Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI

Lagu Sepatu merupakan bagian dari album ke-2 bertajuk Gajah yang
dirilis pada tahun 2014 oleh penyanyi bernama asli Muhammad Tulus Rusydi.
Bersama penata musiknya, Ari Renaldi, Sepatu melejit menjadi lagu favorit di
setiap konser Tulus. Tulus masuk ke pasar internasional dengan merilis lagu
"Sepatu" di Jepang via iTunes sejak 10 Oktober 2015. Untuk mengurangi kesalahan,
Tulus dan tim menggunakan penerjemah profesional, Hiroaki Kato, seniman asal
Jepang yang bertempat tinggal di Indonesia. Jepang dipilih oleh Tulus sebagai
negara pertama mengepakkan sayapnya di internasional karena dianggap potensial
dan terbuka dengan seni modern. Rencananya, selain meluncurkan Sepatu yang
dalam Bahasa Jepang kutsu ( ) dalam iTunes, Tulus akan

melakukan promosi ke beberapa radio dan televisi Jepang di beberapa kota, seperti
Hamamatsu, Nagoya, dan Tokyo. Tulus memilih mulai masuk ke pasar
mancanegara dari Jepang karena negara itu terbuka pada karya seni modern dari
bangsa Asia lain.

Lagu Sepatu merupakan salah satu lagu favorit yang banyak


diperdengarkan dikalangan remaja. Menurut Tulus sendiri makna lagu ini ternyata
memiliki makna yang sangat dalam jika dilihat dari sudut pandang Tulus. Sang pria
yang diibaratkan sebagai sepatu kanan dan sang wanita sebagai sepatu kiri. Ia
melihat bahwa meskipun sepatu selalu bersama-sama tapi ketika melangkah tidak
akan bisa sejajar untuk maju ke depan jadi tidak akan bisa bersama-sama. Meskipun
begitu, tetapi dalam lirik tersebut mengandung makna kasih sayang dan perhatian
seorang pria kepada wanita.

1
B. LIRIK LAGU SEPATU (KUTSU) INDONESIA - JEPANG

Kita adalah sepasang sepatu

Selalu bersama tak bisa bersatu

Kita mati bagai tak berjiwa

Bergerak karena kaki manusia

Aku sang sepatu kanan

Kamu sang sepatu kiri

Ku senang bila diajak berlari kencang

Tapi aku takut kamu kelelahan

Ku tak masalah bila terkena hujan

Tapi aku takut kamu kedinginan

Kita sadar ingin bersama

Tapi tak bisa apa-apa

2
Terasa lengkap bila kita berdua

Terasa sedih bila kita di rak berbeda

Di dekatmu kotak bagai nirwana

Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Ku senang bila diajak berlari kencang

Tapi aku takut kamu kelelahan

Ku tak masalah bila terkena hujan

Tapi aku takut kamu kedinginan

Kita sadar ingin bersama

Tapi tak bisa apa-apa

Kita sadar ingin bersama

Tapi tak bisa apa-apa

Terasa lengkap bila kita berdua

Terasa sedih bila kita di rak berbeda

Di dekatmu kotak bagai nirwana

Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Cinta memang banyak bentuknya

Mungkin tak semua bisa bersatu

C. SUMBER REFERENSI

Suryawinata dan Hariyanto. 2000. Translation. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

http://lirik-lagu-dunia.blogspot.co.id/2015/12/lirik-lagu-tulus-kutsu-lagu-
sepatu.html Diakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.00

http://hai.grid.id/Feature/Music/Ini-Dia-Lagu-Tulus-Sepatu-Versi-Jepang-Kutsu
Diakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.10

https://hot.detik.com/music/3042019/tulus-rilis-sepatu-dalam-versi-jepang/228

Diakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.17

http://www.femina.co.id/selebriti/tulus-bawa-sepatu-ke-jepang

Diakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.23

http://amiraaliyanhusein.blogspot.com/2014/07/piece-of-sweet-message-behind-
sepatu.html Diakses pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.37

4
PEMBAHASAN

A. MODEL TERJEMAHAN

Pada lirik lagu Sepatu karya Tulus yang sudah diterjemahkan dalam
Bahasa Jepang tersebut, penulis menyimpulkan bahwa lirik lagu tersebut
diterjemahkan menggunakan model terjemahan fonemik dan terjemahan literal.
Dimana kedua model terjemahan tersebut merupakan model terjemahan
menurut Bassnett McGuire sebagai model terjemahan yang digunakan untuk
menerjemahkan karya sastra berupa puisi (lirik lagu). Terjemahan fonemik
berusaha mencipta kembali suara dari BSu ke BSa. Dan dalam waktu yang
bersamaan, penerjemah berusaha mengalihkan makna lagu asal ke dalam BSa.
Terjemahan literal menekankan proses penerjemahan dari kata ke kata dalam
BSa. Kebanyakan terjemahan lagu dengan cara ini betul-betul menghilangkan
makna dalam lagu aslinya.

