Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

APRIL 2017
KUSTA HISTOID
(HISTOID LEPROSY)

Pembimbing :
dr. Hj. Rohana Sari Suaib, M.Kes, Sp.KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
PENDAHULUAN

Sejak pertama kali dilaporkan oleh Wade pada tahun 1963,


kusta histoid tetap membingungkan(1). Ini adalah bentuk yang
sangat jarang dari multibasilar leprosy yang mungkin timbul de
novo atau perawatan yang tidak memadai dengan monoterapi
dapson atau multidrug terapi (MDT). Penyakit ini sering mengenai
bokong, punggung, wajah dan ekstremitas(2). Gambaran klinis khas
kusta histoid adalah nodul yang banyak mengkilap, berair, halus,
berbentuk kubah, tidak nyeri, lunak sampai keras, melapisi kulit
yang tampak normal, beserta papul dan plak. Kusta histoid diobati
sebagai penyakit multibasiler (3).
LAPORAN KASUS

Pasien 84 tahun, laki-laki, memperlihatkan lesi kulit


berupa papul erythematous yang gatal. Lesi terdistibusi
secara bilateral dan simetris di bagian depan dan
belakang batang tubuh selama 3 bulan. Tidak ada
keterlibatan mukosa atau wajah. Sensasi normal dan
saraf tepi tidak teraba. Tidak ada keterlibatan riwayat
pengobatan sebelumnya dan riwayat keluarga tidak
mendukung. Pemeriksaan umum pasien normal.
Sebelumnya, ia didiagnosis pityriasis rosea dan
menerima pengobatan lotion topikal tanpa ada
perbaikan.
Gambar 1 . (A) Bagian depan batang tubuh; (B) bagian belakang batang tubuh memperlihatkan papul erimatous yang berbeda dan bergabung
Pemeriksaan Lab:
- Darah rutin :N
- Analisis urin :N
- Tes fungsi hati :N
- Tes fungsi ginjal :N
- Kerokan kulit : BI - 6 + dan MI - 50-60% dari BTA
- Histopatologi
 H&E Stain : atrofi epidermis dengan pendataran rete
ridges dan infiltrasi dermal denga nodul-nodul
granulomatous terbentuk dari histiosit berbentuk spindle
dengan inti piknotik yang berorientasi pada pola storiform.
 Fite's Stain : menunjukkan terdapat banyak BTA
Gambar 2. (A) Atrofi epidermis dan pendataran rete ridges. Dermis memperlihatkan infiltrate granulomatous
Diagnosis
 Kusta histoid

Terapi
- ROM (rifampicin 600 mg, ofloxacin
400 mg, minocycline 200 mg) dan
- MDT selama 2 tahun.
DISKUSI

Kusta histoid dianggap sebagai varian dari


lepromatous leprosy (1) dan oleh sebagian orang
sebagai entitas yang berbeda (2). Insiden bervariasi
1% - 2% dari semua pasien kusta (3). Lesi yang
berbeda, lesi keras dan nodul berbentuk kubah yang
berkembang pada kulit rupanya normal pada
penderita kusta lepromatous (4).
Etiopatogenesis yang tepat tidak dipahami dengan
baik seperti itu mungkin timbul de novo (seperti dalam
kasus), atau dapat berkembang setelah pengobatan
yang tidak memadai dan tidak teratur dengan
monoterapi dapson atau MDT (5).
Peningkatan insiden pada pria. Usia rata-rata: 21-
40 tahun (4). Kalla et al. (3) tercatat pasien termuda 8
tahun. Kusta histoid tidak pernah dilaporkan pada
pasien berusia lebih dari 80 tahun, seperti dalam kasus
kami.
Kusta histoid memiliki gambaran klinis, histopatologi
dan morfologi bakteri yang khas (6). Secara klinis, hal
ini dicirikan dengan nodus subkutan dan/atau kutan
dan plak dengan kulit sekitar yang normal (2). Lesi ini
biasanya terletak pada aspek posterior dan lateral
lengan, bokong, paha, dorsum tangan, dan pada
bagian bawah belakang tubuh dan di atas penonjolan
tulang, terutama siku dan lutut (3).
Histopatologi klasik termasuk atrofi epidermal
akibat perluasan dermal oleh leproma yang
mendasari dan ikatan aseluler yang terletak tepat di
bawah epidermis. Leproma terdiri dari histiosit
fusiformis tersusun kusut atau pola storiform yang
mengandung basil tahan asam (6).
Ada tiga varian histologi hansen histoid:
fusocellular murni, fusocellular dengan komponen
epitheloid dan fusocellular dengan sel-sel bervakuola.
Pola ketiga paling sering diamati (7).
Kusta histoid mungkin mewakili respon yang
ditingkatkan oleh penyakit multibasiler dalam
melokalisasi proses penyakit. Peningkatan imunitas
seluler dan humoral terhadap Mycobacterium leprae,
seperti kusta lepromatous, telah dihipotesiskan (3).
Diagnosis banding klinis termasuk pityriasis rosea, drug
eruption dan metastasis kulit. Masing-masing dapat
dibedakan dari kusta histoid berdasarkan karakteristik
histopatologi dan ketiadaan mikobakteri pada kerokan
kulit.
Penebalan saraf tidak ditemukan dalam kasus, yang
mungkin menjadi penyebab kesalahan diagnosis.
Kusta histoid ditangani dengan pemberian terapi awal
dengan ROM sekali, diikuti oleh MDT selama 2 tahun.
Saat ini, disarankan terapi diberikan selama satu tahun
untuk bentuk-bentuk multibasiler dan upaya yang
dilakukan di masa depan yaitu untuk selanjutnya
mengurangi durasi. Bagaimanapun, apakah histoid harus
diobati sebagai bentuk lain multibasiler atau immunoterapi
lain harus ditambahkan ke rejimen pengobatan layaknya
dipertimbangkan (1).
Pytiriasis Rosea
Drug Eruption
Metastasis Kulit
Neurofibroma
Dermatofibroma

Anda mungkin juga menyukai