SKRIPSI
Oleh:
E1A008233
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2012
i
Lembar Pengesahan Skripsi
Oleh:
ARDI MULYO SAYEKTI
E1A008233
Handri Wirastuti Sawitri, S.H., M.H. Pranoto, S.H., M.H. Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H.
NIP. 19581019 198702 2 001 NIP. 19540305 198601 1 001 NIP. 19640724 199002 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman
ii
SURAT PERNYATAAN
NIM : E1A008233
108/Pid.Sus/2010/PN.Pwt.)
Menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya
sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang
lain.
iii
ABSTRAKSI
Oleh :
ARDI MULYO SAYEKTI
E1A008233
iv
ABSTRACT
v
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang
disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan pengetahuan dan waktu. Oleh karena itu semua kritik dan saran yang
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam
vi
3. Pranoto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji II
4. Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H. selaku Dosen Penguji dalam seminar skripsi
dan ujian skripsi, yang telah memberikan masukan bagi Penulis demi
5. Kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Sarwono dan ibunda Wagirah
dalam setiap langkah penulis. Ayahanda dan Ibunda adalah motivasi terbesar
mendapatkan balasan pahala dari ALLAH SWT. Penulis juga memohon maaf
kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tingkah
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi yang
membacanya.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
B. Pembuktian ...................................................................................... 20
Pidana ......................................................................................... 20
viii
3. Teori Pembuktian yang Dianut KUHAP .................................... 42
C. Penyidikan ....................................................................................... 44
D. Narkotika ......................................................................................... 49
B. Pembahasan ..................................................................................... 84
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
ix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
melanggar hukum pidana haruslah ditindak oleh penegak hukum agar selanjutnya
diproses menggunakan hukum acara pidana. Salah satu proses pembuktian dalam
hukum acara pidana adalah pemeriksaan terdakwa dan pemeriksaan saksi dalam
Pemeriksaan suatu perkara pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya
perkara tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan
tersebut.
terutama yang berkaitan dengan saksi. Tidak sedikit kasus yang pembuktiannya
sulit dilakukan karena tidak adanya saksi. Saksi merupakan unsur penting dalam
pembuktian suatu proses peradilan pidana. Pengertian saksi menurut Pasal 1 butir
2
Alat bukti yang digunakan dalam hukum acara pidana menurut Pasal 184
suatu perkara haruslah didasarkan minimal dua alat bukti beserta keyakinan
hakim. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP. Dengan
demikian apabila suatu perkara yang disidangkan hanya memiliki satu alat bukti
maka dalam hal tersebut hakim tidak dapat menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa.
dengan tersangka. Baik mengenai tata cara pemanggilan maupun mengenai cara
Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kecuali menjadi saksi
yang tercantum dalam Pasal 186 KUHAP, yang merumuskan sebagai berikut:
1) Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau kebawah
sampai derajad ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa;
2) Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,
saudara ibu atau saudara bapak, juga meraka yang mempunyai
1
M. Yahya Harahap. 2008. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyidikan dan Penuntutan. Sinar Grafika. Jakarta. hlm 138.
3
yang dimaksud, maka seperti yang ditentukan oleh ayat ini, hakim yang
kebebasan tersebut.
persidangan juga diajukan alat bukti lain selain keterangan saksi dalam berita
karena saksi tidak hadir dengan alasan yang dapat diterima. Walaupun saksi sudah
Menurut Pasal 185 KUHAP, keterangan saksi sebagai alat bukti adalah
kedudukan sebagai alat bukti atau tidak. Keterangan saksi yang dibacakan tersebut
merupakan ketarangan saksi dalam Berita Acara Penyidikan (BAP). Suatu berita
acara dapat menjadi alat bukti surat ketika berita acara tersebut dibuat atas
sumpah jabatan atau dilakukan dengan sumpah. Hal tersebut sesuai dengan
Surat sebagaimana dimaksud Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP, dibuat
atas sumpah jabatan atau dilakukan dengan sumpah, yaitu berita acara dan
surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat dihadapannya, yang memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau dialami sendiri,
disertai dengan alas an yang jelas dan tegas tentang keterangan itu.
di depan penyidik disumpah terlebih dahulu ataukah tidak. Selain itu keterangan
saksi tersebut harus diberikan di depan penyidik, sebagai pihak yang memiliki
sebagai penyidik. Keterangan saksi yang seperti itu dapat dikategorikan ke dalam
alat bukti surat. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 187 ayat (1) KUHAP.
penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam kitab undang-undang
hukum acara pidana (KUHAP), untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu
5
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
Nomor 108/ Pid.Sus/2010/PN.Pwt, berdasarkan pasal 116 ayat (1) KUHAP yang
Penyidikan (BAP) yang tidak disumpah terlebih dahulu yang dibacakan di depan
perkara tersebut dengan melakukan suatu penelitian hukum dan nantinya akan
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada
2. Kegunaan Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik
menjadi dasar hukum bagi gerak langkah serta tindakan dari para penegak hukum
kurang sesuai dengan dasar falsafah dan pandangan hidup bangsa kita sudah
Hukum acara pidana sering dianggap sebagai ilmu hukum yang sempit dan
menjadi bagian dari ilmu pengetahuan hukum positif. Bahkan ada suatu pendapat
bahwa hukum acara pidana tidak dapat dipelajari sebagaimana lazimnya sebagai
materiil. Hukum acara pidana memiliki ruang lingkup yang sempit yaitu hanya
2
Andi Hamzah. 2010. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 1.
8
hanya memberikan beberapa definisi yang merupakan dari bagian hukum acara
semuanya merupakan satu kesatuan dalam proses berlakunya hukum acara pidana.
Pengertian hukum acara pidana dari para sarjana yang hampir lengkap dan
tepat adalah pengertian yang diberikan oleh Van Bemmelen, karena merinci pula
substansi hukum acara pidana itu, bukan permulaan dan akhirnya saja. Pengertian
5
hukum acara pidana menurut Van Bemmelen sebagaimana dikutip dalam
3
Suryono Sutarto. 1987. Sari Hukum Acara Pidana I. Jakarat: Yayasan Cendikia Purna
Dharma. hlm. 5.
4
Andi hamzah. Op. Cit. hlm. 4.
5
Ibid., hlm. 6.
9
ditunjukan bahwa yang terdapat pada poin 1 sampai denga poin 4 adalah tahap
penyelidikan, dan penuntutan. Oleh karena itu, batas penyidikan dan penuntutan
menjadi kabur, karena memang Van Bammelen dapat digolongkan pada golongan
pakar yang memandang penyidikan sebagai bagian penuntutan dalam arti luas.
Terlihat yang jelas terpisah adalah pemeriksaan dan putusan hakim yang
disebutkan pada poin 5. Begitu pula upaya hukum yang disebutkan pada poin 6
dan eksekusi pada poin 7. Adapun peninjauan kembali (herzeining) adalah hal
khusus yang merupakan upaya hukum luar biasa, yang mestinya jarang terjadi
Perlu dilihat lagi juga pengertian tentang hukum acara pidana yang
diberikan oleh pakar Indonesia, diambil dari sarjana senior yaitu Wirjono
dikutip dalam bukunya Andi Hamzah, pengertian hukum acara pidana menurut
6
Ibid., hlm. 7.
10
tujuan Negara dalam menciptakan hukum pidana (materiil) yaitu tata tertib, aman,
Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang
selangkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan suatu
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk
mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan
dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak
pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwakan itu dapat
dipersalahkan.
tujuan hukum acara pidana. Akan tetapi usaha hakim untuk menemukan
kebenaran materiil itu dibatasi oleh surat dakwaan jaksa. Hakim tidak dapat
menuntut agar jaksa mendakwa terdakwa dengan dakwaan yang lain atau
hakim dapat meminta bukti-bukti dari kedua pihak yaitu terdakwa dan penuntut
umum, begitu pula dengan saksi-saksi yang diajukan oleh kedua belah pihak.
c. Pelaksanaan keputusan.
