Khordoma adalah suatu tumor yang jarang yang biasanya terjadi di spinal dan basis
cranium. Khordoma adalah suatu tumor maligna yang berkembang secara perlahan. Tumor ini
dapat bermetastasis, biasanya ke paru-paru. Angka kejadiannya hanya berkisar 1% dari seluruh
tumor ganas tulang. Khordoma berkembang dari struktur yang dikenal sebagai notokord.
Notokord merupakan struktur awal tulang belakang pada stadium awal perkembangan fetus.
Sebagian notokord digantikan oleh tulang belakang selama 6 bulan perkembangan fetus.
Sebagian kecil menetap dan dapat berkembang menjadi khordoma. Kebanyakan khordoma
banyak terjadi pada sacrum, coccygis, dan basis kranii, tapi juga dapat terjadi di tempat lain di
tulang belakang. Kebanyakan pasien yang menderita khordoma berusia 40-70 tahun, namun
dapat juga terjadi pada pasien usia muda, bahkan pada anak-anak. Usia rata-rata penderita
FAKTOR RISIKO
Khordoma terjadi secara spontan, tidak disebabkan oleh trauma, faktor lingkungan, diet
maupun keturunan. Khordoma tidak berhubungan dengan kondisi medis lain ataupun
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik tergantung dari lokasi tumor. Tumor yang berlokasi di tulang kranii
bisa mengakibatkan nyeri kepala ataupun gangguan penglihatan. Tumor di spinal menyebabkan
1
nyeri di daerah tumor (bisa leher, punggung, ataupun sacrum). Tumor yang menekan saraf dapat
menyebabkan gejala yang mirip dengan herniasi diskus. Gejala tersebut meliputi nyeri tangan
atau kaki, kelemahan, atau rasa baal. Tumor yang berlokasi di sacrum bisa tampak dari luar,
menimbulkan rasa baal di daerah selangkangan dan gangguan dalam miksi dan defekasi. Pasien
khordoma sering merasakan keluhan yang lama (lebih dari 1 tahun) sebelum mereka mencari
pertolongan medis.
DIAGNOSIS
Roentgen pada sacrum sering sulit diinterpretasikan oleh dokter. Khordoma sendiri tidak
terlihat nyata pada roentgen, tapi kerusakan tulang dapat terlihat. CT-scan dan MRI telah terbukti
sangat membantu dalam mendeteksi perluasan lesi dan menentukan lokasi yang berpengaruh
terhadap struktur yang vital. Hal ini penting dalam merencanakan tindakan operatif. CT-scan bisa
mendeteksi area yang terkalsifikasi yang tidak terlihat dari foto polos. Bersama dengan
myelografi, CT-scan sangat membantu dalam merencanakan reseksi lesi di vertebrae. MRI
berguna untuk menemukan nodul yang rekuren setelah reseksi bedah. Angiografi biasanya
digunakan hanya untuk mengidentifikasi jarak antara khordoma cervical dengan arteri
vertebralis. Diagnosis banding dari hasil pemeriksaan radiologi bisa berupa tumor metastasis,
PENGOBATAN
Pengobatan khordoma adalah hal yang sulit terutama karena tumor ini terletak dengan
otak dan medulla spinalis. Kemoterapi tradisional tidak begitu efektif. Pembedahan menjadi
terapi pilihan. Radioterapi yang dikombinasikan dengan pembedahan sering menjadi terapi
pilihan untuk mengobati tumor ini. Radioterapi saja tidak dapat menyembuhkan tumor ini. Ahli
2
bedah harus mengangkat tumor dan jaringan sekitarnya. Hal ini sering mengakibatkan hilangnya
kehilangan fungsi kontrol miksi dan defekasi. 50-75% pasien yang melalui prosedur pembedahan
PROGNOSIS
Hasil studi menunjukkan bahwa pasien dengan khordoma memiliki angka ketahanan
3
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien laki - laki berumur 50 tahun, datang IGD RSUD Achmad Muchtar
A. Anamnesa
Nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu, nyeri terus menerus, tidak dipengaruhi posisi.
Mata sebelah kanan sulit dibuka, tidak ada gangguan ketajaman penglihatan.
4
Keadaan umum : Sedang
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,8OC
C. Status Internus
Telinga dan hidung : Telinga tidak ada kelainan, hidung bagian kanan terasa baal
Mulut : Arkus faraing dextra lebih datar, kedudukan lidah dalam deviasi ke kanan, tidak
Thorax :
5
Paru :
Perkusi : sonor
Jantung:
tidak ada
Abdomen
Perkusi : tympani
6
D. Status Neurologis
Nerfus kranial:
N. I (Olfaktorius)
N II (Optikus)
7
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis Ada Tidak ada
Gerakan bulbus Tidak bergerak Baik ke segala arah
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endoptalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya Negatif Negatif
Refleks akomodasi Negatif Positif
Refleks konvergensi Negatif Positif
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata kebawah Tidak dapat dilakukan Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Ada Ada
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata kelateral Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Sikap bulbus Ortho ortho
Diplopia Ada ada
N. V (Trigerminus)
Kanan Kiri
Motorik
8
Membuka mulut Baik Baik
Menggerakkan rahang Baik Baik
Menggigit Baik Baik
Mengunyah Baik Baik
Sensorik
Divisi oftlmika
Refleks kornea Baik menurun
Sensibilitas Baik menurun
Divisi maksila
Refleks masseter Baik menurun
Sensibilitas Baik menurun
Difisi mandibula
Sensibilitas Baik menurun
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebra Simetris
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibr / bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 depan + +
Hiperakusis
N.VIII (Vestibularis)
Karan Kiri
Suara berbisik + +
Detik arloji + +
Rinne test tidak dilakukan
Weber test tidak dilakukan
Shwabach test tidak dilakukan
Memanjang
Memendek
Nistagmus
Pendular
Vertikal
Siklial
Pengaruh posisi kepala
N. IX (Glossopharingeus)
9
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang + +
Refleks muntah (gag Rx) + +
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring lebih datar normal
Uvula Deviasi ke kanan
Menelan Terganggu
Artikulasi Terganggu
Suara Sengau
Nadi Teratur
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan dapat dilakukan
Menoleh ke kiri dapat dilakukan
Mengangkat bahu kanan dapat dilakukan
Mengangkat bahu kiri dapat dilakukan
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Deviasi ke kanan
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak dapat menjulurkan lidah
Tremor tidak ada
Fiksasi tidak ada
Atropi tidak ada
E. Pemeriksaan fungsi motorik
Superior Inferior
Ekstrimitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan aktif aktif Aktif aktif
Kekeuatan 555 555 555 555
Tropi eutropi eutropi eutropi eutropi
Tonus eutonus eutonus eutonus eutonus
F. Fungsi Otonom
10
Miksi : baik
Defekasi : baik
G. Refleks
Refleks fisiologis:
Bisep : ++/++
Trisep : ++/++
KPR : ++/++
APR : ++/++
Refleks Patologis:
Hoffman Tromner : /
Babinski : /
Chaddoks : /
Oppenheim : /
Gordon : /
Schaffer : /
H. Fungsi Luhur
11
Kesadaran : CMC, GCS 15 (E4M6V5)
Refleks snout : ()
Refleks menghisap : ()
Refleks memegang : ()
Refleks palmomental : ()
DIAGNOSA
Diagnosa klinis : Nyeri kepala ec. peningkatan tekanan intra cranial ec. suspek chordoma
TERAPI
Umum :
Bed rest
IVFD RL 12 jam/kolf
Khusus :
Captopril 2x25 mg
ANJURAN TERAPI
12
- Konsul bedah saraf
13