Timpengaja 23 1 Prosesm R PDF
Timpengaja 23 1 Prosesm R PDF
PROSES MANUFAKTUR
Oleh :
Tim Dosen Laboratorium Proses Manufaktur
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik
Universitas Wijaya Putra
2009
KATA PENGANTAR
Mata kuliah Proses Manufaktur merupakan jenis mata kuliah keilmuan dan ketrampilan
di program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra. Buku ajar Proses
Manufaktur ini berisi teori, konsep maupun contoh-contoh proses manufaktur di bidang industri
umumnya. Buku ini dilengkapi dengan gambar-gambar menarik guna memberikan ilustrasi
proses manufaktur serta perkembangan-perkembangan di industri. Program kuliah
direncanakan menggunakan pendekatan student center learning dimana mahasiswa harus aktif
mencari bahan-bahan sendiri melalui text book maupun melalui online reading yang
direkomendasikan.
Mudah-mudahan buku ajar Proses Manufaktur ini dapat menambah bahan belajar bagi
mahasiswa teknik industri. Terimakasih kepada seluruh asisten laboratorium Proses Manufaktur
di Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik-UWP maupun pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan buku ajar ini. Demi penyempurnaan buku ajar ini, kami mengharapkan
kepada semua pihak untuk dapat memberikan masukan dan saran.
Penyusun
Tim Dosen Laboratorium Proses Manufaktur
Buku Ajar Proses Manufaktur
BAB I
PENGENALAN PROSES MANUFAKTUR
Penemuan dan pengembangan terhadap mesin pengubah daya, yang dapat menggantikan
tenaga manusia, seperti : roda air, mesin uap dan motor listrik. Disusul oleh penemuan dan
pengembangan terhadap bahan / material besi dan bukan besi (ferrous and non-ferrous)
mendorong manusia untuk memasuki dunia teknologi. Apalagi dengan pengembangan yang
dilakukan manusia terhadap pengontrol mekanis, listrik, elektronika dan komputer, akhirnya
memudahkan manusia dalam mengendalikan proses pemesinan.
Manufaktur Ekonomis
Tujuan : membuat suatu produk sedemikian rupa, agar menguntungkan.
Dengan demikian berarti :
Seluruh segi pembiayaan harus ditekan, sehingga harga produk dapat diterima dan
mampu bersaing.
Diciptakan kebutuhan dan pangsa pasar untuk produk tersebut.
Biaya pemesinan dan upah buruh sangat berkaitan erat. Dan merupakan bagian terbesar
dari biaya manufaktur di samping bahan baku.
Bila bahan dasar telah ditentukan, maka proses dan mesin produsinya harus disesuaikan
dengan bahan tersebut. Sebaliknya, dengan dimilikinya mesin tertentu, maka jenis bahan
baku yang mungkin dapat digunakan akan terbatas.
Pencapaian laju manufaktur yang tinggi seperti saat ini, dimungkinkan akibat adanya
pengembangan desain mesin yang bertahap, terencana dan lebih efisien. Ditambah lagi
dengan perpaduan berbagai operasi, peningkatan kemampuan mesin dan bahkan
melengkapinya dengan kontrol otomatis, sehingga dapat dihemat waktu dan tenaga.
Penjagaan mutu dan ketelitian operasi pembuatan memerlukan pengendalian dimensi yang
ketat, sehingga dapat dihasilkan produk yang awet dan memiliki kemampuan tukar. Agar
kendali dimensi dapat berjalan dengan baik, maka produsen harus menyediakan perangkat
inspeksi yang memadai.
Perancangan Produk
Produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga harga bahan, ongkos manufaktur dan
biaya penyimpanan dapat ditekan seminimal mungkin.
Hampir semua produk dapat dibuat lebih kuat, lebih tahan lama. Namun demikian
perancang harus dapat menarik batas, sehingga dihasilkan produk yang ekonomis.
Suatu disain dapat saja dibuat dari bahan yang lebih murah dalam jumlah yang lebih
banyak, untuk menggantikan bahan yang lebih kuat tetapi lebih mahal.
Produk tidak perlu dirancang melebihi persyaratan pemakaiannya, karena ada kalanya
rancangan yang baik mencangkup pemilihan cara penyelesaiannya.
Orang sering memilih suatu produk berdasarkan fungsi, cara operasi dan penampilannya.
Produk tertentu dengan warna dan penampilan yang menarik seringkali lebih mudah
dipasarkan. Namun tidak dapat disangkal bahwa umumnya fungsi suatu suku cadang
merupakan faktor penentu. Umpamanya disyaratkan kekuatan yang tinggi, ketahanan aus,
daya tahan korosi atau batasan berat yang ketat.
Bahan Teknik
Sifat fisik, ciri pemesinan, cara pemberian bentuk dan daya guna berbagai jenis bahan
sangat beraneka ragam. Seorang perancang harus mempertimbangkan hal-hal tersebut
dalam memilih bahan yang paling ekonomis dan proses yang terbaik untuk produk yang
dirancangnya.
Bahan teknik ada beribu-ribu jenisnya. Secara garis besar terbagi dua, yaitu : logam dan
non-logam. Logam terdiri dari besi dan selain besi. Bahan selain logam terdiri atas bahan
organik dan bahan non-organik. Ada ribuan jenis bahan logam murni ataupun paduannya
dan juga bahan bukan logam. Sehingga untuk menentukan pilihan yang tepat diperlukan
pengetahuan yang memadai.
Bahan teknik jarang ditemukan sebagai bahan siap pakai di alam semesta ini. Logam
ditemukan sebagai mineral dalam bentuk Oksida, Sulfida atau Karbonat. Sebelum diolah
lebih lanjut dia harus dimurnikan terlebih dahulu.
Metalurgi serbuk
Pencetakan plastik
Proses pemotongan suku cadang (cutting) :
Pemesinan tradisional dengan pembentukan geram.
Pengikisan logam.
Proses untuk penyelesaian permukaan :
Pengikisan logam.
Polis.
Pelapisan.
Proses untuk penyambungan bagian atau bahan.
Proses untuk pengubahan sifat fisik.
Perubahan Bentuk
Bentuk mula logam umumnya adalah batang (ingot), yang diperoleh sebagai hasil proses
pengolahan bijih. Bijih logam cair dituangkan ke dalam cetakan logam atau grafit, sehingga
dihasilkanlah ingot dengan ukuran tertentu yang memudahkan pembentukan selanjutnya.
Berbagai proses pengubahan bentuk logam atau bahan lain secara noncutting dapat dilakukan
sebagai berikut :
Proses Pegecoran (casting) 11. Proses putar-tekan
Proses penempaan (forging) 12. Proses tarik-tekan
Proses ekstrusi (drawing) 13. Proses rol-bentuk
Proses pengerolan (rolling) 14. Pemotongan nyala
Proses penarikan 15. Pembentukan eksplosif
Proses penekanan 16. Pembentukan elektrohidrolik
Proses tusuk-tekan 17. Pembentukan magnetik
Proses pemukulan 18. Pembentukan elektro
Proses pembengkokan 19. Pembentukan serbuk logam
Proses pengguntingan (shearing) 20. Pencetakan plastik
Perlu dicatat bahwa untuk proses pembentukan elektro, pembentukan serbuk logam dan
pencetakan plastik, benda mulanya bukan hasil cor-an.
Pembentukan peledakan, elektrohidrolik dan magnetik adalah proses dengan laju energi
tinggi, dimana produk dibentuk dengan cara sangat cepat pada tekanan tinggi.
Pemesinan
Dalam memmanufaktur dikenal berbagai operasi pemesinan :
Proses pemotongan geram tradisional (cutting), yang meliputi :
Pembubutan (turning) 7. Penggergajian (sawing)
Penyerutan 8. Pemotongan tarik
Pengetaman (planning) 9. Pemfraisan (milling)
Penggurdian 10. Penggerindaan
Pelebaran 11. Hobbing
Pengeboran (drilling) 12. Routing
Proses pemesinan (cutting) bukan tradisional (modern), meliputi :
Ultrasonik 5. Frais kimia
Erosi loncatan listrik 6. Pemotongan abrasi
Laser optik 7. Pemesinan oleh berkas elektron
Elektro kimia 8. Busur plasma
Proses kelompok B umumnya diterapkan pada proses manufaktur yang memerlukan ketelitian
yang tinggi.
Penyambungan
Produk yang terdiri dari dua atau lebih bagian memerlukan proses penyambungan yang
meliputi :
Pengelasan 5. Penyambungan baut
Solder 6. Pengelingan
Sinter 7. Penyambungan pasak
Penyambungan muai-susut 6. Perekatan dengan lem
Penyelesaian Permukaan
Untuk menghasilkan permukaan yang licin, datar dan bagus atau untuk menghasilkan lapisan
pelindung, maka dapat dilakukan beberapa proses operasi penyelesaian permukaan, sebagai
berikut :
polis
gosok amril/amplas
pelapisan listrik
pelapisan semprot logam
Lapisan anorganik
Pelapisan phospat (Parkerizing)
Anodisasi
Manufacturing Process
Manufacturing
Process
Value
Raw material added $$ Processed parts
$ $$$
Plasticity, bahan logam jika diberi gaya yang besar akan terjadi deformasi plastis
(mulur). Sifat ini digunakan untuk proses forging, rolling, form rolling, extrusion, shearing,
bending, drawing, dst.
Machinability, bahan logam dapat dipotong/dihilangkan bagian yang tidak diperlukan
dalam bentuk geram. Sifat ini digunakan untuk proses bubut, milling, drilling, grinding,
dst.
Ketiga karakter (fusibility, plasticity, dan machinability) itu disebut workability, yaitu
karakter yang menunjukkan kemampuan bahan untuk diproses.
Operations
Shaping Processes: mengubah bentuk bahan mentah dengan berbagai metode.
Solidifications processes, bahan mentah dipanaskan hingga mencair,
kemudian dituangkan dalam cetakan, dan didinginkan dan dipadatkan.
Particulate processing, bahan mentah berupa serbuk (powder) dimasukkan
dalam cetakan dan dipanaskan sehingga dihasilkan bentuk yang diinginkan.
Deformation processes, bahan mentah padat dan ulet (biasanya logam)
dibentuk dengan deformasi plastis dengan diberi gaya besar.
Material removal processes, bahan mentah berbentuk padat (ulet maupun
getas), dipotong dengan pahat potong untuk menghilangkan bagian yang tidak
berguna.
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 2
SADURAN BEGEMEN
Sifat Bahan
Jenis bahan baku yang digunakan industri saat ini sudah sangat manca ragam. Masing-masing
memiliki keunggulan yang saling berbeda antara satu dengan lainnya. Pemilihan tidak lagi
berdasarkan pertimbangan teknis belaka, karena pertimbangan ekonomis memegang peran
yang sangat penting pula.
Pemilihan Bahan
Penentuan bahan yang tepat pada dasarnya merupakan kompromi antara berbagai sifat
bahan, lingkungan dan cara pemakaian.serta sampai dimana sifat bahan dapat memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
Karena ada beberapa jenis bahan yang masih diimpor, maka masalah pengadaan,
persediaan dan harga memegang peranan yang penting. Faktor ini berubah dari waktu ke
waktu maupun dari tempat ke tempat dan sangat tergantung dari situasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa pemilihan bahan merupakan suatu proses berkesinambungan yang perlu
ditinjau secara teknis ekonomis dan objektif.
Ada beberapa sifat teknis yang harus diperhatikan seorang perancang mesin sewaktu memilih
bahan :
Sifat mekanik.
Modulus Elastisitas - Tahan aus
Batas mulur - Daya tahan thd : tekuk, torsi dan geser
Kekuatan tarik - Peka takik
Sifat fatik - Fatik takik
Keuletan - Impak
Sifat yang diperlukan selama proses pembentukan.
Mampu mesin (machinability) - Karakteristik pengerjaan panas.
Mampu las (weldability) - Mampu tempa.
Karakteristik pengerjaan dingin.
Pengelompokan Bahan
Secara garis besar, bahan-bahan yang digunakan dalam teknik dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok besar :
Bahan Logam
Besi, baja dan paduannya (ferrous).
Seperti : besi (Fe), baja karbon (Fe3C), molybdenum (Fe2C-Mo), triple alloy steels
(FeCrNiMo) dan lain-lain.
Logam selain besi dan paduannya (non-ferrous)
seperti : timah (Sn), alumunium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), mangan (Mn),
vanadium (V), tintanium (Ti), wolfram (W) dan lain-lain.
Umumnya logam jarang digunakan dalam keadaan murni, kecuali untuk hal-hal khusus.
Bahan Bukan logam
Organik, berasal dari alam (tumbuhan, hewan atau bahan yang mengandung unsur
karbon).
seperti : karet alam, kertas, minyak bumi, gas alam, kayu, kulit dan plastik.
Anorganik
Seperti : mineral-mineral, batuan-batuan, semen, beton, keramik, gelas dan grafit
(memiliki struktur tersendiri).
Bahan organik memiliki perbedaan sifat yang mendasar dibandingkan bahan anorganik.
Bahan organik umumnya larut dalam cairan organik, seperti : alkohol, tetapi sukar larut
dalam air. Bahan anorganik umumnya lebih tahan terhadap panas dibanding bahan organik.
dapur tinggi. Disusul dengan penemuan proses pemurnian dan pembuatan baja, antara lain :
proses Bessemer dan proses Thomas.
Dibidang logam selain besi, alumunium merupakan logam ringan yang cukup menonjol.
Diolah dari bauksit dengan energi listrik tinggi. Sehingga meskipun seperdua belas kulit bumi
ini terdiri dari alumunium, harganya tetap lebih mahal dibanding besi.
Struktur Logam
Dalam keadaan padat struktur logam memiliki atom-atom yang tersusun mengikuti pola
geometri tertentu, sehingga berbentuk kristal. Dikenal ada 7 sistim kisi ruang kristal logam,
yaitu : Kubik, Tetragonal, Orthorombik, Monoklinik, Triblinik, Heksagonal dan Rombohedral.
Bentuk dan ukuran atom kisi tersebut dapat ditentukan secara difraksi sinar X .
Logam biasanya mempunyai struktur Kubik, yaitu :
Kubik pemusatan ruang (kpr), yang mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan
sebuah dipusatnya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu ruang, khrom, molibden, vanadium dan
tungsten (wolfram).
Kubik pemusatan sisi (kps), mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan sebuah
atom pada bagian tengah setiap sisinya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu tinggi, alumunium, perak, emas, tembaga
dan nikel.
Heksagonal tumpukan padat (htp).
Logamnya adalah : berilium, kadmium, titanium dan magnesium.
Dengan demikian besi (Fe) memiliki struktur yang berbeda pada suhu yang berlainan, sifat
ini disebut alotropi. Pada suhu ruang , besi mempunyai struktur kpr yang disebut juga
sebagai besi ( - Fe). Pada suhu diatas 910o C, strukturnya berubah menjadi kps atau Besi ( -
Fe).
Sifat logam berkaitan erat dengan strukturnya. Logam dengan struktur htp umumnya kurang
kenyal dan rapuh bila ditekuk atau dimesin, sedangkan logam kps umumnya lebih kenyal.
Paduan logam akan menghasilkan susunan atom yang berlainan dengan logam induknya.
Diantaranya :
Larutan padat subtitusi, seperti pada paduan seng dan tembaga yang membentuk
kuningan, dimana atom-atom seng menggantikan atom-atom
tembaga pada kisi.
Larutan padat interstisi, seperti pada paduan karbon dengan besi. Karena ukuran atom
karbon lebih kecil dari atom besi, maka atom karbon menempati ruang kosong disela-
sela atom-atom besi dalam kisi.
Ikatan atom logam paduan akan mencair pada suhu tertentu dan memiliki konduktivitas dan
keuletan yang lebih rendah, sebaliknya memiliki kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi.
Contoh lainnya adalah Alumunium tembaga, Tembaga magnesium dan timah putih
antimony.
Pembentukan Butir
Terjadi pada saat logam cair membeku, atom-atomnya mengatur diri mengikuti suatu pola
geometris tertentu. Mula-mula terbentuk inti yang kemudian tumbuh menjadi kristal dengan
susunan kisi yang teratur. Inti terbentuk sewaktu logam cair mulai membeku dengan arah
pertumbuhan yang acak.
Fasa padat Fasa cair
Pertemuan antara kristal yang satu dengan kritas lain yang atomnya sama-sama sedang
tumbuh, menghentikan pertumbuhan tersebut pada permukaan singgung diantaranya yang
disebut batas butir. Orientasi (arah) kristal akan selalu berbeda pada batas butir.
Pada umumnya pertumbuhan kristal tidak merata, ada yang cepat ada yang lambat dan
strukturnya menyerupai dahan dan ranting pepohonan.
Besar butir tergantung laju pendinginan pada saat proses pengerjaan panas dan
pengerjaan dingin, sewaktu logam dibentuk.
Logam dengan butiran yang halus umumnya memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih
baik dibanding logam berbutir kasar. Karena pada proses deformasi yang dialaminya, logam
berbutir halus memiliki hambatan slip yang lebih besar dibanding yang berbutir kasar. Selain
itu logam berbutir halus tidak mudah retak sewaktu dicelup (didinginkan dengan tiba-tiba).
Logam berbutir kasar lebih mudah pemesinannya, lebih mudah dikeraskan melalui
perlakuan panas, memiliki daya hantar panas dan listrik yang lebih baik serta merata tingkat
kekerasannya.
Besarnya ukuran butir menentukan sekali pada sifat-sifat logam. Penambahan zat-zat
tertentu pada logam yang sedang mencair dapat mengendalikan pertumbuhan butirnya.
Pemberian alumunium pada baja dapat menghasilkan butir-butir yang halus. Kuningan pada
selonsong peluru, butirnya yang kasar akan memudahkan pada proses pembentukan.
Pembentukan butir yang halus setelah proses pencetakan akan menghasilkan permukaan
yang lebih halus dan meningkatkan keuletan logamnya.
Dengan demikian tingkat kekerasan maupun ukuran butir logam tergantung dari riwayat
thermalnya. Pendinginan logam dari suhu tinggi secara cepat dengan mencelupkannya
dalam air, akan meningkatkan kekerasannya. Sebaliknya pendinginan secara perlahan
dengan celupan minyak melalui proses Anil, akan melunakkannya, meningkatkan keuletan
dan ketangguhan serta meniadakan tegangan-tegangan.
Sifat Bahan
Sifat bahan mencangkup berat jenis, tekanan uap, muai panas, daya hantar panas, sifat
listrik dan magnet serta sifat teknik lainnya.
Sifat teknik adalah kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan torsi, modulus elastisitas dan
kekerasan. Kekuatan tarik dan kekerasan adalah sifat utama dari logam.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik ditentukan pada percobaan tarik. Ia merupakan salah satu sifat bahan yang
dapat digunakan untuk memperkirakan karakteristik bahan sewaktu mengalami pelenturan
dan pemesinan.
Dari data yang berhasil dihimpun selama penarikan benda uji, dapat dibuat kurva tegangan
regangan, dimana :
Bentuk kurvanya biasa jadi berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan dan perlakuan
panas yang diterima logam. Dalam hal ini sebagai berikut :
Awal garis yang lurus akibat besarnya tegangan sama dengan regangan menunjukkan
daerah batas sifat elastis logam. Jadi jika pembebanan masih diwilayah ini, maka perubahan
bentuk dan ukuran benda tidak bersifat permanen dan dapat kembali kesediakala. Pada
daerah inilah terletaknya Modulus Elastisitas.
Kekuatan geser bahan besarnya sekitar 50% dari kekuatan tarik. Sedangkan besarnya
kekuatan torsi sekitar 75% dari kekuatan tarik.
Kekuatan tekan pada benda yang rapuh mudah ditentukan, karena mudah patah. Tapi pada
bahan yang ulet (duktil) kekuatan tekannya baru terlihat bila beban yang diberikan besar.
Bahan rapuh seperti besi cor kira-kira 3 4 kali kekuatan tarik. Tetapi untuk baja, karena
sangat ulet sulit untuk ditentukan.
Keuletan (ductility)
Bahan yang mudah untuk ditekuk, ditarik, diregang dan dibentuk (bentuknya dirubah secara
permanen) adalah bahan yang ulet. Bahan yang ulet memiliki sifat yang bertolak belakang
dengan bahan yang keras, karena bahan yang keras biasanya rapuh dan gampang patah.
Percobaan tarik dapat digunakan sebagai patokan suatu bahan dengan menentukan besar
regangannya (dalam %) saat benda uji putus.
Suatu jenis logam bisa jadi keras dan kuat, namun tidak tahan terhadap beban kejut atau
impak.
Guna mengetahui ketahanan bahan dari beban kejut, pengujian yang lazim digunakan
adalah percobaan Charpy.
Untuk ini, benda uji yang sudah diberi takik di bagian tengah panjangnya, diletakkan pada
sebuah tumpuan. Ayunan palu bandul kemudian ditimpakan pas dibagian yang bertakik.
Dari besarnya gerakan akhir ayun bandul yang tercatat, akan dapat ditentukan besarnya
jumlah energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji, yang menjadi indikasi
ketahanan logam terhadap beban kejut.