Dari ketiga fungsi di atas, yang paling penting karena menjadi tumpuan
kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti dan bahan bukti itulah, hakim akan
sampai pada putusan (yang seharusnya adil dan tepat untuk terdakwa), yang
kemudian dilaksanakan oleh jaksa. Tujuan akhir hukum acara pidana yang
KUHAP, dari dulu sejak adanya HIR, sudah tersirat asas ini dengan kata-kata
7
Ibid., hlm. 8.
12
penahanan, maka dalam waktu satu kali dua puluh empat jam memberitahu
jaksa. Arti dari kata peradilan cepat dan sederhana adalah bahwa peradilan
peradilan dapat berjalan dengan cepat, selain itu tidak merugikan terdakwa.
Selain hal tersebut dengan peradilan yang berjalan dengan cepat dan
Tentulah istilah satu kali dua puluh empat jam lebih pasti dari pada
istilah segera. Demikianlah sehingga ketentuan yang sangat bagus ini perlu
KUHAP cukup banyak yang diwujudkan dengan istilah segera itu. Asas
peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan yang dianut dalam KUHAP
8
Ibid., hlm. 12.
9
Bambang Poernomo. 1993. Pola-Pola Dasar Teori Asas Umun Hukum Acara Pidana
dan Penegakan Hukum Pidana. Yogyakarta: Liberty. Hlm. 66.
13
sebelum ada keputusan hakim) merupakan bagian dari hak asasi manusia.
Begitu pula peradilan yang bebas, jujur, dan tidak memihak salah satu pihak
Inti dari asas ini adalah setiap orang wajib dianggap tidak bersalah
dalam suatu proses hukum selama belum ada putusan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan bahwa dirinya bersalah. Asas ini disebut dalam
c. Asas Oportunitas
10
M Yahya Harahap. 2001. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyelidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 40.
14
monopili, artinya tidak ada badan lain yang boleh melakukan penuntutan. Hal
ini disebut dominus litis di tangan penuntut umum atau jaksa. Dominus berasal
dari bahasa latin yang artinya pemilik. Hakim tidak dapat meminta supaya
delik diajukan kepadanya. Jadi, hakim hanya menunggu saja penuntutan dari
penuntut umum.
11
Andi Hamzah. Op. Cit. hlm. 17.
15
Asas ini dapat diperhatikan dalam Pasal 153 ayat (3) dan ayat (4)
Pada penjelasan ayat (3) dikatakan cukup jelas, sedangkan untuk ayat
masih ada pengecualian yang lain dari pada yang disebut di atas, yaitu delik
umum (openbare orde). Jika hakim menyatakan sidang tertutup untuk umum
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengatur hal tersebut, dalam pasal
12
Ibid.,hlm. 20.
16
Akan tetapi, dengan KUHAP, hal seperti itu menjadikan putusan batal demi
hukum.
atau atas permintaan penuntut umum dan terdakwa. Saksi pun dapat
dalam putusan hakim dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
13
Ibid., hlm. 21.
14
Ibid.
17
Selain itu dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 juga
dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan bersifat tetap. Untuk jabatan ini
diangkat hakim-hakim yang tetap oleh kepala Negara. Hal tersebut sesuai
Kekuasaan Kehakiman. Berkaitan dengan sistem lain, yaitu sistem juri yang
kebebasan yang sangat luas. Kebebasan itu antara lain sebagai berikut:
ditahan.
Negara.
tersangka/terdakwa.
15
Ibid. hlm. 22.
19
para pemeriksa dengan kedudukan yang lebih tinggi dalam suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara tertutup. Sedangkan asas akusator adalah kebalikan dari
prinsip inkisitor. Prinsip dalam acara pidana, pendakwa (penuntut umum) dan
bahwa dengan KUHAP telah dianut asas akusator. Ini berarti perbedaa antara
telah dihilangkan.
16
Ibid. hlm. 24.
17
Ibid.
18
Ibid. hlm. 25.
20
langsung, artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi. Ini berbeda
kuasanya. Pemeriksaan hakim secara lisan artinya bukan tertulis antara hakim
dengan terdakwa.19
diatur dalam Pasal 154, 155 KUHAP, dan seterusnya. Pengecualian dari asas
Begitu pula ketentuan dalam Pasal 214 KUHAP yang mengatur acara
B. Pembuktian
a. Pengertian Pembuktian
19
Ibid., hlm. 25.
20
M. Yahya Harahap. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 273.
21
Dari uraian singkat di atas arti pembuktian ditinjau dari segi hukum
penasihat hukum, semua terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat
akan dijatuhkan, kebenaran itu harus diuji dengan alat bukti, dengan cara
dan dengan kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang
ditemukan.kalau tidak demikian bisa saja orang yang jahat lepas, dan orang
21
Ibid., hlm 274.
22
pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti, dilakukan dalam batas-batas
berdasarkan hasil perolehan dan penjabaran yang keluar dari garis yang
dibenarkan sistem pembuktian. Tidak berbau dan diwarnai oleh perasaan dan
menyempurnakan pengakuan itu dengan alat bukti yang lain. Baik berupa alat
bukti keterangan saksi, keterangan ahli atau surat maupun dengan alat bukti
petunjuk. Hal tersebut sesuai dengan penegasan Pasal 189 ayat (4) KUHAP
22
Ibid.
23
Ibid.
23
Ketentuan itu sama dengan apa yang diatur dalam Pasal 308 HIR yang
Hal yang secara umum diketahui tidak perlu dibuktikan. Hal tersebut
sesuai dengan ketentuan Pasal 184 ayat (2) KUHAP, yang merumuskan sebagai
berikut:
Rumusan pasal tersebut selalu disebut dengan istilah notoire feiten notorious
(generally known).25
Pasal 184 ayat (1) KUHAP telah menetukan secara limitatif alat bukti
yang sah menurut undang-undang. Di luar alat bukti itu, tidak dibenarkan
mempergunakan alat-alat bukti itu saja. Para pihak di atas tidak memiliki
alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Bukti yang dinilai
hanya terbatas pada alat-alat bukti itu saja. Pembuktian dengan alat bukti di luar
24
Ibid., hlm. 175.
25
Ibid., hlm. 176.
24
alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, tidak mempunyai
disebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat-alat bukti adalah:
a. Keterangan Saksi;
b. Keterangan Ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan Terdakwa.
Jika dibandingkan dengan alat bukti dalam HIR, maka ada penambahan
alat bukti baru, yaitu keterangan ahli. Selain dari pada itu ada perubahan nama
alat bukti yang dengan sendirinya maknanya menjadi lain, yaitu pengakuan
a. Keterangan Saksi
saksi yang tercantum dalam Pasal 186 KUHAP yang merumuskan sebagai
berikut:
26
Andi Hamzah. Op. Cit. hlm. 259.
25
ketentuan lain yaitu Pasal 170 ayat (1) KUHAP, yang merumuskan sebagai
berikut:
pekerjaan yang dimaksud, maka seperti ditentukan oleh ayat ini, hakim yang
kebebasan tersebut.
Pasal 170 ayat (1) KUHAP yang mengatur tentang hal tersebut di atas
bersedia untuk menjadi saksi, dapat diperiksa oleh hakim. Oleh karena itulah,
a. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum
pernah kawin;
b. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang
ingatanya baik kembali.
berumur lima belas tahun, demikian juga orang yang sakit ingatan, sakit jiwa,
sakit gila meskipun kadang-kadang saja, yang dalam ilmu penyakit jiwa
sempurna dalam hukum pidana maka mereka tidak dapat diambil sumpah
sebenarnya dan tidak lain dari pada yang sebenarnya. Pengucapan sumpah itu
Keterangan saksi yang mempunyai nilai ialah keterangan yang sesuai dengan
sebagai berikut:
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
27
Ibid., hlm 263.
