Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
tetapi menurut teori ada yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah virus
herpes tipe 7, dimulai dengan sebuah lesi herald-patch berbentuk eritema dan
skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan
dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh
pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860,
Gilbert memberi nama Pityriasis rosea yang berarti skuama berwarna merah muda
tertutup pakaian, leher dan dagu. Apabila didapatkan pada bagian tubuh terbuka
maka disebut dengan pityriasis rosea inversa (Murtiastutik, 2009). Pityriasis rosea
didapati pada usia antara 10 tahun hingga 43 tahun, tetapi pityriasis rosea juga
Biasanya pityriasis rosea didahului dengan gejala prodromal (lemas, mual, tidak
nafsu akan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe), lalu setelah itu
1
Pityriasis rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh
karena itu, pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang
rosea adalah baik karena penyakit ini bersifat self limited disease sehingga dapat
II. Definisi
tetapi menurut teori ada yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah virus
herpes tipe 7, dimulai dengan sebuah lesi herald-patch berbentuk eritema dan
skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan
dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh
2
Gambar 1.2 Herald-patch dan Distribusi Lesi (McGraw, 2007).
III. Epidemiologi
Pityriasis rosea didapati pada usia antara 10 tahun hingga 43 tahun, tetapi
pityriasis rosea juga pernah ditemukan pada infants dan orang tua. Pityriasis rosea
sering ditemukan pada saat musim semi dan musim gugur (McGraw, 2007).
IV. Etiologi
rosea disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus
(HHV) 6 dan 7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi, kemudian
pityriasis rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang
didapatkan pada masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel
menyebutkan bahwa penyebab dari pityriasis rosea merupakan virus herpes tipe 7
(McGraw, 2007).
3
V. Patofisiologi
mononuklear pada lesi kulit, hal ini sama dengan mengidentifikasi virus-virus
pada sampel serum pasien. Dimana virus-virus ini hampir kebanyakan didapatkan
pada masa kanak-kanak dan tetap ada pada fase laten dalam sel mononuklear
darah perifer, terutama CD4 dan sel T dan pada air liur. Erupsi kulit yang timbul
dianggap sebagai reaksi sekunder akibat reaktivasi virus HHV 6 atau HHV 7
Penelitian baru-baru ini menemukan bukti dari infeksi sistemik aktif HHV
6 dan HHV 7 pada kulit yang kelainan, kulit yang sehat, air liur, sel mononuklear
darah perifer dan serum dari pasien penderita pityriasis rosea. Terdapat hipotesis
bahwa reaktivasi HHV 7 memicu terjadinya reaktivasi HHV 6. Namun apa yang
menjadi pemicu utama reaktivasi HHV 7 masih belum jelas. Pityriasis rosea tidak
disebabkan langsung oleh infeksi virus herpes melalui kulit, tapi kemungkinan
disebabkan karena infiltrasi kutaneus dari infeksi limfosit yang tersembunyi pada
waktu replikasi virus sistemik. Bukti lain menyebutkan reaktivasi virus mencakup
kejadian timbulnya kembali penyakit dan timbulnya pityriasis rosea pada saat
insiden pityriasis rosea pada pasien yang sedang menurun imunitasnya, seperti ibu
4
VI. Gejala Klinis
proksimal dan paha. Sinar matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi
dapat terjadi pada daerah yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus,
sinar matahari melindungi kulit dari Pityriasis rosea. Pada 75% penderita biasanya
timbul gatal didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita (James, 2006). Pada
1. Gejala klasik
Gejala klasik dari pityriasis rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai
dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk oval atau anular
dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh
skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama
tipis yang berasal dari keratin yang terlepas yang juga melekat pada kulit normal
(skuama collarette). Lesi ini dikenal dengan nama herald-patch (Sterling, 2004).
5
Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu kemudian akan timbul lesi
sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri
dari lesi dengan bentuk yang sama dengan lesi primer dengan ukuran lebih kecil
(diameter 0,5-1,5 cm) dengan aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan
sejajar dengan costae sehingga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain
berupa papul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan
garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan tersebar
2. Gejala Atipikal
Terjadi pada 20% penderita pityriasis rosea. Ditemukannya lesi yang tidak
sesuai dengan lesi pada pityriasis rosea pada umunya. Berupa tidak ditemukannya
herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk lesi lebih bervariasi berupa
tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat diagnosis dari pityriasis
6
rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan sehingga diperlukan pemeriksaan
lanjutan.
