PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan. Pengambilan
keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah ataupun suatu pilahan tentang
kesempatan. Dalam suatu organisasi diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran
tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi
manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi.
Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa
dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan
suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh anda
sebagai orang pertama yang memasuki kelas etika bisnis. Ketika anda duduk, anda
menemukan sebuah iPod di bawah kursi yang berdekatan dengan anda. Kemudian anda
mengambilnya dan menyalakannya. IPod itu berfungsi dengan baik, dan bahkan
memuat beberapa musik favorit anda. Melihat sekeliling, anda menyadari bahwa anda
masih sendirian di ruangan itu dan tidak akan ada seorang pun yang akan tahu jika anda
yang menyimpannya.
Karena tidak dapat memutuskan dengan segera, dan melihat bahwa mahasiswa
lainnya mulai memasuki kelas, anda menaruh iPod tersebut ke lantai di samping tas dan
buku anda. Ketika kelas sudah dimulai, anda menyadari bahwa anda memiliki waktu
sepanjang seperkuliahan itu untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Apa yang
akan Anda pikirkan ketika Anda duduk disana ?, Apa yang akan Anda lakukan ?
Sekarang mari kita ubah skenarionya. Anda bukan menjadi yang menemukan
iPod tersebut, tetapi menjadi seorang teman yang duduk disamping orang tersebut.
Ketika kelas dimulai, teman anda tersebut menceritakan apa yang terjadi, dan meminta
saran anda.
Terakhir, bayangkan anda sebagai seorang perwakilan mahasiswa pada dewan
yudisial di kampus anda. Mahasiswa yang menemukan iPod memutuskan untuk
menyimpannya belakangan dituduh mencuri. Bagaimana anda membuat keputusan ?
Kesimpulan dari contoh diatas adalah bagaimana cara kita mengambil
keputusan yang tepat dan dapat di terima oleh semua pihak dan tidak merugikan orang
lain. Pengambilan keputusan yang etis adalah pengambilan keputusan yang dapat di
terima oleh semua pihak dan tidak mementingkan kepentingan pribadi.
Ketika prinsip-prinsip atau peraturan tertentu yang terkandung dalam kode etik
tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah tertentu yang dihadapi oleh seorang menejer
atau yang mengambil keputusan, para pembuat keputusan dapat berpedoman pada
prinsip-prinsip umum untuk sampai pada keputusan etis yang dapat dipertahankan.
Apakah yang dimaksud dengan prinsip-prinsip umum etika dan bagaimana
penerapannya? Dibutuhkan suatu pembahasan tentang prinsip-prinsip etika dan
bagaimana mengembangkan sebuah kerangka keputusan menyeluruh yang praktis dan
komprehensif berdasarkan pada bagaimana tindakan yang diusulkan akan
mempengatuhi pemangku kepentingan utuk membuat keputusan. Oleh karena itu,
penulis ingin mengangkat suatu topik yang berjudul Pengambilan Keputusan yang Etis
dalam konteks Pribadi dan Profesiona menjadi pokok pembahasan dalam tugas kali ini
dan dapat memahami serta dapat menerapkan kerangka keputusan menyeluruh yang
praktis dan komprehensif berdasarkan pada bagaimana tindakan yang diusulkan akan
mempengaruhi pemangku kepentingan utuk membuat keputusan.
BAB 2. PEMBAHASAN
1.1 Sebuah proses pengambilan keputusan untuk etika
Hal yang dapat dilakukan saat Anda ingin menyelesaikan contoh kasus diatas
atau bahkan mengalaminya sendiri adalah mengingat kembali tentang ethical decision
making process, atau bisa disebut proses pengambilan keputusan yang etis. Pertama,
mungkin Anda bertanya-tanya mengapa iPod tersebut bisa berada di lantai. Apakah
benar benar hilang? Atau mungkin sengaja dibuang oleh pemilik sebelumnya. Bukankah
fakta tersebut akan membuat sebuah perbedaan besar dalam penilaian etis yang akan
Anda ambil? Atau misalnya orang yang menemukan iPod tersebut melihatnya terjatuh
dari tas seseorang. Bukanlah hal itu akan membuat sebuah perbedaan dalam penilaian
Anda terhadap orang itu?