27
sesuai dengan penegasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP. Dengan demikian
pidana, baru bernilai sebagai alat bukti apabila keterangan saksi itu
pengadilan (outside the court) bukan sebagai alat bukti, sehingga tidak dapat
sebagai berikut:
merupakan hal yang paling penting dalam persidangan suatu perkara pidana.
Boleh dikatakan tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian alat
samping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih selalu diperlukan
28
M. Yahya harahap. Op. Cit. hlm. 288.
28
tersebut dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan
Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP. Menurut rumusan
sumpah atau janji. Adapun sumpah atau janji tersebut dilakukan menurut
cara agamanya masing-masing, lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi
Akan tetapi pada Pasal 160 ayat (4) KUHAP memberi kemungkinan untuk
Berkaitan dengan hal tersebut maka saat mengucapkan sumpah atau janji
keterangan, akan tetapi dalam hal yang dianggap perlu oleh pengadilan,
keterangan.29
sebagai berikut:
29
Ibid., hlm. 286.
29
(1) Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk
bersumpah atau berjanji sebagai mana dimaksud dalam Pasal
160 ayat (3) dan ayat (4), maka pemeriksaan terhadapnya tetap
dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan hakim ketua
sudang dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan
Negara paling lama empat belas hari.
(2) Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau
dan saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau
mengucapkan janji, maka keterangan yang telah diberikan
merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan
hakim.
keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Pasal 1 angka
dengan bunyi penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP maka dapat diterik
peristiwa pidana yang terjadi atau di luar yang dilihat atau dialaminya
hasil pendengaran dari orang lain, tidak mempunyai nilai sebagai alat
ulangan dari apa yang didengarnya dari orang lain, tidak dapat
c. Pendapat atau rekaan yang saksi peroleh dari hasil pemikiran, bukan
Pasal 185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu, setiap keterangan saksi
terdakwa.
sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, yang merumuskan
sebagai berikut:
Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan
di sidang pengadilan.
sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai sebagai alat
kesalahan terdakwa.
seorang saksi saja barulah bernilai sebagai satu alat bukti saja dan haus
dicukupi dengan alat bukti yang lainnya. Bertitik tolak Pasal 185 ayat (2)
dakwa, atau unus testis nullus testis.30 Hal tersebut berarti jika alat bukti
keterangan yang demikian tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang
Kembali lagi pada Pasal 185 ayat (2) KUHAP, dan berdasarkan hal
30
Ibid., hlm. 288.
32
b. Jika saksi yang ada hanya seorang saja maka kesaksian tunggal itu
harus dicukupi atau ditambah dengan salah satu alat bukti lainnya, alat
bukti lainnya yaitu yang dinyatakan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
dengan adanya beberapa saksi dianggap keterangan saksi yang banyak itu
seperti itu adalah keliru. Tidak ada gunanya menghadirkan saksi yang
banyak, jika keterangan para saksi berdiri sendiri tanpa adanya hubungan
antara yang satu dengan yang lainnya, yang dapat mewujudkan suatu
kebenaran akan adanya kejadian atau keadaan tertentu. Hal tersebut sesuai
dengan ketentuan Pasal 185 ayat (4) KUHAP, yang merumuskan sebagai
berikut:
beberapa orang saksi baru dapat dinilai sebagai alat bukti serta mempunyai
menjadi alat bukti, sebab ditinjau dari segi hukum keterangan seperti itu
b. Keterangan Ahli
Keterangan seorang ahli disebut sebagai alat bukti pada urutan kedua
oleh Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Dalam ketentuan Pasal 186 KUHAP,
Pasal tersebut tidak menjawab apa itu yang disebut ahli dan keterangan
ahli. Pada penjelasan pasal tersebut juga tidak menjelaskan hal ini. Pasal 343
Ned. Sv. Memberikan definisi tentang apa yang dimaksud dengan keterangan
alat bukti keterangan ahli, yaitu yang dinyatakan dalam Pasal 186 KUHAP
31
Ibid., hlm. 290.
32
Andi Hamzah. Op. Cit. hlm. 274.
34
pengadilan sebagai alat bukti surat, yaitu yang dinyatakan dalam Pasal 187
butir c KUHAP.33
Pasal dalam KUHAP yang mengatur mengenai alat bukti surat hanya
satu pasal yaitu Pasal 187 KUHAP yang terdiri dari empat ayat sebagai
berikut:
(1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau dialami sendiri, dosertai dengan alasan yang
jelas dan tegas tentang keterangan itu;
(2) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya dan
yang diperuntukan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
keadaan;
(3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan yang
diminta secara resmi daripadanya;
(4) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan
isi dari alat pembuktian yang lain.
sebagai berikut:
adalah keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Hal tersebut sesuai
33
Ibid., hlm. 274.
35
dengan ketentuan pada Pasal 188 ayat (2) KUHAP. Jika dilihat Pasal 188 ayat
dengan pengamatan hakim sebagai alat bukti. Disebut pengamatan oleh hakim
(eigen warrneming van de rechter) yaitu harus dilakukan selama sidang, apa
yang telah dialami atau diketahui oleh hakim sebelumnya tidak dapat
dijadikan dasar pembuktian, kecuali kalau perbuatan atau peristiwa itu telah
alat bukti dalam Pasal 184 butir c. Pengertian keterangan terdakwa terdapat
pada ketentuan Pasal 189 ayat (1) KUHAP, yang merumuskan sebagai
berikut:
bukti tidak perlu sama atau berbentuk pengakuan. Semua keterangan terdakwa
hendaknya didengar.
34
Ibid., hlm. 278.
36
pada kata keterangan lebih bersifat suatu penjelasan akan apa yang telah
pengadilan, dan apa yang dinyatakan dan dijelaskan itu ialah tentang
perbuatan yang terdakwa lakukan atau mengenai yang ia ketahui atau yang
berhubungan dengan apa yang terdakwa alami sendiri dalam peristiwa pidana
2. Teori Pembuktian
didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun
alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk inilah
maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materiil. Berbeda
dengan hukum acara perdata yang cukup puas dengan kebenaran formal.36
35
M. Yahya Harahap. Op. Cit. hlm. 319.
36
Andi Hamzah. Op. Cit. hlm. 249.
37
Ibid.
37
hanya didasarkan kepada undang-undang saja. Artinya jika telah terbukti suatu
maka keyakinan hakim tidak diperlukan sama sekali. Sistem ini disebut juga
38
Ibid., hlm. 251.
39
Ibid.
38
keyakinan atau conviction intime. Menurut sistem ini keyakinan hakim tidak
alat bukti yang sah menurut undang-undang. Asal sudah dipenuhi syarat-
(Conviction in Time)
keyakinan hakim melulu. Teori ini disebut juga conviction intime.40 Disadari
bahwa alat bukti berupa pengakuan terdakwa sendiri pun tidak selalu
Indonesia, yaitu pada pengadilan distrik dan pengadilan kabupaten. Sistem ini
40
Andi Hamzah. op. cit. hlm. 252.
39
keyakinannya.41
terdakwa semata-mata atas dasar keyakinan hakim belaka tanpa didukung oleh
alat bukti yang cukup. Sebaliknya, hakim leluasa membebaskan terdakwa dari
terbukti dengan alat-alat bukti yang lengkap, selama hakim tidak yakin atas
kesalahan terdakwa.
pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena hakim bebas untuk
41
Wirjono Prodjodikoro. Op Cit. hlm. 72.