Kekerasan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kekerasan bahan. Untuk
keperluan industri biasanya digunakan metode pengukuran ketahanan terhadap penetrasi
bola kecil, kerucut atau piramida.
Dalam pelaksanaannya, alat tekan yang berujung bola kecil, kerucut atau piramida ditekan
kedalam bahan dengan beban mula tertentu. Kemudian beban dinaikkan, sehingga akhirnya
kekerasan dapat dibaca dari selisih kedalaman yang ditimbulkan oleh beban akhir dikurangi
beban mula. Sedangkan skala kekerasan tergantung dari bentuk dan jenis penekan dan
beban.
Pengujian kekerasan Rockwell dalam hal ini banyak digunakan, karena penekan dan
besarnya beban dapat diubah sesuai kebutuhan. Dengan demikian kekerasan dari selaput
tipis hingga logam yang paling keraspun dapat diukur oleh alat ini.
Bila penekannya terbuat dari intan dan beban yang digunakan besarnya 331 pound, maka
disebut kekerasan skala Rockwell C. Skala ini umumnya digunakan untuk baja yang keras.
Pada bahan baja yg lebih lunak dan logam bukan ferrous, digunakan skala B. Disini
penekannya berbentuk bola berdiameter 1/16 inci dengan beban sebesar 220 lb.
Pada metode kekerasan Brinell digunakan bola berdiameter 10 mm dengan pembebanan
sebesar 3000 kg. Diameter jejak diukur melalui mikroskop yang mampu mengukur hingga
ketelitian 0,05 mm.
Pengukuran kekerasan dikelompokkan dalam bentuk pengujian tak merusak dan diterapkan
untuk inspeksi berbagai suku cadang. Karena mudah ditentukan dan tidak merusak, jenis
pengujian ini sering dimanfaatkan untuk pengendalian mutu pada proses-proses perlakuan
panas, pembentukan dingin dan panas.
BAB 3
PEMBUATAN BESI DAN PADUANNYA
Penggunaan besi dan baja meliputi 95 % dari penggunaan seluruh manufaktur dunia dan
satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis maupun ekonomis. Diperkirakan,
besi telah dikenal manusia sejak tahun 1200 SM.
Di beberapa bidang, penggunaannya sudah mulai disaingi oleh logam bukan besi dan
bahan baku bukan logam.
Proses pembuatan baja diperkenalkan pertama kali oleh Sir Henry Bessemmer dari Inggris,
sekitar tahun 1800. Sedangkan dalam waktu yang hampir bersamaan William Kelly dari
Amerika berhasil membuat besi mampu tempa (malleable iron).
Tanur Tinggi
Pada proses pembuatannya, bahan baku dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat
otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper. Untuk menghasilkan 1000 Mg besi kasar
diperlukan sekitar 2000 Mg bijih besi, 800 Mg kokas, 500 Mg batu kapur yang disusun
berlapis-lapis melalui hembusan 4000 Mg udara panas temperatur 5002C dari tuyer. Kalor
yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida yang keluar dari
tanur melalui tuyer yang terletak tepat di atas pusat pengumpulan besi cair.
Batu kapur digunakan sebagai fluks untuk mengikat kotoran yang terdapat dalam bijih, dan
membentuk terak cair. Karena lebih ringan dari besi cair, terak ini akan terapung di atasnya
dan secara berkala disadap.
Disamping setiap Mg besi dihasilkan pula 0,5 Mg terak dan 6 Mg gas panas. Terak dapat
digunakan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai bahan isolasi panas.
Reduksi Langsung
Pada proses ini bijih besi (pellet) direaksikan dengan gas alam menjadi besi spons yang
berbentuk butiran. Dari 100 Mg besi pellet dapat dihasilkan 63 Mg besi spons.
Besi spons memiliki komposisi kimia : Fe (88 91 %), C (1,5 2,5 %), SiO2 (1,25 3,43
%), Al2O3 (0,61 1,63 %), CaO (0,2 2,1 %), MgO (0,31 1,62 %), Cu (0,001 0,004 %)
dan kotoran / oksida-oksida lainnya (0,1 0,5 %).
Tingkat metalisasi 86 90 %.
Besi spons bersama-sama besi tua (scrap) dan paduan fero dilebur dan diolah menjadi billet
baja.
Besi Kasar
Karakteristik setiap proses/dapur berlainan. Bahan dan sumber energi yang digunakan
berbeda pula. Pembuatan baja pada hakekatnya adalah proses pemurnian besi kasar,
diiringi perpaduan dengan persyaratan kimia tertentu.
Baja
Baja terdiri dari paduan besi, karbon dan unsur lainnya yang dibentuk melalui proses
pengecoran, pencanaian atau penempaan.
Karbon menjadi salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan kekerasan dan
kekuatan baja.
Baja menjadi logam yang paling banyak digunakan dalam teknik. Bisa dalam bentuk plat,
lembaran, pipa, batang, profil dan sebagainya.
Berdasarkan unsur paduannya, klasifikasi baja dilakukan mengikuti SAE (Society of
Automotive Engineers) dan AISI (American Iron and Steel Institute).
Secara garis besar, baja dikelompokkan sebagai berikut :
Baja karbon :
Baja karbon rendah (C < 0,3 %)
Digunakan untuk : kawat, profil, sekrup, ulir dan baut.
Baja karbon sedang (0,3 < C < 0,7 %)
Digunakan untuk : rel kereta api, as, roda gigi dan suku cadang yang berkekuatan
tinggi atau dengan kekerasan sedang sampai tinggi.
Baja karbon tinggi (0,7 < C < 1,4 %)
Digunakan untuk : perkakas potong seperti pisau, gurdi, tap dan bagian-bagian yang
harus tahan gesekan.
Baja paduan :
Baja paduan rendah (paduan khususnya < 8 %)
Baja paduan tinggi (paduan khususnya > 8 %)
Baja paduan meliputi 15 % dari seluruh manufaktur baja. Digunakan untuk keperluan
khusus, karena sifatnya yang unggul dibanding baja karbon.
Struktur ingot yang berbeda dapat diperoleh dengan meniadakan atau mengendalikan
terbentuknya gas selama proses pembekuan. Ada beberapa jenis baja dengan struktur ingot
berbeda :
Baja killed (tenang), merupakan baja yang telah mengalami deoksidasi dan selama
pembekuan tidak terjadi pelepasan gas. Proses pembuatannya sangat rumit dan bahan
yang digunakan berkadar karbon lebih tinggi dari yang dipersyaratkan. Bila penurunan
kadar karbon akibat terjadinya reduksi sampai pada batas minimum, baja dideoksidasi di
dalam dapur atau ladel dengan menambahkan besi kasar atau paduan berkadar silikon
tinggi. Baja berkadar C > 0,3 % yang dihasilkan harus ditenangkan guna mendapatkan
Selain melalui proses pembentukan ingot, juga terdapat proses pengolahan baja secara
kontinyu. Disini pembekuan dimulai saat baja mendingin pada waktu melalui cetakan, jadi
logam cair lansung dibentuk menjadi slab dalam waktu 45 menit saja. Dibanding waktu 12
jam yang diperlukan pada proses pembentukan ingot.
Dikenal ada lima jenis tanur dapur : Tanur terbuka, tanur busur listrik, dapur induksi, dapur
oksigen basa dan dapur kowi untuk mengecor baja.
Karena suhu tuang baja cair berkisar antara 1590 1760 o C maka diperlukan bahan tahan
api dan pasir yang tahan temperatur tinggi.
Cetakan yang digunakan untuk benda cor sedang dan besar biasanya dipanaskan atau
dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah pelepasan gas dalam cetakan. Khusus pada
cetakan cor baja diperlukan saluran penambah yang agak besar untuk kompensasi
penyusutan yang cukup tinggi.
Besi Cor
Terbuat dari paduan besi karbon silikon dengan unsur tambahan lainnya.
Tingginya kadar karbon menyebabkan besi cor bersifat rapuh dan tidak dapat ditempa.
Unsur-unsur paduan yang dimasukan ke dalamnya seperti : karbon, silicon, mangan, fosfor
dan belerang akan berpengaruh besar pada pembentukan sifat fisik/mekaniknya.
Ada beberapa jenis besi cor :
Besi kasar, dihasilkan dari tanur tinggi. Tidak cocok untuk benda coran, sehingga perlu
dilebur kembali dalam dapur kupola atau dapur jenis lain.
Besi cor kelabu, sesuai dengan patahannya yang berwarna keabu-abuan, karena
kandungan karbonnya membentuk serpihan grafit. Grafit ini ternyata memberikan
kekuatan kepada besi cor. Semakin halus dan merata serpihnya, semakin kuat
logamnya. Kekuatan tarik besi cor kelabu bervariasi antara 140 415 Mpa akan tetapi
keuletannya sangat rendah.
Besi cor putih, memiliki bidang perpatahan yang berwarna putih. Karbon yang
dikandungnya terikat sebagai karbida Fe3 C yang bersifat keras. Sehingga besi cor yang
banyak mengandung karbida sulit untuk dimesin.
Besi yang mengandung kadar karbon > 2 % adalah besi cor dan besi cor kelabu (3 4 %).
Kadar karbon ini tergantung dari jenis besi kasarnya, besi bekas dan yang diserap dari kokas
selama proses peleburan.
Sifat fisis logam selain tergantung pada kadar karbon, juga ditentukan oleh bentuk karbon
(grafit)nya. Morfologi grafit tergantung dari laju pendinginan dan kadar silikon.
Kadar silikon yang tinggi memperbesar kemungkinan pembentukan grafit. Grafit
meningkatkan kemampuan pemesinan. Kekuatan dan kekerasan besi meningkat dengan
bertambahnya kadar karbon.
Silikon
Kandungan kadar silikon sampai 3,25 % bersifat menurunkan kekerasan besi. Sebaliknya
kelebihan silikon diatas 3,25 % akan membentuk ikatan yang keras dengan besi, sehingga
meningkatkan kekerasan besi. Kadar silikon menentukan berapa bagian dari karbon terikat
dengan besi dan berapa bagian membentuk grafit (karbon bebas) setelah tercapai keadaan
setimbang.
Pada benda coran yang kecil dianjurkan menggunakan kadar silicon yang tinggi dan yang
besar dengan kadar yang lebih rendah.
Untuk memperoleh paduan yang tahan asam dan tahan korosi, sebaiknya diberi kadar
silicon 13 17 %. Besi tuang kelabu berkadar silicon rendah mudah untuk perlakuan panas.
Siliko yang mungkin hilang selama proses peleburan berkisar 10 %.
Mangan
Belerang
Fosfor
Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan titik cair. Karenanya
diberikan fosfor sampai 1 % dalam benda cor yang kecil dan yang memiliki bagian-bagian
yang tipis.
Saat peleburan umum terjadi peningkatan kadar fosfor sampai 0,02 %. Untuk
mengendalikannya perlu dipilih grade besi bekas yang tepat.
BAB 4
PELEBURAN LOGAM
Logam-logam yang dihasilkan juga tersusun atas dua atau lebih unsur-unsur lain, dimana salah
satunya merupakan unsur logam, sehingga dinamakanlah logam campur dan campuran zat-zat
lainnya.
Dalam dunia teknik terdapat beberapa jenis logam campur yang terpenting yaitu :
Logam campur dengan induk logam besi, misalnya : baja, chrom, besi tuang.
Logam campur dengan induk logam Aluminium
Logam campur dengan induk logam tembaga dan seng
Logam campur dengan induk logam timbal
Besi (Iron) merupakan suatu metal rekayasa dasar yang sangat penting. Iron didapatkan dari
molekul bahan mineral bijih besi (ores). Metalic iron atau steel metal dimanufaktur dari bahan
mineral ini dan telah berperan sangat luas di bidang pengembangan peradaban manusia.
Pig iron / besi kasar pertama-tama dimanufaktur pada proses konversi dari bijih besi menjadi
metal yang banyak dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari dan dimanufaktur dengan
menggunakan blast furnace (lihat gambar 4.1.)
Pada umumnya bijih besi dikelompokkan dalam 3 type bijih besi yaitu :
1. Oxide :
a) Magnetic Ores, komposisinya terdiri atas mineral Magnetic (Fe3O4) dimana Magnetic
berwarna coklat dengan kadar bijih besi yang tinggi yakni diatas 56%
b) Haematite Ores, komposisinya terdiri atas mineral Haematite (Fe2O3) dimana Magnetic
berwarna kuning kemerahan dengan kadar bijih besi 40 hingga 65 %
2. Hydrate Ores berisi limotite (2Fe2O3.3H2O) dan Geothite(Fe2O3.3H2O) dengan kadar besi
20 hinga 55 %
3. Karbonates, berisi mineral Siderite (FeCO3 dengan kadar besi 30 %.
Bijih besi diproses didalam dapur tinggi (blast furnace) menjadi besi kasar (pig iron) yang keluar
berbentuk besi tuang untuk diperhalus menjadi besi kasar (wrought iron) selanjutnya menjadi
baja yang kemudian menjadi besi tuang (cast irons) dengan karakteristik yang lebih spesifik.
Untuk membuat besi tuang atau baja tuang, maka bahan tsb harus diolah dalam dapur
peleburan. Dapur peleburan (Furnace) ada 5 macam yaitu :
Peleburan dengan menggunakan bahan bakar padat yaitu :
Dapur tinggi
Dapur kupola
Peleburan dengan menggunakan bahan bakar cair/gas yaitu :
Crubicle furnace
Open heart furnace
Rotary furnace
Peleburan dengan menggunakan elektroda (arc furnace) yaitu :
Direct arc furnace
Indirect arc furnace
Peleburan denga resistance furnace yaitu :
Resistane furnace
Rod-resistance furnace
Converter furnace
Pada umumnya dapur tinggi diigunakan untuk mengolah logam-logam tambang (bijih-bijih besi),
kokas, batu kapur untuk dijadikan besi kasar.
Besi kasar yang dihasilkan ini masih perlu diolah kembali di dapur-dapur baja untuk dijadikan
baja atau baja tuang.
Dalam pembuatan besi kasar, dapur tinggi memerlukan 100 ton biji besi tiap jam, kira-kira 3,5
ton udara panas setiap ton bijih-bijih besi, antara 0,6 0,9 ton kokas setiap ton bijih besi dan
dapat menampung bahan-bahan 10.000 ton per dapur tinggi.
guna menimbulkan panas, juga untuk mereduksi bijih-bijih besi. Udara panas dihembuskan
dengan maksud agar pembakaran sempurna, hingga kebutuhan kokas berkurang.
Pemanasan udara dilakukan pada dapur pemanas coeper.
Blast furnace merupakan dapur pengecoran logam yang terdiri dari struktur baja, berbentuk
melingkar/silinder yang mengecil, dengan ketinggian berkisar 30 s/d 40 meter, dilapisi dengan
batu tahan api/refractory brick, diameter 10 meter. Cairan pig iron dituang setiap 4 s/d 6 jam,
dengan kapasitas 1000 s/d 4000 ton per hari.
Mengikat kotoran
Melindungi besi/cairan besi dan oksidasi
Hasil olahan dapur tinggi adalah :
Besi kasar / pig iron
terak
Gas dan debu
Keterangan gambar :
Daerah panas mula : mulai dari saluran isi sampai logam, mulai cair dimana ada
perlakuan pemana pendahuluan.
Daerah lebur : daerah logam mulai mencair
Daerah panas lanjut : merupakan pemanas lanjut darilogam cair
Daerah oxydasi : di sini kokas dioxydasi oleh udara yang di tiupkan melalui
tuyeres
Daerah reduksi : gas CO2 di daerah oxydasi direduksi oleh kokas.
Daerah lain terisi 45% logam cair, yang lainnya adalah kokas.
Dapur kupola termasuk dapur pengolahan baja, dimana dapur ini digunakan untuk mengolah
basi kasar kelabu/besi rongsokan/besi bekas menjadi baja.
Setelah terjadi reaksi antara silica dan batu kapur kemudian dimasukkan besi kasar dan
kokas baru sekitar 8%-12% dari pengisian ke dalam dapur. Apabila kokas baru telah
terbakar, dimasukkan udara dari blower yang akan menimbulkan reaksi antara zat arang
dengan oxygen sbb :
C + O2 CO2, + 94,22 kcal/mol
Akibat reaksi tersebut, terjadi pengurangan temperatur di dalam dapur tetapi karena gas CO
yang terjadi mempunyai temperature 300oC 400oC maka temperature yang turun hanya
sedikit, sehingga masih cukup untuk melebur besi dan membentuk terak.
Setelah proses di dalam dapur, maka terak di atas cairan dikeluarkan dari dalam dapur dan
kemudian dikeluarkanlah baja cair yang ditampung oleh panci-panci untuk dibawa ke
tempat penuangan besi atau baja.
ROTARY FURNACE
Keterangan gambar :
Dindingnya : terdiri dari batu tahan api sedangkan bagian luarnya terbuat dari baja.
Roda gigi : untuk memutar dapur
Posisi dapur tidur dan diputar oleh roda gigi sehingga logam cair dapat
bercampur.
Proses peleburan :
Bahan dimasukkan 1/3 dari volume dapur
Brader dinyalakan, kemudian dapur diputar perlahan-lahan. Gas dari brader akan
mencairkan logam.
Setelah logam mencair, maka logam dikeluarkan.
CRUCIBLE FURNACE
Crusibel furnace adalah dapur tertua yang digunakan untuk melebur baja, terbuat dari
campuran grafit dan tanah liat, mudah pecah dalam keadaan biasa, akan tetapi memiliki
kekuatan yang cukup berarti dalam keadaan panas. Dapat dipanaskan dengan kokas,
minyak/gas alam. Baja karbon rendah, baja bekas, arang kayu dan paduan fero digunakan
untuk membuat baja.
Crucible furnace termasuk dapur yang terbalik untuk untuk memproses/membuat baja
dibandingkan dengan dapur-dapur baja yang lainnya. Proses di dalam dapur ini terjadi didalam
ruangan tertutup, sehingga alat-alat perlengkapannya dan proses pembuatan baja di dalam
dapur ini termasuk sangat mahal dan oleh karena itu dapur ini hanya digunkan untuk membuat
atau mengerjakan baja-baja istimewa atau kores.
Proses kerja :
Pertama-tama cawan ini diisi baja dan besi kasar, kemudian cawan ditutup dengan
merapatkan tutup dapur cawan dengan dempul tanah liat.
Setelah itu cawan diletakkan dalam dapur api. Di dalam dapur api dimasukkan gas-gas
panas sekeliling cawan sehingga cawan-cawan di dalam dapur api menjadi panas dan
mencairkan baja/besi yang berada di dalam cawan dan mereaksikan unsur-unsur yang
terdapat di dalam baja/besi.
Setelah proses selesai, maka cairan baja dikeluarkan dari dalam cawan dan dibawa ke
cetakan penuangan baja untuk dijadikan baja-baja kroes atau baja-baja istimewa.
Baja-baja yang dikerjakan dalam dapur cawan adalah baja-baja istimewa karena bisa
didapatkan baja-baja yang sangat murni dengan campuran yang homogen. Untuk logam-
logam yang sangat sulit dicampur secara merata sangat baik mengerjakannya dengan
dapur cawan karena campuran seperti Si,Mn ,Ni,Cr tidak akan berubah ( tetapi kadar
arangnya akan berubah)
Baja-baja dari cawan ini akan dipakai untuk perkakas tempa, pahat-pahat, pegas-pegas, baja-
baja perkakas, paku keling, pesawat-pesawat pengengkat, kabel-kabel, dsb. Tetapi karena
harganya yang sangat tinggi, maka baja-baja cawan ini terdesak oleh baja-baja listrik.
Dapur ini digunakan untuk membuat baja, dan untuk menaikkan efisiensi panas, maka dapur ini
dilengkapi dengan regenarasi panas / cheker work menurut sistem Siemen Martin.
Besi/baja rongsokan makin lama makin banyak di dunia, untuk mengolah besi/baja rongsokan
ini diperlukan suatu dapur yang mempunyai temperature yang sangat tinggi yaitu 3000oC
karena diketahui bahwa besi/baja akan cair pada 1800oC.
Untuk mengolah besi/baja rongsokan yang memerlukan suhu yang sangat tinggi, pada tahu
1865, seorang bangsa Perancir bernama Pierra Martin membuat dapur yang menggunakan
sistem regenerator (dinamakan dapur Siemen Martin)
Proses pembuatan :
Peleburan (melting)
Karena charge yang digunakan umumnya barupa campuran dari pig iron dan steel scrap
maka terlebih dahulu dilakukan pencairan seluruhnya. Setelah seluruh logam cair, maka
suhu di atur tidak terlalu tinggi karena refining akan terlambat.
Ore feeding
Biji hematite (Fe2O3) ditambahkan untuk meninggikkan kadar O2 dalam molten metal
sehingga kontak antara C dan O2 lebih cepat. Fe2O3 yang dimasukkan akan masuk pada
interface (molten metal slag) kontak dengan Fe cair sehingga terjadi reaksi den terbentuk
FeO. FeO ini akan masuk ke dalam molten metal dan bertemu dengan carbon yang bebas
sehingga terjadi reaksi dan terbentuk Fe dan CO. Gas CO akan naik dan menyebabkan
gaya pengadukan terhadap molten metal atau carbon boiling.