Keputusan pertama yang harus diambil adalah menentukan fakta-fakta dalam
situasi tersebut. Memberikan upaya yang cukup untuk memahami situasi tersebut,
membedakan fakta yang sebenarnya dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting.
Perbedaan persepsi atau bisa disebut perceptual differences adalah bagaimana
seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menjelaskan perdebatan etis.
Mengetahui fakta-fakta dan meninjau secara cermat keadaannya akan memberikan
kemudahan dalam memecahkan perselisihan pendapat pada tahap awal.
Sehubungan dengan pentingnya menentukan fakta-fakta, terdapat sebuah peran
bagi ilmu pengetahuan dan alasan teoretis dalam setiap studi mengenai etika. Sebuah
penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang
ada merupakan sebuah penentuan etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang
tidak dibuat berdasarkan fakta sebenarnya. Seorang yang bertindak sesuai dengan fakta
yang ada dan pertimbangan yang cermat telah bertindak dalam cara yang lebih
bertanggung jawab secara etis.
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan etis yang bertanggung jawab
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahan
sebagai keputusan atau permasalahan etis. Seseorang dapat dengan mudah tersesat
karena gagal mengenali adanya komponen etis dalam sebagian keputusan.
Mengindentifikasikan isu-isu etis yang terlibat merupakan langkah selanjutnya dalam
membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Kita perlu menyadari bahwa keputusan etis dan keputusan ekonomi atau
bisnis tidaklah terpisah satu sama lain. Hanya karena sebuah keputusan diambil
berdasarkan pertimbangan ekonomis tidak berarti bahwa hal itu tidak
mempertimbangkan pertimbangan etis. Sensitifitas terhadap isu etis sangatlah penting
sebagai karakteristik orang-orang yang bertanggung jawab secara etis. Selain
sensitivitas, diperlukan juga pengetahuan tentang dampak dari keputusan yang kita buat
terhadap kesejahteraan orang-orang yang terlibat. Sebuah keputusan dapat dikatakan
sebagai keputusan etis jika dapat mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan, harga diri,
intergritas, kebebasan, serta rasa hormat dari orang-orang yang terlibat dengan
keputusan tersebut.
Langkah ketiga dalam pengambilan keputusan yang etis melibatkan satu dari
elemen vitalnya. Kita diminta untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua
pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan
para pemegang kepentingan (stakeholders). Mempertimbangkan isu-isu dari berbagai
sudut pandang orang lain membantu kita dalam membuat keputusan yang lebih masuk
akal dan bertanggungjawab. Salah satu bentuk latihan untuk memikirkan dampak dari
sebuah keputusan terhadap orang lain adalah dengan mengubah peran seseorang. Alih-
alih menjadi orang yang menemukan iPod itu, apa pendapat Anda terhadap kasus ini
jika Anda dalam posisi orang yang kehilangan barang itu? Bagaimana hal itu
memengaruhi pemikiran Anda? Bagaimana pertimbangan Anda jika Anda adalah teman
yang dimintai saran? Sebuah tradisi lama dalam etika filosofis menyatakan bahwa
menguji legitimasi etis adalah dengan melihat apakah sebuah keputusan diterima dari
sudut pandang semua pihak yang terlibat. Jika dari setiap sudut pandang pihak yang
terlibat sebuah keputusan dianggap sah maka keputusan tersebut merupakan
keputusan yang adil, independen, dan etis.