Gambar 1.5 Diagram Skematik Plak Primer (herald patch) dan distribusi tipikal
plak sekunder sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree
(Sterling, 2004).
VII. Diagnosis
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
patch sebagai lesi yang pertama. Terdapat juga makula bulat lonjong, pada
beberapa makula terdapat tepi yang meninggi. Beberapa pasien mengeluh demam,
b. Pemeriksaan Fisik
meninggi dan lekat pada tepi. Terdapat Herald-patch sebagai lesi pertama.
7
Tempat predileksi adalah bagian tubuh yang tertutup pakaian, leher dagu, tetapi
ada juga yang dibagian tubuh yang terbuka disebut pityriasis rosea inversa
(Murtiastutik, 2009).
c. Pemeriksaan Penunjang
dalam menegakkan diagnosis pityriasis rosea dengan gejala atipikal. Pada lapisan
Gambar 1.6 Gambar histologik non spesifik tipikal dari pityriasis rosea,
menunjukkan parakeratosis, hilangnya lapisan granular, akantosis ringan,
spongiosis dan infiltrat limfohistiosit pada dermis superficial (McGraw, 2007).
1. Sifilis Sekunder
lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan timbulnya chancre.
Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa. Lesi kulitnya non
8
purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi, walaupun umumnya
limfadenopati, lesi melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari tes
2. Tinea Korporis
adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir berskuama dan
pada tinea korporis skuama berada di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari
3. Dermatitis Numularis
dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin (numuler) dan dapat
berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan didominasi vesikel
9
4. Psoriasis Gutata
Adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan erupsi papul di trunkus bagian
rosea adalah pada psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak sejajar dengan
IX. Penatalaksanaan
1. Umum
2. Khusus
Topikal
losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi yang
luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal kerja
10
menengah (bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali sehari)
(Zawar, 2010).
Sistemik
gatal. Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan
X. Prognosis
11
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : An. MA
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sumobito
No. RM : 27 52 92
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan keluhan
gatal pada bagian dada depan dan belakang serta perut, sejak sekitar 1
minggu yang lalu, gatal kumat kumatan dan sudah diberikan obat tetapi
lupa nama obatnya dan keluhan tetap. Orang tua pasien juga mengeluhkan
12
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini, tidak ada
Riwayat Psikososial
Status Generalis
Status Dermatologi
batas jelas, bentuk oval dan pada beberapa macula tepinya meninggi, skuama (-).
13
2.5 Resume
gatal-gatal semenjak 1 minggu yang lalu, gatal kumat-kumatan, sudah diberi obat
minum dan salep, tidak ada perubahan. Pada effloresensi didapatkan makula
eritematosa, batas jelas, bentuk oval dan pada beberapa makula tepinya meninggi,
skuama (-). Keluarga pasien mengeluh nafsu makan pasien menurun dan
2.6 Diagnosis
Pityriasis Rosea
2.8 Planning
Planning terapi:
10 hari.
selama 10 hari.
2.9 Prognosis
14
FOTO KASUS
15
BAB III
PEMBAHASAN
gatal-gatal semenjak 1 minggu yang lalu, gatal kumat-kumatan, sudah diberi obat
minum dan salep, tidak ada perubahan. Pada effloresensi didapatkan makula
eritematosa, batas jelas, bentuk oval dan pada beberapa makula tepinya meninggi,
skuama (-). Keluarga pasien mengeluh nafsu makan pasien menurun dan
sebelumnya ada demam. Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas
rosea. Pityriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,
tetapi menurut teori ada yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah virus
herpes tipe 7, dimulai dengan sebuah lesi herald-patch berbentuk eritema dan
skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan
dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh
tahun, tetapi didapatkan sedikit peningkatan insiden pityriasis rosea pada pasien
yang sedang menurun imunitasnya, seperti ibu hamil dan penderita transplantasi
sumsum tulang (Permata, 2011). Pada laki-laki dan perempuan sama banyaknya
terinfeksi pityriasis rosea (Djuanda, 2009). Pada kasus ini pasien laki-laki berumur
McGrow-Hill Companies tahun 2007, insiden pityriasis lebih banyak terjadi pada
saat musim semi dan musim gugur. Hal ini kurang sesuai dengan iklim indonesia
16
yang cenderung beriklim tropis dan tidak memiliki musim semi atau musim
gugur.