Pembentukan slag/terak.
Ketika proses peleburan telah dimulai dan aksida terhadap Si, Mn, C dengan penambahan
flux maka terbentuk slag. Karena slag ini merupakan penghambat panas, maka slag yang
terbentuk sebaiknya tipis/sedikit sehingga suhu antara slag dan logam cair tidak terlalu
kasar dan tidak terjadi perbedaan Yng besar.
Alloying
Baja yang dimanufaktur hanya mempunyai komp[osisi tertentu, hal ini diatur dengan
penembahan paduan.
Pada dapur listrik busur cahaya langsung, ruang dapur dilapisi dengan batu tahan api jenis
basa atau asam.
Dapur berlapis batu tahan api asam, beralaskan serbuk genister dan berdinding bata silica,
digunakan untuk membuat baja karbon rendah dan baja paduan rendah. Bahan bakunya, besi
bekas, harus mempunyai kadar fosfor dan belerang n yang rendah.
Dapur berlapis batu tahan api basa, beralaskan magnesit, berdinding magnesia dan batu
alumina, digunakan untuk membuat berbagai jenis baja atau baja paduan. Dapur basa, yang
banyak digunakan dapat mengontrol kadar fosfor dengan baik, disamping itu mengurangi
belerang, dan pengendalian suhu serta komposisi sangat baik. Secara berkala komposisi logam
cair ditentukan dan bila perlu ditambahkan unsur paduan tertentu sehingga sewaktu logam cair
Kebutuhan gas panas dalam dapur ini tidak terlalu banyak karena api dihasilkan oleh elektroda
dan reduksi tidak langsung CO tidak banyak terjadi, sehingga tempat yang panas di dalam
dapur terbatas di sekitar tungku (hard).
Gas CO yang dihasilkan akan naik ke atas dan mengadakan reduksi pada bahan-bahan
mentah seperti baja/besi cair atau dingin, baja rongsokan dsb.
Pada dapur ini untuk memproses 1 ton bahan-bahan mentah diperlukan 350 Kg arang kayu
dan 5-9 Kg elektroda arang. Kapasitas dapur ini 20 70 ton dengan daya 2300 kw
Pada dapur listrik busur cahaya tak langsung, busur dipancarka dari dua elektroda yang
terdapat di atas logam. Logam menjadi panas akibat radiasi. Jenis ini sudah jarang
depergunakan karena kurang ekonomis. Jenis dapur ini ada 2 macam yaitu :
Dapur Stessano yang mempergunakan 2 atau 3 elektroda yang disusun mendatar.
Dapur Renefelt yang mempergunakan 3 buah elektroda, dimana 2 buah elektroda disusun
mendatar dan sebuah elektroda disusun tegak lurus dan dapur ini mempergunakan arus
yang berputar.
Kedua jenis dapur ini tidak dipergunakan untuk pembuatan baja disebabkan karena :
Temperatura yang dihasillkan tidak merata dalam muatan, dimana yang di bawah busur
cahaya lebih tinggi temperaturenya daripada tempat yang lainnya.
Kesukaran karena elektrodanya panas, bahaya melengkung karena berat elektroda dan
lapisan dapur.
Dapur ini hanya digunakan untuk mengerjakan logam non ferro dan besi tuang.
Daftar Pustaka :
A.Schey.John, Proses Manufaktur : Introduction to Manufacturing Process 3rd edition,
2009, Mc.Graw-Hill.Co.
Al-Rasyid.Soepardi.Haroen, Pengetahuan Dasar Pengecoran Logam Besi, 2005, Bandung.
Surdia.Tata, Teknik Pengecoran Logam, 2002,Pradnya Paramita,Jakarta
Surjana.Hardi,Teknik Pengecoran Logam,2008,Depdiknas
Hampir 20 % dari logam yang diolah menjadi produk industri, adalah bukan besi (non-
ferrous). Meliputi : timah putih, tembaga, nikel, alumunium.
Dalam keadaan murni logam bukan besi memiliki sifat yang sangat baik. Namun dalam hal
kekuatan, harus ditingkatkan. Umumnya dengan cara mencampurkan logam lain padanya,
membentuk paduan.
Pemilihan paduan tentunya tergantung dari banyak hal : kekuatan, kemudahan dalam
pemberian bentuk, berat jenis, harga bahan baku, upah pembuatan dan penampilan.
Ciri yang dimilikinya :
Daya tahan terhadap korosi (air atau kelembaban). Makin berat suatu logam bukan besi
makin baik daya tahan korosinya. Kecuali alumunium, karena pada permukaannya
terbentuk suatu lapisan oksida yang melindungi nya dari korosi lanjutan.
Daya hantar listrik yang lebih baik dibanding besi. Daya hantar listrik tembaga : 5,3 kali
dan alumunium 3,2 kali daya hantar listrik besi.
Mudah saat diubah bentuknya, karena lebih lunak. Kecuali titanium dan nikel sulit
dipotong.
Umumnya sulit dilas.
Peleburan
Logam bukan besi di alam bebas tidak ada yang murni, melainkan terikat sebagai oksida
dengan kotoran-kotoran membentuk bijih. Pengolahannya mengikuti beberapa tahap :
Tahap penghalusan mineral.
Tahap pencucian
Tahap pemisahan antara logam dengan kotoran
Tahap peleburan.
Dapur Peleburan
Pada dapur tinggi, bahan bakar kokas dicampur dengan bijih, kemudian dihembuskan udara
untuk mempercepat proses pembakaran. Kemudian dicampurkan fluks untuk memperoleh
logam yang lebih murni dan untuk mengurangi viskositas terak.
Pembuatan Alumunium
Bauksit merupakan salah satu sumber alumunium yang ekonomis.
Cara penambangannya terbuka, dimana bauksit yang didapat dihaluskan, dicuci dan
dikeringkan. Setelah itu bauksit mengalami pemurnian menjadi oksida alumunium atau
alumina.
Proses Bayer, dikembangkan oleh Karl Yosef Bayer, seorang ahli kimia bangsa Jerman.
Proses ini biasanya digunakan untuk memperoleh alumunium murni. Bauksit halus yang
kering dimasukan ke dalam pencampur, diolah dengan soda api (NaOH) di bawah pengaruh
tekanan dan pada suhu diatas titik didih. NaOH bereaksi dengan bauksit menghasilkan
aluminat natrium yang larut. Setelah proses selesai, tekanan dikurangi dan ampas yang
terdiri dari oksida besi yang tak larut, silicon, titanium dan kotoran-kotoran lainnya ditekan
melalui suatu saringan dan dikesampingkan. Cairan yang mengandung alumina dalam
bentuk aluminat natrium dipompa ke dalam tangki pengendap.
Ke dalam tangki tersebut, dibubuhkan kristal hidroksida alumunium halus sebagai media inti
kristalisasi. Hidroksida alumunium yang terkumpul kemudian disaring dan dipanaskan
sampai suhu diatas 980 0 C. Alumina berubah dan siap untuk dilebur.
Logam alumunium dihasilkan melalui proses elektrolisa, dimana alumina terurai menjadi
oksigen dan alumunium. Prosesnya, alumina murni dilarutkan ke dalam criolit cair (natrium
aluminium fluorida) di dalam dapur elektrolitik yang besar. Arus listrik dialirkan ke dalam
campuran melewati elektroda karbon dan selanjutnya logam aluminium diendapkan pada
katoda karbon di dasar sel. Panas yang dihasilkan arus listrik, memanasi isi sel sehingga
terjaga tetap cair. Dengan demikian alumina dapat ditambahkan terus menerus (proses
kontinyu). Pada saat-saat tertentu aluminium disadap dari sel dan logam cair tersebut
dipindahkan ke dapur penampungan untuk dimurnikan atau untuk keperluan paduan.
Terakhir baru dituangkan ke dalam ingot untuk diolah lebih lanjut.
Pembuatan Magnesium
Magnesium berasal dari air laut. Prosesnya : Air laut yang mengandung 1300/sejuta bagian
magnesium, direaksikan dengan kapur yang berasal dari hasil pembakaran kulit kerang pada
1320 o
C. Kapur dan air laut akan bereaksi menghasilkan endapan Mg (OH)2. Endapan
kental ini mengandung 12 % Mg (OH)2.
Endapan kental ini kemudian disaring sehingga bertambah pekat, lalu direaksikan dengan
HCl membentuk Mg Cl2. Setelah melalui tahapan filtrasi dan pengeringan, konsentrasi Mg
Cl2 meningkat menjadi 68 % dengan bentuk butiran. Terakhir dipindah ke dalam sel
elektrolisa yang berukuran 100 m3 dan beroperasi pada suhu 700 0
C. Elektroda grafit
sebagai anoda dan potnya sendiri merupakan katoda. Arus searah 60.000 Amp.
menguraikan Mg Cl2 menjadi logam magnesium yang akan terapung diatas larutan dan gas
klorida (HCl) sebagai rendemen yang akan diumpan kembali ke proses. Setiap pot dapat
menghasilkan 550 kg logam Mg per hari dalam bentuk ingot.
Pembuatan Tembaga
Pengolahannya dari bijih merupakan proses yang kompleks. Konsentrat timah hitam yang
Cara pengecorannya berbeda sedikit dengan pengecoran besi. Cetakan umumnya dibuat
dengan cara dan alat yang sama. Pasir cetak harus lebih halus, karena benda cetaknya
umumnya lebih kecil dan biasanya diinginkan permukaan yang rata. Bahannya tak perlu
tahan panas yang tinggi, karena suhu pengecoran lebih rendah.
Biasanya digunakan dapur kowi dengan sumber energi panas dapat dari kokas, minyak
atau gas. Peleburan dengan gas atau minyak berlansung lebih cepat.
Untuk maksud tertentu dimana diperlukan pengendalian suhu yang cermat, dapat
digunakan dapur tahanan listrik, busur tak lansung atau dapur induksi.
Dapur listrik cocok untuk penelitian di laboratorium maupun untuk instalasi berkapasitas
besar.
Paduan ini merupakan paduan yang dapat dibentuk baik melalui pengerjaan dingin atau panas.
Benda yang dibentuk umumnya memiliki keunggulan dalam sifat.
Paduan Aluminium
Paduan alumunium digunakan secara luas dalam dunia industri dewasa ini, karena ringan
dan mampu bertahan terhadap berbagai bentuk korosi. Sebahagian besar peka terhadap
perlakuan panas dan berkekuatan tinggi. Tembaga selalu menjadi salah satu unsur
paduannya, dan dalam jumlah di atas 8 % akan menambah kekuatan dan kekerasan.
Paduan alumunium dengan kandungan silikon, memiliki sifat cor yang baik sekali dan
meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Magnesium sebagai unsur meningkatkan sifat
pemesinan, menjadikan benda cor lebih halus serta meningkatkan daya tahan korosi.
Kekuatannya berkisar antara 83 310 Mpa.
Melalui penambahan unsur paduan, pengerjaan panas atau dingin dan perlakuan panas,
dapat diperoleh paduan dengan kekuatan melebihi 700 Mpa.
Paduan aluminium dapat ditempa, diekstrusi, dilengkungkan, direnggangkan, diputar,
dispons, diembos, dibentuk sambil di rol atau ditarik menjadi kawat.
Di pasaran sudah tersedia paduan alumunium dalam bentuk kawat, foil, lembaran, plat dan
profil. Semua paduan alumunium mampu bentuk dapat dimesin, dilas atau dipatri.
Paduan Tembaga
Paduan tembaga yang banyak pemakaiannya adalah kuningan dan perunggu.
Kuningan merupakan paduan antara tembaga dan seng dengan kadar bervariasi antara 10
40 %. Kekuatan, kekerasan dan keuletan paduannya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar seng yang dicampurkan. Bila kadar seng melampaui 40 %, terjadi
penurunan kekuatan dan sewaktu dilebur seng mudah menguap. Penambahan unsur timah
sebanyak 0,5 5 % dapat meningkatkan kemampuan pemesinan. Kuningan banyak sekali
digunakan di dunia industri, karena selain kuat, penampilannya bagus, daya tahan korosi
tinggi serta mudah dirol, dituang atau diekstrusi.
Perunggu adalah paduan yang terdiri dari tembaga dengan unsur tambahan mangan dan
beberapa elemen lainnya. Unsur tambahan dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan dan
daya tahan korosi.
Kekuatan tarik paduan tembaga berkisar antara 200 Mpa untuk tembaga murni, sampai
1380 Mpa untuk tembaga berilium (Be < 2 %).
Tembaga dengan unsur paduan <5 % umumnya digunakan untuk kawat penghantar listrik
atau tahanan rendah, pipa refrigeran dan pipa air.
Paduan antara tembaga seng atau kuningan digunakan dalam alat penukar panas (heat
exchangers) dan untuk suku cadang yang tahan korosi dan kuat serta memiliki keuletan
tertentu.
Nikel-perak, perunggu, paduan tembaga-tin jauh lebih mahal dari kuningan, digunakan
sebagai pegas, lonceng dan pada lingkungan korosif dengan kekuatan tarik tinggi.
Paduan Magnesium
Paduan magnesium berguna bila diperlukan bobot ringan, karena massanya dua-pertiga
dari aluminium dan seperempat dari massa logam ferrous coran.
Magnesium dapat membentuk paduan dengan kekuatan tinggi, kemampuan pemesinan
yang baik, mudah dilas dan mudah dibentuk.
Paduan magnesium terkorosi oleh asam dan larutan garam dan tidak dapat digunakan pada
suhu diatas 150 0 C, karena kekuatannya berkurang dengan naiknya suhu.
Pada suhu rendah (cryogenic temperatues) kekuatan magnesium tetap terjaga. Angka
pemuaiannya tinggi oleh karena itu perlu berhati-hati dalam perhitungan konstruksi.
Magnesium lebih mahal dari aluminium atau baja dan hanya digunakan bila diperlukan
konstruksi yang ringan, seperti pada pesawat terbang, alat potret, teropong, suku cadang
mesin suhu rendah, peralatan yang dapat dipindahkan, penghisap debu dan untuk peralatan
yang berputar pada rpm sangat tinggi dimana diperlukan nilai inersia yang rendah.
Dipasarkan dalam bentuk batang, plat dan lembaran.
BAB 5
PROSES PENGECORAN
PASIR
Berdasarkan jenis pola yang digunakan, dikenal dua cara pengecoran cetakan pasir :
Pola yang dapat digunakan berulang-ulang. Disini pasir, dipadatkan disekitar pola yang
kemudian dicabut keluarkan. Rongga yang terbentuk di pasir, kemudian diisi logam cair.
Pola sekali pakai, terbuat dari bahan polisterin atau yang setara. Tidak dikeluarkan dari
pasir cetak, tapi akan menguap dengan sendirinya saat logam cair dituangkan padanya.
Menggunkan pasir resin furan dengan campuran asam fosfor pada dinding atau
permukaan sebagai pengeras.
Cetakan CO2.
Diterapkan pada bentuk cetakan yang rumit dengan cara mengalirkan CO2 melalui
campuran padat pasir dan natrium silikat agar mengeras dan menghasilkan permukaan
yang licin.
Cetakan logam.
Terutama digunakan pada proses cetak tekan (die casting) logam dengan suhu cair
rendah untuk menghasilkan bentuk yang tepat dan permukaan licin. Sehingga dapat
mengurangi pengerjaan pemesinan.
Cetakan khusus.
Dapat dibuat dari plastik, kertas, kayu, semen, plaster atau karet.
Pembuatan Cetakan
Sebagai ilustrasi, diberikan pada gambar pengecoran roda gigi diatas (gambar 5.2).
Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flask) yang terdiri dari tiga bagian. Bagian atas disebut
kup, bagian bawah disebut drag dan sebagai landasannya adalah papan cetak. Ketiganya
disatukan pada tempat-tempat tertentu yang dilengkapi dengan lubang dan pin-nya.
Pola sekali pakai umumnya terdiri dari satu bagian yang ditempatkan diatas papan alas dan
drag dibuat sebagaimana mestinya. Setelah drag selesai, dibalik dan dilanjutkan dengan
pembuatan kup. Lubang-lubang pelepas udara harus dibuat sekalian. Lazimnya
mengunakan pasir basah, walaupun jenis lain boleh digunakan, khususnya pada bagian
permukaan pola. Tidak dibutuhkan pasir pemisah antara kup dan drag, karena pola hanya
dibuka ketika akan mengeluarkan benda coran.
Saluran turun dan bagian dari sistim saluran masuk lainnya, biasanya menjadi bagian dari
pola. Pola polisteren termasuk saluran turun dan saluran tuangnya ditinggikan dalam
cetakan.
Logam cair dituangkan dengan cepat ke dalam saluran turun (untuk menghindari
terbakarnya polisteren yang dapat menghasilkan residu karbon). Polisteren menguap dan
gasnya terdorong keluar melalui pasir yang sifatnya permeabel serta lubang-lubang
pelepasan gas. Sehingga logam cair akhirnya mengisi seluruh rongga cetakan.
Seperti diperlihatkan pada gambar 5.3 :
Pola biasanya diberi lapisan bahan tahan api agar diperoleh permukaan yang mulus. Selain
itu diperlukan pemberat yang cukup dan pengikat papan cetak yang kuat untuk mengimbangi
tekanan tinggi yang terjadi saat logam cair mulai dijatuhkan.
Keuntungan dari proses ini meliputi :
Sangat tepat untuk pengecoran dalam jumlah kecil.
Tidak memerlukan pemesinan lagi.
Sistim saluran masuk (gating sistim) tempat mengalirkan logam cair ke dalam rongga
cetakan, terdiri dari cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk (gambar 5.4).
Fungsi sistim saluran harus dirancang dengan baik dengan mempertimbangkan faktor-faktor
berikut :
Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pada atau dekat dasarnya dengan
turbulensi seminimal mungkin, khusunya pada coran yang berukuran kecil.
Pengikisan saluran masuk dan permukaan rongga cetakan harus ditekan seminimal
mungkin dengan mengatur aliran logam cair.
Solidifikasi atau pembekuan logam harus diusahakan terarah, mulai dari permukaan
cetakan ke arah logam cair dengan mengatur aliran logam cair yang masuk. Sehingga
selalu ada logam cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
Usahakan agar slag, kotoran atau partikel asing tidak dapt masuk kedalam rongga
cetakan.
Cawan Tuang, Letaknya berdampingan dengan lubang saluran turun. Biasanya terdapat
pada cetakan yang besar untuk memudahkan penuangan dan untuk mencegah masuknya
terak ke dalam cetakan.
Saluran Penyaring, ditempatkan untuk pencegahan lanjut masuknya terak atau partikel
lainnya kedalam saluran turun kedua. Dapat juga digunakan sumbat yang terbuat dari pasir
kering atau keramik untuk mengatur aliran logam cair, sehingga hanya cairan yang bersih
saja yang dapat memasuki rongga cetakan.
Penambah (risers), diberikan untuk cadangan logam cair seandainya terjadi penyusutan.
Ukuran harus cukup besar, sehingga logam tetap dalam keadaan cair selama mungkin dan
letaknya dekat rongga cetakan yang agak besar dimana diperkirakan terjadi penyutan yang
cukup berarti.
Penambah Buntu, terdapat di kotak cetakan atas atau kup. Biasanya ditempatkan lansung
di atas saluran masuk logam cair ke dalam rongga cetakan, agar logam cair dari penambah
buntu mudah memasuki cetakan bila diperlukan.
Penyusutan terjadi bila logam membeku, jika solidifikasi tidak diatur dengan baik, akan
dapat menyebabkan terjadinya rongga penyusutan yang cukup besar.
Pengendalian solidifikasi diarahkan agar rongga terbentuk di saluran turun, saluran masuk
atau penambah. Umumnya rongga penyusutan terjadi di daerah dimana terjadi pembekuan
logam cair paling akhir, atau daerah yang paling tinggi suhunya. Desain cetakan harus
diusahakan sedemikian sehingga hal-hal seperti ini dapat dihindari.
Pada gambar 5.5 terlihat gradien suhu dan garis isoterm dalam suatu benda coran serta
arah aliran panas logam.
Penambah buntu
Pola
Jenis E, pola dengan plat penyambung, agar memudahkan pekerjaan pembuatan cetakan
dengan mesin. Plat penyambung terdiri dari plat logam atau kayu dengan pola serta saluran
yang dipasang secara tetap.
Jenis F, pola dengan papan penuntun yang dapat digunakan pada pola tunggal atau ganda.
Lebih sulit pembuatannya.
Jenis G, pola putar untuk membuat bentuk beraturan yang berukuran besar, seperti :
mangkuk bulat, alur atau tonjolan. Keuntungannya, mengurangi biaya pembuatan pola tetap
yang cukup mahal.
Tirus
Kadang saat pola diangkat untuk di keluarkan dari cetakan, tepi cetakan pasir yang
bersentuhan dengan pola, ikut terangkat. Untuk menghindari hal ini dan memudahkan pola
untuk dikeluarkan, maka sisi tegak pola agak dimiringkan. Untuk permukaan luar, biasanya
dipakai penambahan sebesar 1,04 % hingga 2,08 %. Untuk lubang di sebelah dalam dapat
digunakan kemiringan sampai 6,25 %.
