Anda di halaman 1dari 2

Job Scope dan Job Depth

Job scope adalah banyaknya dan variasi pekerjaan yang dikerjaan oleh pekerja.
Dalam pekerjaan yang memiliki ruang lingkup yang kecil, pekerja melakukan banyak
pekerjaan dan sering mengulanginya. Efek negatif dari lingkup pekerjaan yang kecil adalah
banyaknya kesalahan dan rendahnya kualitas.
Job depth adalah kebebasan bagi pekerja untuk merencanakan dan mengatur
pekerjaan mereka, bekerja sesuai kecepatannya dan berkomunikasi ketika ia mau.
Kurangnya job depth dapat mengakibatkan ketidakpuasan dalam bekerja, ketidakhadiran
bahkan sabotase.

Pendekatan Sosioteknis pada Job Design


Pendekatan sosioteknis pada job design pertama kali diperkenalkan untuk
memandang job design untuk spesialisasi dalam pekerjaan. Penekanan pada job design
adalah sistem teknis dan sistem sosial yang mendampingi harus dipertimbangkan dalam
mendesain pekerjaan. Langkah langkah di bawah ini menggunakan pendekatan sosioteknis
untuk desain pekerjaan :
1. Sebuah pekerjaan harus menuntut untuk individu yang terlibat, bukan hanya
ketahanan belaka, tetapi tetap memberikan banyak variasi
2. Karyawan harus tetap bisa belajar saat bekerja dan terus belajar
3. Karyawan membutuhkan area minimal untuk membuat keputusan sendiri
4. Karyawan membutuhkan dukungan sosial dan pengakuan di lingkungan kerja
5. Karyawan harus bisa merelasikan apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka
produksi ke kehidupan sosial mereka
6. Karyawan harus percaya bahwa pekerjaan akan membawanya menuju masa depan
yang diinginkan.

The Physical Work Environment


Faktor fisik dalam lingkungan kerja seperti temperatur, kelembapan, ventilasi,
kebisingan, pencahayaan, warna dan kepadatan spasial bisa berdampak pada desain
pekerjaan. Riset telah menunjukkan bahwa lingkan fisik yang negative dapat berdampak
buruk pada kinerja dan kesehatan. Apabila karyawan terpapar pada kondisi fisik yang tidak
ideal, sebaiknya mengurangi waktu terpaparnya agar tidak mengalami kerusakan fisik
maupun psikologis.
Ketika merancang pekerjaan, harus memikirkan dampak mental dan psikologis dari
lingkungan fisik karena memengaruhi tingkat stress karyawan. Contohnya, dalam riset baru
baru ini, ditemukan bahwa karyawan yang berada pada ruangan yang sempit, mengalami
tingkat keterlambatan yang tinggi dan kecenderungan untuk pindah kerja, dan kurangnya
kepuasan terhadap lingkungan kerja mereka.

Flexible Work Arrangements (FWAs)


Faktor yang lain memengaruhi perancangan kerja adalah jadwal kerja dan
pengaturan kerja alternatif. Perusahaan telah meninggalkan jam kerja lama untuk
meningkatkan produktivitas atau menurunkan biaya. FWAs adalah istilah baru yang merujuk
pada jadwal dan pengaturan kerja alternatif. FWAs mempermudah karyawan untuk
mengubah tempat dan/atau waktu kapan dan dimana pekerjaan dilakukan dalam
keseharian, konsisten dan mudah ditebak dengan operasi dari manajer. Contoh FWAs
adalah flextime, telecommuting, job sharing, condensed work week dan penggunaan
pekerja kontingen.

Flextime
Flextime, atau jam kerja fleksibel mengizinkan karyawan untuk memilih kapan
mereka akan masuk dan pulang kerja. Tiap karyawan bisa memutuskan kapan masuk dan
pulang kerja selama pilihan jam sesuai dengan core period (10 a.m to 3 p.m.) Flextime
mempunyai banyak manfaat yaitu memberikan kemudahan bagi karyawan untuk
mengakomodasi gaya hidup dan jadwal yang berbeda, menghindari jam sibuk,
berkurangnya ketidakhadiran dan keterlamatan, dan meningkatkan kesehatan. Tetapi,
flextime juga punya kerugian yaitu menimbulkan masalah komunikasi dan koordinasi antara
supervisor dan manajer.

Anda mungkin juga menyukai