42
Andi hamzah. Op. Cit. hlm. 253.
40
time peran keyakinan hakim leluasa tanpa batas maka pada sistem
yang jelas. Hakim wajib menguraikan dan menjelaskan alasan-alasan apa yang
harus memiliki dasar-dasar alasan yang logis dan benar-benar dapat diterima
akal. Bukan semata-mata atas dasar keyakinan yang tertutup tanpa uraian
time.44
itu dibarengi dengan keyakinan hakim. Bertitik tolak dari uraian tersebut,
1. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti yang
2. Dan keyakinan hakim yang harus didasarkan atas cara dan dengan alat-
46
M. Yahya harahap. Op. Cit. hlm. 279.
47
Ibid.
42
tidaknya terdakwa. Tidak ada yang paling dominan diantara unsur tersebut.
Jika salah satu diantara dua unsur itu tidak ada, tidak cukup mendukung
keterbuktian kesalahan terdakwa.48 Misalnya ditinjau dari segi cara dan alat-
terbukti, tetapi walaupun sudah cukup terbukti, hakim tidak yakin dengan
kesalahan terdakwa, dalam hal tersebut maka terdakwa tidak dapat dinyatakan
didukung dengan pembuktian yang cukup menurut cara dan dengan alat bukti
yang sah menurut undang-undang. Dalam hal seperti itupun terdakwa tidak
dapat dinyatakan bersalah. Oleh karena itu, diantara kedua unsur atau
HIR maupun KUHAP, begitu pula Ned. Sv. Yang lama dan yang baru,
negatif (negatief wettelijk).50 Hal tersebut dapat disimpulkan dari Pasal 183
48
Ibid.
49
Ibid.
50
Andi Hamzah. Op.Cit. hlm. 254.
43
sah,
b. Dan atas keterbuktian dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah,
tersebut dalam Pasal 184 KUHAP, disertai dengan keyakinan hakim yang
diperoleh dari alat-alat bukti tersebut. Dari pasal tersebut juga dapat
keadilan dan kepastian hukum. Pendapat ini dapat diambil dari makna
penjelasan Pasal 183 KUHAP. Dari penjelasan Pasal 183 KUHAP tersebut
kepada seorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
dan diperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
C. Penyidikan
1. Pengertian Penyidikan
siasat (Malaysia).51
sebagai berikut:
51
Ibid. hlm. 120.
52
Ibid.
45
dengan jalan apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada
terjadi suatu pelanggaran hukum.
jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan menbatasi hak-hak manusia.
berikut 53:
e. Penahanan sementara.
f. Penggeledahan.
i. Penyitaan.
j. Penyampingan perkara.
2. Kewenangan Penyidikan
berikut:
53
Ibid.
46
Berdasarkan isi pasal tersebut berarti dapat diketahui bahwa yang memiliki
Indonesia dan pegawai negeri sipil yang diberi wewenang oleh undang-undang
penyidikan.
Pasal 6 ayat (1) KUHAP menentukan dua macam badan yang dibebani
Penyidik adalah:
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang.
(1) Untuk dapat diangkat sebagai pejabat PPNS, calon harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Masa kerja sebagai pegawai negeri sipil paling singkat 2 (dua)
tahun;
b. Berpangkat paling rendah Penata Muda/golongan III/a;
c. Berpendidikan paling rendah sarjana hukum atau sarjana lain yang
setara;
d. Bertugas di bidang teknis operasional penegakan hukum;
e. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter pada rumah sakit pemerintah;
f. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan pegawai negeri sipil paling sedikit
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
g. Mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan di bidang penyidikan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf f diajukan kepada Menteri oleh pimpinan kementerian
atau lembaga pemerintah nonkementerian yang membawahi pegawai
negeri sipil yang bersangkutan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
diselenggarakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia bekerja
sama dengan instansi terkait.
dengan penyidik pembantu diatur dalam Pasal 10 (1) KUHAP, yang merumuskan
sebagai berikut:
Sebagai bukti adanya proses penyidikan maka ada yang disebut dengan
Berita Acara Penyidikan (BAP). Berita acara penyidikan dibuat oleh penyidik
49
sebagai bukti adanya proses penyidikan. Berita acara penyidikan tersebut berisi
semua proses yang berjalan dalam melakukan penyidikan berisi mulai dari
keterangan para saksi sampai keterangan dari tersangka. Berita acara penyidikan
berfungsi sebagai syarat dalam mengajukan proses yang lebih lanjut yaitu proses
Ditinjau dari segi hukum, berita acara adalah akta resmi, yang
pembuatanya:
a. Dibuat oleh pejabat resmi yang berwenang untuk itu, yaitu penyidik.
b. Berita acara itu ditandatangani oleh penyidik dan pihak yang diperiksa.
Autentifikasi berita acara ditinjau dari segi hukum adalah tulisan yang
berisi keterangan resmi dan sah, sepanjang keterangan itu tidak dapat dibuktikan
palsu atau dipalsukan. Keabsahan dan keresmiannya sangat penting melekat pada
sudah dijelaskan dalam Pasal 8 ayat (1) KUHAP, yang merumuskan sebagai
berikut:
D. Narkotika
a. Pengertian Narkotika
Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang
sama artinya dengan drug, yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan
a. Mempengaruhi kesadaran;
1) Penenang;
tempat).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
undang-undang ini.
54
Taufik Makaro dkk. 2005. Tindak Pidana Narkotika. Bogor: Ghalia Indonesia. hlm. 17.
51
diketahui pula bahwa zat-zat narkotika tersebut memiliki daya kecanduan yang
narkotika itu. Dengan demikian, maka untuk jangka waktu yang mungkin agak
bisa disembuhkan.
b. Jenis-jenis Narkotika
berikut:
55
Ibid.
52
Somniferum, nama lain dari candu selain opium adalah madat. Candu ini
terbagi atas dua jenis, yaitu candu mentah dan candu matang. Untuk candu
yang terbawa sewaktu pengumpulan getah yang mongering pada kulit buah,
bentuk candu mentah berupa adonan yang membeku seperti aspal lunak.
b. Heroin
dengan sebutan putau, zat ini sangat berbahaya bila dikonsumsi secara
berlebihan.
c. Ganja
Ganja berasal dari bunga dan daun-daun sejenis tumbuhan rumput bernama
Cannabis Sativa. Sebutan lain dari ganja yaitu mariyuana, sejenis mariyuana
adalah hashis yang dibuat dari damar tumbuhan Cannabis Sativa, efek dari
d. Metamfetamina
56
Ibid. hlm. 22.
53
satunya berkaitan dengan hukum. Zat-zat kimia alami ataupun buatan yang
kejahatan.57
57
Ibid. hlm. 28.
54
Bentuk tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain sebagai
berikut ini:
b. Pengedaran narkotika.
maupun internasional.
sebagai berikut:
Penggunaan kata Setiap orang tanpa hak dan melawan hukum dalam
ketidaktahuaan.
bulan kurungan) bagi orang tua yang sengaja tidak melaporkan anaknya yang
tersebut tidak mengecualikan orang tua yang tidak mengetahui bahwa zat yang
melaporkan adanya tindak pidana narkotika. Penerapan pasal ini akan sangat
sulit diterapkan karena biasanya pasal ini digunakan bagi pihak-pihak yang
tindak pidana narkotika. Pasal ini juga mengancam para pihak yang
Pada ketentuaan peran serta masyarakat dalam BAB XIII masyarakat tidak
hukuman pidana bagi pelaku tidak pidana selesai dengan pelaku tidak pidana
tindak pidana tersebjut terjadi, sehingga akibat tindak pidana tersebut tidak
tersebut diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
setiap orang yang menggunakan narkotika tanpa hak dan atau melawan
terkecuali, yang menggunakan narkotika tanpa ada izin dari instansi atau pihak
penyalahguna atau setiap orang dalam pasal tersebut hanya ditujukan kepada
orang atau manusia. Selain itu unsur tersebut hanya ditujukan kepada orang
perorangan.
menggunakan narkotika tanpa hak dan atau melawan hukum. Narkotika yang
dimaksud di dalam unsur tersebut yaitu narkotika golongan I, II, dan golongan
Apabila kedua unsur tersebut sudah terpenuhi, maka seseorang yang telah
memenuhi dua unsur tersebut dapat dikenakan pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan dapat terancam pidana yang berbeda,
tersebut.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam paktik hukum, serta
hukum.