Penyelesaian
Permukaan coran yang akan mengalami pemesinan biasanya dipertebal, agar cukup bahan
untuk penyelesaian. Umumnya penambahan 3,0 mm.
Distorsi
Distorsi biasanya terjadi pada benda coran yang memiliki bentuk tidak teratur, sehingga
penyusutan yang terjadinya tidak rata.
Bahan Pola
Langkah pertama pembuatan pola adalah persiapan pola. Pola agak berbeda dengan
benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut mencangkup sesuaian pola untuk mengimbangi
penyusutan dan pemesinan serta penambahan lainnya untuk memudahkan pengecoran.
Umumnya dibuat dari kayu, karena relatif murah dan mudah dibentuk. Karena penggunaan
pola biasanya terbatas, pola tidak perlu dibuat dari bahan awet.
Pola yang diperlukan untuk manufaktur dalam jumlah besar biasanya dibuat dari logam,
karena lebih awet dalam penggunaan, tdak berobah bentuk dan tidak memerlukan
perawatan. Bahan logam yang banyak digunakan umumnya kuningan, besi cor dan
almunium. Pembuatannya biasanya dicor mengikuti pola induk yang terbuat dari kayu.
Bahan pola sekali pakai terbuat dari stirofoam dengan kekuatan tekan antara 89 sampai
124 Mpa. Dalam bentuk lembaran, stirofoam dijual dengan ukuran 1,2 x1,3 m dan tebal 450
mm.
Untuk pola kecil dalam jumlah banyakdapat digunakan bola-bola kecil dari polistiren yang
DAFTAR PUSTAKA
A.Schey.John, Proses Manufaktur : Introduction to Manufacturing Process 3rd edition,
2009, Mc.Graw-Hill.Co.
Al-Rasyid.Soepardi.Haroen, Pengetahuan Dasar Pengecoran Logam Besi, 2005, Bandung.
Surdia.Tata, Teknik Pengecoran Logam, 2002,Pradnya Paramita,Jakarta
Surjana.Hardi,Teknik Pengecoran Logam,2008,Depdiknas
BAB 6
PENGECORAN SENTRIFUGAL
1. Pengecoran Sentrifugal
Merupakan teknik pengecoran yang dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke
dalam cetakan yang berputar. Pengaruh gaya sentrifugal yang terbentuk pada logam coran,
akan memadatkan dan menghaluskan permukaannya serta menghasilkan struktur logam
dengan sifat fisik yang unggul.
Teknik pengecoran ini :
lebih ekonomis dibanding cara lain, karena saluran turun atau masuk tidak diperlukan
disini. Kotoran-kotoran, karena memiliki berat jenis lebih rendah dibanding logam, akan
berkumpul di permukaan sebelah dalam sehingga mudah dibuang dengan pemesinan.
Juga memungkinkan untuk mengecor produk yang lebih tipis.
pendinginannya lebih cepat karena antara cetakan dan logam coran bersinggungan
dengan sempurna. Kesulitan terjadi pada penggunaan cetakan dari logam, karena
kenaikan suhu menyebabkan memuainya cetakan, sebaliknya penyusutan saat logam
membeku.
Cukup serbaguna, artinya mulai dari ring piston yang beratnya hanya beberapa gram
sampai rol untuk pabrik kertas yang beratnya 40 ton lebih dapat dibuat.
Dikelompokkan ke dalam :
Pengecoran sentrifugal.
Pengecoran semi sentrifugal.
Pengecoran sentrifuging.
Metode vertikal, bagian dalamnya akan berbentuk paraboloid dengan sudut kemiringan
tergantung pada kecepatan perputaran.
Pada prosesnya cetakan diisi penuh dan diputar pada sumbu vertikal. Kurangnya tekanan
dibagian tengah cetakan menghasilkan struktur yang kurang padat dan mungkin
mengandung inklusi atau gelembung udara. Oleh karena itu bagian tengah cetakan
umumnya dijadikan hanya sebagai saluran turun atau masuk, dan nantinya akan
diselesaikan dengan pemesinan sebagai lobang.
Biasanya dimanfaatkan untuk membuat benda dengan lubang dibagian tengah seperti roda
kereta api. Cetakan yang digunakan adalah cetakan susun, agar pengerjaan sekaligus bisa
menghasilkan beberapa benda coran, sehingga menghemat waktu dan biaya.
Sentrifuging
Disini gaya sentrifugal yang melempar logam cair keluar, dimanfaatkan untuk mendesak
aliran logam cair ke dalam rongga cetak tersendiri yang dihubungkan secara radial dengan
bagian tengah sebagai saluran turun atau masuk.
Gaya sentrifugal dengan demikian akan menghasilkan benda cor yang padat dan
pengerjaan sekaligus bisa menghasilkan beberapa benda coran.
Berbeda dengan proses cetak sentrifugal sebelumnya, metoda sentrifuging dapat
digunakan baik untuk bentuk simetris maupun bentuk tidak tertentu..
Kerugiannya :
Proses ini mahal.
Terbatas untuk benda cor yang kecil-kecil.
Inti sulit untuk digunakan.
Lubang harus lebih besar dari 1,6 mm dengan kedalaman maksimal 1,5 kali diameter.
C. Setelah cetakan kering dan bebas dari bahan organik dapat dilakukan pengecoran. Kulit
keramik ini biasanya akan pecah setelah logam membeku.
Adakalanya dimanfaatkan pula air raksa beku sebagai pengganti lilin atau plastik. Proses
mula-mula dibuat cetakan dari logam lengkap dengan saluran masuk dan saluran turun.
Setelah itu keseluruhannya didinginkan dan diisi dengan aseton sebagai pelumas. Air raksa
dituangkan ke dalam cetakan dan aseton terdesak keluar. Cetakan didinginkan sampai 60
0
C , akibatnya air raksa membeku dalam 10 menit.
Pola kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dicelup dalam adonan keramik sampai
terbentuk kulit setebal 3,1 mm. Air raksa kemudian dicairkan kembali dan dikeluarkan dari
kulit pada suhu ruang. Pola kulit dikeringkan dan dibakar pada suhu tinggi sehingga didapat
kulit yang keras. Kulit kemudian dimasukkan ke dalam kotak cetakan yang kemudian diisi
pasir cor dan dipanaskan. Pengecoran dilakukan secara sentrifugal.
Meskipun menghasilkan benda cor bermutu tinggi, pemakaiannya sangat terbatas, karena
biaya yang besar dan air raksa berbahaya bagi kesehatan.
biasanya dituang dlm sumuran. Sumuran merupakan drag dan diatasnya dibuat kup.
Sisi sumuran diperkuat dg lapisan bata dan alas ditutupi lapisan sinter yg tebal yg
dihubungkan dg pipa-2 pelepas gas ke lantai pabrik. Cetakan sumuran tahan terhadap
tekanan tinggi yg ditimbulkan oleh gas panas dan biaya pembuatannya tidak terlalu
mahal.
4. Machine molding (pembuatan cetakan dg mesin). Kini sebagian besar
pekerjaan pembuatan cetakan dilakukan dg mesin. Memadatkan pasir, membalik
cetakan, dan membuat saluran masuk dilakukan dg mesin, yg jauh lebih efisien.
Gating System utk mengalirkan logam cair ke dlm rongga cetakan, terdiri dr cawan
tuang (pouring basin), saluran turun (sprue), & saluran masuk (gate) tempat logam
mengalir memasuki rongga cetakan.
Pouring basin utk memudahkan penuangan & mencegah masuknya terak, hrs
selalu terisi shg logam terus mengalir.
Skimming gate (saluran penyaring) utk mencegah masuknya terak ke saluran turun
kedua.
Strainer (penyumbat) terbuat dr pasir kering atau keramik dpt digunakan utk
mengatur aliran logam cair shg hanya cairan bersih saja yg masuk rongga cetak.
Risers (penambah) utk cadangan logam cair jika terjadi penyusutan. Penampang hrs
besar shg logam tetap cair.
Dlm merancang gating system perlu memperhatikan:
Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan pd dasar / didekatnya dg turbulensi
minimal.
Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan rongga cetakan hrs ditekan dg
mengatur aliran logam cair atau dg menggunakan inti pasir kering.
Aliran logam cair yg masuk hrs diatur shg terjadi solidifikasi terarah. Solidifikasi
hendaknya mulai dr permukaan cetakan ke arah logam cair shg selalu ada logam cair
cadangan utk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
Usahakanlah agar slag/terak, kotoran, atau partikel asing tidak dapat masuk ke dlm
rongga cetakan.
Jenis Pasir
Pasir Silica (SiO2) banyak ditemukan. Cocok utk krn tahan suhu tinggi tanpa terjadi
penguraian, murah harganya, awet, dan butirannya mpy bermacam tingkat kebesaran
dan bentuk. Kekurangannya: angka muainya tinggi, dan memiliki kecenderungan utk
melebur dg logam, serta kandungan debu tinggi.
Pasir Silica murni hrs dicampur dg 8 15% tanah liat agar memiliki daya ikat. Jenis
tanah liat yg dipakai: kaolin, illit, dan bentonit. Bentonit adl sejenis abu vulkanik yg telah
lapuk.
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 7
PASIR CETAKAN
Pasir silika (SiO2) sangat cocok untuk cetakan, karena tahan suhu tinggi tanpa terjadi
penguraian, awet, butirannya mempunyai bermacam tingkat kebesaran dan bentuk serta
murah biayanya (karena banyak ditemukan diseluruh nusantara).
Kekurangannya, memiliki angka muai tinggi dan kecendrungan untuk melebur menjadi satu
dengan logam serta dapat membahayakan kesehatan, karena kandungan debunya cukup
tinggi.
Pasir silika murni tidak dapat digunakan lansung untuk membuat cetakan, karena tidak
memiliki daya pengikat. Sehingga untuk itu diperlukan pencampuran lempung sebanyak 8
sampai 15 %. Jenis lempung yang sering dimanfaatkan adalah kaolin, illit dan tonit. Bentonit
adalah sejenis abu vulkanik yang telah lapuk.
Pasir cetak alam umumnya telah mengandung sejumlah lempung. Sehingga untuk
membuat cetakan baik untuk besi baja maupun nonferrous tinggal menambahkan air saja.
Karena banyaknya kandungan bahan-bahan organik, ia menjadi kurang baik untuk
digunakan pada suhu tinggi.
Pasir cetak buatan terdiri dari butiran silika yang dicuci dan ditambahkan lempung sebanyak
3 sampai 5 %. Jumlah air sebagai pengencer ditambahkan untuk memperoleh kekuatan
yang cukup memadai kurang dari 5 %, sehingga gas yang dilepas juga berkurang.
Jenis cetakan turut menentukan ukuran butir pasir. Untuk cetakan yang kecil dan rumit
digunakan pasir yang halus, agar didapat benda cetak yang baik. Bagi benda cor berukuran
besar memerlukan pasir cetak yang lebir kasar, sehingga memudahkan pelepasan gas.
Butiran tajam berbentuk tak teratur sangat baik, karena mereka akan saling bertautan
sehingga meningkatkan kekuatan cetak.
Pengujian Pasir
Pengujian perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui sifat-sifatnya yang mengalami
perubahan akibat tercampur kotoran-kotoran atau pengaruh suhu yang tinggi.
Pengujian yang lazim diterapkan adalah pengujian mekanik untuk menentukan sifat-sifat
pasir seperti :
Permeabilitas, sifat porositas pasir yang memungkinkan pelepasan gas dan uap yang
terbentuk dalam cetakan.
Kekuatan, Berupa gaya kohesi, kadar air dan lempung yang mempengaruhi sifat-sifat
kohesi.
Ketahanan terhadap suhu tinggi tanpa melebur.
Ukuran dan bentuk butiran yang harus sesuai dengan sifat permukaan yang dihasilkan.
Analisa Ayak
Analisa ayak dilakukan untuk menentukan persentase distribusi ukuran butiran.
Prosesnya : mula-mula pasir dicuci sampai bebas dari lempung, lalu dikeringkan. Untuk
analisa digunakan satu set ayakan standar NBS dengan ukuran (mesh) 6, 12, 20, 30, 40, 50,
70, 100, 140, 200 dan 270. Ayakan tersebut ditumpuk dan diletakkan pada pengguncang.
Mula-mula pasir diletakkan di ayakan yang paling kasar di atas. Setelah diguncangkan
selama 15 menit, berat pasir yang tertinggal dimasing-masing ayakan ditimbang dan
dinyatakan dalam persentase berat.
Bilangan kehalusan AFA diperoleh dengan cara mengalikan persentase berat dengan faktor
tertentu, kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan persentase pasir yang tertinggal.
Pengujian Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan pasir untuk mengalirkan uap dan gas-gas yang
dilepaskan oleh logam panas saat mulai mengeras.
Permeabilitas ini ditentukan oleh jumlah udara yang melalui contoh pasir cetak dalam
keadaan standar. Hal ini tergantung pada beberapa faktor antara lain : bentuk butiran pasir,
kehalusan , tingkat pemampatan, kadar air dan jumlah unsur pengikat.
Pasir cetak yang baik harus memiliki permeabilitas yang tinggi. Pasir cetak yang berbutir
kasar dengan sendirinya memiliki nilai permeabilitas yang lebih baik.
Pencampuran pasir halus dengan pasir kasar akan dapat mengubah nilai permeabilitas.
Nilai maksimum dicapai pada 5 % kelembaban.
Kekuatan Pasir
Daya tahan dan daya ikat pasir basah maupun pasir kering dapat diukur dengan
percobaan tekan, percobaan tarik, percobaan geser atau percobaan kekuatan melintang.
Sedangkan yang umum dijadikan patokan adalah kekuatan tekan. Contoh gambar mesinnya di
bawah ini.
Pasir terlepas dan tidak menggumpal, sehingga sangat baik untuk membuat cetakan.
Suhu pasir sama dengan suhu ruang.
Untuk itu biasanya digunakan mesin pencampur atau penggiling pasir (gambar 5.13).
Mesin ini mempunyai dua roda yang menggelinding pada poros mendatar, dan mengintari
poros utama vertikal. Pasir digiling, ditekan sambil diaduk selama beberapa menit sampai
terbentuk campuran merata antara pasir dengan bahan pengikat.
Pasir cetak ternyata dapat dimanfaatkan kembali, sebagaimana yang dilakukan pada suatu
unit pengolahan pasir (gambar 5.14). Setelah logam cair dituangkan dan membeku, cetakan
dibongkar pada ujung ban berjalan. Setelah diayak untuk memisahkan kotoran-kotoran dan
pasir yang sangat kasar, pasir melalui ban berjalan yang lebih kecil, masuk ke dalam
pemisah magnetik untuk meyisihkan potongan-potongan besi yang terdapat dalam pasir.
Pasir kemudian masuk ke dalam elevator ember, disaring kemudian disimpan ditempat
penyimpanan pasir. Setelah itu pasir dialiri hembusan udara agar butiran pasir terlepas dan
memudahkan pembuatan cetakan. Siklus daur ulang pasir bekas selesai dan pasir siap
dipakai lagi.
INTI
Inti digunakan bila dalam suatu cetakan perlu dibuat rongga atau lubang, seperti halnya
lubang baut. Jadi, berfungsi mencegah pengisian logam pada bagian tertentu. Bagian ini
dapat dibuat sebagai bagian dari pola itu sendiri atau dipasang setelah pola dikeluarkan.
Dibuat secara terpisah dalam kotak inti. Kemudian dipasang dengan tepat dalam cetakan
setelah pola dikeluarkan dan baru cetakan ditutup. Biasanya dibuat dari pasir kali yang
bersih dan dicampur dengan bahan pengikat lalu dipanaskan, agar diperoleh kekuatan
tertentu. Pembuatan inti terpisah tentu saja akan lebih sulit dan biaya lebih mahal.
Mutu inti ditandai oleh kekuatannya yang memadai dan harus memiliki porositas, karena
gas-gas yang terbentuk dari penguraian bahan pengikat inti akibat panas logam cair, harus
lansung disalurkan keluar. Selain itu harus mempunyai permukaan yang halus dan tahan
panas.
inti. Kotak inti memiliki lubang-lubang angin halus untuk aliran udara keluar agar tidak
memacetkan aliran pasir.
Mesin Pengguncang
Kapasitas mesin dapat mencapai 6000 kg dan dapat digunakan berbagai macam ukuran
kotak.
Gerakan guncangan naik turun dengan tekanan udara dapat memadatkan pasir. Kepadatan
yang terbentuk umumnya disekitar pola dan pada batas permukaan pemisah. Kepadatan
juga tergantung pada ketinggian jatuh dan tebal pasir dalam cetakan.
Proses pemadatan yang merata menghasilkan cetakan yang lebih bermutu, lebih kuat dan
kemungkinan terjadinya cacat berkurang. Mesin ini hanya mampu menyelesaikan bagian-
bagian dari cetakan, kup atau drag secara bergiliran.
Mesin Pendesak
Bekerja memadatkan pasir yang dijepit diantara kotak dan plat pendesak. Kepadatan
tertinggi hanya pada sisi cetakan yang searah dengan bekerjanya gaya. Sulitnya memperoleh
kepadatan yang merata, menyebabkan mesin ini hanya digunakan untuk cetakan yang tipis
dengan ketebalan beberapa cm saja.
Mesin Guncang-desak
Mesin Diagfrahma
Pada mesin ini penekanan pasir dilakukan melalui diagfrahma karet yang menutupi
permukaan pasir oleh tekanan udara yang merata. Prosesnya cepat, serta dapat menghasilkan
toleransi yang ketat akibat pemadatan pasir yang merata.
Mula-mula pasir dipadatkan dengan cara mengguncangnya. Setelah pasir yang berlebih
disapu, papan alas diletakkan di atas cetakan lalu dijepitkan. Terakhir seluruh cetakan dibalik
dan pola ditarik ke luar secara hidrolik.
Mesin ini digunakan untuk membuat kup atau drag secara terpisah dan umumnya rongga
cetakan hanya terdapat pada drag.
Pelempar Pasir
Benda cetak yang baik dihasilkan dari cetakan dengan pemampatan pasir merata. Untuk itu
pada cetakan yang besar-besar telah dikembangkan alat yang disebut pelempar pasir.
Pasir ditempatkan dalam kotak yang besar berkapasitas 8,5 m3 , yang sewaktu-waktu dapat
diisi kembali. Pasir diteruskan melalui ban berjalan ke kepala pelempar yang terdiri dari sudu
yang berputar cepat. Kapasitasnya mencapai 0,2 0,28 m3 atau 450 kg pasir per menit.
Kepadatan pasir diatur dengan pengendalian perputaran kepala sudu.
BAB 8
PROSES PERMESINAN (BAGIAN I)
Proses manufaktur/manufaktur adalah proses pembuatan yang dilaklukan dalam skala yang
besar.
Proses manufaktur merupakan salah satu bagian dari proses manufaktur yang cukup kompleks
serta melibatkan banyak unsur antara lain :
SDM
Bahan baku
Mesin-mesin
Perkakas/alat bantu
Energi
Waktu
Perancangan dan perencanaan
Laju manufaktur
Biaya
Informasi/nilai-nilai
Permintaan/pasar
Kondisi sosial/politik
High Tech adalah : suatu konsep pemanfaatan hasil pengembangan baru dalam bidang elektro
dan khususnya dalam bidang elektronik, bidang pemrosesan data yang mutakhir dan bidang
material.
Proses Permesinan logam adalah suatu proses pengerjaan pada benda kerja dengan
Proses pemesinan merupakan proses lanjutan dalam pembentukan benda kerja atau mungkin
juga merupakan proses akhir setelah pembentukan logam menjadi bahan baku berupa besi
tempa atau baja paduan atau dibentuk melalui proses pengecoran yang dipersiapkan dengan
bentuk yang mendekati kepada bentuk benda yang sebenarnya.
Baja atau besi tempa sebagai bahan produk yang akan dibentuk melalui proses pemesinan
biasanya memiliki bentuk profil berupa bentuk dan ukuran yang telah distandarkan misalnya,
bentuk bulat O, segi empat, segi enam L, I H dan lain-lain. Bahan benda kerja yang
dibentuk melalui proses pengecoran memiliki bentuk yang bervariasi sesuai dengan bentuk
produk yang diinginkan. Pembentukan benda kerja melalui proses pengecoran ini telah
direncanakan dan dianalisis sedemikian rupa sehingga jika benda kerja menghendaki bentuk
akhir melalui proses pemesinan tertentu sebagaimana diinformasikan pada gambar kerja, maka
bagian ini telah dipersiapkan. Oleh karena itu Gambar kerja merupakan dokumen penting yang
menjadi acuan dalam pelaksanaan proses manufaktur mulai penerimaan bahan baku hingga
penyerahan produk kepada pemakai dan sebagai dasar pertanggung jawaban terhadap kualitas
dari produk tersebut.
Pada proses permesinan logam ini diperlukan bermacam-macam jenis pahat yang disesuaikan
dengan macam operasi yang dilakukan, jenis mesin operasi, material benda kerja, dan bentuk
benda kerja yang diinginkan.
