Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KOLELITIASIS

A. Pengertian

Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada


saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.
(Williams, 2003)

Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya


batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40
tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut,
diet tinggi lemak dan genetik.

B. Anatomi Fisiologis

Anatomi sistem empedu:

Sistem bilier terdiri dari organ dan saluran (saluran empedu, kandung empedu, dan struktur
yang terkait) yang terlibat dalam produksi dan transportasi empedu. Transportasi empedu
berikut urutan ini:

Bila sel-sel hati mensekresikan empedu, maka dikumpulkan oleh sistem saluran yang
mengalir dari hati melalui saluran hati kanan dan kiri.

Saluran ini akhirnya mengalir ke duktus hepatik umum.

Duktus hepatika komunis kemudian bergabung dengan duktus sistikus dari kandung
empedu untuk membentuk saluran empedu, yang berlangsung dari hati ke duodenum (bagian
pertama dari usus kecil).

Namun, tidak empedu semua berjalan langsung ke dalam duodenum. Sekitar 50


persen dari empedu yang dihasilkan oleh hati adalah pertama yang disimpan di kantong
empedu, organ berbentuk buah pir yang terletak tepat di bawah hati.Kemudian, saat makanan
dimakan, kontrak kandung empedu dan melepaskan disimpan empedu ke duodenum untuk
membantu memecah lemak.

Fungsi dari sistem empedu:

Fungsi utama sistem empedu ini termasuk yang berikut:


menguras produk limbah dari hati ke duodenum

untuk membantu pencernaan dengan rilis terkendali empedu

Empedu adalah cairan kehijauan-kuning (terdiri dari produk limbah, kolesterol, dan
garam empedu) yang disekresikan oleh sel-sel hati untuk melakukan dua fungsi utama,
termasuk yang berikut:

untuk mengangkut sampah

untuk memecah lemak selama proses pencernaan

garam empedu adalah komponen yang sebenarnya yang membantu memecah dan
menyerap lemak. Empedu, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tinja, adalah apa yang
memberi tinja berwarna gelap cokelat.

C. Etiologi

Faktor predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan


terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.

1. Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam


pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi
empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini
mengendap dalam kandung empedu untuk membentuk batu empedu.

2. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,


perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat
menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat
dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu.

3. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu.
Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan
sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya
batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.

D. Patofisiologis

Batu pigmen

Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat,
karbonat, fosfat dan asam lemak

Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin
terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi
diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang
akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga
lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan
batu empedu tapi ini jarang terjadi.

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi

Batu kolesterol

Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam


pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol
sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).

Proses degenerasi dan adanya penyakit hati

Penurunan fungsi hati

Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme

Mal absorpsi garam empedu Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu

Peningkatan sintesis kolesterol

Berperan sebagai penunjang

iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol

Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol

kandung empedu

Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu

Penyakit kandung

empedu (kolesistitis)

Pengendapan kolesterol

Batu empedu

E. Tanda dan gejala

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Ronsen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen

Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi
pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.

2. Kolangiogram / kolangiografi transhepatik perkutan

Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena
konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem
bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat.
Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis
bilier, resiko sepsis dan syok septik.

3. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi)

Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini
memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus
koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk
membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki
gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah
diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi

G. Penatalaksanaan Medis

a. Non Bedah, yaitu :

Therapi Konservatif

Pendukung diit : Cairan rendah lemak

Cairan Infus

Pengisapan Nasogastrik

Analgetik

Antibiotik

Istirahat

Farmako Therapi

Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan


batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.

Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang
karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat
kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin.
Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat.
Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya
dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama,
yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini
pengobatan perlu dilanjutkan.

Pembedahan Cholesistektomy

Merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau pada
cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif .

Tujuan perawatan pre operasi pada bedah cholesistectomy

1. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi.

2. Meningkatkan kesehatan klien baik fisik maupun psikologis


3. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal-hal yang akan dilakukan
pada post operasi.

Tindakan Keperawatan Pada Cholecystotomy

1. Posisi semi Fowler

2. Menjelaskan tujuan penggunaan tube atau drain dan lamanya

3. Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri :

Teknik Relaksasi

Distraksi

Terapi

1.Ranitidin

Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml injeksi.

Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina, ulkus
duodenum, hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat
mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).

Perhatian : pengobatan dengan ranitidin dapat menutupi gejala karsinoma lambung, dan
tidak dianjurkan untuk wanita hamil.

2.Buscopan (analgetik /anti nyeri)

Komposisi : Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi

Indikasi : Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita.

Kontraindikasi : Glaukoma hipertrofiprostat.

3. Buscopan Plus

Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg,.

Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada saluran
uriner, bilier, dan organ genital wanita.
4. NaCl

i. NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan
osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.

ii. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan osmolalitasnya
lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh.

