0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
216 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut merangkum laporan kasus seorang pria berusia 84 tahun dengan diagnosis kusta histoid yang ditandai dengan kemunculan papul eritematos yang gatal di sekujur tubuh. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan histopatologi yang menunjukkan infiltrasi granulomatus dan keberadaan bakteri lepra. Pasien diberi terapi kombinasi obat ROM dan MDT selama 2 tahun. Kusta histoid merupakan bent
Dokumen tersebut merangkum laporan kasus seorang pria berusia 84 tahun dengan diagnosis kusta histoid yang ditandai dengan kemunculan papul eritematos yang gatal di sekujur tubuh. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan histopatologi yang menunjukkan infiltrasi granulomatus dan keberadaan bakteri lepra. Pasien diberi terapi kombinasi obat ROM dan MDT selama 2 tahun. Kusta histoid merupakan bent
Dokumen tersebut merangkum laporan kasus seorang pria berusia 84 tahun dengan diagnosis kusta histoid yang ditandai dengan kemunculan papul eritematos yang gatal di sekujur tubuh. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan histopatologi yang menunjukkan infiltrasi granulomatus dan keberadaan bakteri lepra. Pasien diberi terapi kombinasi obat ROM dan MDT selama 2 tahun. Kusta histoid merupakan bent
Pembimbing : dr. Hj. Rohana Sari Suaib, M.Kes, Sp.KK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO PENDAHULUAN
Sejak pertama kali dilaporkan oleh Wade pada tahun 1963,
kusta histoid tetap membingungkan(1). Ini adalah bentuk yang sangat jarang dari multibasilar leprosy yang mungkin timbul de novo atau perawatan yang tidak memadai dengan monoterapi dapson atau multidrug terapi (MDT). Penyakit ini sering mengenai bokong, punggung, wajah dan ekstremitas(2). Gambaran klinis khas kusta histoid adalah nodul yang banyak mengkilap, berair, halus, berbentuk kubah, tidak nyeri, lunak sampai keras, melapisi kulit yang tampak normal, beserta papul dan plak. Kusta histoid diobati sebagai penyakit multibasiler (3). LAPORAN KASUS
Pasien 84 tahun, laki-laki, memperlihatkan lesi kulit
berupa papul erythematous yang gatal. Lesi terdistibusi secara bilateral dan simetris di bagian depan dan belakang batang tubuh selama 3 bulan. Tidak ada keterlibatan mukosa atau wajah. Sensasi normal dan saraf tepi tidak teraba. Tidak ada keterlibatan riwayat pengobatan sebelumnya dan riwayat keluarga tidak mendukung. Pemeriksaan umum pasien normal. Sebelumnya, ia didiagnosis pityriasis rosea dan menerima pengobatan lotion topikal tanpa ada perbaikan. Gambar 1 . (A) Bagian depan batang tubuh; (B) bagian belakang batang tubuh memperlihatkan papul erimatous yang berbeda dan bergabung Pemeriksaan Lab: - Darah rutin :N - Analisis urin :N - Tes fungsi hati :N - Tes fungsi ginjal :N - Kerokan kulit : BI - 6 + dan MI - 50-60% dari BTA - Histopatologi H&E Stain : atrofi epidermis dengan pendataran rete ridges dan infiltrasi dermal denga nodul-nodul granulomatous terbentuk dari histiosit berbentuk spindle dengan inti piknotik yang berorientasi pada pola storiform. Fite's Stain : menunjukkan terdapat banyak BTA Gambar 2. (A) Atrofi epidermis dan pendataran rete ridges. Dermis memperlihatkan infiltrate granulomatous Diagnosis Kusta histoid
Terapi - ROM (rifampicin 600 mg, ofloxacin 400 mg, minocycline 200 mg) dan - MDT selama 2 tahun. DISKUSI
Kusta histoid dianggap sebagai varian dari
lepromatous leprosy (1) dan oleh sebagian orang sebagai entitas yang berbeda (2). Insiden bervariasi 1% - 2% dari semua pasien kusta (3). Lesi yang berbeda, lesi keras dan nodul berbentuk kubah yang berkembang pada kulit rupanya normal pada penderita kusta lepromatous (4). Etiopatogenesis yang tepat tidak dipahami dengan baik seperti itu mungkin timbul de novo (seperti dalam kasus), atau dapat berkembang setelah pengobatan yang tidak memadai dan tidak teratur dengan monoterapi dapson atau MDT (5). Peningkatan insiden pada pria. Usia rata-rata: 21- 40 tahun (4). Kalla et al. (3) tercatat pasien termuda 8 tahun. Kusta histoid tidak pernah dilaporkan pada pasien berusia lebih dari 80 tahun, seperti dalam kasus kami. Kusta histoid memiliki gambaran klinis, histopatologi dan morfologi bakteri yang khas (6). Secara klinis, hal ini dicirikan dengan nodus subkutan dan/atau kutan dan plak dengan kulit sekitar yang normal (2). Lesi ini biasanya terletak pada aspek posterior dan lateral lengan, bokong, paha, dorsum tangan, dan pada bagian bawah belakang tubuh dan di atas penonjolan tulang, terutama siku dan lutut (3). Histopatologi klasik termasuk atrofi epidermal akibat perluasan dermal oleh leproma yang mendasari dan ikatan aseluler yang terletak tepat di bawah epidermis. Leproma terdiri dari histiosit fusiformis tersusun kusut atau pola storiform yang mengandung basil tahan asam (6). Ada tiga varian histologi hansen histoid: fusocellular murni, fusocellular dengan komponen epitheloid dan fusocellular dengan sel-sel bervakuola. Pola ketiga paling sering diamati (7). Kusta histoid mungkin mewakili respon yang ditingkatkan oleh penyakit multibasiler dalam melokalisasi proses penyakit. Peningkatan imunitas seluler dan humoral terhadap Mycobacterium leprae, seperti kusta lepromatous, telah dihipotesiskan (3). Diagnosis banding klinis termasuk pityriasis rosea, drug eruption dan metastasis kulit. Masing-masing dapat dibedakan dari kusta histoid berdasarkan karakteristik histopatologi dan ketiadaan mikobakteri pada kerokan kulit. Penebalan saraf tidak ditemukan dalam kasus, yang mungkin menjadi penyebab kesalahan diagnosis. Kusta histoid ditangani dengan pemberian terapi awal dengan ROM sekali, diikuti oleh MDT selama 2 tahun. Saat ini, disarankan terapi diberikan selama satu tahun untuk bentuk-bentuk multibasiler dan upaya yang dilakukan di masa depan yaitu untuk selanjutnya mengurangi durasi. Bagaimanapun, apakah histoid harus diobati sebagai bentuk lain multibasiler atau immunoterapi lain harus ditambahkan ke rejimen pengobatan layaknya dipertimbangkan (1). Pytiriasis Rosea Drug Eruption Metastasis Kulit Neurofibroma Dermatofibroma