Alat-alat pemotong
Karakteristik alat pemotong / alat iris berbeda-beda sesuai dgn proses yang digunakan, namun
sejumlah besar adalah yang umum digunakan.
Karbida coran. Bila proporsi karbida sangat tinggi, maka alat iris tak mungkin lagi
dikerjakan dalam keadaan panas dan pembentukannya harus dilakukan dengan
pengecoran.
Karbida semen / cemented carbide yang dihasilkan dengan teknik metalurgi serbuk saat ini
paling dominan
Karbida berpelapis, memiliki permukaan yang sangat kerasdan nonreaktif,bertindak
sebagai penghalang difusi namun sekaligus tangguh terhadap patahan sehingga
memungkinkan dilakukan pemotongan terputus-putus.
Cermen, merupakan sub kelas dari karbida semen, yaitu keramik yang diikat dengan fasa
logam. Banyak digunakan untuk memotong baja dan baja tahan karat, konduktivitas panas
yang baik serta kecepatn potong yang tinggi, sering digunakan pada operasi penghalusan
dengan kecepatan tinggi dan dalam permesinan komponen-komponen dengan bentuk
hampir bersih.
Alat-alat iris keramik, sangat cocok dipakai untuk kecepatan tinggi namun hanya pada
beban ringan dan kontinu.
Nitrid Boron Kubus Polikristalin / polycristalline cubic boron nitride (PCBN). Bahan ini tak
mengalami keausan difusi saat dipakai memotong bahan berdasar besi.
Intan Polikristaline / polycristalline Diamond (PCD). Bahan paling kleras. Intan telah lama
digunakan dalam bentuk kristal-kristal tunggal untuk pengerjaan penghalusan alumunium
engan kecepatan tinggi dan bahan non besi lainnya. Intan alami akan cepat rusak
dibandingkan kristal tunggal buatan.
Gambar 6.2. Suhu tinggi dalam pemotongan bahan keras pada kecepatan tinggi (Sumber :
Kombinasi dari kedua gerakan tersebut akan menghasilkan alur spriral yang tipis sepanjang
benda kerja yang berbentuk silindrik.
Bila gerak umpannya lambat sekali dibandingkan dengan gerak potongnya, maka akan
dihasilkan benda kerja berbentuk silindrik dengan alur spiral yang hampir tak kelihatan.
Bila gerak umpannya secara translasi dipercepat dan gerak potongnya diperlambat, maka
bentuk alur spiral yang mengelilingi benda kerja silindrik tersebut semakin jelas.
Bila alurnya diperdalam maka terbentuklah ulir pada benda kerja berbentuk silindrik tersebut.
Gambar 8.4. Pemegang benda kerja pada mesin bubut. (Sumber : Proses manufaktur :
Introduction to Manufacturing Process, John.A.Schey, 2009)
Gambar 8.5. Tata nama yang digunakan untuk menggambarkan geometri alat iris atau pahat
dengan titik potong tunggal. (Sumber : Proses manufaktur : Introduction to Manufacturing
Process, John.A.Schey, 2009)
Tabel 8.1. Sudut alat iris dengan titik potong tunggal (Sumber : Proses manufaktur : Introduction
to Manufacturing Process, John.A.Schey, 2009)
8.3.2. Facing
Facing merupakan pengoperasian untuk sebuah bidang tegak lurus terhadap sumbu mesin
bubut yang dihasilkan dengan menggerakkan padat bertitik potong tunggal terpasang pada
eretan sedemikian rupa sehingga gerak pengumpanannya mengarah ke senter mesin bubut
(gambar 6.6). Kecepatan potong harus dikurangi pada saat alat bergerak ke tengah, kecuali jika
kecepatan putar dinaikkan secara terprogram dengan penggerak. Gambar 6.7 merupakan
gambar mesin bor vertikal.
Gambar 8.8. Mesin bubut revolver vertikal CNC (Sumber : Proses manufaktur : Introduction to
Manufacturing Process, John.A.Schey, 2009)
BAB 9
PROSES DRILLING DAN BORING
(DRILLING AND BORING PROCESSES)
v N DKecepatan potong dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Tm
t A
N f
pada pembuatan lobang tembus (through hole):
d
Tm
N f
dimana, f: feed rate (mm/rev). Tm: time of actual machining (min). t: work thickness
(mm). A: jarak antara sisi terluar pahat drill dg permukaan benda kerja ketika ujung
drill mulai menyentuh permukaan. d: kedalaman lobang, : drill point angle.
Kecepatan pemindahan material (material removal rate), MRR:
MRR
D 2
f N
4
Tapping. Proses ini dilakukan dg pahat tap, untuk membuat internal ulir pada
permukaan dalam sebuah lobang.
Counter-boring. Menghasilkan lobang bertingkat, lobang diameter besar
diikuti dengan lobang diameter lebih kecil. Digunakan untuk menyimpan
kepala baut agar tidak menonjol.
Counter-sinking. Serupa dengan counter-boring, tetapi lobang lebar
berbentuk kerucut untuk menyimpan kepala sekrup bebentuk kerucut.
Centering. Disebut juga center-drilling, digunakan untuk membuat lobang
awal sehingga drilling dapat dilakukan pada posisi yang lebih akurat.
Pahatnya disebut center-drill.
Spot-facing. Mirip dengan proses milling. Digunakan untuk meratakan
permukaan tertentu benda kerja yang menonjol, terutama setelah proses
drilling.
Tool Geometry
Twist drill (drill dg bermata dua) digunakan luas di industri untuk membuat lobang
secara cepat dan ekonomis, diameter berkisar 0.15 mm (0.006 in.) ~ 75 mm (3.0 in.).
Badan drill memiliki dua daun spiral (flutes).
Sudut kemiringan sprial daun disebut helix angle, biasanya sekitar 30.
Saat proses drilling, daun ini berfungsi untuk jalur pengeluaran geram dari lobang.
Tebal (jarak) antara daun disebut web.
Ujung twist drill berbentuk kerucut, sudutnya disebut point angle, nilai sekitar 118.
Desain umum dari ujung drill adalah chisel edge. Chisel edge menyambung dengan
dua ujung (mata potong) disebut lips dan menyambung ke daun (flutes).
Permukaan flutes yang berhubungan dengan ujung potong berperan sebagai rake
face.
Twist drill biasanya terbuat dari high-speed steel (HSS).
Pembentukan pahat dibuat dg proses casting, kemudan dikeraskan permukaannya
dg proses heat treatment sementara bagian dalamnya tetap kuat/ulet. Setelah itu
dilakukan proses Grinding untuk mempertajam ujung potongnya.
Radial drill. Drill press besar yang dirancang untuk melobangi benda kerja
besar. Memiliki lengan radial sehingga drilling head dapat digerakkan sepanjang
lengan ini untuk menjangkau lokasi yang relatif jauh dari tiang mesin.
Gang drill. Mesin ini terdiri dari 2 6 mesin upright drill diatur saling
berhubungan dan segaris. Tiap spindle beroperasi sendiri-sendiri, tapi memiliki
satu meja kerja. Sehingga satu rangkaian proses drilling (centering, drilling,
reaming, tapping) dapat dilakukan secara berurutan dengan hanya menggeser
benda kerja tanpa mengganti pahatnya.
Multiple-spindle drill. Mirip dengan mesin gang drill, beberapa spindle
dihubungkan bersama untuk membuat berbagai lobang pada satu benda kerja
secara bersamaan.
Numerical control drill presses. Mesin ini mampu mengontrol pemosisian
lobang pada benda kerja. Sering dilengkapi dengan turrets untuk memegang
beberapa pahat drill sekaligus dan dapat dikontrol dengan NC program, sering
disebut mesin CNC turret drill.
Boring Process
Boring mirip dg proses bubut. Pahat bermata tunggal diumpankan pada benda kerja
yang berotasi. Perbedaannya, boring dilakukan pada permukaan diameter dalam
lobang yang sudah ada, dan sering disebut internal turning.
Mesin perkakas yang digunakan sering disebut boring machines or boring mills.
Mesin ini ada yang berbentuk horizontal atau vertical, berdasar pada posisi sumbu
putar spindle horizontal atau vertical.
Pada horizontal boring, terdapat dua bentuk. Pertama benda kerja diletakkan pada
spindel yang berputar, pahat diumpankan pada permukaan dalam benda kerja.
Batang pahat harus memiliki kekakuan (stiffness) sangat tinggi agar tidak terjadi
defleksi, biasanya dibuat dari cemented carbide. Bentuk kedua, batang pahat
diletakkan pada spindle yang berputar, dan benda kerja diumpankan terhadap pahat
tersebut. (lihat gambar)
Vertical boring machine (VBM) digunakan untuk benda kerja yang besar dan berat
serta membuat lobang berdiameter besar. Biasanya diameter benda kerja lebih
besar dari pada panjangnya. Biasanya dilengkapi juga dengan turrets, karenanya
Boring Machines
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 10
PROSES PENGERJAAN LOGAM PELAT
10.1.1. Baja
Banyak baja digunakan dalam kondisi telah digilas panas/hot rolled untuk pelek roda
otomotif.komponen-komponen casis,silinder gas bertekanan dll, tetapi banyak pelat baja yang
telah digilas dingin. Tabel 7.1 di bawah ini menunjukkan sifat-sifat dari pelat baja pelat yang
paling sering digunakan.
Tabel 10.1. Sifat Khusus lembaran baja
Baja karbon rendah : baja carbon rendah dengan C sampai 0,15% paling banyak digunakan
Baja rim/rimmed steel. Keuletan yang tinggi dan biaya yang relatif lebih rendah
menyebabkan baja ini disukai karena selain bersifat komersil juga baik untuk kualitas
Baja kekuatan tinggi. Ukuran yang semakin menipis harus disesuaikan dengan kekuatan yang
semakin tinggi, karena itu tuntutan akan penurunan massa telah mendorong dikembangkannya
bahan-bahan yang lebih kuat.
Pelat hasil penggilasan dingin / cooled rolled sheet.
Pelat yang telah dianil sebagian. Keuletan yang lebih besar dikombinasikan dengan
kekuatan yang memadai dapat diperoleh melalui penggilasan dingin yang berat diikuti
dengan anil pemulihan
Pelat yang telah dianil.penghalusan butir merupakan mekanisme penguatan yang
sangat berdaya guna. Penggilasandingin yang berat diikuti dengan rekristalisasi.
Baja yang dapat mengeras karena terpanggang.Baja ini biasanya digilas temper,setelah
pembentukan, baja akan mengalami penuaan cepat selama pemanggangan untuk
pengecatan,
Baja berfasa rangkap. Kandungan karbon yang lebih tinggi diperlukan untuk perlakuan
panas dengan pencelupan dingin dan tempering, berguna dalam baja pegas.
Baja yang telah menerima pengerasan larutan. Larutan padat baja yang diperkleras
dengan Mn,P,Si akan lebih mudah mengalami pengerasan regangan.
Baja paduan rendah berkekuatan tinggi/HSLA, makin bnyak digunakan pada struktur
kendaraan.
Baja berpelapis, pelapisan dituukan untuk memperbaiki sifat-sifat layanan atau tampilan produk
akhir.
Pelat berpelapis timah. Akan tahan korosi saejauh timah tak tergores dan Sn yang tak
beracun cocok untuk pelapis wadah makanan.
Pelat galvanis. Pelapisan seng akan melindungi baja terhadap korosi, dahulu digunakan
untuk pembuatan atap, saluran dan aplikasi teknologi rendahyang sejenis, sekarang
galvanis menjadi bahan utama bodi mobil dan konstruksi peralatan rumah tangga.
Pelat berpelapis timbal/ terne plate. Menahan korosi dalam beberapa media dimana
timah atau senga tak mampu memberikan perlindungan. Tetapi karena bercampur
dengan Pb, pelat tipis timbal ini terbatas untuk aplikasi nonmakanan.
Pelat berpelapis aluminium. Paduan Al-Fe yang dibentuk pada suhu tinggi akan
terlindung dari korosi dengan gas panas, lembaran ini cocok untuk penukar kalor,sistem
pembuangan gas otomotif, komponen-komponen pemanggang.
Pelat berpelapis cat. Juga dengan pelapisan polimer (plastik semisal vinil)yang lebih
tebal akan lebih menyenangkan. Pengecatan akhir tak diperlukan lagi.
Baja tahan karat/baja austenik. Dengan kemampuan pengerasan regangan yang tinggi dan sifat
mampu bentuknya yang baik dan tahan terhadap korosi menyebabkan baja ini dijadikan pilihan
untuk memmanufaktur perlengkapan pemrosesan makanan ( bak cuci piring, dapur, penukar
kalor,perlengkapan pemrosesan kimia).
Notching merupakan proses pemotongan pelat pada tepinya, pemotongan lobang sebagian
tanpa ada bagian yang dibuang disebut lancing. Produk yang telah mengalami proses
penarikan atau pendesakan, bahan lebihnya dipotong disebut proses trimming.Gambar 7.1 di
bawah ini adalah klasifikasi umum proses pembuatan logam pelat dan gambar 7.2 adalah
proses-proses yang berdasarkan pada pemotongan geser.
Gambar 10.1. Klasifikasi umum proses pembuatan logam pelat (Sumber : Proses
manufaktur : Introduction to Manufacturing Process, John.A.Schey, 2009)
Gambar 10.2. proses-proses yang berdasarkan pada pemotongan geser. (Sumber : Proses
manufaktur : Introduction to Manufacturing Process, John.A.Schey, 2009).
10.2.1.Proses Pemotongan
Gambar-gambar (7.3) di bawah ini adalah mekanisme pemotongan logam pelat.
Kualitas permukaan hasil pemotongan banyak dipengaruhi oleh kelonggaran / clearance antara
dua sisi alat pemotong. Dengan kelonggaran yang ketat, retakan-retakan yang bermula dari
sisi-sisi potong alat potong tidak akan bertemu satu sama lain sehingga pemotongan kemudian
diselesaikan dengan proses penyobekan sekunder, menghasilkan tepi-tepi bergerigi kasar di
bagian ketebalan pelat. Kelonggaran yang berlebihan membuat deformasi plastis berlangsung
terus-menerus, pemisahan tertunda, dan sirip (duri) yang panjang mencuat keluar pada sisi tepi
atas. Setelah malakukan pemotongan geserr ribuan komponen,sisi-sisi potong alat pemotong
akan aus, tumpul dan duri-duri dapat terbentuk sekalipu n dengan kelonggaran yang optimum.
Tepi duri dengan akar-akar tajamnya akan menciptakan konsentrasi tegangan, efek bahayanya
dibuktikan dengan merosotnya elongasi yang diukur dalam uji tarik. Duri-duri tersebut akan
memicu retakan selama pembentukan berikutnya. Oleh karena itu memilih kelonggaran yang
tepat dan merawat secara teratur merupakan aspek yang sangat penting dari proses ini. Dari
pengalaman, kelonggaran yang diambil antara 4-12% dari ketebalan pelat (kelonggaran yang
lebih kecil diterapkan untuk bahan yang lebih ulet)
Ada beberapa pendekatan yang dapat diambil, pada sebagian besar pendekatan, sebuah
pendesak pengimbang / counterpunch bekerjasama dengan pendesak utama dan sebagai
keuntungan tambahan, menghilangkan kelengkungan produk.
Gambar di bawah ini (gambar 7.4) adalah pendekatan atau cara-cara untuk menghasilkan
komponen-komponen dengan tepi yang halus.
Keterangan gambar :
Perpatahan dapat ditunda dengan memberikan tekanan hidrostatis yang tinggi. Prinsip
ini dimanfaatkan dalam proses blanking presisi dan blanking halus. Blankholder atau
penahan blank yang dibentuk secara khusus (cincin V, cincin tumbuk) ditekan ke dalam
komponen beberapa saat sebelum memulai pemotongan, dengan demikian kawasan
deformasi dipertahankan dalam kondisi mampat dan seluruh ketabalan mengalami
geseran secara plastis.
Tekanan hidrostatis yang tinggi juga dipertahankan pada pemotongan geser dengan
kelonggaran negatif dan komponen benar-benar didorong (diekstrusi) melalui landasan
bentuk.
Dalam pemotongan geser dua sisi / counterblanking , pelat di kelem diantara dua
landasan bentuk . Pendesak menekan dalam satu arah sampai retakan-retakan muncul
dan lkemudian pemotongan diselesaikan dalam arah yang lain.
Komponen hasil blanking konvensional dapat dihaluskan melalui proses yang disebut
shaving/finished saved pada sebuah perangkat pemotong/die set dengan kelonggaran
ketat. Hal ini serupa dengan pemotongan dengan alat iris yang menggunakan sudut
tatal nol (0)
Kualitas hasil pemotongan dapat ditingkatkan dengan pemotongan kecepatan tinggi
yaitu bila kecepatan pemotongan malampaui kecepatan perambatan dislokasi pada
logam. Hal ini membutuuhkan kecepatan yang sangat tinggi yaitu sekitar 30 m/detik.
dengan pelat-pelat landasan biasa, sementara pelat strip diumpankan dalam tahapan-
tahapan yang pasti/terindeksi. Operasi blanking dan punching sering ada diantara
beberapa langkah pemrosesan yang diambil dalam landasan-landasan bentuk progresif
untuk memmanufaktur komponen-komponen yang kompleks.
Tingkat manufaktur paling tinggi dihasilkan dalam operasi pelubangan gelinding atau roll
pierching, dengan landasan bentuk dan pendesak ditempatkan pada permukaan rol-rol
Untuk kuantitas yang lebih kecil (ratusan buah), biaya pembuatan landasan dapat
diperkecil jika rugi-rugi skrap yang besar dapat ditoleransi.
Untuk jangka pendek, l;andasan yang murah adalah yang terbuat dari landasan-
landasan mistar baja / steel rule die .
Proses pemotongan geser dasar dapat diterapkan untuk kawat. Batang, penampang-
penampang khusus, pipa-pipa sebagai persiapan untuk pengerjaan lanjutan.
BAB 11
PROSES FREIS/MILLING (MILLING PROCESSES)
Peripheral Milling
Sumbu putar pahat sejajar dg permukaan benda kerja, pemotongan dilakukan oleh
permukaan sisi luar pahat. Beberapa jenis proses ini adalah:
Slab milling, bentuk dasar peripheral milling; lebar pahat lebih besar dari benda
kerja.
Slot milling (slotting), lebar pahat lebih kecil dari lebar benda kerja, membentuk
celah (slot) pada benda kerja. Jika pahat sangat tipis dapat digunakan untuk
Face Milling
Sumbu putar pahat tegak lurus terhadap permukaan yg diproses. Pemotongan dilakukan
oleh ujung potong di permukaan dan sisi luar pahat. Beberapa jenis proses ini:
Conventional face milling, diameter pahat lebih besar dari pada lebar benda kerja,
sehingga dapat langsung memesin seluruh permukaan benda kerja.
Partial face milling, pahat hanya memotong sebagian sisi permukaan benda kerja.
End milling, diameter pahat lebih kecil dari lebar benda kerja.
Profile milling, pahat end mill memotong sisi benda kerja untuk membuat bentuk
tertentu.
Pocket milling, pahat end mill digunakan untuk membuat pocket pada benda kerja.
Surface contouring, pahat ball-nose cutter digerakkan memotong benda kerja
untuk membentuk profil permukaan tertentu benda kerja. Sehingga dapat
membentuk bentuk tiga dimensi. Proses ini banyak digunakan untuk pembuatan
ceteakan (dies & molds), disebut juga proses die sinking.
v N DKecepatan potong dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
f r N nt f
dimana, f : chip load (mm/tooth), fr: feed rate (mm/min), nt: number of teeth on the
cutter.
Waktu riil pemesinan (time of actual machining), Tm (min) :
pada proses slab milling:
Tm
L A
fr
A d D d
Tm
L 2 A
fr
D
AO
2
untuk kasus (a)
A O wD w
untuk kasus (b)
MRR w d f r
dimana, MRR: material removal rate (mm3/min) ditentukan oleh luas bidang potong
dan feed rate, w: width of cut (mm), d: depth of cut (mm).
Milling Cutters
Klasifikasi pahat milling sangat berhubungan dg prosesnya:
Plain milling cutters. Digunakan pada peripheral atau slab milling. Berbentuk silinder
dg beberapa ujung potong, yang biasanya berbentuk melingkar dengan sudut helix
(helix angle) untuk mengurangi gaya impak saat mulai pemotongan. Pahat ini disebut
helical milling cutters.
Form milling cutters. Digunakan pada peripheral milling dimana ujung potong memiliki
profil khusus yang akan diduplikatkan pada benda kerja. Contohnya pada pembuatan
roda gigi.
Face milling cutters. Pahat ini dirancang dg gigi yang memotong pada sisi dan keliling
luar pahat. Pahat ini dapat dibuat dari bahan HSS dan cemented carbide inserts..
End milling cutter. Berbentuk mirip dg pahat drill, tapi dirancang untuk memotong pada
sisi keliling luar pahat. Terdapat pahat end mill dg ujung berbentuk square ends, ends
with radii, and ball ends.