B. Spesifikasi Penelitian
gambaran atau penjelasan secara konkrit tentang keadaan objek atau masalah yang
58
Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia Publishing. hlm. 295.
61
C. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yang
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
artinya memiliki suatu otoritas, mutlak dan mengikat. Bahan hukum primer
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari pustaka di bidang
ilmu hukum seperti buku-buku literatur yang berkaitan dengan hukum acara
pidana.
59
Soerjono Soekanto. 1981. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. hlm. 10.
62
bahan hukum primer dan sekunder, terdiri dari kamus hukum dan
ensiklopedia.
terhadap bahan pustaka (literatur, hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal ilmiah,
dll).
sistematis, artinya data sekunder yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan
penelitian.
hukum serta doktrin yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Norma hukum
yang relevan (legal facts) yang dipakai sebagai premis minor dan melalui proses
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
1. Duduk Perkara
a. Identitas Terdakwa
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
b. Perbuatan Terdakwa
Berawal pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 04.45 WIB,
habis pulang dari Jakarta untuk membeli Narkoba jenis sabu-sabu. Sewaktu
datang ternyata Intanto ditemani oleh Elkana Efraim Pangalila yang sebelumnya
terdakwa juga telah mengenal Elkana. Elkana pernah datang ke rumah terdakwa
mereka bertiga membeli sarapan terlebih dahulu dan kemudian menuju ke rumah
berupa sedotan, pipet, dan bong yang dibuat dari botol bekas minuman kemasan.
akan digunakan untuk mengkonsumsi sabu, sedangkan Elkana tidur disalah satu
sampai sebanyak tiga kali. Intanto menghubungi Didi Setiawan dan setelah Didi
barang bukti berupa satu buah tas pinggang warna biru berlogo B, satu buah tas
ransel berwarna hitam dan satu bungkus rokok sampoerna mild yang berisi
65
sepuluh batang rokok dan dua paket sabu-sabu. Kemudian terdakwa dan barang
lebih lanjut.
a. Dakwaan Pertama
Terdakwa pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 10.00 WIB,
didakwa telah melanggar Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
b. Dakwaan Kedua
Terdakwa pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 10.00 WIB,
ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Atau,
66
c. Dakwaan Ketiga
Terdakwa pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 10.00 WIB,
pidana sebagai dimaksud dalam Pasal 112, Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang
3. Pembuktian
a. Keterangan Saksi
diberikan benar dan saksi masih tetap pada keterangannya. Saksi adalah
seorang petugas Polisi, di mana pada hari rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar
pukul 10.00 WIB telah melakukan penangkapan terhadap seorang yang diduga
perkara lain) dan Didi Setiawan (tidak dijadikan tersangka sebab urine negatif)
tersebut terdakwa sedang duduk bersama saksi Didi Setiawan dan Tanto
terlihat baru saja habis memakai sabu, sementara Elkana Efraim sedang tidur
di kamar belakang, lalu kemudian saksi bersama rekan saksi Wiwit melakukan
dengan disaksikan istri terdakwa yaitu Sunarti dan ketua RT setempat yaitu
buah tas pinggang warna biru hitam berlogo B, 1 buah tas ransel warna hitam
berisi baju, 1 bungkus rokok sampoerna mild yang berisi 10 batang rokok dan
(dua) paket sabu-sabu yang disimpan dalam tas kecil yang dibungkus dengan
rokok sampoerna mild tersebut asalnya dari Jakarta yang dibawa oleh Tanto
(DPO) dan Elkana Efraim ke Purwokerto atas suruhan Iwan untuk diberikan
kepada Tanto. Harga sabu-sabu di daerah Purwokerto lebih mahal dari pada di
68
diperlihatkan di persidangan;
2. Saksi Hartono
keterangannya. Pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 10.00 WIB
Efraim, dan saksi Didi, sedangkan Tanto melarikan diri di rumah terdakwa di
menemukan barang bukti berupa dua paket/plastik kecil yang berisi serbuk
putih yang diduga sabu-sabu dalam bungkus rokok sampoerna mild yang
disimpan dalam tas kecil warna biru hitam. Tas biru hitam tersebut ditemukan
diperiksa oleh Penyidik dan keterangan yang diberikan benar dan saksi masih
rekannya yang lain dari Subbag Reskrim yaitu Subagyo, Susanto, Beny
Rudianto dan Ardi Widianto pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul
dan saksi Elkana Efraim Pangalila. Sementara Tanto berhasil melarikan diri di
menangkap terdakwa yang sedang duduk bersama Didi Setiawan dan Tanto
(melarikan diri) yang terlihat baru saja memakai sabu, serta Elkana Efraim
warna biru hitam berlogo B, satu buah tas ransel warna hitam berisi baju, satu
bungkus rokok sampoerna mild yang berisi 10 batang rokok dang dua paket
disimpan dalam tas kecil yang dibungkus dengan rokok sampoerna mild
tersebut asalnya dari Jakarata dan Tanto (DPO) dan saksi Elkana Efraim yang
oleh Tanto karena sabu-sabu di daerah Purwokerto lebih mahal dari pada di
1.500.00,-. Tanto mendapatkan sabu tersebut dari Iwan di Jakarta dan Elkana
Efraim yang disuruh oleh Iwan untuk mengantar sabu tersebut kepada Tanto
Tanto. Pada saat saksi datang ke rumah terdakwa untuk melakukan upaya
penangkapan posisinya ketika itu terdakwa, Tanto (melarikan diri) dan Didi
sedang berada di ruang depan televisi sedangkan Elkana Efraim tidur di kamar
Pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 10.00 WIB saksi
bersama dengan terdakwa dan Didi Setiawan telah ditangkap oleh saksi
diri) yang sedang mengobrol di ruang depan televisi, sedangkan saksi sendiri
saksi tidak tahu saat mereka mengkonsumsinya karena saksi tidur, dan inisiatif
memakai sabu tersebut setahu saksi datangnya dari Tanto. Saksi telah
mengenal terdakwa dua minggu sebelumnya yaitu pada sekitar bulan Mei
2010 di rumah terdakwa, ketika itu saksi dikenalkan oleh Tanto setelah saksi
memberikan paket ekstasi kepada tanto di sebuah hotel di Baturaden lalu saksi
Juni 2010 sekitar pukul 20.00 WIB saksi bertemu dengan Tanto di terminal
tidak mau diserahkan di tempat itu. Tanto meminta saksi untuk membawa
Purwokerto pagi hari, dan kemudian sudah dijemput oleh terdakwa di stasiun
terdakwa.
Juni 2010 saksi sedang tidur dan sewaktu dilakukan penggledahan sabu-sabu
rokok sampoerna mild yang disimpan dalam tas kecil warna biru milik Tanto.