Penatalaksanaan Diet

Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak
yang dimakan karena sel sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak,
sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari
kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi
protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan
seperti : buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak
membentuk gas, roti, kopi / teh.

H. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Point yang penting dalam riwayat keperawatan :

1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.

2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.

3. Pengobatan terakhir.

4. Pengalaman pembedahan.

5. Riwayat penyakit dahulu.

6. Riwayat penyakit sekarang.

7. Dan Keluhan.

2. Pemeriksaan Fisik

Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelemahan

Tanda : Gelisah

Sirkulasi
Tanda : Takikardia, Berkeringat

Eliminasi

Gejala : Perubahan warna urine dan Feses

Tanda : Distensi Abdomen

Teraba massa pada kuadran kanan atas

Urine gelap, Pekat

Feses warna tanah liat, steatorea

Makanan / Cairan

Gejala : Anoreksi, Mual / Muntah

Tidak toleran terhadap lemak dan makanan pembentuk gas


regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus,
dyspepsia

Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan

Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar kepunggung atau bahu
kanan

Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan

Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit

Tanda : Nyeri lepas, Otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan;
tanda Murphy positif

Pernapasan

Tanda : Peningkatan Frekuensi Pernapasan

Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.

Keamanan

Tanda : Demam, menggigil.

Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (pruriterus)

Kecenderungan perdarahan (kekurangan Vit K)


2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah lengkap : leukositosis sedang (akut)

b. Bilirubin dan Amilase serum : meningkat

c. Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT): LDH: agak meningkat: alkalin
fosfat dan 5-nukletidase: ditandai dengan peningkatan obstruksi bilier

d. Kadar protombin: menurun bila obstruksi cairan empedu dalam usus menurunkan
absorbs Vitamin K

e. Ultrasound: menyatakan kalkul, dan distensi kandung empedu atau duktus


empedu (sering merupakan prosedur dianostik awal)

f. Kalangiopankreatografi retrograde endoskopik: Memperlihatkan percabangan


bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum

g. Kalangiografi transhepatik perkutanues : pembedaan gambar dengan fluoroskopi


antara penyakit kandung empedu dan kangker pangkreas bila ikterik ada

h. Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronis) Menyatakan batu empedu pada system


empedu. Catatan : kontra indikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah
untuk menelan saat lewat mulut.

i. CT scan : Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu, dan
membedakan antara ikterik obstruksi / non-obstruksi

j. Skan hati: menunjukan obstruksi percabangan bilier

k. Foto abdomen : (multi posisi) menyatakan gambanaran radiologi (klasifikasi) bat


empedu, klasifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu

l. Foto dada : Menunjukan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi
kandung empedu

b. Mual berhubungan dengan iritasi pada gangguan sistem gastrointestinal

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi

3. Intervensi keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi
kandung empedu

Tujuan :

- Nyeri akan berkurang dengan kriteria :

Tingkat kenyamanan terpenuhi : perasaan senang secara fisik dan psikologis


(Comfort Level ).

Tingkat nyeri berkurang atau menurun (Pain Level)

Intervensi

Mandiri :

1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0- 10) dan karakter nyeri (menetap
hilang, timbul, kolik)

Rasional : Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi


tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi. Dan keefektifan
intervensi.

2. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional : tirah bring pada posisi Fowler dapat menurunkan tekanan intra
abdomen: namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara
alamiah.

3. Dorong menggunakan teknik relaksasi contoh bimbingan imajinasi, visualisasi,


latiahan napas dalam. Berikan aktivitas senggang.

Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatia, dapat


meningkatkan koping.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

4. Berikan obat sesuai indikasi:

a. Atropine, propantelin

Rasional : menghilangkan reflek spasme / kontraksi otot halus dan membantu


dalam managemen nyeri

b. Fenobarbital

Rasional : meningkatkan istirahat dan merilekskan otot halus, menghilangkan


nyeri

5. Intervensi bedah

Rasional : kolesistektomi dapat diindikasi sehubungan dengan ukuran batu dan


derajat kerusakan jaringan / adanya nekrosis.

c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi

Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan

Intervensi

1. Berikan penjelasan / alasan tes dan persiapannya.

Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis

2. Diskusikan program penurunan berat badan bila diindikasikan.

Rasional : kegemukan adalah factor resiko yang dihubungkan dengan kolesistitis, dan
penurunan berat badan menguntungkan dalam managemen medic terhadap kondisi
kronis.

3. Anjurkan istirahat pada posisi semi-fowler setelaj makan

Rasional : meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umu mselama proses


pencernakan awal.

4. Anjurkan pasien membatasi mengunyah permen karet, menghisap permen keras, atau
merokok

Rasional : meningkatkan pembentukan gas, yang dapat meningkatkan distensi /


ketidaknyamanan gaster.

Anda mungkin juga menyukai