Kenyataan bahwa banyak keputusan bisnis melibatkan kepentingan berbagai
pemegang kepentingan membantu kita memahami tantangan utama dalam
pengambilan keputusan yang etis. Fakta bahwa terdapat banyak pandangan dan
kepentingan yang dipertaruhkan disini berarti bahwa keputusan etis sering kali menjadi
dilematis. Mengambil keputusan untuk keuntungan salah satu pihak sering kali berarti
bahwa merugikan pihak yang lainnya. Setelah meninjau fakta-fakta, mengamati isu-isu
etis yang terlibat, dan mengidentifikasi para pemegang kepentingan, kita perlu
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia. Kreativitas dalam mengidentifikasi
pilihan-pilihan yang disebut dengan imajinasi moral adalah satu elemen yang
membedakan antar orang baik yang mengambil keputusan etis dengan orang baik yang
tidak melakukan hal tersebut. Penting untuk tidak hanya mempertimbangkan pilihan-
pilihan dengan dilema tertentu, tetapi juga pilihan-pilihan yang hampir tidak terpikirkan
yang mungkin tidak terlalu jelas terlihat saat pertama. Pada kasus menemukan iPod
mungkin memutuskan untuk menyimpannya karena dia berpendapat bahwa
kesempatan menemukan pemilik sebenarnya sangat kecil dan jika dia tidak
menyimpannya, orang berikut yang akan menemukannya pasti akan menyimpan iPod
itu. Orang lain mampu menemukan beberapa alternatif. Sebagai contoh, ia dapat datang
lebih awal pada kelas dan melihat siapa yang duduk di kursi itu atau ia dapat dapat
mencari tau siapa yang mengajar pada kelas sebelumnya dan meminta tolong pengajar
untuk mengidentifikasi siapa pemilik iPod itu.
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah
membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif mengevaluasi dampak
tiap alternatif yang telah Anda pikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan
yang telah Anda identifikasi. Mungkin cara yang paling mudah adalah dengan mencoba
menempatkan seseorang dalam posisi orang lain, memahami sebuah situasi dari sudut
pandang orang lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan
cara untuk mengurangi, meminimalisasi, atau mengganti konsekuensi-konsekuensi
yang mendatangkan manfaat. Dalam kasus iPod mahasiswa tersebut digambarkan
memperhatikan keadaan sekelilingnya untuk mengecek apakah ada orang lain yang
sadar akan temuannya itu. Apakah perilaku Anda akan berubah jika ada orang lain yang
melihatnya? Maksud dari latihan ini adalah untuk menyadari bahwa keputusan yang
penuh dengan tanggung jawab harus dapat dijelaskan dan dapat dibenarkan kepada
seluruh pihak yang terlibat. Konsekuensi-konsekuensi atau pembenaran-pembenaran
bukanlah satu-satunya cara dalam membandingkan alternatif. Beberapa alternatif
mungkin mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut hak, kewajiban, dan prinsip yang
mengesampingkan konsekuensi. Salah satu faktor tambahan dalam membandingkan
dan mempertimbangkan alternatif-alternatif mengharuskan adanya pertimbangan akan
dampak dari sebuah keputusan terhadap integritas dan karakter kita sendiri. Memahami
karakter kita dan nilai-nilai yang kita anut seharusnya dapat membantu dalam
pengambilan keputusan. Seseorang yang bertanggung jawab akan bertanya kebiasaan
macam apa yang akan saya bentuk ketika mengambil keputusan ini dibanding
mengambil keputusan lainnya?, tipe budaya perusahaan seperti apa yang ingin saya
bentuk? pertanyaan semacam inilah yang diajukan dari dalam benak pemimpin bisnis
yang etis. Orang yang jujur bahkan mungkin tidak akan berpikir untuk menyimpan iPod
tersebut.
Setelah Anda menyelidiki semua variabel diatas, sekarang waktunya untuk
membuat sebuah keputusan. Bagaimanapun juga, proses ini belum lengkap. Agar
pengambilan keputusan kita dapat dipertanggungjawabkan, kita tidak dapat dengan
sengaja mengakhiri proses ini, hanya dengan mengangkat tangan ketika sebuah
keputusan sudah diambil. Namun, sebagai manusia kita memiliki kemampuan untuk
belajar dari pengalaman. Kemampuan tersebut membentuk sebuah tanggungjawab
untuk kemudian mengevaluasi implikasi dari keputusan yang diambil, memantau dan
belajar dari hasil, dan memodifikasi tindakan kita berdasar pengalaman tersebut ketika
dihadapkan dengan tantangan serupa dimasa depan.
