Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia dengan morbilitas dan mortalitas yang sangat tinggi. Diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia dan di seluruh dunia
(Binka et al., 2003).

Diare berhubungan dengan faktor lingkungan (sarana air bersih,


jamban),faktor terhadap ibu (perilaku dan higienitas), serta faktor anak
(pemberian ASI dan makanan) (Kemenkes, 2004).

Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Cirebon kejadian diare


menempati urutan ke tiga terbanyak, yaitu 6146 kasus diare 75.708 anak
(Dinkeskab Cirebon, 2013).

Laporan tahunan Puskesmas Pasaleman menunjukan diare pada balita


tahun 2013 sebesar 985 kasus sedangkan tahun 2014 hingga bulan mei ini
sebesar 425 kasus, dan dari hasil pemantaun tim petugas puskesmas hal
tesebut diakibatkan karena kurangnya air bersih, tidak mempunyai fasilitas
jamban dan kurangnya pengetahuan ibu terhadap higienitas (Profil Puskesmas
Pasaleman, 2013).

Terdapat hubungan timbal balik kejadian diare dengan tingkat


pendidikan ibu indeks kekayaan rumah tangga seperti sumber air dan fasilitas
jamban (Riskesdes, 2007)

Berdasarkan uraian tersebut perlu penelitian mengenai hubungan


sanitasi lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut pada balita.

1.2 Permasalahan penelitian

Apakah terdapat hubungan sanitasi lingkungan dengan frekuensi


kejadian diare akut pada balita?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan sanitasi
lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut pada balita

1.3.2 Tujuan khusus


1. Menganalisis hubungan antara sumber air dengan frekuensi
kejadian diare akut pada balita
2. Menganalisis hubungan antara jenis jamban dengan frekuensi
kejadian diare akut pada balita
3. Menganalisis hubungan antara pembuangan sampah dengan
frekuensi kejadian diare akut pada balita
4 Menganalisis hubungan antara pengelolaan air limbah dengan
frekuensi kejadian diare akut pada balita

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan


Untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi
tentang pentingnya sanitasi lingkungan terhadap kejadian diare akut

1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan


Memberikan suatu informasi dan dilakukan program promosi
pedoman diare menanggulangi suatu kejadian diare agar teciptanya
lingkungan yang sehat dan higienis.

1.4.3 Manfaat untuk masyarakat


Menambah pengetahuan tentang hubungan sanitasi lingkungan
dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih
meningkatkan sanitasi lingkungan.

1.4.4 Manfaat untuk penelitian


Untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga
2
Page

kedepannya penelitian ini bisa bermanfaat.


1.5 Orisinalitas

No Peneliti Judul Desain Hasil


Penelitian

1 Putra, Hubungan pemberian Cross Ada hubungan yang


2012 ASI Eksklusif dengan sectional bermakna antara
kejadian Diare pada bayi pemberian ASI
usia 1-6 bulan Eksklusif Dengan
diWilayah Puskesmas kejadian diare
Pasaleman Pada bayi 1-6 bulan.

2 Adi Hubungan personal Case control bermakna antara


Ariyanto, hygiene dan hygiene Personal hygiene dan
2013 sanitasi lingkungan Hygiene sanitasi
dengan kejadian diare di lingkungan rumah
wilayah kerja dengan kejadian diare
Puskesmas Pasaleman

.Penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis hubungan


sanitasi lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut di masyarakat
menggunakan metode cross sectional dengan teknik simple random
sampling. Perbedaannya dengan penelitian di atas adalah subyek penelitian
ini adalah balita, dan akan mengukur variabel tergantung secara lebih rinci
yaitu menghitung frekuensi diare balita tersebut dalam 3 bulan terakhir.
3
Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian diare
Diare akut adalah buang air besar lebih dari tiga kali disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan tanpa lendir darah
yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie, 2010).
2.1.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
berkembang termasuk di indonesia dan merupakan salah satu
penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak. Terutama usia
dibawah 5 tahun di dunia. Sebanyak 6 juta anak meninggal tiap
tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di
Negara berkembang sebagai gambaran 17% kematian anak didunia
disebabkan oleh diare sedangkan hasil riskesdas untuk golongan 1-4
tahun penyebabkan kematian karena diare 25,5% (Juffrie, 2010).
2.1.3 Etiologi
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada
saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme
seperti, bakteri, virus dan parasit. Beberapa organisme tersebut
biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan
dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food
borne disease) (Juffrie, 2010).
Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan
mampu menimbulkan diare yang dapat dibedakan 3 jenis berdasarkan
gejala klinis, jenis yang pertama adalah diare cair akut dimana akan
kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga mampu
disebut disentri.
4
Page
Diare yang ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang
disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare
berdarah akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada
penurunan status gizi. Jenis ketiga adalah diare persisten kejadian
diare dapat berlangsung >14 hari. Diare ini sering terjadi pada anak
dengan status gizi rendah, AIDS, anak dalam keadaan infeksi ( WHO,
2010).
Beberapa jenis diare tersebut sering disebabkan oleh
organisme renik seperti bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti
E.coli, shigella, campylobacter, vibrocholera merupakan contoh
bakteri pathogen yang menyebabkan diare pada anak. Kolera
merupakan salah satu contoh kematian utama pada anak. Diare cair
pada anak sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus,
Vibrochorela dan E.coli diare berdarah paling sering disebakan oleh
shigela sedangkan diare cair akut pada anak dibawah lima tahun
paling banyak disebabkan infeksi (WHO, 2009).

2.1.4. Tanda dan gejala


1. Cengeng, gelisah
2. Suhu tubuh meningkat
3. Nafsu makan berkurang
4. Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah
5. Warna tinja kehijau-hijauan
6. Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi
7. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
8. Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan
dehidrasi
9. Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar,
menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit
tampak kering (Entjang, I 2000).
5
Page
2.1.5 Kriteria Dehidrasi
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi
tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat.
1. Dehidrasi Ringan
Tidak adanya keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak
terlihat agak lesu, haus dan agak rewel.
2. Dehidrasi Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut :
a. Gelisah, cengeng
b. Kehausan
c. Mata cekung
d. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak
segera kembali ke posisi semula
3. Dehidrasi Berat
Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut :
a. Berak cair terus - menerus
b. Muntah terus - menerus
c. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
d. Tidak bisa minum, tidak mau makan
e. Mata cekung, bibir kering dan biru
f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
g. Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil
berkurang/kurang dari 6 popok/hari
h. Kadang - kadang dengan kejang dan panas tinggi
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi diare
Faktor Sosiodemografi
a. Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam
kesehatan masyarakat. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat
pendidikan, semakin rendah Angka kematian bayi dan kematian
6
Page

ibu (Widyastuti, 2005).


b. Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau
masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. (Widyastuti,
2005).
a. Sosial ekonomi
Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan
materi pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang
bersangkutan. Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang
ditemukan pada balita dan anak. Hal ini karena kemiskinan
mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan
kesehatan yang memadai pada balita dan anak, cenderung
memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan.
Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan
mortalitas) karena diare di Indonesia disebabkan oleh faktor
kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi keadaan penyakit diare (Simatupang, 2004).

2.1.7 Faktor lingkungan


a. sumber air
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia
akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada
kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat
badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
80%.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain
7
Page

untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian),


dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju
setiap orang memerlukan air antara 60 120 liter per hari.
Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
setiap orang memerlukan air antara 30 60 liter per hari.
Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan
minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan
khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Syarat-syarat air minum yang sehat (Slamet, 2007).
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air
tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan
kesehatan, setidaknya-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan
tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut (Slamet, 2007) :
a. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di
luarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini
tidak sukar.
b. Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah
dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli
maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu
zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis
8
Page

pada manusia.
b. Jenis jamban
Yang dimaksud kotoran manusia semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari
dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (feces), (urine), dan CO2. Dalam buku ini hanya
akan dibahas tempat pembuangan dua kotoran manusia berupa tinja
dan urine yang disebut jamban atau kakus (latrine).
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding
dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
memngkat. Dilihat dan segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok
untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feces)
adalah sumber penyebaran peenyakit yang multikompleks.
Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui
berbagai macam jalan atau cara. Pengelolaan Pembuangan Kotoran
Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan
kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak menimbulkan bau
2. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance)
3. Sederhana desainnya
4. Murah
5. Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu
diperhatikan antara lain :
a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban
terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang
9

lain, terlindung dari pandangan orang (pravacy) dan sebagainya.


Page
b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat,
tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.
c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi
yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,
dan sebagainya.
d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau
kertas pembersih.
Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara
lain :
1. Jamban Cemplung, Kakus (Pit Latrine)
Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di
Jawa.
Hal lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bau kakus
cemplung itu tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam
akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine
berkisar antara 1,5-3 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan
maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding
bambu, dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari
sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improvisasi Latrine =
VIP Latrine)
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung bedanya
lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa untuk daerah
pedesaan pipa ventilasi ini dibuat dengan bambu. Skema VIP
latrine tersebut adalah sebagai berikut :
3. Jamban Empang (Fishpond Latrine)
Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Dalam sistem jamban
empang ini disebut daur ulang (recyling), yakni tinja dapat
langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya
10

orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya.


Page
Jamban empang ini mempunyai fungsi, yaitu di samping
mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat
menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
4. Jamban Pupuk (The Compost Privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih
dangkal galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk
membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.
Prosedurnya adalah :
a. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa
b. Dilapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan
c. Di atasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada)
setiap hari
d. Setelah 20 inchi, ditutup lagi dengan daun-daunan sampah,
selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
e. Demikian selanjutnya sampai penuh.
5. Septic tank
Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling
memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja
semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air, dimana feces dan air buangan
masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tanki ini tinja akan
berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan
mengalami 2 proses, yakni :
a. Proses Kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan reduksi dan sebagian
besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap dalam tanki
sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-
sama dengan lemak dan busa akan mengapung membentuk
lapisan yang menutup permukaan air dalam berfungsi pada
11

proses berikutnya.
Page
b. Proses Biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas
bakteri anerob dan fakultatif anerob yang memakan zat-zat
organik alam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya
gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume
sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat
penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung
bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah.
Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan ke luar melalui pipa
dan masuk ke dalam tempat perembesan.
c. Pembuangan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang
sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang
sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dibuang.
Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
8ampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dan kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
Dan batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu
kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna.
Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digantikan
dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-benda alam,
benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung
meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin
ribut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.
b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan
12

kegiatan manusia.
Page

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.


Jenis-jenis Sampah
Kalau kita berbicara tentang sampah. sebenarnya meliputi 3
jenis sampah yakni: sampah padat, smpah cair, dan sampah
dalam bentuk gas (fume, smoke). Akan tetapi seperti telah
dibuatkan batasan di atas, bahwa dalam konteks ini hanya
akan dibahas sampah padat. Sampah cair yang berupa air
limbah akan dibahas di bagian lain dalam buku ini.
Sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan
polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik.
1. Berdasarkan
a. gelas, plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya
dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-
daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet,
kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng.
kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gels, kaca,
dan sebagainya.
3. Berdasarkan karakteristik sampah
a. Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau
pembuatan makanan, yang umumnya mudah
membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran,
hotel, dan sebagainya.
b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dan perkantoran,
perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas,
karton, plastik, dan sebagainya, maupun yang tidak
mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan
13

kaca, gelas, dan sebagainya.


Page
c. Ashes(abu), yaitu sisa pembakaran dan bahan-bahan
yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.
d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang
berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari
campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan
kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan
sebagainya.
e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari
industri atau pabrik-pabrik.
f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai
binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan,
atau dibuang oleh orang.
d. Saluran Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama sama dengan air tanah, air
pemukiman danair hujan yang mungkin ada.
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber diantaranya:
a) Air buangan dari rumah tangga.
b) Air buangan industri.
c) Air buangan kota praja.
Karakteristik air limbah menurut Notoatmodjo Tahun 2007 :
a) Karakteristik fisik terdiri dari air, bahan padat dan
suspensi.
b) Karakteristik kimiawi terdiri dari campuran bahan kimia
anorganik dari air bersih dan bermacam macam zat
organik dari penguraian tinja, urine dan sampah lain.
c) Karakteristik biologis terdiri dari kandungan bakteri
patogen
14

serta organisme golongan coli tergantung dari mana


Page

sumbernya.
2.1.9 Faktor prilaku dan pola hidup
a. Makanan dan minuman
Untuk memeliharan kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan
terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan
minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat.
Hal-hal yang dapat membahayakan itu antara lain :
1) Zat-zat kimia yang bersifat racun
2) Bakteri-bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya
3) Parasit-parasit yang berasal dari hewan
4) Tumbuh-tumbuhan yang beracun
1) Zat-zat kimia yang bersifat racun, tekanan karena kelalaian,
misalnya salah menempatkan racun tikus, ataupun sebagai
akibat pertumbuhan bakteri-bakteri dalam makanan.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan
misalnya :
- Staphylococcussp Sering terdapat pada daging, susu dan kue-
kue
2) Bakteri-bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya
Bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya dapat berada pada
makanan dan minuman dengan beberapa cara :
- Dipindahkan lalat dari feses yang terbuka
- Makanan misalnya sayuran dicuci dalam air kali
- Makanan/minuman berasal dari hewan sakit, misalnya
mycobacterium tuberculosa terdapat dalam susu sapi yang
menderita TBC
- Karena makanan/minuman disediakan oleh orang yang
mengandung bibit penyakitnya baik penderita maupun carier
3) Parasit-parasit yang berasal dari hewan
Parasit-parasit yang berasal dari hewan terutama cacing.
15

4) Tumbuhan-tumbuhan yang beracun


Page
Beberapa tumbuhan mengandung racun yang akan
membahayakan manusia bila dimakan.
b. Kondisi rumah
1. Jenis lantai rumah
syarat rumah yag sehat,jenis lantai rumah tidak berdebu
pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai
rumah dari tanah agar tidak berdebu maka dilakukan
penyiraman air kemudian dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai
ubin atau semen merupakan lantai yang baik. Apabila penghuni
rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti tidak
membersihkan lantai dengan baik maka akan menyebabkan
terjadinya penularan penyakit termasuk diare (Notoatmodjo,
2003).
c. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air
besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam menurunkan kejadian diare.
d. Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan resiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
16

dapat dipakai oleh seluruh keluarga.


Page

2) Bersihkan jamban secara teratur.


3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke
tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh
dari rumah, jalan setapak dan tidak di tempat anak-anak
bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air,
4) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

2.2 Kerangka teori


ASI eksklusif pada
saat bayi -6 bulan

Pola hidup dan Lingkungan


prilaku
1.sumber air minum
1.makanan dan Frekuensi
minuman 2.jenis jamban
Diare Akut
2.kondisi rumah Pada Balita 3.pembuangan
3.kebiasaan sampah
mencucitangan
4.pembuangan air
4.menggunakan limbah
jamban
Sosiodemografi

1.tingkat pendidikan orang tua balita

2.Jenis pekerjaan orang tua balita

3. Penghasilan orang tua balita

Gambar 1. Kerangka Teori


17
Page
2.3 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat


Sumber air minum

Sarana Jamban
Frekuensi

Diare Akut Pada


Ketersediaan Tempat
Balita
Sampah

Pembuangan Air
Limbah

Kondisi Lantai Rumah

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan frekuensi


kejadian diare akut pada balita. 18
Page
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental analitik studi
dengan ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu kesehatan anak.
3.2 Tempat dan Waktu Peneitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasaleman
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional.

3.4 Populasi dan Sample


3.4.1 Populasi Target
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai
balita (berumur 1-5 tahun sampai dilakukan penelitian) yang bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas pasaleman.
3.4.2 Populasi Terjangkau
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas pasaleman yaitu masyarakat
mempunyai balita di area wilayah kerja Puskesmas pasaleman.
3.4.3 Sampel
Masyarakat mempunyai balita di area wilayah kerja Puskesmas
Pasaleman yang memenuhi kriteria.
3.4.3.1 Kriteria Inklusi
1.Keluarga yang memiliki balita usia balita
3.4.3.2 Kriteria Eksklusi
19

1. Keluarga/ orang tua balita tidak bersedia menjadi responden


Page
2. Keluarga/ orang tua balita tidak mengijinkan peneliti
memeriksa kondisi rumah dan lingkungan.
3.4.4 Cara Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
sederhana bahwa setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama
sebagai sampel.
3.4.5 Besar Sampel
Besar sampel adalah sebagian dari populasi yang akan mewakili
sampel 1000 jumlah balita di area puskesmas pasaleman, yang diambil
data sampel dengan cara simpel random besar sample ditentukan
menurut formula sebagai berikut hitung menggunakan
rumus Slovin
n= N
1+ne2
n: Jumlah sampel
N: Jumlah populasi
e : Batas toleransi kesalahan
n= 1000
(1+0,052) = 286

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah meliputi sumber air,
pembuangan sampah, jenis jamban, limbah.

3.5.2 Variabel terikat


Variabel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi diare akut pada
balita
3.5.3 Variabel perancu
20

Variabelperancu dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi


Page
3.6 Definisi operasional, variabel, cara dan skala pengukuran
Definisi Cara Alat Skala
Hasil Ukur
Variabel Ukur Ukur Ukur
Operasional
Sumber air Ketersediaan Wawancara Kuisioner 1) PAM Nominal
minum Air bersih dan 2) Sumur tidak
untuk minum Observasi berisiko
yang tercemar
memenuhi (jarak dari
syarat septic tank
kesehatan 10 meter)
3) Sumur
berisiko
tercemar
(jarak dari
septic tank
<10 meter)
Sarana Ketersediaan Wawancara Kuesioner 1. Jamban
jamban jamban dan memenuhi
Ordinal
keluarga observasi syarat
yang kesehatan
memenuhi
2. Jamban
syarat:
tidak
1.tidak memenuhi
mencemari syarat
air dan tanah kesehatan

2.bebas dari 3. Tak punya


serangga jamban
21

3.tidak
menimbulkan
Page
Definisi Cara Alat Skala
Hasil Ukur
Variabel Ukur Ukur Ukur
Operasional
bau,aman dan
nyaman

Pembuangan Ketersedian Wawancara Kuesioner Ada tertutup


sampah Tempat dan
Ada tidak Ordinal
sampah dan observasi
tertutup
kondisinya
(tertutup/ Tidak ada
terbuka)

Pembuangan Buangan Wawancara kuesioner Ada


limbah yang dan memenuhi
Ordinal
dihasilkan observasi syarat
dari suatu
Ada tidak
proses
memenuhi
produksi
syarat
industri
maupun Tidak ada
rumah
tangga
(sampah)

Diare akut Frekuensi wawancara kuesioner 0X


diare akut 1X Rasio
selama 3 2X dst
bulan
terakhir
22
Page
3.7 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada
responden, observasi dan alat ukur secara langsung mengenai lingkungan
rumah responden. Sedangkan data sekunder diambil responden dari
Wilayah Kerja Puskesmas Pasaleman.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat peneliti
yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas karena suatu kuisoner valid
jika kuisoner mampu menggunggkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh
kuisoner tersebut.
Uji validitas instrument menggunakan uji korelasi product moment
person, uji realibilitas dengan rumus alfa cronbach.
3.7.1 Bahan dan alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Komputer
2. Lembar kuisioner
3. Alat tulis
4. Kamera digital
3.7.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap, yang meliputi:

1. Tahap persiapan:

a. Penetapan sasaran

b. Konsultasi ke pembimbing

c. Kesiapan alat dan bahan

d. Koordinasi dengan

e. Penetapan jadwal kegiatan.

2. Tahap koreksi kuesioner


23

3. Tahap pelaksanaan
Page

4. Cleaning data
5. Tahap analisis hasil penelitian

3.8 Alur penelitian


Membuat usulan Pengesahan Data medik puskesmas
proposal proposal pasaleman

Pengisian
Pengisiankuesio
Penyusunan
Penyusunanl Perhitungan
Perhitungandan
kuesioner
ner,observasi,
laporan
aporanhasilp
hasil analisis
dan analisis
data
,observasi,
danpengumpulan
dan
penelitian
enelitian dengan
data dengan
SPSS
pengumpulan
SPSS

3.9 Pengolahan data


Pada penelitian ini pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan manual dan komputerisasi. Langkah-langkah pengolahan data
secara manual yaitu sebagai berikut:
a. Editing (Penyuntingan Data)
Editing dilakukan untuk memeriksa data-data dari kuesioner untuk
melihat kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Coding (Mengkode Data)
Kegiatan mengkode / member kode dari setiap informasi yang
didapat dari kuesioner.
c. Entry (Memasukan Data)
Data yang sudah diberi kode dianalisa dan dimasukan kedalam
computer dengan menggunakan program SPPS.
d. Cleaning (Membersihkan Data)
Kegiatan memeriksa kembali data yang telah dimasukan kedalam
computer untuk memastikan kebenaran data.
3.10 Analisis data
a. Analisis Univariate (Analisis Deskriptif)
Analisis bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan
24

karakteristik setiap variabel penelitian dari masing variable yaitu


Page
sumber air, jenis jamban, pembuangan sampah, pengeloaan air
limbah, dan frekuensi kejadian diare akut
b. Analisis Bivariate
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan, variable bebas dan terikat dengan uji korelasi
Spearman

3.11 Etika Penelitian


Etika penelitian menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent)
yang terdiri dari:
1) penjelasan manfaat penelitian.
2) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan.
3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan.
4) persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subyek berkaitan dengan prosedur penelitian.
5) jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).
25
Page
3.12 Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Penyusunan
Proposal

2 Persiapan ke
lapangan

3 Pengumpulan
Data

4 Pengolahan
Data

5 Laporan Data

26
Page
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2010.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. .Rineka


Cipta. Jakarta
Andrianto, 2003. Diare Akut, Rineka Cipta, Jakarta
Azwar A, 2000. Pengantar ilmu kesehatan lingkungan. Mutiara sumber widya
press Jakarta
Azwar S, 2007. Rebilitas dan Validasi. Pustaka Pelajar. Jogyakarta
Behrman, et.al.1999. IlmuKesehatan Anak. Vol.1.Edisi 15.EGC. Jakarta.
Budiarto, E, 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.
EGC. Jakarta
Ciesla, Anto Binka, et.al.2003. Guerrant RI Infectious Diarrhea in Current
Diagnosis and Treatment in Infectious. New York. Lange Medical Book.
Depkes R.I. 2011. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta
Depkes R.I 2001 Profil kesehatan. Jakarta
Diskes. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jawa Barat
Depkes R.I.2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta.
Dinas Kesehatan. 2013. Kabupaten Cirebon
Direktorat. 2000. Penyehat Air PPM & PLP Petunjuk Pelaksanaan Pengawas
Kualitas Air Bersih Rumah Tangga Pedesaan. Jakarta
Entjang, 1,2000. lImu Kesehatan Masyarakat, cetakan ke XIII. PT Citra Aditya
Bakti.Bandung .
Ethier dan Stell,2000. Syarat-Syarat Jamban Sehat yang Memenuhi Standar.
Jakarta
Juli Soemirat, Slamet. 2004 .Kesehatan Lingkungan .Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.
Jufrie, 2012. Buku Ajar Gastroenterology Hepatologi jilid 1Edisi III . Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Menkes, RI. 2004 Pedoman Pemberantas Penyakit Diare. Jakarta
Mei Yati Yimatupang, 2009. Pengelolaan Lingkungan Terhadap Tingkat
27

Rentinitas Penularan Diare. Medan


Page
Mulia, R. 2005 Kesehatan lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2 0 0 5 .1lmuKesehatan Masyarakat.Rineka Cipta.Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta.Jakarta.
New South Wales, Health Department. 2004. Penyakit Bawaan Makanan. New
South Wales Multicultural Health Communication Service.Indonesia
Rudolph, A.M, et all. 2006. Buku Ajar Pediatric Rudolph Volume 2. Edisi
20. EGC. Jakarta
Saryono, 2011. Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Mitra Cendikia Press . Yogyakarta.
Simatupang M, 2004. Analisis Faktor-faktor Berhubungan dengan Kejadian
Diare Pada Balita. Pasca Sarjana Medan. Universitas Sumatra Utara.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M,Setiati S 2006 Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi ke Empat jilid III. Jakarta. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sugiarto,2001, Statistic Dasar Untuk Penelitian, Kanisius. Jakarta
WHO. 2009 World Healty Statistics Cause of Deadth. Jakarta
Zein Umar,2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Sumatra Utara
28
Page
KUISONER

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN FREKUENSI


KEJADIAN DIARE AKUT PADA BALITA DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASALEMAN

NAMA :
UMUR :
AlAMAT :

Sumber Air Minum


1. Dari mana sumber air minum yang digunakan keluarga sehari-hari ?
a. PAM / Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)
b. Sumur tidak berisiko tercemar (jarak dari septic tank 10 meter)
c. Sumur berisiko tercemar (jarak dari septic tank <10 meter)
Sarana jamban
2. Apakah anda memiliki jamban keluarga?
a. Jamban memenuhi syarat kesehatan
b. Jamban tidak memenuhi syarat kesehatan
c. Tak punya jamban
Pembuangan Sampah
3. Apakah di rumah tersedia tempat sampah ?
a. Ada tertutup
b. Ada tidak tertutup
c. Tidak ada

Pembuangan limbah
4. Apakah sekitar rumah terdapat pembuangan limbah?
a. Ada memenuhi syarat
b. Ada tidak memenuhi syarat
29

c. Tidak ada
Page
Kejadian diare
5. Apakah yang dimaksud dengan diare/mencret ?
a. tinja encer/cair yang bercampur lendir atau darah, atau keduanya
b. tinja encer/cair yang lebih dari biasanya (>3 kali sehari) disertai
dengan/tanpa darah dan/atau lendir
c. a & b benar
d. tidak tahu
6. Apakah balita ibu mengalami buang air besar atau mencret lebih dari 3kali
dalam sehari?
a. Ya
b. Tidak
.

30
Page
INFORMED CONSENT

Yth. .................................

Kuesioner ini bertujuan untuk hubungan sanitasi lingkungan dengan


kejadian diare akut dan hasilnya semata-mata untuk kepentingan penelitian.

Untuk itu, saya mohon bantuan Ibu/bapak untuk menjadi responden


sekaligus menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya dan saya menjamin
kerahasiaan jawaban yang diberikan atas pertanyaan dari kuesioner ini.

Apabila Ibu/bapak menyetujui/bersedia untuk menjadi responden pada


penelitian ini, maka saya mengharapkan Ibu/bapak dapat menandatangani
pernyataan di bawah ini.

Demikian, atas perhatian, kerjasama dan bantuannya saya ucapkan terima


kasih.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : ..
Umur : .. tahun
Alamat : ..
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa saya telah mendapat
penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur dari penelitian HUBUNGAN
SANITASI LINGKUNGAN DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE
AKUT Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam
penelitian ini sebagai responden.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Cirebon , .

Yang menyatakan,
31
Page

Anda mungkin juga menyukai