Machining Centers
Machining center adl mesin perkakas yg dibuat dg tingkat otomasi tinggi sehingga
mampu melakukan berbagai proses pemesinan di bawah kontrol CNC dalam sekali
setup benda kerja, dg peran operator minimal.
Beberapa kelengkapan yg menjadikan machining center produktif:
Automatic tool changing. Penggantian pahat dilakukan secara otomatis
dibawah kontrol program NC oleh automatic tool changer (ATC) yg
dirancang khusus utk dapat menukar pahat dari spindel mesin dg drum
penyimpan pahat. Kapasitas drum ini biasanya 16 - 18 buah pahat.
Pallet shuttles or automatic pallet changer (APC). Alat ini dirancang agar
dapat melakukan penggantian benda kerja secara otomatis, dilengkapi dua
atau lebih pallet (dudukan benda kerja). Sementara mesin sedang
memproses benda kerja diatas pallet yg satu, operator dapat melepas dan
memasang benda kerja pada pallet yg lain utk persiapan proses berikutnya.
Automatic workpart positioning. Beberapa mesin memiliki lebih dari tiga
axis. Satu axis tambahan biasanya dirancang sebagai rotary table utk
memposisikan benda kerja pada sudut tertentu terhadap spindle. Dg rotary
table mampu memesin empat sisi benda kerja dalam sekali setup.
Jenis machining centers:
Vertical machining centers, cocok utk berbagai proses pemesinan terhadap
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 12
PROSES SHAPING, PLANING, BROACHING DAN SAWING
(SHAPING, PLANING, BROACHING, AND SAWING PROCESSES)
Shaping
Mesin yg digunakan utk proses shaping disebut Shaper. Mesin ini terdiri dari sebuah
lengan (ram) yg bergerak relative thd tiang (column) utk melakukan gerak
pemotongan, dan meja kerja utk memegang benda kerja dan memberi gerak
pengumpanan (feed).
Lengan (ram) bergerak ke depan utk memotong dan sambil sedikit terangkat
bergerak kembali ke belakang, kemudian bergeser ke samping utk melakukan
Planing
Mesin yg digunakan utk proses planing disebut Planer. Meja kerja bergerak bolak-
balik membawa benda kerja thd pahat potong bermata tunggal. Kecepatan gerak
meja kerja ini menentukan kecepatan potong. Mesin planer memiliki konstruksi dan
gerakan yg memungkinkan mampu memesin benda kerja lebih besar dibanding
mesin shaper.
Mesin planer dapat dikelompokkan menjadi:
Open side planer (single column planer), memiliki tiang (column) tunggal
menyangga rail melintang tempat dipasang kepala pahat (tool head). Pahat
lain dapat juga dipasang dan diumpankan sepanjang tiang vertikal, shg
dalam setiap stroke dapat dilakukan lebih dari satu pemotongan. Konfigurasi
mesin ini memungkinkan memotong benda kerja yang sangat lebar.
Double column planer, memiliki dua tiang di dua sisi meja kerja. Tiang ini
menyangga rail melintang yg membawa lebih dari satu kepala pahat (tool
head). Kedua tiang ini membatasi lebar benda kerja yg dapat diproses.
Broaching
Broaching adl proses dg pahat bergigi banyak yg digerakkan linear thd benda kerja
pada arah sejajar dg axis pahat. Pahat yg digunakan disebut broach, dan mesinnya
disebut broaching machine. Kelebihan proses ini adalah permukaan hasil baik,
toleransi tinggi, dan bentuk benda kerja dapat bervariasi. Sedang kekurangannya
adalah biaya mahal, karena pahat berbentuk rumit.
Dua prinsip utama proses broaching:
Broaches
Pahat broach terdiri dari satu set gigi potong yg berjarak tertentu sepanjang sisi
potongnya.
Gigi pahat broach memiliki diameter bertingkat yg paling besar terletak di ujung. Shg
saat pahat ditarik thd benda kerja, perbedaan tinggi gigi ini berfungsi memberi
umpan (feed) pemotongan. Jumlah bahan yg dihilangkan (MRR) dalam sekali tarik
merupakan akumulasi seluruh yg dipotong setiap gigi. Dan kecepatan potongnya
(cutting speed) adl kecepatan tarik pahat thd benda kerja.
Bentuk permukaan potong ditentukan oleh bentuk profil gigi (ujung potong) terutama
gigi terakhir. Karena bentuknya yg rumit dan digunakan pada kecepatan rendah,
pahat broach dibuat dari bahan HSS. Pada proses broaching besi cor tertentu, ujung
potong menggunakan bahan cemented carbide dalam bentuk insert.
Sawing
Gergaji (Sawing) adl proses pemotongan celah sempit pada benda kerja
menggunakan pahat tipis yg bergerigi disisinya.
Proses ini biasanya digunakan utk memotong benda kerja menjadi dua, atau
memotong bagian yg tidak perlu, sehingga disebut juga proses cutoff.
Biasanya proses dilakukan dg menggerakkan bolak-balik pahat gergaji (saw blade)
diatas benda kerja yg diam.
Terdapat tiga jenis dasar proses sawing berdasar bentuk pahat:
hacksawing,
bandsawing, and
circular sawing.
Circular Sawing
Circular sawing, menggunakan bilah gergaji berbentuk roda (roll) yg bergerigi di sisi
luarnya. Proses ini sering digunakan utk memotong batang panjang, tabung, dan
bentuk-bentuk lain yg memerlukan pemotongan panjang. Mesin circular sawing
dilengkapi spindle yg diputar oleh mesin dan mekanisme pengumpan utk
menggerakkan benda kerja atau gergaji. Terdapat dua jenis proses yg terkait
dengan circular sawing:
Abrasive cutoff, menggunakan batu gerinda tipis utk melakukan cut-off pada
bahan keras yg sulit dipotong dg gergaji biasa.
Friction sawing, menggunakan piring baja tipis yg diputar dg kecepatan
sangat tinggi dan ditekankan pada benda kerja, sehingga menghasilkan
panas dari gesekan yg menjadikan benda kerja lunak dan terpotong.
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 13
PEMROSESAN KERAMIK
13.1. Pendahuluan
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk
dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-
an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang
dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini
tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup
semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan
elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin,
dan air.
Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana
bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron
bebas. Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik
secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di
samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Keramik secara umum
mempunyai kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.
Pada tahun 1992 Jepang mentargetkan mesin-mesin mobilnya berbagian keramik sekitar
7-8 Kg sedangkan Eropa antara 1-2 Kg
Keramik dinilai dari propertinya. Kegunaan keramik beragam disesuaikan dengan
kemampuan dan daya tahannya. Keramik dengan properti elektrik dan magnetik dapat
digunakan sebagai semikoncuktor, konduktor dan magnet. Keramik dengan properti yang
berbeda dapat digunakan pada aerospace, biomedis, konstruksi bangunan, dan industri nuklir.
Beberapa contoh penggunaan keramik industri:
Peralatan yang dibuat dari alumina dan silikon nitrida dapat digunakan sebagai pemotong,
pembentuk dan penghancur logam.
Keramik tipe zirconias, silikon nitrida maupun karbida dapat digunakan untuk saluran pada
rotorturbocharger diesel temperatur tinggi dan Gas-Turbine Engine.
Keramik sebagai semikonduktor adalah barium titanate (BaTiO3) dan strontium titanate
(SrTiO3). Sebagai superkonduktor adalah senyawa berbasis tembaga oksida.
Keramik dengan campuran semen dan logam digunakan untuk pelapis pelindung panas
pada pesawat ulang-alik dan satelit.
Keramik Biomedical jenis porous alumina digunakan sebagai implants pada tubuh manusia.
Porous alumina dapat berikatan dengan tulang dan jaringan tubuh.
Butiran uranium termasuk keramik yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Butiran ini dibentuk dari gas uranium hexafluorida (UF6).
Keramik berbasis feldspar dan tanah liat digunakan pada industri bahan bangunan.
Keramik juga digunakan sebagai coating (pelapis) untuk mencagah korosi. Keramik yang
digunakan adalah jenis enamel. Peralatan rumah tangga yang menggunakan pelapisan
enamel ini diantaranya adalah kulkas, kompor gas, mesin cuci, mesin pengering.
ini menjadikannya lebih ringan dari baja, maka keramik sering dibuat untuk mesin
mobil, pesawat
mudah menghalau panas karena daya hantar termal keramik cukup baik, maka keramik
juga digunakan untuk sistem pendingin mesin, wadah piranti sirkuit elektronik yang
terbuat dari aluminium oksida atau nitrida.
Lihat tabel 9.1 Potret dunia keramik struktural.
Untuk membuat komponen kecil dan rumit pada penggunaan teknik/rekayasa serta
elektronik, maka digunakan proses pengempaan. Pengempaan kering ialah pemampatan
sehingga volume lebih kecil dengan bantuan tekanan sehingga terjadilah jejalan partikel dan
terbentuk ikatan partikel. Proses kempa kering dimulai dengan :
mengisi rongga die dengan bubuknya, lalu diberi tekanan dari desakan kempa atas dan
bawahnya.
Setelah dikempa, produk dipindahkan dan proses pengisian berulang.
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk meekatkan bubuk
keramik dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk
mendapatkan kelenturan dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi bentuk yang
berbeda-beda dengan beragam proses pembentukan (molding).
Proses pembentukan ini diantaranya adalah slip casting, pressure casting, injection
molding, dan extruction. Setelah dibentuk, keramik kemudian dipanaskan dengan proses yang
dikenal dengan nama densifikasi (densification) agar material yang terbantuk lebih kuat dan
padat.
Slip Casting. Slip Casting adalah proses untuk membuat keramik yang berlubang. Proses
ini menggunakan cetakan dengan dinding yang berlubang kecil dan memanfaatkan daya
kapilaritas air. Adonan dituangkan ke cetakan (yang terbuat dari plester Paris) berpori agar
air hilang dan bubuknya memampat. Biasanya digunakan untuk membuat bentuk
kompleks besar, misalnya peralatan toilet atau bila jumlah komponen yang dibuat tidak
terlalu banyak. Lihat gambar 13.2.
Pressure Casting. Pada proses ini, bubuk keramik dituangkan pada cetakan dan diberi
tekanan. Tekanan tersebut membuat bubuk keramik menjadi lapisan solid keramik yang
berbentuk seperti cetakan. Jigger dilakukan untuk membuat alat-alat makan, dengan
cetakan putar untuk membentuk satu permukaan sedangkan permukaan lainnya terbentuk
oleh putaran massa plastiknya sendiri pada piranti lengkung. Cara ini digunakan untuk
membuat mangkuk, piring dsb. Lihat gambar 9.3.
Injection Molding. Proses ini digunakan untuk membuat objek yang kecil dan rumit.
Metode ini menggunaan piston untuk menekan bubuk keramik melalui pipa panas masuk
ke cetakan. Pada cetakan tersebut, bubuk keramik didinginkan dan mengeras sesuai
dengan bentuk cetakan. Ketika objek tersebut telah mengeras, cetakan dibuka dan bagian
keramik dipisahkan.
Extrusion. Extrusion adalah proses kontinu yang mana bubuk keramik dipanaskan didalam
sebuah tong yang panjang. Terdapat baling-baling yang memutar dan mendorong material
panas tersebut kedalam cetakan. Karena prosesnya yang kontinu, setelah terbentuk dan
didinginkan, keramik dipotong pada panjang tertentu. Proses ini digunakan untuk membuat
9.2.2.Densifikasi
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik
menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada tungku
(furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700 C. Pada proses pemanasan, partikel-
partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik
menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya.
Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik
dengan mendapatkan struktur internal yang tersusun rapih dan sangat padat.
Agar air verlebih bisa dihilangkan , maka air harus dihilangkan. Ada beberapa jenis air
pada keramik yatiu :
Air suspensi dari slip casting
Air antar partikel dari bentukan plastik
Air pori antarpartikel setelah pengerutan
Air terjerap atau terabsorbsi pada partikel
Proses pengeringan akan disertai pengerutan serta pemampatan, juga menambah
kekuatan karena air terbagi bersama. Pembakaran atau sintering memampatkan bubuk
keramik menjadi massa koheren. Permukaan mengecil, volume berkurang (rterjadi
pengerutan), bertambah kuat pula produknya karena butiran-butiran saling lebur menyatu.
Sintering merupakan perpindahan bahan untuk mengurangi porositas. Mekanisme yang
terlibat pada sintering yaitu :
Aliran kental atau aliran plastik
Penguapan dan pengembangan (kondensasi)
Pelarutan dan pengendapan
Pemampatan merupakan akibat peleburan dan berkurangnya porositas (lihat gambar 9.4)
Pengerutan disertai pertukaran bahan dan karena saling merekat maka akan bertambah kuat.
Gambar 13.6 adalah kurva pendinginan bahan kristal dan bukan kristal.
Bahan kristal di saat mendingin dari keadaan eleh akan berada pada titik suhu tetap untuk
beberapa saat. Terdapat fasa cair dan padat. Bila setimbang, bahan tidak dapat didinginkan
sampai seluruh cairan berubah menjadi padatan dan sebaliknya.
Bahan non kristal atau gelas, tak ada patahan pada kurva. Jadi tak jelas kapan terjadi
perubahan cair-padat. Kondisi ini merupakan kondisi dalam keadaan gelas. Jadi gelas adalah
bentuk cairan supradingin.
Gelas dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu :
13.2.4 Pelapisan/Coating
Pelapisan enamel porselen adalah pelapisan gelas pada bahan basis logam. Lapisan
gelas menempel pada lapisan oksidasi yang terjadi saat pembakaran logam. Koefisien muai
termal enamel porselen agak lebih rendah daripada logam sehingga coating akan kompresif
pada suhu kamar. Enamel porselen merupakan bahan yang keras dan tegar, tahan aus, bahan
kimia dan isolator. Biasanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, arsitektur dan industri.
Logam yang dapat dienamel termasuk baja karbon rendah, baja stainles, alloy aluminium tahan
panas, logam mulia (tembaga, emas,perak)
Glazur adalah coating gelas atas bahan basis keramik. Ini untuk menghaluskan
permukaan akibat butiran-butiran polikristal.
Plating nyala akan menghasilkan lapisan oksida, karbida dan nitrida dengan memasukkan
bubuk nyala amat panas. Bahan meleleh dan disemprotkan ke permukaan, lalu memadat.
Lapisan ini berpori tapi amat keras. Penggunaannya terutama untuk permukaan anti aus.
Deposisi uap merupakan pelapisan permukaan dengan melelehkan bahan dan
membiarkan uapnya membentuk lapisan stabil, rapat mampat.
BAB 14
PEMROSESAN PLASTIK
14.1. Klasifikasi
Kebanyakan proses cocok untuk membuat banyak produk dari barbagai macam plastik,
karena itu, penggolongan berdasarkan proses lebih relevan daripada berdasarkan produk atau
bahan. Gambar 10.1 di bawah ini menunjukkan rangkaian pemrosesan plastik.
Gambar 14.1. Rangkaian pemrosesan plastik (diadaptasi dari J.A.Schey, ASM Handbook, Vol
20, Material Selection and Design,ASM International, dengan izin)
Sesuai dengan logika yang dipakai dalam pemrosesan logam, proses pembuatan plastik akan
dibahas menurut urutan suhu pemrosesan yang disusun menurun. Penting untuk diperhatikan
bahwa dalam banyak kejadian sebuah produk plestik mungkin telah mengalami serangkaian
tahapan pemrosesan. Pengertian mengenai istilah ini cukup luas, karena itu kita akan mengikuti
klasifikasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip fisiknya, bukan nama-nama prosesnya.
14.2. Pengecoran
Istilah pengecoran akan digunakan disini untuk menggambarkan proses pengisian
cetakan dengan menggunakan gaya gravitasi. Olah karena itu, bahan harus memiliki
viskositas yang cukup rendah supaya dapat mengalir dengan bebas. Hal ini dapat dicapai
dengan bebarapa cara yaitu :
Termoplastik dapat dipanaskan pada suhu di atas Tm (plastik leburan-panas) dan dicor ke
dalam cetakan. Dalam satu varian, komponen-komponen dari nilon yang memiliki berat
molekul tinggi, sangat kristalin, dan karenanya kuat, seperti roda gigi dan bantalan, dapat
diperoleh dengan meleburkan atau mencairkan monomer, menambahkan katalis dan
aktivator, dan menuangkan hasil pencetakan ini ke dalam cetakan.
Resin cair dapat berupa monomer (misalnya resin epoksi) atau polimer rantai pendek
(misalnya poliester tahap A atau B atau termoset fenolik). Jika polimer ini digunakan untuk
meletakkan satu unsur bagian pada tempatnya, disebut potting, sedangkan jika polimer ini
menyelimuti suatu unsur bagian secara menyeluruh disebut sebagai pembungkusan /
encapsulation. Dalam semua kejadian, ketiadaan kelembaban merupakan hal yang penting
dan gas harus dikeluarkan dari cairan dengan perlakuan vakum dan harus tetap dijaga
agar tetap berada dalam larutan dengan cara pemberian tekanan selama proses
polimerisasi. Cetakan dapat dibuat dari bahan logam, kaca dan plastik yang kaku ataupun
lentur.
Bahan dari plastik ini dapat dikelupas dari coran sehingga memungkinkan diperoleh
bentuk-bentuk yang kompleks dan bentuk dengan pemotongan bawah. Penyusutan dapat
bermasalah, khususnya akrilik, yang menyusus sangat besar selama polimerisasi dan
dapat menimbulkan lipatan-lipatan di bagian permukaan.
Polimerisasi berlangsung melalui proses pemanasan. Waktu pemrosesan akan lebih
singkat bila pengecoran dilangsungkan ketika bahan dalam rupa sirup yang telah
terpolimerisasi sebagian.
Yang sangat penting diantaranya adalah pengecoran plastisol, khususnya PVC yang lentur.
Plastisol adalah suspensi partikel-partikel PVC dalam plastisizer, plastisol mengalir seperti
cairan dan dapat dituangkan ke dalam cetakan yang telah dipanaskan. Ketika dipanaskan
hingga suhu sekitar 1770C, plastik dan plasticizer akan saling melarutkan satu dengan
lainnya. Akibat pendinginan cetakan pada suhu di bawah 600C, akan dihasilkan produk-
produk plastik permanen yang lentur. Pengecoran lumpur / slush digunakan secara luas
untuk produk-produk berbahan tipis seperti sepatu bot salju, sarung tangan dan boneka.
Larutan (sirup, seperti polimer akrilik yang dil;arutkan dalam monomer akrilik) dan organisol
(yang di dalamnya polimer dilarutkan dalam pelarut yang dapat menguap) juga dapat
diproses melalui pengecoran. Untuk itu larutan polimer, khususnya PVC, dituangkan di
atas sabuk baja tahan karat yang bergerak (pengecoran selaput dengan pelarut).
Melalui metode pemusingan basah / wet spinning, karet dibentuk dengan cara melewatkan
larutan melalui landasan bentuk dengan banyak lubang yang stasioner (dari tradisi indutri
textile disebut spinneret. Karena jalur difusi yang pendek, pelarut dengan mudah dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat disirkulasikan kembali. Sejumlah besar
serat selulosa asetat, selulosa triasetat dan poliakrilonitril dibuat dengan cara ini.
Pencetakan dengan putaran / rotational molding , disebut juga rotomolding , merupakan
varian dari pengecoran lumpur / slush casting. Sejumlah polimer (berupa cairan atau
serbuk) dimasukkan ke dalam cetakan logam berdinding tipis dan cetakan tersebut
dipanaskan sambil diputar mengelilingi dua sumbu yang saling tegak lurus ( lihat gambar
10.2). Termoplastik (misalnya PE,nilon atau polikarbonat) akan lebur atau mencair,
sementara termoset mengalami polimerisasi. Cetakan didinginkan dan komponen
dilepaskan. Untuk meningkatkan laju manufaktur, korsel berlengan 3 / three-arm carousel
sering digunakan, masing-masing satu cetakan untuk setiap posisi, yakni pemuatan dan
pelepasan, pemanasan dan pendinginan. Karena tidak melibatkan tekanan, maka
cetakannya lebih sederhana.Komponen-komponen yang dihasilkan bebas dari tegangan-
tegangan akibat pencetakan. Proses ini cocok untuk membuat komponen-komponen yang
besar, berdinding relif tipis, dan berongga (terbuka ataupun tertutup). Bahkan benda-benda
yang berukuran sangat besarpun dapat dibuat (misalnya container berkapasitas 80.000
liter) . Teknik ini juga cocok digunakan untuk plastisol.
Bahan awal biasanya berupa serbuk, butiran atau biji, untaian-untaian tercacah, serpihan
plat, atau dalam kasus bahan hasil daur ulang, berupa potongan-potongan pendek (hasil
penggilingan ulang) dan, kadang-kadang, skrap-skrap yang dipadatkan (compacted scrap)
pemindahan dan penggabuangan dapat dilakukan dengan menggunakan ulir. Supaya
terbebas dari gelembung udara, plastik harus bebas dari air. Pemanasan dapat diberikan
sebagian eksternal dan sebagian internal (dengan mengubah bentuk usaha yang
dihasilkan oleh geseran viskos kebentuk panas). Suhu yang terlalu tnggi dapat
menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen. Misalnya, PMMA kan mengalami
depolimerisasi dan membentuk monomer yang mengandung gelembunga udara; PVC
membutuhkan zat-zat penstabil, PE dan PS cenderung menjadi kurang lentur; bahan yang
lain ( seperti poliasetat dengan PVC ) bahkan dapat membentuk campuran yang mudah
meledak.