1.2 Ketika Pengambilan Keputusan yang Etis Tidak Berjalan Baik: Mengapa Orang
Baik Melakukan Tindakan yang Buruk ?
Orang-orang yang berniat baik gagal mengambil keputusan yang bersifat etis.
Apakah faktor-faktor yang menentukan perusahaan atau individu mana yang melakukan
perbuatan etis atau tidak? Mengapa orang-orang yang kita anggap baik melakukan
perbuatan buruk? hal ini tidak berarti bahwa keputusan atau tindakan tidak etis ini
dapat dimaafkan, akan tetapi individu yang berperilaku tidak etis mungkin memiliki
berbagai alasan atas tindakan tersebut. Pada akhirnya, banyak batu sandungan dalam
pengambilan keputusan dan perilaku yang bertanggung jawab.
Beberapa batu sandungan terhadap tindakan yang bertanggung jawab bersifat
kognitif atau intelektual. Sebagaimana model pengambilan keputusan etis yang telah
dijelaskan sebelumnya, jenis ketidaktahuan tertentu dapat mengakibatkan keputusan
yang tidak etis. Terkadang ketidaktahuan tersebut telah ditetapkan dan disengaja.
Setelah Anda menemukan iPod, mungkin Anda akan berpikir bahwa tidak ada yang akan
tahu, tidak ada yang akan dirugikan, dan pemilik yang sangat ceroboh itu layak untuk
kehilangan iPodnya. Mungkin Anda akan berusaha memberikan alasan pada diri sendiri
bahwa Anda hanya melakukan apa yang orang lain akan lakukan dalam kondisi seperti
ini. Bahkan mungkin Anda akan memilih untuk tidak memikirkannya dan mencoba
membuang rasa bersalah dari pikiran Anda.
Rintangan kognitif lainnya adalah bahwa terkadang kita hanya
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan
sebuah situasi yang memiliki dua alternatif pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya
mempertimbangkan dua jalan keluar yang jelas, melupakan kenyataan kemungkinan
adanya alternatif lain. Setelah menemukan sebuah iPod yang hilang, mungkin Anda
menyimpulkan bahwa jika Anda tidak mengambilnya, orang lain akan melakukannya.
Karena pemilik yang asli akan tetap kehilangan iPod itu dalam kedua alternatif
pemecahan kasus ini, maka akan lebih baik jika Anda mengambil manfaat dari
kerugiannya daripada orang lain yang mendapatkannya. Pengambilan keputusan yang
bertangung jawab mengharuskan kita untuk mendisiplinkan diri dalam menyelidiki
metode tambahan dari pemecahan masalah.
Batu sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan
dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh John
Grisham dalam bukunya, Rainmaker, Setiap pengacara, paling tidak sekali dalam
setiap kasus, pernah melewati garis batas yang sebenarnya tidak ingin dilewatinya. Itu
terjadi begitu saja. Terkadang lebih mudah untuk melakukan hal yang salah.
Sayangnya, kita tidak selalu dapat mempersiapkan batasan perilaku yang pantas
sebelumnya, dan walaupun kita membuatnya, batasan ini tidak terlalu jelas. Seperti yang
dinyatakan oleh Grisham, terkadang lebih mudah melakukan hal kecil yang melewati
batas, dan selanjutnya akan menjadi lebih mudah, dan seterusnya seperti itu. Suatu
waktu, Anda akan menyadari diri Anda sudah jauh melewati batas etis lebih dari yang
pernah Anda pikirkan.
Terkadang orang-orang juga mengambil keputusan yang belakangan mereka sesali
karena mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan sebaliknya. Tidak selalu
mudah membuat keputusan yang benar ; mungkin Anda akan kehilangan penghasilan,
pekerjaan, atau komponen berharga lain dalam kehidupan Anda.
Brooks, Leonard J dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur, Eksekutif,
dan Akuntan. Salemba Empat : Jakarta.
Hartman, Laura P and Desjardins, Joe.2008.Business Ethics Decision Making for
Personal Integrity & Social Responsibility. Penerbit Erlangga : Jakarta.