punggung dan perut. Pada pityriasis rosea tempat predileksinya adalah daerah
yang tertutup oleh pakaian (dada, perut dan punggung), leher dan dagu
(Murtiastutik, 2009). Pada pasien ini terjadi penurunan nafsu makan yang akan
pada pasien. Cetirizine diminum 1 kali sehari selama 10 hari. Selain itu pada
inflamasi sebagai reaksi akut dan gejala yang berat. Salep atau krim mometasone
furoate 0,1 % diberikan pula untuk mengurangi rasa gatal (Blauvelt, 2008).
dapat sembuh secara spontan selama 4-10 minggu dan kekambuhan jarang terjadi.
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik karena bersifat self limited
disease.
Diagnosis Banding
17
bahwa yang timbul trunkus atau tegas yang
penyebabnya setelah 6 bulan ekstremitas. berbentuk
adalah virus timbulnya Gejala koin
herpes tipe 7, chancre. Gejala klinisnya (numuler)
dimulai klinisnya adalah gatal, dan dapat
dengan berupa lesi eritema yang ditutupi oleh
sebuah lesi kulit dan lesi berbentuk krusta. Kulit
herald-patch mukosa. Lesi cincin dengan sekitarnya
berbentuk kulitnya non pinggir normal.
eritema dan purpura, berskuama Predileksinya
skuama makula, papul, dan di ekstensor
halus. pustul atau penyembuhan
Kemudian kombinasi, di bagian
disusul oleh walaupun tengah
lesi-lesi yang umumnya
lebih kecil di makulopapular
badan, lengan lebih sering
dan paha atas muncul
yang tersusun
sesuai dengan
lipatan kulit
Epidemiologi Terjadi pada Insiden di Terjadi pada Sering terjadi
usia 10-43 Indonesia usia 18-25 pada pria,
tahun sekitar 0,61% tahun dan 40- usia antara
50 tahun 55-65, pada
wanita usia
15-25 tahun
Etiologi HHV 7 & Treponema Trichophyton Diduga
HHV 6 pallidum rubrum staphylococc
us dan
micrococcus
Gejala Gejala Anoreksia, Gatal Terdapat
Klinis prodormal turunnya berat papul,
(malaise, loss badan, malaise, makula dan
of appetite, nyeri kepala, vesikula lalu
febris), gatal. demam tidak bergabung
terlalu tinggi membentuk
dan atralgia seperti mata
uang
Pemeriksaan Herald- Roseolae Eritema yang Ditandai
Kulit patch, syphilitica, berbentuk dengan plak
makula bulat papulo sirsiner, cincin dengan berbatas
lonjong, tepi korona veneris, pinggir tegas yang
meninggi, lesi pada mulut berskuama berbentuk
sumbu (mucous dan koin
panjang patch), snail penyembuhan (numuler)
sejajar track ulcer, lesi di bagian dan dapat
pelipatan dikepala tengah ditutupi oleh
18
kulit rambut, krusta. Kulit
limfadenopati, sekitarnya
primary normal
chancre
(makula eritem
yang
berkembang
menjadi papul
dan pecah
sehingga
mengalami
ulserasi di
tengah)
Gambar
19
BAB IV
KESIMPULAN
tetapi menurut teori ada yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah virus
herpes tipe 7, dimulai dengan sebuah lesi herald-patch berbentuk eritema dan
skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan
dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh
dalam waktu 6 minggu. Predileksi pityriasis rosea adalah bagian yang tertutup
pakaian, leher-dagu, tetapi apabila didapatkan pada bagian tubuh terbuka disebut
pityriasis rosea inversa. Pityriasis rosea terjadi pada usia antara 10 tahun hingga
43 tahun, tetapi pityriasis rosea juga pernah ditemukan pada infants dan orang tua.
Pityriasis rosea sering ditemukan pada saat musim semi dan musim gugur.
diseases dan sembuh spontan sekitar 4-10 minggu, rekurensi juga jarang terjadi.
bila parah dan konseling. Untuk prognosis pityriasis rosea adalah dubia et bonam
20
DAFTAR PUSTAKA
21