Perubahan volume yang substansial pada saat pendinginan (gambar 13.5a) menunjukan
terjadinya penguranga volume bebas akibat penyusustan ulang molekul-molekul dan
pembentukan ikatan sekunder. Oleh karena proses ini merupakan proses yang bergantung
pada waktu , maka penyuustan akan semakin meningkat pada pendinginan yang lebih
lambat (suhu leburan yang lebih tinggi) menu8runya tekanan dan waktu deformasi yanbg
lebih singkat ( laju regangan yang lebih tinggi ).
Pembekuan yang cepat juga berarti orientasi molekul-molekul yang tergabung dalam ikatan
akan terkendala orientasi ini dapat dilayakkan apabila moleku-molekul tersebut diatur
sejajar dengan arah tegangan layanan maksimum, namun hal ini dapat menyebabkan
distorsi dalam penggunaannya. Distorsi ini dapat diminimalkan apabila molekul-molekul
tersebut diberi waktu untuk menjalin ikatan kembali sebelum membeku. Sayangnya,
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi distorsi juga berakibat pada
meningkatnya penyusutan, karena itu lipatan-lipatan pada permukaan sering kali terlihat
pada permukaan yang lebih tipis. Terlebih lagi, karena bagian yang lebih tipis ini lebih
lambat menjadi dingin, maka molekul-molekul di sebelah dalam kulit yang telah membeku
memiliki lebih banyak waktu untuk menjalin ikatan kembali sehingga akan menyebabkan
terjadinya tegangan-tegangan sisa.
Termoset telah kita lihat pada gambar 13.3 bahwa, sebelum membentuk rantai melalui
hubungan silang (yakni pada tahap A atau tahap B), polimer termoset dapat mengalir dibawah
tekanan. Polimer-polimer ini mungkin berbentuk bulat-bulat, dan kemudian dapat diberi
perlakuan seperti serbuk atau dapat diubah menjadi termo plastik melalui pemanasan.
Oleh karena itu, teknik pemprosesannya sama dengan yang digunakan untuk
termoplastik. Akan tetapi, tetap ada perbedaan utama: bila termoplastik didinginkan untuk
menetapkan bentuknya, termoset tetap harus berada dalam cetakan yang dipanaskan untuk
waktu yang cukup lama demi terjadinya polimerisasi dan pembentukan hubungan silang
(cross-linking). Beberapa polimer dapat dikeluarkan dari cetakan begitu sudah berbentuk dan
kemudian kondisi hubungan silang sepenuhnya diperoleh selama proses pendinginan atau
penyimpanan dalam opven yang terpisah. Disaat lain, hubungan silang segera dimulai ketika
pemanasa; karena itu prapolimer harus dimasukan ke dalam cetakan yang dingin dan cetakan
tersebut harus diberi perlakuan panas dengan siklus pemanasan dan pendinginan, sehingga
untuk setiap komponen yang dihasilkan memerlukan waktu yang sangat lama.
14.3.2 Ekstrusi
Ekstrusi merupakan proses yang digunakan dalam volum manufaktur terbesar karena
tidak hanya digunakan untuk memperoleh bentuk batang, pipa, pelat, dan selaput tipis dari
bahan termoplastik, namun juga digunakan untuk pencapuran secara cermat segala macam
plastik dan untuk memmanufaktur bentuk-bentuk butiran. Ram extrusion (ekstrusi penggunaan
batang peluncur) (mirip dengan gambar 9.28b) terbatas hanya untuk kasus-kasus khusus
(semisal ekstrusi PTFE); perbedaan utama yang pertama bila dikaitkan dengan ekstruksi logam
adalah pada penggunaan ekstruder kulir (screw exstruder).
Ekstruder Ulir bentuk dasar peralatan ini cukup standar (gambar 10.3). polimer
diumpankan melalui corong (hopper) ke dalam tong (barrel), dimana ulir miring akan membawa
polimer ke ujung cetakan. Ulir memiliki tiga bagian: bagian pengumpanan memiliki diameter
dasar yang konstan ( kedalaman pengaliran yang konstan membawa biji atau butiran-butiran
dari corong pengumpanan dan mengalirkany ke bagian pemampatan (begian peleburan,
bagian transisi) dimana ukuran penampang lintang yang berangsur-angsur mengecil akan
memampatkan butiran-butiran yang telah dilunakan. Gesekan viskos biasanya akan
memunculkan panas yang cukup sampai pada suhu yang dibutuhkn polimer ; tong dapat
dipanaskan secara eksternal untuk mengganti hilangnya panas atau tong ( atau ulir ) dapat
didinginkan untuk menghindari panas yang terlalu tinggi. Pada akhir bagian cairan viskos
diteruskan ke bagian penyeragaman. Bagian ini, seperti halnya bagian pengumpanan, memiliki
penampang lintang bebas yang konstan namun lebih kecil. Disini leburan dipanaskan lebih
lanjut dengan geseran pada kecepatan tinggi.
Gambar 14.3. Resin termoplastik yang dimuat ke dalam ekstode ulir, dimampatkan,dilebur,dan
diekstrusi melalui sebuah landasan bentuk atau cetakan. Ketika keluar dari landasan bentuk,
hasil ekstrusi didinginkan dan pembengkakan pada landasan bentuk dikurangi dengan
menariknya melalui pelat untuk menentukan ukuran di bawah tekanan yang terkontrol (a). Ulir
memiliki kedalaman pengaliran h dan sudut puncak (b)
Rancangan ulir merupakan hal yang penting. Sudut puncak ulir biasanya 17,50, tetapi bisa
lebih tinggi untuk beberapa plastik. Rasio kompresi ulir ( perbandingan antara luas bebas pada
awal dan akhir uliran, biasanya berkisar antara 2:1 hingga 4:1) dan panjang ( atau lebih
tepatnya, rasio panjang terhadap diameter, biasanya berkisar antara 16:1 hingga 32:1) dipil
secara tepat dengan pertimbangan jenis polimer. Polimer yang peka terhadap panas (misalnya
PVC) diekstrusi dengan gesekan minimum, sebaliknya polimer dengan titik lebur yang tinggi (
seperti nilon) membutuhkan bgian penyeragaman yang panjang dan bagian kompresi yang
pendek. Agar pengoperasian ini berhasi, maka suhu (pemanasan dan pendinginan) , tekanan
balik ( back pressure), kecepatan ulir, laju injeksi, dan sebagainya harus dikontrol dengan ketat.
Pengendalian suhu sepanjang tong menjadi semakin penting jika rancangan ulir yang
digunakan adalah untuk berbagai jenis plastik. Ulir dapat pula dibuat dalam dua bagian, yang
memungkinkan terjadinya pelonggaran (dekompresi) dpertengahan tong sehingga gas dapat
dilepaskan dan kemudian tekanan dibangun kembali.
Untuk menghindari adanya polimer yang tidak lebur atau kotoran yang tidak terjebak
dalam proses ekstrusi, sebuah screen pack ( kassa kawat yuang berkualitas baik) ditempatkan
dalam aliran polimer. Ini didukung oleh pelat pemecah yang meningkatkan proses
pencampuran dan homogenisasi dan mengalir melalui pelat pemecah yang menghinglakn
kesan lanjutan dari leburan. Aliran plastikl kemudian disatukan kembali sebelum mamasuki
cetakan; Suhu harus cukup tinggi untuk memastikan terjadinya kontinuitas sempurna. Tekanan
saat memasuki tekanan adalah 1,5 15 (terkadang, mencapai 70) Mpa.
Ekstruder ulir ganda dan multipel lebih sesuai untuk bahan yang peka terhadap panas,
seperti PVC yang kaku, karena ekstruder jenis ini lebih tidak bergantung pada geseran dan
seretan dalam memindahkan bahan : ulir-ulir yang berpasangan (itermeshing screws) akan
memberikan alran yang positif dngan geseran minimum.
Gambar 14.4 Pelat dan foil yang lebar dapat dihasilkan melalui proses penggulungan
Produktivitas yang tinggi dapat diperoleh dengan pencetakan cara injeksi, dengan
mengontrol banyaknya leburan yang diinjeksi dengan (a) sebuah plunyer bolak balik atau (b)
ulir yang berputar bolak-balik, pada yang terakhir ini, aliran dikontrol dengan katup penahan
aliran balik yang memungkinkan penambahan leburan (c) tetapi akan tertutup selama injeksi (d)
BAB 15
PROSES PROSES PENYAMBUNGAN
15.1. KLASIFIKASI
Terdapat sejumlah sambungan yang sepenuhnya bersifat mekanis, dan dalam kategori
ini, alat- alat yang membentuk sambungan semipermanen( misalnya sekrup dan baut) dianggap
sebagai sarana perkaitan.pembahasan kita kali ini menekankan pada proses; jadi, kita akan
lebih fokus pada metode- metode pembuatan sambungan permanen(Gambar 11.2). sudah
cukup banyak yang telah kita pelajari, metode-metode penyambungan mekanis merupakn
turuna dari proses pengerjaan logam, teknik-teknik solid state didasrkann pada adhhesi dan
deformasi, pengelasan fusi dan kesamaannya ddengan proses pengecoran, ddan proses
cair/padat diambil dari proses pembekuan, adhesi,dan teknologi polimer. Namun demikian, ada
sejumlah perbedaan mendasar dalam cara pelaksanaannya, dan perbedaan-perbedaan ianilah
yang akan menjadi fokus perhatian kita. Dimana pun kita dapat diguunakan, proses-proses
tersebut akan diidentifikasikan menurut nama dan singkatan yang diberikan oleh American
Welding Society.
Preoses penyambungan sering kali memerlukan keahlian tinggi. Uap yang berbahaya,
tegangan listrik tinggi,dan suhu tinggi mengharuskan operator mengenakan pelindung. Untuk
alas an-alasan ini, dan juga untuk memperoleh produktivitas yang lebih tinggi, dan dilakukan
usaha-usaha untuk meminimalkan keterlibatan operator. Kita juga akan melihat peluang-
peluang mekanisi( control kalang terbuka atas mesin) dan otomatisasi yang
sesungguhnya(control kalang tertutup, denngan atau kecerdasan buatan).
15.2.PENYAMBUNGAN MEKANIS
Selain bentuk sambungan sekrup semipermanen,ada beberapa teknik yang dapa dipaki
untuk membuat sambungan dengan menggunakan cara-cara mekanis.
Pengikat mekanis yang paling umum adalah paku keling (rivet). Baik yang padat maupun
yang berongga (Gambar 11.3a dan b), paku keling akan membuat sambungan dengan
cara mengklem (menjepit) dua komponen diantara kepala-kepala paku. Salah satu paku
keling biasanya dibuat dari proses sebelumnya; paku keling yang dihasilkan dimasukan
kedalam lubang yang telah dibuat dengan pengedrilan sebelumnya, sedangkan kepal paku
keling yang kedua dibuat pelantakan,baik itu panas atau dingin pada paku keling yang
berongga,kepalanya dibuat dengan proses pelipatan (flaring),sebuah proses yang ada
kesamaannya dengan pembuataan flens pada sebuah tabung (Gambar 10.34c). paku
keling buntu (blind rivet) adalah paku keling berupa silinder berongga yang yang hanya
dimasukkan dari satu sisi. Paku-paku keling jenis ini dilengkapi dengan alat pembentuknya
sendiri,biasnya berupa mandrel yang ditarik menggunakan alat khusus untuk memperbesar
diameter sisi buntunya (Gambar 11,3c). Tangkai mandrel yang bertakik selanjutnya akan
putus (pop rivets).
Lubang dapat memunculkan diskontinuitas dalam sturukturnya dan dapat menyebabkan
kegagalan lelah. Oleh karena itu, tepi-tepi lubang perlu dihaluskan dengan proses
penghilangan rigi-rigi kasar (deburring) untuk menghilangkan pencetus-pencetus tegangan;
untuk aplikasi-aplikasi penting ,lubang ini perlu dirim atau,untuk menciptakan tegangan-
tegangan sisa jenis tekan,lubangnya sedikit diperbesar dengan memasukkan pena yang
lebih besar. Penggunaan pku keling sudah tidak lagi mendominasi dalam konstrusi-
konstruksi gedung dan dalam pembutan rangka mobil,namun tetap merupakan proses
yang penting. Sebagai contoh,puluhan ribu sambungan menggunakan paku keling
digunakan untuk keperluan pesawat terbang, untuk konsistensi yang lebih besar
pembuatannya dapat dikerjakan dengan mesin atau robot.
Gambar 15.3. Sambungan mekanis permanen (a) paku keling, (b) paku keling silindris
berongga, (c) paku keling buntu, (d) kokotan dan (e) keliman
sepanjang pinggiran objek berbentuk lingkaran; misalnya tutup kaleng ( Gambar 10.35d),
dan sekali lagi proses ini ada kesamaanya dengan proses pembentukan flens. Sebuah
lipatan tepi (hem) terbentuk bila tepi-tepi suatau komponen diputar diatas komponen
lain(Gambar 10,35a dan 5b).
Sambungan-sambungan juga dapat diperoleh dengan menciptakan interferensi mekanis
dengan memanfaatkan deformasi plastis, seperti dalam pemutiran dan pembengkokan atas
lidah lanset (Gambar11.4a) dan pelekukan (crimping) (Gambar 11.4b).
Gambar 15.4 Sambungan mekanis permanen (a) lidah lanset, (b) sambungan tekuk, (c)
sambungan kancing
Penyusutan atas sebuah selongsong yang terpasang pada sebuah inti umumnya dapat
diterapkan pada kompnen-kompnen berbentuk silindris. Tegangan tekan yang di butuhkan
untuk mempertahankan sebuah sambungan yang permanen diperoleh baik dengan
memanaskan lengan tersebut (dan atau pendinginan inti),dengan pelantakan dengan martil
(Gambar 9.24 ), atau melaui pengepresan dua komponen dengan suaian interferensi tieus
bersudut rendah.
Sambungan kanncing tetap( snap-fit) dapat diberikan bergantung pada sifat memegas atau
pemulihan elastis dari elemen yang disangga (Gambar 11.4c ).
Sambungan berpagutan ( clinching) membentuk padanan dari paku keling untuk pelat
logam. Digunakan perkakas untuk membuat sambungan dalam satu kali langkah
pengepresan
hasil penjelasan segala bentuk dan asal,namun tujuan ilustrasi,hasil penjelasan fusi dengan
pengisi logam dapat digunakan ( Gambar 18.13a).
Penjelasan fusi merupakan sebuah proses peleburan dan perlu dikontrol dengan baik ( input
7.4 ).Suhu peleburan serta panas spesifik dan laten fusi (leburan) akan menentukan panas
yang dibutuhkan.Konduktivitas panas yang tinggi dari logam induk memungkinkan
terjadinya disipasi panas dan otomatis memerlukan tingkat inputan panas yang lebih tinggi
serta menyebabkan pendinginan yang lebih cepat.untuk bahan induk, tingkat inputan panas
(biasanya dinyatakan dalam input panas per satuan panjang) perlu disesuaikan dengan tebal
benda kerja,tingkat deposisi logam las,dan kecepatan pengelasan (kecepatan pergerakan
disepanjang rigi-rigi las),inputan panas yang tidak memadai akan mengakibatkan kurang
lebur (lack of fusi) dan,dibaguian yang lebih tebal,penetrasi kurang sempurna (gambar
18.13b) celah yang tersisa selanjutnya akan memjadi calon retakan. Tingkat deposisi logam
yang tidak memadai akan menyebabkan kurang isi(underfeilling) panas yang berlebiuhan
dapat menyebabkan lebur tembus, ditingkat deposisi yang tinggi akan mengakibatkan
tumpah tindih (gambar 18.13c) yang bagian pinggiran makan membentuk efek takik dengan
tingkat kekuatan yang lebih rendah.
Kontaminan-kontaminan pada permukaan,yang mencakup oksida,minyak,debu,cat,dan
pelapis-pelapis logam lainnya yang tidak saling cocok dengan bahan benda kerja akan
mengakibatkan kurangnya ikatan atau mengarah pada porositas gas, dan perlu dihindari
dngan melakukan persiapan perlakuan nmekanis ataupun kimiawi pada permukaan.
Reaksi-reaksi yang tidak diinginkan kontaminan-kontaminan permukaan dan dengan
atmosfer dapat dicegah dengan menyegel kawasan peleburan dengan vakum,atmosfer
pelindung (inert), atau terak seperti dalam proses peleburan dalam pengecoran,terak
dibentuk dengan melarutkan oksida dalam fluks. Proses ini perlu dilakukan secara hati-hati
untuk meminimalkan terperangkapnya terak yang dapat menurunkan keuletan hasil las.
Gas-gas yang dilepaskan atau terbentuk selama pengelasan (misalnya CO) dapat
mengakibatkan porositas yang memperlemah sambungan sekaligus berperan sebagai
pencetus tegangan. Fliuditas yang tinggi dari leburan akan membantu menaikkan terak dan
gas ke permukaan. Yang terutama berbahaya adalah hidrogen yang berasal dari atmosfer
yang lembab atau fluks yang basah. Bila bergabung dalam bentuk molekul akan
menyebabkan porositas pada paduan aluminium. Dalam bentuk atomik, hidrogen berdifusi
dengan tingkat difusi yang tinggi seperti aluminium atau tembaga); mengurangi laju
pendinginan dalam kawasan las dan HAZ ( memungkinkan pengelasan baja yang dapat
dikeraskan (hardenable) dan bahan-bahan lain yang bila didinginkan cepat akan
mengakibatkan pembentukkan fasa gatas); membantu menghindari pendifusian H; dan
mengurangi penyusutan yang beragam,distoris,dan tegangan-tegangan sisa.
Pengetukan ( ketukan dengan martil atau penggilasan) atas rigi-rigi las mampu menaikan
kekuatan hasil las. Dalam pengelasan multipass,pengetukan yang diulakukan di sela-sela
pengulangan dapat membuang terak yang memungkinkan terjebak di dalam dan mendorong
rekristalisasi dari lapisan-lapisan sebelumnya ( namun untuk pengulangan terakhir tidak
boleh dilakukan pengetukan karna hal itu dapat menghilangkan keuletan)
Perlakuan panas pasca pengelasan atas seluruh struktur yang dilas sering kali sangat
penting karna sejumlah alasan :
Anil pelepasa-tegangan (Sub-Subbab 6.4.1) akan mengurangi tegangan-tegangan sisa
sampai pada tingkat yang di harapkan dan membuat stuktur yang dihasilkan stabil dan
tidak rentan terhadap retakan karna korosi tegangan. Perlakuan ini akan melunakan
martensit dan meniadakan kemungkinan terjadinya retakan dingin pada baja,sehingga
tentunya juga akan meningkatkan keuletan dan kekuatan lelah,walaupun kekuatannya
sedikit berkurang.Akan tetapi,perlakuan ini dapat pula mengarah pada penuaan lanjut
pada bahan-bahan yang mengalami pengerasan-presipitasi.
Normalisasi baja (Sub-subbab 6.4.3) Dapat menghapus sebagian besar efek tak
diinginkan dari penjelasan.Rekristalisasi lasan dan bahan induk dalam kisaran suhu
austenitik di ikuti dengan pendinginan terkontrol akan mamppu menciptakan struktur
yang mengandung ferit dan perlit.
Perlakuan panas menyeluruh ( pencelupan dingin dan penemparan baja,perlakuan
pelarutan dan penuaan dari paduan-paduan yang dapat mengalami pengerasan-presipitasi)
akan memberikan sifat-sifat paling tinggi dalam keseluruhan struktur,namun akan
berakibat pada distorsi.
Perlakuan penuaan atas bahan-bahan yang mengalami pengerasan-presipitasi sudah
cukup memadai jika rigi-rigi las berakhir dalam kondisi teralut karna laju pendinginannya
yang sangat cepat (seperti dalam pengelasan dengan sinar elektron)
Kendali mutu merupakan bagian penting dalam semua poses pengelasan. Teknik-teknik
deskruktif beguna untuk menetapkan parameter-parameter prose,namun kualitas manufaktur
sering kali hanya dapat di kontrol melalui pengujian tak merusak.Pemeriksaan visual selalu
diwajibkan dan dilengkapi dengan pemeriksaan menyeluruh dengan teknik-teknik NDT (Subbab
4.8) . hasil-hasil las untuk aplikasi-aplikasi penting sering kali di periksa 100% dengan
radiografi.