Jakarta karena disuruh oleh iwan untuk diserahkan kepada Tanto. Saksi telah
dua kali mengantar barang terlarang tersebut itu kepada Tanto atas suruhan
Iwan, yaitu yang pertama berupa ekstasi sekitar bulan Mei tahun 2010 di
200.000,- sedangkan kedua pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 berupa sabu-
sabu sebanyak dua paket yang saksi tidak tahu beratnya di rumah terdakwa
Rp.300.000,- itu baru akan diberikan saat saksi akan pulang ke Jakarta.
tersebut saksi tidak tahu, yang saksi ketahui hanya bila ada pemesanan dari
73
Tanto pasti saksi yang disuruh mengantar oleh Iwan. Saksi mengetahui dan
depan persidangan:
Pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 06.30 WIB saksi
sedang tidur di rumah dan terbangun karena mendengar suara telepon dari
07.01 WIB saksi mendapat pesan singkat dari terdakwa yang isinya saksi
ditawari film baru dan bagus, maksud dari pada itu adalah sabu-sabu, dan
saksi balas pesan singkat terdakwa sekitar pukul 10.34 WIB dengan kata-kata
tidak punya uang dan mungkin lusa saksi akan ke tempat terdakwa.
teman bernama saudara Aji, karena tidak ketemu saksi beristirahat di toko
Aroma Purwokerto. Pada saat itu pula saksi menelpon terdakwa untuk
memesan sabu-sabu sebanyak satu paket namun tidak diangkat oleh terdakwa,
dan yang datang adalah petugas Kepolisian. Kemudian saksi dibawa ke kantor
Polisi untuk dimintai keterangan. Saksi kenal dengan terdakwa sekitar bulan
Setelah kejadian itu hampir sebulan sekali saksi membeli sabu-sabu kepada
kali dengan jumlah masing-masing sebanyak satu paket dengan harga Rp.
1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). Saksi mengetahui dari terdakwa
6. Saksi Didi Setiawan bin Yanto Setiawan, dalam Berita Acara Penyidikan
Pada hari rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 10.00 WIB saksi
08.30 WIB karena sebelumnya sudah ditelepon oleh Tanto. Pada saat saksi
sampai di rumah terdakwa, saksi melihat terdakwa dan Tanto sedang duduk di
ruang tamu. Saksi ditawari oleh Tanto untuk menghisap sabu-sabu yang sudah
siap untuk dihisap karena sudah sudah dibakar di atas pipet kaca, kemudian
menggunakan bong yang dibuat dari botol kecil dimana pada tutupnya ditaruh
dua buah sedotan untuk menghisab sabu-sabu. Saksi tidak mengetahui pemilik
dari sabu-sabu dan bong yang sedang dikonsumsi tersebut, dan saksi juga
tidak mengetahui dari mana sabu-sabu itu berasal. Saksi menyatakan bahwa
saksi dan terdakwa tidak memiliki ijin pada waktu menggunakan sabu-sabu
tersebut.
b. Surat
75
Alat bukti surat pada perkara ini adalah Berita Acara Pemeriksaan
tentang Narkotika.
c. Petunjuk
dalam pemeriksaan di persidangan baik dari keterangan para saksi maupun dari
baik antara keterangan saksi yang satu dengan keterangan saksi yang lainnya
terdakwa serta persesuaian antara keterangan saksi, keterangan terdakwa dan alat
bukti surat yang ada. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan Pasal 188 ayat (1)
dan ayat (2) KUHAP tersebut telah diperoleh alat bukti petunjuk yang
d. Keterangan Terdakwa
atas dakwaan dari Penuntut Umum. Terdakwa dalam perkara yang sedang
Pada hari Senin tanggal 7 Juni 2010 sekitar pukul 13.00 WIB terdakwa
Purwokerto. Pada hari Selasa 8 Juni 2010 sekitar pukul 11.00 WIB saudara
terdakwa, apakah terdakwa akan ikut untuk mentrasnfer uang untuk membeli
sabu-sabu atau tidak, dan kemudian dibalas oleh terdakwa tidak, karena terdakwa
Pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2010 sekitar pukul 04.45 WIB saudara
menit kemudian saudara Intanto sampai di stasiun, dan ternyata datang bersama
sempat mampir untuk membeli sarapan. Setelah sampai kemudian mereka bertiga
77
sarapan. Setelah selesai sarapan kemudian Tanto pergi keluar dari rumah terdakwa
terdakwa dengan membawa minuman kemasan botol, 3 sedotan warna putih dan
minuman kemasan dengan cara dilubangi kecil dengan gunting dan dimasukkan
dua buah sedotan, yang satu untuk disedot sedangkan yang lain untuk
dengan menggunakan korek api yang dibuka tutupnya dan disambungkan dengan
grenjeng rokok yang sudah digulung kecil dan selanjutnya diatur apinya agar
nyalanya kecil.
terdakwa. Setelah terdakwa menghisap tiga kali hisapan saksi Didi Setiawan
mereka bertiga secara bergantian memakai sabu tersebut. Setelah selesai memakai
sudah lama memakai sabu-sabu, dan memang benar pernah dihukum dalam
masalah narkoba pada tahun 2009 dengan hukuman selama satu tahun penjara.
78
e. Barang bukti
3. 1 (satu) bungkus rokok Sampoerna Mild berisi 10 batang rokok dan 2 (dua)
6. 1 (satu) buah tube plastik berisi urine Khaerudin alias Rudin bin Suripto.
8. 1 (satu) buah tube plastik berisi urine Didi Setiawan bin Yanto Setiawan.
Barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum, oleh
memperhatikan pula barang bukti tersebut baik kapada para saksi maupun
berdasarkan ketentuan Pasal 181 jo Pasal 184 ayat (1) d jo Pasal 188 ayat (1) dan
menuntut agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto yang memeriksa dan
mengadili perkara memutuskan bahwa terdakwa Khaerudin alias Rudin bin Suripto
dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
alias Rudin bin Suripto selama 2 (dua) tahun, dengan permintaan agar terdakwa
tetap ditahan.
5. Putusan Pengadilan
yang saling bersesuaian, dihubungkan dengan alat bukti surat berupa Berita
Acara Labolatoris Kriminalistik dan barang bukti yang diajukan dalam perkara
Rumusan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
1. Setiap Orang;
bahwa yang diajukan oleh Penuntut Umum sebagai terdakwa dalam perkara ini
adalah Khaerudin alias Rudin bin Suripto, dan terdakwa tersebut dapat
Umum, sehingga orang yang dimaksud dalam perkara ini benar ditujukan kepada
terdakwa tersebut di atas, sehingga tidak salah orang (error in persona). Guna
tindak pidana atau sebagai pelaku tindak pidana ini tentunya akan dibuktikan
dalam persidangan;
menyalahgunakan narkotika tanpa hak dan atau melawan hukum. Sesuai fakta-
bersama Intanto alias Tanto dan Didi Setiawan bin Yanto Setiawan adalah milik
Tanto yang dibeli dari Jakarta, dan terdakwa mengkonsumsi sabu-sabu tersebut
Unsur dari Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tetang
Narkotika telah terpenuhi, maka perbuatan terdakwa telah terdbukti secara sah
amar putusan. Oleh karena dalam perkara ini tidak memenuhi persyaratan yang
rehabilitasi sosial.
