Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
Laporan Pendahuluan Kolelitiasis
A. Pengertian
B. Anatomi Fisiologis
Sistem bilier terdiri dari organ dan saluran (saluran empedu, kandung empedu, dan struktur
yang terkait) yang terlibat dalam produksi dan transportasi empedu. Transportasi empedu
berikut urutan ini:
Bila sel-sel hati mensekresikan empedu, maka dikumpulkan oleh sistem saluran yang
mengalir dari hati melalui saluran hati kanan dan kiri.
Duktus hepatika komunis kemudian bergabung dengan duktus sistikus dari kandung
empedu untuk membentuk saluran empedu, yang berlangsung dari hati ke duodenum (bagian
pertama dari usus kecil).
Empedu adalah cairan kehijauan-kuning (terdiri dari produk limbah, kolesterol, dan
garam empedu) yang disekresikan oleh sel-sel hati untuk melakukan dua fungsi utama,
termasuk yang berikut:
garam empedu adalah komponen yang sebenarnya yang membantu memecah dan
menyerap lemak. Empedu, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tinja, adalah apa yang
memberi tinja berwarna gelap cokelat.
C. Etiologi
3. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu.
Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan
sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya
batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.
D. Patofisiologis
Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat,
karbonat, fosfat dan asam lemak
Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin
terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi
diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang
akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga
lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan
batu empedu tapi ini jarang terjadi.
Presipitasi / pengendapan
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi
Batu kolesterol
iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol
kandung empedu
Penyakit kandung
empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolesterol
Batu empedu
F. Pemeriksaan Diagnostik
Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi
pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.
Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena
konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem
bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat.
Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis
bilier, resiko sepsis dan syok septik.
Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini
memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus
koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk
membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan
ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki
gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah
diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi
G. Penatalaksanaan Medis
Therapi Konservatif
Cairan Infus
Pengisapan Nasogastrik
Analgetik
Antibiotik
Istirahat
Farmako Therapi
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang
karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat
kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin.
Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat.
Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya
dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama,
yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini
pengobatan perlu dilanjutkan.
Pembedahan Cholesistektomy
Merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau pada
cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif .
Teknik Relaksasi
Distraksi
Terapi
1.Ranitidin
Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml injeksi.
Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina, ulkus
duodenum, hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat
mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik).
Perhatian : pengobatan dengan ranitidin dapat menutupi gejala karsinoma lambung, dan
tidak dianjurkan untuk wanita hamil.
3. Buscopan Plus
Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada saluran
uriner, bilier, dan organ genital wanita.
4. NaCl
i. NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan
osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.
ii. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan osmolalitasnya
lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh.
Penatalaksanaan Diet
Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak
yang dimakan karena sel sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak,
sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari
kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi
protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan
seperti : buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak
membentuk gas, roti, kopi / teh.
H. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman pembedahan.
7. Dan Keluhan.
2. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
Sirkulasi
Tanda : Takikardia, Berkeringat
Eliminasi
Makanan / Cairan
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar kepunggung atau bahu
kanan
Tanda : Nyeri lepas, Otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan;
tanda Murphy positif
Pernapasan
Keamanan
c. Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT): LDH: agak meningkat: alkalin
fosfat dan 5-nukletidase: ditandai dengan peningkatan obstruksi bilier
d. Kadar protombin: menurun bila obstruksi cairan empedu dalam usus menurunkan
absorbs Vitamin K
i. CT scan : Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu, dan
membedakan antara ikterik obstruksi / non-obstruksi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi
kandung empedu
3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi
kandung empedu
Tujuan :
Intervensi
Mandiri :
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0- 10) dan karakter nyeri (menetap
hilang, timbul, kolik)
Rasional : tirah bring pada posisi Fowler dapat menurunkan tekanan intra
abdomen: namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara
alamiah.
a. Atropine, propantelin
b. Fenobarbital
5. Intervensi bedah
Intervensi
Rasional : kegemukan adalah factor resiko yang dihubungkan dengan kolesistitis, dan
penurunan berat badan menguntungkan dalam managemen medic terhadap kondisi
kronis.
4. Anjurkan pasien membatasi mengunyah permen karet, menghisap permen keras, atau
merokok