Faktor-faktor Prses Panas yang dibutuhkan untuk peleburan dapat diperoleh dari
sejumlah sumber panas.Bentuk kawasan las dan lebar HAZ bergantung pada intensitas sumber
panas ini. Untuk daya tertentu, intensitas panas naik sejalan dengan turunan ukuran sumber
panas dan berkisar beberapa tingkat dari besarannya.Pada intensitasnya panas yang rendah,waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai titik lebur cukup lama,energi panas hilang ke lingkungan
sekitar, dan sebagian besar panas yang menjangkau benda kerja terdisipasi ke dalam logam
disekelilingnya.karna itulah dalam pengelasan oxifuel (dengan bahan bakar yang diperkaya
dengan oksigen),dengan intensitas panas sekitar 1-10W/mm2, hanya sekitar 10% dari panas total
yang menjangkau benda kerja dan hanya seperlimanya yang benar-benar berperan dalam
peleburan. Akibatnya, efisiensinya sangat rendah, kawasan las yang terbentuk bebrapa kali
lwbih besar dibandingkan kedalamannya, dan HAZ menjadi luas. Pada intensitas panas sebesar
10-1000 W/mm2, kekhasan dari proses pengelasan dengan busur api, lekitar separuh dari panas
total yang menjangkau logam dan sekitar 40% di antaranya digunakan untuk memfungsikan
logam; kolam las dan HAZ memiliki bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar 18.9
sampai 18.12. Intensitas energi tinggi (10 3-105 W/mm2) dari pengelasan dengan laser dan EB
(sinar elektron) memberikan efisiensi daj kedalaman yang tinggi, kolam las lubang kecil dan
dalam (keyhole) berbentuk silinder memiliki kedalaman beberapa kali dibandingkan dengan
lebarnya. Karena tingkat pemanasan sang tinggi, maka perubahan-perubahan metalurgi akan
terjadi selama pendinginan dan HAZ-nya kira-kira sama dengan lebar sinar.
Dalam banyak proses, panas dihasilkan dari listrik. Keberhasilan pengelasan tergantung
pada tegangan, arus, polaritas, dan variasi dari besaran-besaran tersebut terhadap waktu.
Pemilihan atas sumber daya yang paling cocok merupakan prasyarat keberhasilan. Sumber daya
ini dapat sangat sederhana misalnya transformator, namun sekarang sumber daya yang sangat
canggih yang umumnya didasarkan pada penggunaan komponen elektronika solid state
semakin banyak digunakan. Parameter-parameter kontrol terkalang-tertutup tengah-proses juga
Gas Welding
Gas welding adl penyambungan logam menggunakan gas pembakar yg dicampur
dg oksigen atau udara utk memanaskan dan melelehkan sambungan dan batang
las. Batang las yg digunakan memiliki bahan yg sama dg logam yg disambung. Gas
yg biasa digunakan adl gas alam, asetilen, dan hidrogen.
Oxy-acetylene Welding
Menggunakan nyala gas campuran oksigen dan asetilen utk memanaskan logam.
Oksigen berasal dr proses elektrolisa udara, dipisahkan dr nitrogen. Asetilen (C2H2)
dihasilkan dr reaksi kalsium karbida (CaC2, karbit) dg air. Reaksinya: CaC3 + 2H2O
Ca(OH)2 + C2H2
Kalsium karbida dihasilkan dr reaksi kalsium dan batubara dlm dapur listrik.
Pengaturan perbandingan gas asetilen dan oksigen sangat penting, tdp tiga sifat
nyala:
(a) Nyala reduksi/karburasi (reducing/carburizing flame) bila asetilen lebih
besar. Terdapat tiga daerah nyala, yaitu selain inner flame dan outer flame
ada kerucut antara berwarna keputih-putihan disebut acetylene feather,
panjangnya tergantung kelebihan asetilen.
(b) Nyala netral (neutral flame) dihasilkan pd perbandingan 1:1. Kerucut nyala
bagian dalam berwarna putih (inner core) diselubungi oleh nyala luar kebiru-
biruan (outer flame). Suhu tertinggi terletak pada ujung kerucut (2-3 mm)
3500 C, sdg selubung luar 2100 C.
(c) Nyala oksidasi (oxidizing flame) bila oksigennya lebih besar. Nyala mirip
dg nyala netral hanya inner flame lebih pendek dan selubung luar lebih jelas
warnanya.
Keuntungan pengelasan oksiasetilen antara lain:
peralatan relatif murah dan pemeliharaan minimal,
mudah dibawa & dpt digunakan diberbagai tempat,
hampir semua jenis logam dpt dilas,
dpt digunakan utk pemotongan & penyambungan.
(mm3).
Resistance Welding
Resistance welding adl proses ini dilakukan dg mengalirkan arus listrik yg cukup
besar pd dua permukaan logam yg akan disambung, shg menimbulkan panas pd
sambungan krn tahanan pd sambungan dan tahanan logam (disebut resistance
heat/joule heat), setelah permukaan logam cair atau setengan cair, diberi tekanan yg
cukup utk menyambungkannya.
Jumlah panas yg ditimbulkan: Q = 0.24 IRt, dimana Q: juml panas (kalori), I: arus
listrik (ampere), R: tahanan listrik (ohm), t: waktu (detik). Arus listrik yg diperlukan 3
100 kA, tegangannya 1 10 V, dan tekanan yg dibutuhkan 30 55 MPa.
Pengelasan ini cocok utk logam dg tahanan listrik besar, konduktivitas kecil, dan titik
cairnya rendah. Cocok digunakan utk besi/baja, paduan tembaga dan paduan
aluminium. Ttp tdk cocok digunakan utk mengelas tembaga dan aluminium.
Kelebihan pengelasan tahanan listrik adl: sifat sambungan baik dan deformasi akibat
panas sedikit, krn suhu sambungan relatif rendah dan luas pemanasan kecil;
efektifitas tinggi krn waktu pengelasan pendek; tdk memerlukan keahlian tinggi;
ekonomis krn tdk memerlukan batang las dan fluks.
Kekurangannya adl: biaya investasi peralatan tinggi krn memerlukan power listrik
besar.
Pengelasan tahanan listrik ini cocok utk manufaktur massal. Sedangkan pengelasan
gas dan busur cocok utk manufaktur banyak jenis jumlah kecil.
Jenis resistance welding adl:
A. Lap welding (las tindih/tumpang) B. Butt welding (las temu/tumpul)
a. Spot welding (las titik) a. Upset butt welding
b. Projection welding (las proyeksi) b. Flash butt welding (las
tumpul nyala)
c. Seam welding (las kampuh) c. Butt seam welding (las tumpul
kampuh)
nugget. Faktor yg hrs ditentukan dg tepat adl: waktu pengaliran arus, waktu
penekanan, dan besar arus. Biasanya utk mengelas lembaran pelat logam dg
ketebalan dibawah 3.2 mm.
Projection Welding (las proyeksi). Merupakan pengembangan dari las titik. Salah
satu dr pelat yg akan dilas diberikan sembulan (projection) dg mesin press (atau yg
lain) terlebih dulu. Kmdn kedua pelat dijepit dg elektrode yg rata. Saat arus listrik
dialirkan dan ditekan, maka sembulan akan memanas dan terjadi penyatuan (lasan).
Kelebihan cara ini: ekonomis krn sekaligus dpt dibuat banyak titik las, hasil las
bagus, dan dpt utk menyambung logam dg ketebalan dan jenis yg berbeda.
Seam Welding (las kampuh). Sama dg las titik, hanya elektroda yg digunakan
berbentuk lingkaran (roda) yg dapat berputar. Shg dg memutar elektroda didapatkan
hasil las titik yg kontinu. Digunakan utk membuat komponen yg memerlukan
kerapatan tinggi thd cairan atau gas, spt knalpot, pipa pendingin, tangki bahan bakar
dsb.
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 16
SISTEM-SISTEM MANUFAKTUR
Pemindahan bahan
Organisasi manufaktur
Organisasi untuk manufaktur massal
Organisasi untuk manufaktur
Organisasi perakitan
Manajemen kualitas
16.1.Pemindahan Bahan
Pemindahan bahan, komponen-komponen dan perkakas kerja merupakan elemen yang
sangat penting dalam semua operasi manufaktur, termasuk manufaktur barang-barang dan
perakitan bagian-bagian menjadi subrakitan-subrakitan atau produk akhir. Gambar di bawah ini
akan memperlihatkan alokasi waktu proses manufaktur dalam manufaktur terkelompok.
Berdasarkan studi atas operasi bengkel atau unit kerja tipe terkelompok (Type batch)
sekitar 95% dari total waktu manufaktur diperlukan untuk pengangkutan komponen-
komponen dari satu tempat ke tempat lain atau sekedar menanti sesuatu terjadi.
sekitar 5% dihabiskan pada mesin perkakas ( 30% untuk pengerjaan, 70% untuk
melepaskan beban, pengaturan posisi,pengukuran, atau berhenti krn bbrp sebab.
Produktivitas dalam proses manufaktur jika hendak dinaikkan dapat dilakukan dengan
cara-cara di bawah ini:
Metode pemindahan bahan, pembebanan, pengaturan posisi, penjepitan dan pelepasan
beban harus diperbaiki
Memikirkan cara mempercepat proses
Cara-cara untuk memindahkan bahan yaitu :
Pergerakan bahan yang diawasi :
Operator : modal awal paling kecil, tetapi dengan biaya sangat tinggi.
keranjang : kelemahan, komponen-komponen yg telah dimuat di keranjang harus
dikeluarkan lagi pada operasi selanjutnya.
palet (atau platform atau nampan) : lebih mudah diakses untuk proses selanjutnya
truck forklift : memudahkan pemindahan bahan & lebih luwes tetapi memerlukan jalan
bebas hambatan
kran / crane : tidak terlalu memerlukan luasan lantai tetapi mungkin akan saling
mengganggu dengan lainnya.
Pemindahan bahan termekanisasi
Papan beroda, sabuk,konvetor atas kepala, kereta yang ditarik dengan tali. Dapat ditata
ulang hanya dengan mengunah tata letak fisik sistem
Automatic guided vehicles (AVG). Kendaraan bergerak di atas lantai pabrik, misal : truck
forklift, tetapi mengikuti satu atau beberapa jalur misalnya dengan panduan induktif yang
diberikan melalui kabel yang ditanam pada lantai. Jalur-jalur itu dpt dengan mudah
diprogram ulang karena kebutuhan-kebutuhan manufaktur.Ada pula yang dilengkapi
dengan sensor yang memungkinkan kendaraan-kendaraan itu menemukan sendiri
jalurnya.
Pemuatan dan pelepasan muatan atau beban seringkali dilakukan dengan lengan-lengan
mekanis, biasanya dinyatakan sebagai manipulator.
Pengelompokan lengan mekanis berdasarkan metode pengontrolan sbb :
Manipulator : lengan-lengan mekanis yang dijalankan dengan kontrol manual, dengan
bantuan tombol, tuas, atau alat=alat yg memerlukan gerakan tangan operator &
mengubahnya menjadi gerakan yg ekivalen pada lengan mekanis.
16.1.1.Robot
Definisi (Robot Institute of America) : manipulator multifungsi yang dapat diprogram, yang
dapat dirancang untuk memindahkan bahan, komponen-komponen, alat-alat iris atau
pembentuk atau piranti-piranti khusus, nelalui gerakan variabel yang diprogram untuk
mengerjakan berbagai tugas
Robot berbeda dengan manipulator urutan tetap hanya pada pemrogramannya yang
variabel.
Robot yang disebut robot ambil dan letakkan (pick-and-place robot) atau dengan
pengontrolan logika yang dapat dirogram (programable logic control/PLC) atau personal
compute/PC, tetapi seringkali tidak memiliki sistem umpan balik (bisa disebut manipulator
yang dapat diprogram)
Piranti-piranti robotika :
Struktur mekanis, terdiri dari :
Sebuah dasar/Base + komponen-komponen yang dapat bergerak . Banyak piranti ini
terdiri atas peluncur-peluncur yang bergerak disepanjang batang penuntun, tiap
peluncur memiliki 1 derajat kebebasan
Dalam bentuknya yang biasa dikenal, robot memiliki sebuah lengan yang terangkai
dengan berbagai cara (lihat gambar 13.2).
Sebuah lengan yang kaku yang bergerak ke atas dan ke bawah serta mengelilingi
batang vertikal memiliki 2 derajat kebebasan
kombinasi dari semua ini. Motor hidrolik , motor langkah akan memberikan gerakan
berputar.
Kebanyakan robot dipasang permanen pada lantai, tetepi ada beberapa yang bergerak
di atas tanah atau di atas rel-rel atau ban-ban pneumatik (robot bergerak)
Pemrograman Robot :
1. Robot peniru/playback robot. Dapat diprogram atau diajari dengan metode walk-through
atau pendemontrasian langkah-langkah secara cermat. Pada metode ini lengan robot atau
lengan yang dilatih pengganti, digerakkan secara manual melewati lintasan yang
diperlukan. Perintah-perintah kontrol dapat disisipkan kapan pun suatu aksi diperlukan
(mengaktifkan atau menghentikan aksi alat iris, atau menunggu mesin perkakas melakukan
aksi yang diperintahkan)
Pada metode lead-through, digunakan sebuah panel kontrol untuk menempatkan lengan.
Robot-robot juga diprogram sama seperti pada mesin CNC, pada mesin CAD/CA
Berbagai program dapat disimpan dan dipanggil lagi jika komponen yang sesuai ada .
Identifikasi komponen bisa diberikan berdasarkan area kerja sebelumnya
Atau dengan membaca barcode (mirip yang digunakan di supermarket) yang
ditempelkan pada komponen atau palet.
Robot cerdas atau robot pengindera adalah robot CNC yang dilengkapi dengan beberapa
bentuk kecerdasan tiruan seperti manusia, yang memungkinkannya untuk mengatasi situasi-
situasi yang tak menentu (komponen-komponen yang tidak diletakkan pada posisi yang
tetap) dan untuk melakukan pengontrolan adaptif terhadap jalannya operasi
Beberapa bentuk pengindrea :
Penginderpat diproses visual membutuhkan kamera yang sensitif terhadap cahaya.
Informasi ini jika dikonversikan ke dalam bentuk digital,dapat diproses dengan komputer
untuk memperoleh tampilan (image processing). Dibutuhkan pekerjaan-pekerjaan yang
lebih rumit untuk memproses tampilan yang diperoleh dari beberapa kamera secara
simultan.
Pengindera rabaan, dalam bentuk yang paling sederhana , membutuhkan elemen-
elemen pengindera gaya (force sensing) yang dipasang pada ujung efektor. Ada
beberapa kemungkinan untuk mendapatkan umpan balik lanjutannya.
Contoh : cahaya inframerah dapat disalurkan melalui serat-serat optik ke rahang-rahang
penjepit pada efektor ujung, ketika rahang-rahang ini berada cukup dekat dengan
komponen karena cahaya yang terpantulkan, rahang akan bergerak perlahan dan
komponen dijepit dengan gaya yang sudah distur sebelumnya. Sistem-sistem yang lebih
mendekati indera-indera manusia terus dikembangkan.
Kontrol adaptif menghubungakan aksi-aksi robot dengan informasi yang diperoleh
sensor.
contoh : robot pemangkas rigi-rigi bisa bergerak disepanjang tepi komponen dengan
kecepatan tinggi sembari mencari rigi-rigi kasar. Bertambahnya gaya pada pemegang
alat potong menunjukkan adanya Rigi-rigi kasar dan aju pengumpanan berkurang
hingga rigi-rigi dihilangkan.
Gambar 16.3.Pendekatan paling ekonomis untuk manufaktur bergantung pada ukuran batch
yang berdiri sendiri yang dipilih secara khusus paling cocok untuk manufaktur dengan
batch kecil, meskipun dengan kecenderungan meningkatnya penggunaan piranti-
piranti pemrograman dan dengan aplikasi teknologi kelompok.
tidak ada waktu yang tak produktif karena penyetelan atau pengaturan
operator harus sangat ahli dengan pemrograman atau yang tersedia pada database
pada sistem CAD/CAM
Biaya yang besar untuk komponen utama dengan bentuk yang kompleks
Biaya yang relatif kecil untuk komponen yang lebih banyak, dimanufaktur secara
masal dan seringkali dibeli
Gambar 13.4. Proporsi penambahan nilai total yang besar bermula dalam manufaktur batch
untuk komponen-komponen utama yang berbentuk kompleks, komponen-komponen standar
biasanya berukuran lebih kecil,dimanufaktur secara masal
Harus diseimbangkan untuk menyamakan output, jika tidak, akan menghambat stasiun
kerja yang lain.
Penggantian alat iris diusahakan dapat bersamaan untuk menghindari penghentian acak
Pemasangan sensor-sensor untuk memastikan bahwa operasi sudah berjalan dengan
benar agar proses selanjutnya tak terhambat.
Jika ada trouble, akan ada alarm yang memberi isyarat agar kondisi dalam keadaan
siaga, komponen yang cacat ditandai secar a otomatis dengan cat, jalur diperlambat,
atau dihentikan keseluruhan
2. Jalur-jalur transfer yang fleksible
Sebagai respon terhadap meningkatnya kompetisi global, secara cepat mengubah
permintaan konsumen, fasilitas-fasilitas untuk manufaktur masal dibuat lebih fleksible
dengan beberapa pendekatan, berdiri sendiri atau kombinasi.
Gambar 16.5.Perbandingan aliran bahan (a) tata letak fungsional (b) tata letak GT. T=turning
(pembubutan), M=milling (pengefraisan), D=drilling (pengedrilan), SG=surface grinding
(penggerindaan permukaan),CG=cylindrical grinding (penggerindaan silindris)
Keunggulan FMC
Mesin perkakas dengan fleksibilitas yang besar memang lebih mahal tetapi dapat
menggantikan beberapa alat potong konvensional
Produkstifitas yang dinyatakan dalam output per mesin jauh lebih tinggi dibandingkan yang
konvensional
Produktivitas (dalam output per jam operator) lebih tinggi, modal yang ditanamkan
seringkali impas dengan mengoperasikan mesin 24 jam perhari dalam 7 hari kerja.
Karena fleksibilitas yang tinggi, akan mengurangi WIP (seringkali menjadi dari biasanya)
Kualitas produk meningkat karena minim kesalahan
Jalur perakitan : dalam perakitan sebuah mesin yang kompleks, memecah oparasi
menjadi unit-unit yang lebih kecil akan memudahkan penanganan bahan dengan jaminan
bahwa semua komponen dapat disediakan pada tempat & dengan urutan yang tepat
Jalur perakitan sinkron /syncronous assembly line (dipelopori oleh Henry Ford,1913).
Unit-unit yang akan dirakit dipindahkan dengan konveyor dengan kecepatan tertentu,
Operator melakukan perakitan. Pekerjaan ini cenderung monoton, sehingga kadang-
Gambar 16.8. Tradisional : produk dianggap memiliki nilai yang sama sepanjang memenuhi
spesifikasi (garis lurus), Taguchi : ada rugi-rugi ketika menyimpang dari nilai target (garis
putus-putus)
16.7. Kesimpulan
Kesimpulan 1
Pemindahan bahan dapat menghabiskan paling banyak waktu dan mungkin akan membatasi
produktivitas mesin-mesin perkakas. Oleh karena itu,komponen-komponen dan alat iris harus
diangkut, secara manual maupun dengan peralatan mekanis sehingga kebutuhan akan
komponen-komponen dan alat-alat iris tersebut semuanya tersedia.
Kesimpulan 2
Piranti-piranti yang dapat diprgram seperti robot (terutama yang dilengkapi dengan elemen-
elemen kecerdasan buatan) dan kendaraan yang dijalankan secara otomatis memadukan
fleksibilitas dan produktivitas.
Pemasngan pada perkakas penetap/fixturing atau penempatan komponen-komponen dalam
palet akan memungkinkan tercapainya pengaturan atau penyetelan yang cepat dan akurat
Kesimpulan 3
Kuantitas,laju manufaktur, kesamaan fitur dan urutan operasi akan menenukan metode yang
paling cocok dalam organisasi manufaktur.
Manufaktur batch atau kelompok kecil untuk unit-unit yang sangat bervariasi membutuhkan
mesin-mesin yang berdiri sendiri. Jika kemiripannya meningkat,FMC atau FMS dapat dijalankan
dengan mudah dan ekonomis, baik untuk batch kecil maupun besar
Kesimpulan 4
Perakitan dilakukan secara manual atau otomatis.
Otomatisasi mungkin dilakukan secara fleksibel ataupun tetap, bergantung pada jumlah dan
ragam manufaktur. Beberapa fleksibilitas sering digabungkan, bahkan dalam manufaktur
massal ,dibantu dengan pengiriman just in time komponen-komponen dari batch kecil
Kesimpulan 5
Manufaktur dengan biaya terendah dicapai ketika masing-masing dan setiap komponen yang
dihasilkan memenuhi persyaratan kualitas. Oleh karena itu, proses yang dikontrol secar statistik
yang menjamin bahwa kualitas dibangun, bukan diperiksa, dalam produk-dapat menjadi
paling menguntungkan & membantu mengamankan pasar dalam lingkungan yang kompetitif.
Kesimpulan 6
Proses yang terbaik akan gagal tanpa didukung oleh manajemen yang kuat, sebaliknya,
manajemen yang paling baik tidak akan berarti apa-apa jika proses pada dasarnya tidak
kompetitif