B. EVALUASI

Berdasarkan hasil terjemahan dari lirik lagu tersebut yang dilakukan


dengan model terjemahan fonemik dan terjemahan fonetik, maka penulis
mengevaluasi hasil terjemahan sebagai berikut :

5
Kita adalah sepasang sepatu

(literal)

(kita-bersama-sepatu)
Selalu bersama tak bisa bersatu

(literal)

(selalu-bersama-tapi-tak bisa bersatu)


Kita mati bagai tak berjiwa

(fonemik dan literal)

(fonem akhir a dan a)


(kita-tak melakukan apapun-begitu saja)

Bergerak karena kaki manusia

(literal)

(manusia-kaki-karena-kita-bergerak)
Aku sang sepatu kanan

(literal)

(aku-kaki kanan-sepatu)
Kamu sang sepatu kiri

(literal)

(kamu-kaki kiri-sepatu)
Ku senang bila diajak berlari kencang

(literal)

(berlari-diajak-senang-tetapi)
Tapi aku takut kamu kelelahan

(literal)

(kamu-lelah-(bertanya-tanya))
Ku tak masalah bila terkena hujan

(literal)

6
(hujan-terkena-tak masalah)
Tapi aku takut kamu kedinginan

(literal)

(tapi-kamu-kedinginan (bertanya-tanya))
Kita sadar ingin bersama

(fonemik dan literal)

(fonem akhir a dan a)


(bersama-keiginan)
Tapi tak bisa apa-apa

(literal)

(tapi-apa apa-tak bisa)


Terasa lengkap bila kita berdua

(fonemik dan literal)

(fonem akhir a dan a)


(berdua-waktu-merasa lengkap)
Terasa sedih bila kita di rak berbeda

(literal)

(berbeda-rak sepatu-apabila-sedih)
Di dekatmu kotak bagai nirwana

(fonemik dan literal)

(fonem akhir a dan a)


(kamu-dekat-nirwana)
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

(literal)

(tapi-saling sentuh-tidak bisa)


Cinta memang banyak bentuknya

(fonemik dan literal )

(cinta-bentuk-bermacam macam)

7
Mungkin tak semua bisa bersatu

(literal)

(semua-orang-bersatu-tidak mungkin)

Pada hasil terjemahan fonemik, bunyi akhir pada lirik lagu yang
dihasilkan dalam waktu, ketukan dan irama yang bersamaan sama, ini
menunjukkan penerjemah tetap mempertahankan fonem lirik lagu pada BSu
meskipun hanya ada beberapa lirik lagu saja yang menggunakan model
terjemahan ini, namun dengan terjemahan ini dapat memberi kesan irama
yang sama sehingga enak didengar. Pada hasil terjemahan literal kosa kata
yang digunakan sesuai dengan BSu sehingga terkesan sama dan kurang
menonjolkan keindahan, emosi, dan ekspresi dari lirik lagu. Akan tetapi
penulis menganggap bahwa terjemahan literal ini dilakukan karena memang
pada lirik lagu BSu kosa kata yang digunakan pun kosa kata yang sederhana
namun memiliki makna yang dalam dan tersirat.
Seperti yang dikemukakan oleh Peter Newmark dalam Suryawinata
(2000:162) bahwa pemberian penekanan pada salah satu unsur, baik makna
ataupun bentuk, bisa saja terjadi meskipun yang paling sering adalah
penekanan pada maknanya. Hal ini tergantung pada nilai lagu itu sendiri dan
juga pendapat si penerjemah tentang lagu tersebut. Apakah dia lebih
menonjolkan bentuk untuk mencapai keindahan atukah mementingkan makna
yang dikandungnya. Kalau lagu asli memang menonjolkan bentuk maka
penerjemah harus mempertahankan bentuknya tetapi bila lagu itu memang
mementingkan makna yang dikandungnya sudah selayaknya penerjemah
mementingkan makna sedangkan keindahan bentuk boleh menjadi nomor dua.
Akan tetapi nilai lagu itu bukan satu-satunya faktor penentu. Pendapat
penerjemah tentang puisi/lagulah yang kiranya lebih berperan. Penerjemah
bisa saja memandang bahwa yang terpenting itu adalah fungsi estetik. Untuk
itu bentuk yang merupakan wahana keindahan harus terjaga dengan baik.
Apabila penerjemah memandang fungsi ekspresif yang lebih penting maka
makna yang terkandung di dalamnya harus tersampaikan secara utuh. Seperti
yang dikemukakan oleh Nida dan Taber dalam Suryawinata (2000:164-165)

8
bahwa menerjemahkan berarti mencari padanan teks asli dalam hal makna
baru kemudian gayanya. Dengan demikian penerjemah mengutamakan makna
atau pesannya.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
menerjemahkan sebuah lagu, pengetahuan tentang pencipta lagu dan
lagunya sangat diperlukan guna mengidentifikasi sebenarnya apa yang
diinginkan oleh pencipta lagu dari lagunya dan bagaimana cara dia
menyampaikan makna dari lagunya tersebut. Maka dengan pemahaman ini,
penerjemah akan mampu menerjemahkan lagu sesuai apa yang diinginkan
oleh pencipta lagu tersebut. Namun semua itu kembali lagi pada pendapat
penerjemah itu sendiri.

B. SARAN

9
Penulis menyarankan apabila dalam menerjemahkan sebuah karya
sastra khususnya lirik lagu, disesuaikan dengan perspektif penerjemah
masing-masing apakah akan mengikuti pendapat Newmark atau Nida dan
Taber. Pada dasarnya sama namun yang berhak menentukan bagaimana
lirik lagu itu akan diterjemahkan adalah penerjemah itu sendiri selagi tidak
melanggar kaidah-kaidah dalam proses penerjemahan.

10

Anda mungkin juga menyukai