terhadap pribadi dan perbuatan terdakwa ada alasan penghapus atau peniadaan
81
pidana baik alasan pemaaf atau alasan pembenar, sehingga berakibat dapat atau
(schuld uitsluitings gronden) adalah bersifat subyektif dan melekat pada diri
terdakwa/pelaku, khususnya mengenai sikap batin sebelum atau pada saat akan
berbuat, dan telah diatur dalam Pasal 44 ayat (1),48, 49 ayat (2), dan 51 ayat (2)
gronden) adalah bersifat obyektif dan melekat pada perbuatan atau hal-hal lain di
luar batin pembuat, sebagaimana diatur dalam Pasal 49 ayat (1), 50, dan Pasal 51
ayat (1) KUHP. Selama proses persidangan majelis hakim tidak menemukan
melawan hukum dari perbuatan terdakwa. Pada saat persidangan juga tidak
terdakwa tersebut, telah memperlihatkan sifat yang baik dan sifat yang jahat dari
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, serta hal-hal yang memberatkan dan
82
hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal 197
harapan bangsa;
Oleh karenanya pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa telah setimpal
dengan perbuatan dan berat serta sifat kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa,
serta telah sesuai dengan rasa keadilan, baik keadilan hukum (legal justice)
b. Amar Putusan
83
c. 1 (satu) buah tube plastik berisi urine milik terdakwa Khaerudin alias
d. 1 (satu) bungkus sampoerna mild berisi sepuluh batang rokok dan dua
paket sabu-sabu;
dalam perkara atas nama Elkana Efraim Pangalila bin Fery Pangalila;
84
Pengadilan Negeri Purwokerto pada hari Jumat, tanggal 29 Oktober 2010, oleh:
SOHE, S.H. M.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, dengan ELLY TRI
Nopember 2010 oleh Hakim Ketua Majelis di atas, dengan didampingi hakim-
hakim anggota, dalam sidang yang terbuka untuk umum, dibantu oleh WAHID
serta dihadiri AGUS FIKRI, S.H., Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
B. PEMBAHASAN
Nomor 108/Pid.Sus/2010/PN.Pwt.
sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP, yang
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut
alasan dari pengetahuannya itu.
keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya
tidak lain dari pada yang sebenarnya. Pengucapan sumpah itu merupakan syarat
mutlak.60
Agar keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu
penegasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP. Dengan demikian keterangan saksi yang
berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sendiri, dilihatnya sendiri, atau
dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru bernilai sebagai alat
dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian,
60
Yahya Harahap. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta:
Sinar Grafika., hlm 263.
86
Hal ini diatur dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP. Menurut rumusan
sumpah atau janji. Adapun sumpah atau janji tersebut dilakukan menurut cara
agamanya masing-masing, lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan
memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain dari pada yang
sebenarnya.
Menurut rumusan Pasal 160 ayat (3) KUHAP, pada prinsipnya sumpah
atau janji wajib diucapkan sebelum saksi memberikan keterangan. Akan tetapi
pada Pasal 160 ayat (4) KUHAP memberi kemungkinan untuk mengucapkan
sumpah atau janji setelah saksi memberikan keterangan. Berkaitan dengan hal
tersebut maka saat mengucapkan sumpah atau janji pada prinsipnya wajib
yang dianggap perlu oleh pengadilan, sumpah atau janji dapat diucapkan
(3) Dalam hal saksi atau ahli tanpa alasan yang sah menolak untuk
bersumpah atau berjanji sebagai mana dimaksud dalam Pasal 160
ayat (3) dan ayat (4), maka pemeriksaan terhadapnya tetap
dilakukan, sedang ia dengan surat penetapan hakim ketua sidang
dapat dikenakan sandera di tempat rumah tahanan negara paling
lama empat belas hari.
(4) Dalam hal tenggang waktu penyanderaan tersebut telah lampau dan
saksi atau ahli tetap tidak mau disumpah atau mengucapkan janji,
maka keterangan yang telah diberikan merupakan keterangan yang
dapat menguatkan keyakinan hakim.
61
Ibid., hlm. 286.
87
Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti adalah keterangan
yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP yang
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia liat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
bunyi penjelasan Pasal 185 ayat (1) KUHAP maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
peristiwa pidana yang terjadi atau di luar yang dilihat atau dialaminya
peristiwa pidana yang terjadi, tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai
pembuktian.
pendengaran dari orang lain, tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti.
yang didengarnya dari orang lain, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti.
88
f. Pendapat atau rekaan yang saksi peroleh dari hasil pemikiran, bukan
185 ayat (5) KUHAP. Oleh karena itu, setiap keterangan saksi yang
sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP, yang merumuskan
sebagai berikut:
Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan.
mengenai suatu peristiwa pidana, baru dapat bernilai sebagai alat bukti apabila
dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the court) bukan alat bukti,
alat bukti. Dengan demikian keterangan seorang saksi saja barulah bernilai
sebagai satu alat bukti saja dan haus dicukupi dengan alat bukti yang lainnya.
Bertitik tolak Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang merumuskan sebagai berikut:
89
terdakwa, atau unus testis nullus testis.62 Hal tersebut berarti jika alat bukti
yang demikian tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang cukup untuk
didakwakan kepadanya.
Kembali lagi pada Pasal 185 ayat (2) KUHAP, dan berdasarkan hal
d. Jika saksi yang ada hanya seorang saja maka kesaksian tunggal itu harus
dicukupi atau ditambah dengan salah satu alat bukti lainnya, alat bukti
lainnya yaitu yang dinyatakan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
adanya beberapa saksi dianggap keterangan saksi yang banyak itu telah cukup
keliru. Tidak ada gunanya menghadirkan saksi yang banyak, jika keterangan
para saksi berdiri sendiri tanpa adanya hubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, yang dapat mewujudkan suatu kebenaran akan adanya kejadian atau
62
Ibid., hlm. 288.
90
keadaan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (4)
orang saksi baru dapat dinilai sebagai alat bukti serta mempunyai kekuatan
tertentu. Jika keterangan saksi yang banyak saling bertentangan satu dengan
yang lainnya, maka keterangan tersebut harus disingkirkan menjadi alat bukti,
sebab ditinjau dari segi hukum keterangan seperti itu tidak mempunyai nilai
Begitu pula dengan keterangan saksi dalam perkara tersebut di atas yang tidak
disumpah terlebih dahulu. Pasal 116 ayat (1) KUHAP merumuskan sebagai
berikut:
63
Ibid., hlm. 290.
91
persidangan, ketika saksi yang bersangkutan tidak dapat hadir dalam persidangan
dengan memberikan alasan yang sah dan dapat diterima. Keterangan saksi yang
Stefanus Dwi Yohanan dan saksi Didi Setiawan bin Yanto Setiawan. Ketentuan
mengenai hal tersebut di atas sesuai dengan ketentuan Pasal 162 ayat (1)
tersebut. Keterangan saksi yang seperti itu termasuk ke dalam alat bukti ataukah
tidak. Berdasarkan Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang merumuskan sebagai
berikut:
Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan.
menurut KUHAP. Namun, jika keterangan saksi yang dibacakan tersebut pada
saksi yang disampaikan di sidang pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal
Berdasarkan ketentuan Pasal 162 ayat (2) di atas, maka keterangan saksi dalam
perkara tersebut tidak dapat dipersamakan nilainya dengan keterangan saksi yang
bawah sumpah. Kedudukan keterangan saksi yang dibacakan tersebut juga tidak
memiliki kekuatan sebagai alat bukti. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal
dari saksi yang disumpah dapat digunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah
lainnya. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (7) KUHAP, yang
Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan
yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun apabila keterangan itu
sesuai keterangan saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai
tambahan alat bukti sah yang lain.
keterangan yang dibacakan tersebut dapat sebagai tambahan alat bukti yang sah
93
persidangan dapat menjadi salah satu tambahan alat bukti yang dapat
perkara ini tindak pidana narkotika. Tambahan alat bukti tersebut tentunya hanya
sudah memenuhi minimal alat bukti pembuktian dalam hukum acara pidana,
yang juga sudah ditentukan di dalam KUHAP yaitu pada Pasal 183 KUHAP.
kemudian tidak dapat dihadirkan dalam persidangan dengan alasan yang sah
dan dapat diterima. Kemudian keterangan saksi yang terdapat dalam berita acara
tersebut yang dibacakan adalah keterangan dari saksi Stefanus Dwi Yohanan dan
saksi Didi Setiawan bin Yanto Setiawan. Jika bertitik tolak dari ketentuan Pasal
162 ayat (2) dihubungkan dengan Pasal 185 ayat (7) KUHAP, nilai kekuatan
64
Op Cit. hlm. 292.
