Anda di halaman 1dari 14

BAB VII

PERHITUNGAN

Pada bab ini, perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan untuk layanan
daerah sistem pengolahan terpusat (off-site system). Tujuan utama dari perhitungan
ini adalah untuk memperoleh dimensi diameter pipa yang akan digunakan pada
setiap setiap segmen. Dalam perencanaan ini, jalur pipa penyaluran air limbah
dibagi menjadi delapan segmen yaitu, pipa 12, pipa 24, pipa 34, pipa 46, pipa 56,
pipa 68, pipa 78, dan pipa 89.

7
5
3
1
9
8
6
4 2

Gambar 1. Peta Penyaluran Air Limbah dan Pembagian


Segmen Pipa Penyaluran Air Limbah
(Sumber : Dokumen Kelompok)

1. Menentukan (H)

H adalah notasi yang menunjukan perbedaan tinggi antara titik tiap


segmen pipa. Nilai H diperoleh melalui rumus :

() =
Dari rumus tersebut maka dilakukan perhitungan terhadap H tiap
segmen pipa dengan contoh perhitungan dilakukan untuk Pipa 12
sebagai berikut :

() =

12 = 1 2

12 = 740 739

12 = 1

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan H masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

2. Menentukan Panjang Pipa Ekivalen (Lekivalen)

Panjang pipa Ekivalen (Lekivalen) adalah panjang pipa aktual yang akan
digunakan di lapangan. Lekivalen diperoleh melalui rumus:

() =

fL adalah faktor yang nilainya berkisar antara 1,1 hingga 1,4 sedangkan
Lpipa adalah panjang pipa yang diperoleh dengan mengukur panjang
segmen pipa dari peta. Pada perhitungan digunakan fL=1,25. Dari rumus
tersebut, dilakukan perhitungan terhadap Lekivalen tiap segmen pipa
dengan contoh perhitungan dilakukan untuk Pipa 12 sebagai berikut :

() =

12 = 1,25 12

12 = 1,25 127

12 = 158.75

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Lekivalen masing-masing pipa tertera pada lampiran
VII-I.
3. Menentukan Debit Rata-Rata Total (Qr)

Debit rata-rata Qrata-rata total adalah debit rata-rata yang mengalir di tiap
segmen pipa. Besarnya Qrata-rata total diperoleh dari debit timbulan limbah
yang berasal dari daerah layanan masing-masing segmen pipa yang
telah ditentukan. Qrata-rata total diperoleh melalui rumus:

(/) =

Dari rumus tersebut maka dilakukan perhitungan terhadap Qrata-rata total


tiap segmen pipa dengan contoh perhitungan dilakukan untuk Pipa 12
sebagai berikut :

(/) =

12 =

12 = 54040 / 86400 /

12 = 0,625 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qr masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

4. Menentukan Debit Harian Maksimum (Qmd)

Debit harian maksimum Qmd adalah besaran debit maksimum yang


dapat terjadi dalam 1 hari. Besarnya Qmd dihitung melalui persamaan
(Masduki,2000):

(3 /) =

Menurut DPU (1986), besarnya fmd nilainya berkisar 1,1 hingga 1,25.
Untuk perhitungan yang dilakukan, digunakan fmd= 1,2 sehingga dengan
menggunakan rumus tersebut maka dilakukan perhitungan terhadap Qmd
tiap segmen pipa dengan contoh perhitungan dilakukan untuk Pipa 12
sebagai berikut :
(3 /) =

12 = 1,2 12

12 = 1,2 0,625 / 1000 /3

12 = 0,0008 3 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qmd masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

5. Menentukan Debit Tambahan Infiltrasi (Qinf)

Debit tambahan infiltrasi (Qinf) adalah air yang masuk ke dalam jalur
perpipaan, yang berasal dari infiltrasi tanah, air hujan, dan air
permukaan sehingga air yang dialirkan di dalam pipa penyaluran
bertambah. Qinf dapat dihitung menggunakan persamaan berikut
(Masduki, 2000):

(3 /) =

Debit infiltrasi (qinf) adalah debit satuan infiltrasi dalam pipa, yang
nilainya berkisar 1-3 L/s/1000 m, pada perhitungan digunakan qinfv= 2
L/s/1000 m . Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut maka
dilakukan perhitungan terhadap Qinf tiap segmen pipa dengan contoh
perhitungan dilakukan untuk Pipa 12 sebagai berikut :

(3 /) =

12 = 12 2 //1000

12 = 146.25 2 //1000

12 = 0,0003 3 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qinf masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.
6. Menentukan Debit Puncak (Qp)

Debit puncak (Qp) dapat dihitung melalui rumus (Masduki, 2000):

(3 /) =

Nilai fp merupakan faktor puncak yang besarnya berkisar antara 1,1 2


(Otis dan Mara, 1986). Pada perhitungan digunakan fp = 1,5 sesuai
dengan nilai yang dianjurkan dalam perencanaan desain (Mara, 1996).
Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut maka dilakukan
perhitungan terhadap Qp tiap segmen pipa dengan contoh perhitungan
dilakukan untuk Pipa 12 sebagai berikut :

(3 /) =

12 = 1,5 12

12 = 1,5 0,0008

12 = 0,0011 3 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qp masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

