senyawa aktif antioksidan (tokoferol dan fenolik). Menurut Prof Dr
Elin Yulinah Sukandar, Guru Besar Farmasi ITB, kandungan tokoferol itu cukup tinggi. Tokoferol
berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Ia menangkal serangan radikal bebas dengan
cara antidegeneratif. Senyawa kaya vitamin E itu juga berfaedah sebagai antipenuaan.
Bila kita mengonsumsi banyak lemak dan radikal bebas, tokoferol akan mengatasinya",
ujar Ahmad Sulaeman, Doktor Ahli Nutrisi Alumnus University of Nebraska Lincoln. Peran
vitamin E bagi kesehatan amat vital. Ia mencegah asam lemak tak jenuh, komponen sel
membran dari oksidasi oleh radikal bebas.
Penelitian menunjukkan bahwa alfa-tokoferol pada konsentrasi 12 ppm saja telah mampu
meredam radikal bebas hingga 96%. Sedangkan Sarang Semut kaya akan antioksidan
tokoferol, sampai sekitar 313 ppm. Maka tidak heran herbal ini dikenal memiliki reaksi yang
cepat dalam membantu menumpas kanker, tumor, dan berbagai bentuk benjolan yang bisa
menjadi tumor atau kanker.

Dalam uji in vitro, terbukti bahwa Sarang Semut ampuh sebagai obat kanker. Yang
membuktikan keampuhan itu adalah Qui Kim Tran dari University National of Hochiminch
City bersama dengan koleganya Yasuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun Hari
Banskota yang bekerja di Toyama Medical and Pharmaceutical University.
Dalam penelitiannya itu, Qui Kim Tran menggunakan Sarang Semut yang berbobot 2-3 kg,
kemudian diekstrak dengan berbagai pelarut seperti air, methanol, dan campuran methanol-air.
Mereka lalu menumbuhkan 3 sel kanker yang amat metastasis alias mudah menyebar ke
bagian tubuh lain seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker usus.
Masing-masing hasil ekstraksi itu lalu diberikan kepada setiap sel kanker. Hasilnya sungguh
menakjubkan, Sarang Semut ternyata mempunyai aktivitas antiproliferasi yang kuat!! Yaitu
menghambat penyebaran sel-sel kanker, yang bahkan penyebarannya cepat dan abnormal.
Khasiatnya yang menakjubkan tersebut, menjadikan Sarang Semut sebagai salah satu
alternatif pengobatan kanker yang banyak diminati, termasuk untuk pengobatan kanker kulit.

Sarang Semut juga mengandung flavonoid yang berguna sebagai antioksidan sehingga baik
untuk mencegah dan membantu mengobati kanker, melindungi struktur sel, meningkatkan
efektivitas vitamin C, antiinflamasi dan sebagai antibiotik. Ada beberapa mekanisme kerja dari
flavonoid dalam melawan tumor/kanker, misalnya inaktivasi karsinogen, antiproliferasi
(menghambat proses perbanyakan sel abnormal pada kanker), penghambatan siklus sel,
induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan resistensi multi-obat
atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut.
Tidak diragukan lagi. Sarang Semut terbukti secara ilmiah sebagai obat kanker alami yang
benar-benar ampuh. Banyak orang telah diyakinkan akan khasiatnya yang mengagumkan.
Sebagai salah satu alternatif pengobatan kanker kulit, Sarang Semut telah membantu banyak
orang mendapatkan kesembuhan dengan cara yang murah dan aman.

Dengan Sarang Semut kesembuhan dari kanker kulit dapat diperoleh tanpa harus
mengeluarkan banyak biaya dan waktu. Karena menurut para pengguna, setelah 1-2 bulan
mereka mengonsumsi herbal ini, tubuh sudah dapat merasakan perubahan yang berarti,
kanker berhenti menyebar dan mulai mengecil skalanya.