94
tidak merupakan alat bukti, tetapi nilai kekuatan pembuktian yang melekat
padanya adalah:
keyakinan hakim,
dengan alat bukti yang sah tersebut dan alat bukti yang telah ada telah
sebagai berikut:
65
Ibid.. hlm. 273.
95
pembuktian yaitu sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan adanya
keyakinan hakim. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP,
sah. Jika pada saat pembuktian alat bukti yang sah kurang dari dua alat
bukti, maka majelis hakim tidak dapat menjatuhkan pidana kepada seorang
terdakwa.
pidana. Apabila dengan dua alat bukti yang sah tersebut mejelis hakim
pidana yang didakwakan, maka dengan demikian majelis hakim juga tidak
96
Berkaitan dengan alat bukti yang sah sudah ditentukan secara limitatif
yaitu sesuai dengan apa yang disebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, alat-
f. Keterangan Saksi;
g. Keterangan Ahli;
h. Surat;
i. Petunjuk;
j. Keterangan Terdakwa.
Berdasarkan ketentuan Pasal 183 dan Pasal 184 ayat (1) KUHAP
tersebut di atas, maka hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap suatu perkara
alat bukti yang sah, dan dengan dua alat bukti yang sah tersebut hakim
tindak pidana. Apabila hakim dengan dua alat bukti yang sah tersebut tidak
tersebut. Alat bukti yang sah tersebut sudah ditentukan secara limitatif oleh
undang-undang, sehingga hakim tidak dapat secara bebas menentukan alat bukti
sebagai berikut:
1. Keterangan saksi
97
Hartono, saksi Wiwit Priambodo, dan saksi Elkana Efraim Pangalila. Selain
saksi tersebut dibacakan karena saksi tidak dapat hadir dalam persidangan
dengan alasan yang sah dan dapat diterima. Walaupun keterangannya hanya
depan persidangan antara saksi yang satu dengan saksi yang lain pun juga
Suripto.
2. Surat
Alat bukti surat dalam perkara ini adalah Berita Acara Pemeriksaan
3. Petunjuk
keterangan terdakwa dan alat bukti surat yang ada. Oleh karena itu,
berdasarkan ketentuan Pasal 188 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP tersebut telah
diperoleh alat bukti petunjuk yang menandakan telah terjadinya tindak pidana
sebagai pelakunya.
4. Keterangan Terdakwa
salah satu tindak pidana yang didakwakan oleh penuntut umum kepadanya.
Hal tersebut dapat digunakan oleh hakim sebagai salah satu pertimbangan
tersebut, majelis hakim akan memperlihatkan sifat yang baik dan sifat yang
jahat dari terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang
memberatkan dan hal-hal yang meringankan bagi diri terdakwa sesuai dengan
harapan bangsa;
Oleh karenanya pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa telah setimpal
dengan perbuatan dan berat serta sifat kejahatan yang dilakukan oleh terdakwa,
serta telah sesuai dengan rasa keadilan, baik keadilan hukum (legal justice)
Terdakwa dalam perkara ini dituntut dengan tuntutan Pasal 127 ayat (1)
mengandung dua unsur-unsur yang harus terpenuhi agar seorang terdakwa dapat
Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
berikut:
1. Setiap Orang;
bahwa yang diajukan oleh Penuntut Umum sebagai terdakwa dalam perkara
ini adalah Khaerudin alias Rudin bin Suripto, dan terdakwa tersebut dapat
Penuntut Umum, sehingga orang yang dimaksud dalam perkara ini benar
sebagai orang yang melakukan tindak pidana atau sebagai pelaku tindak
narkotika tanpa hak dan atau melawan hukum. Sesuai fakta-fakta hukum
Intanto alias Tanto dan Didi Setiawan bin Yanto Setiawan adalah milik
terpenuhi. Unsur dari Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
akan dirumuskan dalam amar putusan. Di samping itu dalam perkara ini
102
berkaitan dengan pribadi dan perbuatan terdakwa ada alasan penghapus atau
peniadaan pidana baik alasan pemaaf atau alasan pembenar, yang akan berakibat
perbuatannya.
pemaaf (schuld uitsluitings gronden) adalah bersifat subyektif dan melekat pada
diri terdakwa/pelaku, khususnya mengenai sikap batin sebelum atau pada saat
akan berbuat, dan telah diatur dalam Pasal 44 ayat (1),48, 49 ayat (2), dan 51
ayat (2) KUHP. Selama proses persidangan majelis hakim tidak menemukan
pada perbuatan atau hal-hal lain di luar batin pembuat, sebagaimana diatur
dalam Pasal 49 ayat (1), 50, dan Pasal 51 ayat (1) KUHP. Selama proses
perbuatan terdakwa.
terdakwa.
berupa :
c. 1 (satu) buah tube plastik berisi urine milik terdakwa Khaerudin alias
d. 1 (satu) bungkus sampoerna mild berisi sepuluh batang rokok dan dua
paket sabu-sabu;
dalam perkara atas nama Elkana Efraim Pangalila bin Fery Pangalila;
non yuridis yang ada dalam persidangan, dan mendasarkan pada alat-alat bukti
127 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
sehingga terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
108/Pid.Sus/2010/PN.Pwt.
dapat dihadirkan dalam persidangan dengan alasan yang sah dan dapat
yang dibacakan dalam perkara tersebut adalah keterangan dari saksi Stefanus
Dwi Yohanan dan saksi Didi Setiawan bin Yanto Setiawan. Jika bertitik tolak
dari ketentuan Pasal 162 ayat (2) dihubungkan dengan Pasal 185 ayat (7)
KUHAP, nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada keterangan saksi yang
sumpah. Jadi, sifatnya tetap tidak merupakan alat bukti, tetapi nilai kekuatan
keyakinan hakim.
alat bukti yang sah tersebut dan alat bukti yang telah ada telah memenuhi
fakta-fakta yuridis dan non yuridis yang ada dalam persidangan, dan
mendasarkan pada alat-alat bukti yang sah yang diajukan dalam persidangan.
Alat bukti tersebut antara lain keterangan saksi, surat, petunjuk, dan
rumusan Pasal 127 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
golongan I bagi diri sendiri, dan kemudian dijatuhi pidana penjara selama 1
B. Saran
1. Penuntut Umum diharapkan lebih teliti kembali pada saat menerima berkas
Terutama berkaitan dengan dapat diduganya saksi tidak dapat hadir dalam
2. Hakim pada saat menjatuhkan suatu putusan diharapkan agar lebih teliti dalam
serta fakta-fakta hukum yang muncul di persidangan baik yuridis maupun non
yuridis.
108
Daftar Pustaka
Buku Literatur:
Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Poernomo, Bambang. 1993. Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara
Pidana dan Penegakan Hukum Pidana. Yogjakarta: Liberty.
Salam, Moch. Faisal.2001. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sunarso, Siswanto. 2004. Penegakan Hukum Psikotropika Dalam Kajian
Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutarto, Suryono. 1987. Sari Hukum Acara Pidana I. Jakarat: Yayasan Cendikia
Purna Dharma.
Wisnubroto, AL. 2002. Praktek Peradilan Pidana Proses Persidangan Perkara
Pidana. Jakarta. Galaxy Puspa Mega.
Peraturan Perundang-undangan: