Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN BISNIS TERNAK

SAPI
Sebagai Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan PSD III Teknik Mesin Universitas
Diponegoro

Oleh :
Aditya Wardhono Putra (21050115060020)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sektor usaha peternakan sapi potong (pembibitan dan penggemukan) pernah berjaya
di Indonesia. Sebagai bukti, tiga puluh tahun lalu, Indonesia pernah menjadi negara
pengekspor sapi potong. Akan tetapi, setelah itu, sektor tersebut terus mengalami
kemunduran. Berkaca dari hal itu, usaha peternakan sapi potong coba dibangkitkan kembali,
dan dalam hal ini, Jawa Barat menjadi salah satu daerah andalan. Sesungguhnya usaha
peternakan sapi potong secara lokal memang dituntut terus berkembang, terutama bagi
pemenuhan kebutuhan daging sapi secara mandiri. Kementrian Pertanian dan peternakan
telah merespons hal itu melalui program Swasembada Daging Sapi yang diharapkan akan
memiliki peran ganda yaitu sebagai salah satu sumber ketahanan pangan sekaligus upaya
pembangunan usaha masyarakat dipedesaaan kebutuhan daging sapi pun semakin meningkat.
Tentu saja, tambahan pasokan pun harus semakin terpenuhi meskipun saat ini mayoritas
masih dilakukan melalui sapi hidup impor yang dibesarkan.
Melihat perkembangan, peluang pun muncul bagi usaha peternakan sapi (Pembibitan
dan penggemukan). Apabila, seharusnya sektor ini mampu menjadi penyedia dalam jumlah
lebih besar. Jika usaha peternakan sapi Pembibitan dan penggemukan semakin berkembang,
diharapkan mampu pula menjadi salah satu usaha yang dapat diandalkan oleh masyarakat
petani pedesaan. Pada sisi lain, ada trend bahwa tingkat konsumsi daging sapi semakin
banyak terjangkau oleh banyak golongan. Paling tidak, untuk golongan masyarakat umum,
konsumsi daging sapi sudah terjangkau, minimal berbentuk makanan sate atau baso. Namun,
yang tengah digenjot oleh pemerintah adalah tingkat kemampuan konsumsi daging sapi agar
lebih signifikan. Bersarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan, konsumsi daging sapi di
Jawa Barat rata-rata masih 7 kg/kapita/tahun. Jumlah tersebut masih ketinggalan
dibandingkan dengan, misalnya Malaysia yang sudah mencapai 30 kg/kapita/tahun.
Kenyataan itulah yang kemudian menjadi tantangan. Gizi masyarakat berbasis
pengembangan usaha peternakan diupayakan untuk ditingkatkan. Dalam hal ini, yang
ditekankan adalah jumlah pasokan daging sapi dan ternak sapi hidup terus meningkat,
diimbangi situasi dimana usaha ini harus menguntungkan. Kendati demikian, harganya harus
relatif stabil dan terjangkau oleh semua golongan.
2. POTENSI PASAR

Potensi usaha ternak sapi cukup menyebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Pasar
yang paling potensial untuk daging sapi adalah kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan
wilayah Bodetabek. Namun demikian jumlah produksi tersebut masih belum memenuhi
permintaan untuk pasar lokal sekalipun.Peluang peningkatan bisnis ternak sapi untuk pasar
domestik sangat terbuka luas. Ternak sapi secara periodik memiliki permintaan yang tinggi
yaitu menjelang Hari Raya Kurban. Selain itu ternak sapi juga dapat dikembangkan untuk
pemenuhan kebutuhan konsumsi daging harian.Produk ikutan dalam usaha penggemukan
sapi diluar daging adalah kulit. Permintaan kulit sebagai bahan baku aneka kerajinan dan
bahan asesoris pakaian memiliki kecenderungan yang terus meningkat. Ada beberapa
pengrajin kulit di Garut misalnya, terpaksa gulung tikar karena kesulitan memperoleh kulit
sebagai bahan baku usahanya. Ada empat hal yang menjadi tolok ukur keberhasilan
pembangunan peternakan sapi, yaitu :
1. Semakin banyak populasi ternak.
2. Semakin banyak peternak.
3. Semakin banyak daging dijual.
4. Semakin banyak warga yang mengkonsumsi daging.
Sampai saat ini, pemenuhan pasokan daging sapi secara lokal nasional masih mencapai 30%.
BAB II
PEMILIHAN TEMPAT USAHA

Bisnis penggemukan sapi ini dinilai terintegrasi dengan bisnis lain dimana bahan baku
pakan berupa hijauan rumput dapat diperoleh dengan mudah. Sementara itu, limbah kotoran
sapi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk di perkebunan rakyat ataupun sebagai biogas.
Berdirinya bisnis peternakan sapi juga berimbas pada peningkatan kesejahteraan melalui
penciptaan lapangan pekerjaan, dan kontribusi riil berupa pajak kepada Pemerintah Daerah.
Rencana pembibitan/penggemukan sapi akan menggunakan lahan di Dusun Salak,
Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, dengan luas 100 meter milik pribadi yang terdapat dekat
dengan ladang pertanian dan perkebunan serta jauh dari rumah penduduk. Dari hasil
peninjauan lokasi beberapa waktu yang lalu, lokasi tersebut sangat memadai karena
memenuhi sejumlah syarat sebagai tempat pembibitan/penggemukan sapi berupa kedekatan
lokasi ke sumber air, sistem sanitasi dan keberadaan fasilitas dan infra struktur yang dapat
digunakan untuk operasional peternakan sapi nantinya. Masyarakat sekitarpun banyak yang
berternak sapi dan ini merupakan peluang untuk membuka mitra dengan masyarakat.

BAB III
PEMILIHAN JENIS USAHA

Bisnis peternakan sapi dapat diandalkan karena Indonesia sedang melaksanakan


swasembada daging. Selain faktor tersebut, sapi dapat dimaksimalkan seperti daging, kulit
dan kotorannya. Untuk berternak sapi perawatannya lebih mudah dibanding berternak ayam.
Kita hanya perlu memberi vaksin, menjaga kebersihan kandang serta menjaga asupan
makanan ataupun minumannya. Lokasi perternakan juga berpengaruh terhadap faktor bahan
baku, apabila mudah dijangkau kita tidak akan kesulitan dalam memasarkan hasil
penggemukan sapi. Faktor pendukung juga yaitu lebih mudah mendapat akses listrik. Untuk
peternakan sapi hanya sedikit persaingan hal ini terjadi karena swasembada daging tersebut.
Resiko berternak sapi lebih kecil karena pada fakta dilapangan banyak perternakan sapi yang
sapinya sehat-sehat dan jarang mati.
BAB IV
BENTUK PERUSAHAAN

Bentuk perusahaan yang akan kami dirikan merupakan perusahan perseorangan


karena perusahaan ini masih dalam ruang lingkup pribadi dan jika perusahaan ini berhasil
dapat memungkinkan perusahaan ini menjadi perusahaan koperasi yang dapat
mengedepankan khalayak orang banyak.

BAB V
STUDI KELAYAKAN

1. ANALISIS KEUANGAN
Asumsi Keuangan

Usaha dirancang untuk menghasilkan 20 ekor sapi setiap periode penggemukan.


Satu ekor sapi membutuhkan luas kandang individual 4 m 2, sehingga luas kandang
yang dibutuhkan 80 m2(biaya 1 m2 = Rp 250.000,00),
Total biaya pembuatan kandang Rp 20.000.000,00.
Dengan masa pakai 10 tahun maka biaya penyusutan per tahun = Rp 2.000.000,00
atau per 90 hari masa penggemukan = Rp. 500.000,00
Sapi digemukan selama 90 hari. Berat awal sapi bakalan rata-rata 300 kg dengan
harga per kg Rp.80.000,00.
Pertambahan berat badan harian yang diinginkan adalah 1 kg per hari, sehingga berat akhir
sapi setelah masa penggemukan 90 hari adalah 90 kg.
Maka total pendapatan adalah 20 ekor x 90 x Rp.80.000,00 = Rp.144.000.000,00
Setiap sapi menghasilkan 10 kg kotoran, sehingga selama periode penggemukan 90
hari seekor sapi menghasilkan 900 kg kotoran dengan harga per kg Rp. 2000.
Total pendapatan dari hasil penjualan kotoran sapi 20 ekor x 900 kg x Rp 2000,00
= 36.000.000,00
2. Rencana Investasi

Hasil analisis asumsi keuangan usaha ternak sapi potong volume 20 ekor periode produksi 90
hari dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
NO URAIAN SATUAN VOLUME HARGA / NILAI (Rp)
UNIT UNIT (Rp)
1. Pembuatan Kandang Meter 80 250.000 20.000.000
2. Pembelian Sapi Bakalan Ekor 20 8.000.000 160.000.000
3. Pakan Konsentrat Kg 1800 4.000 7.200.000
4. Pakan Hijauan Kg 54.000 500 27.000.000
5. Obat-Obatan Botol 20 30.000 600.000
Total 214.800.000
Proyeksi Laba Rugi / 90 hari masa penggemukan

No. INVESTASI JUMLAH (Rp)


Biaya Tetap
1. Penyusutan Kandang 500.000,00
2. Penyusutan Peralatan 200.000,00
Biaya Variabel /Produksi
1. Pembelian sapi bakalan 160.000.000
2. Pakan konsentrat 7.200.000
3. Pakan hijauan 27.000.000
Biaya lain-lain
1. Biaya listrik & Telpon 300.000,00
2. Transportasi 500.000,00
Total biaya produksi 195.700.000,00
Pendapatan
1. Penjualan sapi hasil penggemukan 300.000.000,00
2. Penjualan kotoran sapi 36.000.000,00
Total Pendapatan 336.000.000,00
Proyeksi laba / rugi (keuntungan) 140.300.000,00

BAB VI
KESIMPULAN
Program budidaya ternak sapi terpadu dilaksanakan pada suatu areal pengembangan
terpadu untuk mempermudah pembinaan, bimbingan dan pengawasan dalam pengembangan
usaha peternakan sapi yang baik. Untuk tahap pertama, program ini diarahkan pada jenis
usaha pembibitan/penggemukan dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik pasar
lokal seperti pasar hewan di Jawa Tengah, maupun pasar regional seperti pasar hewan di DKI
Jakarta, Banten dan lain-lain. Disamping itu, secara berkala dan bertahap selain usaha
pembibitan/penggemukan, peternakan sapi ini akan diarahkan untuk usaha pembibitan, baik
dengan cara kawin alam, Inseminasi Buatan atau Transfer Embrio. Saat ini, sebagian
masyarakat masih menjadikan peternakan sapi sebagai usaha sampingan, maka dengan
adanya peternakan sapi di Desa Salak, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Serang yang
dikelola secara professional maka diharapkan usaha ini akan dijadikan sebagai usaha pokok
oleh masyarakat. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila sektor peternakan memiliki peranan
penting dalam menunjang perekonomian daerah, kesehatan masyarakat, kelestarian alam
serta pemenuhan kebutuhan pangan hewani.

Anda mungkin juga menyukai