Hal ini terlihat dari pernyataan Hendro Saputro yang telah memperkenalkan Sarang Semut
sebagai tanaman obat sejak tahun 2001. Ia mengungkapkan bahwa mereka yang
mengonsumsi herbal ini banyak yang mendapatkan kesembuhan yang benar-benar tuntas,
seperti pada kanker otak, kanker rahim, dan kanker prostat. Dalam Majalah Natural, Ia
berkomentar seperti berikut, "Rata-rata yang meminum rebusan Sarang Semut dan
mendapatkan hasil setelah seminggu bahkan ada yang 3 hari sudah terlihat hasilnya".
Contoh nyata dari komentar tersebut telah dirasakan para pelanggan Mecodia kapsul (Produk
ekstrak Sarang Semut) yang terkena kanker, rata-rata melaporkan sudah mulai merasakan
khasiat hanya setelah menggunakan selama 1-2 bulan saja!
Bahkan banyak pelanggan yang sudah menjalani pengobatan medis dengan obat-obat kimia,
juga memadukannya dengan Mecodia, dan merasakan proses kesembuhan yang lebih cepat
dari pada sebelumnya. Hal ini cocok dengan komentar Dr Dewata yang dimuat di Majalah
Trubus, "Pasien yang memadukan antioksidan dan obat kimia dokter lebih cepat sembuh
daripada hanya menggunakan obat kimia."
Hasil yang sama juga dirasakan penderita kanker yang sudah menggunakan herbal anti kanker
lainnya seperti Noni Juice dan Keladitikus, kemudian mengombinasikannya dengan Sarang
Semut. Rata-rata menyatakan bahwa proses kesembuhan yang dirasakan berangsur-angsur
lebih cepat terasa!
Berbagai penelitian dan hasil positif dari penggunaan Sarang Semut sebagai obat kanker alami,
tentu saja membuat herbal Sarang Semut ini dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan terbaik
sebagai alternatif pengobatan kanker kulit, bukan hanya karena faktor ekonomis, tapi dalam
beberapa kasus kesembuhan juga dapat diperoleh tanpa harus melalui proses pengobatan yang
seringkali dirasa melelahkan dan menyakitkan, pembedahan, kemoterapi, dan tanpa harus
mengalami berbagai efek samping negatif lainnya akibat pengobatan medis.

ARTIKEL ASLI
TINDAKAN ROTASI FLAP PADA BASALIOMA
Siska A. Lubis, Zulilham, Arifin S. Siregar
Bagian/SMF IK Kulit dan Kelamin FK Universitas Sumatra Utara/RSUP H. Adam Malik/RSUP
Dr. Pringadi Medan
ABSTRAK
Latar belakang: Teknik rotasi flap digunakan pada tindakan terapi basalioma di pinggir kelopak
mata bawah dengan tujuan untuk menghindari komplikasi yang mungkin timbul. Komplikasi
berupa ektropion seperti terjadi bila dilakukan eksisi elips horizontal setelah aproksimasi pinggir
luka eksisi atau bila dilakukan eksisi elips vertikal maka ujung elips akan terbentur pada pinggir
kelopak mata bawah. Kedua hal di atas dapat terjadi akibat sempitnya ruang.
Kasus: Seorang perempuan 48 tahun, menderita tumor berukuran 7mm x 6mm x 5mm di pinggir
kelopak mata bawah dengan diagnosis histopatologik: basalioma. Dilakukan tindakan eksisi dari
penutupan luka dengan teknik rotasi flap.
Diskusi: Dengan melakukan rotasi flap yaitu memindahkan kombinasi satu unit kecil kulit dan
jaringan subkutis beserta pasokan darahnya sendiri dari satu lokasi ke lokasi yang lain, sehingga
penarikan pinggir kelopak mata bawah dapat dihindari dan tidak terjadi ektropion.
Kata kunci: basalioma, rotasi flap, ektropion, sempitnya ruang.
ABSTRACT
Background: Flap rotation technique is used Basalioma therapy located at the bank of palpebra
interior to avoid possible complication which may occur if horizontal ellipse excision is
performed that is ektropion after approximation of bank of excision could result in collision of
ends of ellipse of palpebra inferior. The above two problems are associated with restricted area.
Case: A 48 years old female admitted with tumor with size of 7 mm x 6 mm x 5 mm, anatomy
pathologically was diagnosed as Basalioma. The choise of therapy for such a big tumor is flap
rotation. It has been proved that ektropion dos not occur after healing.
Discussion: By performing flap rotation that is moving a combination of one small unit of skin
and subcutis with blood vessel it self from one located to another location, by this way will
stretching of the bank of palpebra inferior could be avoided.
Key word: Basalioma, flap rotation, ektropion, restricted area.

Anda mungkin juga menyukai