7. Menentukan Debit Minimum Air Buangan (Qmin)

Debit minimum air buangan (Qmin) adalah debit air buangan pada saat
pemakaian air minimum. Qmin dapat dihitung menggunakan rumus:

(3 /) = 2 /

Dari rumus tersebut maka dilakukan perhitungan terhadap Qmin tiap


segmen pipa dengan contoh perhitungan dilakukan untuk Pipa 12
sebagai berikut :

(3 /) = 2 /

12 = 12 2 / 12
12 = 0,0006252 / 0,0011

12 = 0,0003 3 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qmin masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

8. Menentukan Debit Perencanaan (Qd)

Debit perencanaan (Qd) adalah akumulasi debit puncak dan debit


infiltrasi yang digunakan dalam desain penyaluran dan instalasi
pengolahan air buangan (Masduki, 2000) . Sehingga Qd dapat dihitung
menggunakan rumus:

(3 /) = + +

Notasi Qg adalah debit penggelontoran, namun jarang digunakan dalam


perencanaan. Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut maka
dilakukan perhitungan terhadap Qd tiap segmen pipa dengan contoh
perhitungan dilakukan untuk Pipa 12 sebagai berikut :

(3 /) = +

12 = 12 + 12

12 = 0,0011 + 0,0003

12 = 0,0014 3 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qd masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

9. Menentukan Slope Tanah (S)

Slope tanah merupakan perbandingan antara beda tinggi dari elevasi


awal dan elevasi akhir dengan panjang pipa ekivalen. Secara matematis
dapat ditulis

( )
=

Dimana :

S = Slope tanah

Hawal = Elevasi dari titik awal (m)

Hakhir = Elevasi dari titik akhir (m)

Lekivalen = Panjang pipa ekivalen (m)

Contoh perhitungan pada pipa 12:

(740 739)
= = 0,0063
158.750

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan S masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

10. Menentukan Diameter Teoritis

Diameter teoritis pipa ditentukan menggunakan penurunan persamaan


manning, yaitu

3/8

=
0,312 0.5

Dimana :

Dteori = Diameter teoritis (m)

Qdesain = Debit desain (m3/s)

n = koefisen kekasaran pipa

Spipa = kemiringan pipa

Contoh perhitungan di pipa 12 perhitungan pada pipa 12:


0,0014 0,012 3/8
= = 0,064
0,312 0,00630.5

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-
I.

11. Menentukan Diameter Pasaran


Diameter pasaran diperoleh dengan pendekatan nilai dari diameter
teoritis terhadap diameter pipa yang tersedia di pasaran. Pada penentuan
ini, pendekatan diameter dilakukan dengan pendekatan ke atas. Pada
perencanaan ini, kelompok tiga mengacu pada diameter pasaran di
bawah ini:

Tabel 1. Variasi Diameter Pipa Pasaran

(Sumber : http://rumahair.co.id/portofolio/aqualon-pipa-upvc-mof-econ/)

12. Menentukan Kecepatan Saat Aliran Memenuhi Pipa (Vfull)

Kecepatan saat aliran memenuhi pipa dapat ditentukan menggunakan

1 2/3
= ( ) 0.5
4

Dimana :
Vfull = kecepatan saat aliran memenuhi pipa (m/s)

Dpasaran = Diameter pipa yang ada di pasaran (m)

Spipa = kemiringan pipa

Contoh perhitungan di pipa 12 :

1 0,076 2/3
= ( ) 0,00630.5 = 0,471 /
0.012 4

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Vfull masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

13. Menentukan Debit Saat Aliran Memenuhi Pipa (Qfull)

Dimana :

Qfull = Debit saat aliran memenuhi pipa (m3/s)

A = Luas permukaan (m2)

Vfull = kecepatan saat aliran memenuhi pipa (m/s)

Contoh perhitungan di pipa 12 :

22
= (0,25 0.0762 ) 0,471 = 0,0021 3 /
7
Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-
I.

14. Menentukan Qd/Qfull

0,0014
= = 0,6456
0,0022

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Qd/Qfull masing-masing pipa tertera pada lampiran
VII-I.

15. Menentukan d/D dan Vd/Vfull

Gambar 2. Grafik Perbandingan Elemen


Rasio Hidrolis terhadap Jari-
Jari Desain Aliran
(Sumber : ppt responsi)

Menentukan d/D dan Vd/Vfull dilakukan dengan menggunakan


grafik seperti pada Gambar 2. Hasil dari perhitungan Qd/Qfull di plot Pada
sumbu x, kemudian ditarik ke atas agar mengenai garis discharge. Setelah
itu, ditarik garis ke arah sumbu y dan didapatkanlah nilai d/D. Sedangkan
nilai Vd/Vfull didapat dengan menarik garis dari titik discharge ke arah garis
velocity.

Untuk pipa 12 diperoleh :



= 0.57


= 1.08

16. Menentukan Kecepatan di Dalam Pipa (Vd)


= ( )

Dimana :

Vd = kecepatan aliran dalam desain (m/s)

Vfull = kecepatan saat aliran memenuhi pipa (m/s)

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 1,08 0,471 = 0,509 /

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan Vd masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

17. Menentukan Elevasi Puncak Awal Pipa

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 740 0,2 = 739,8


Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada
lampiran VII-I.

18. Menentukan Elevasi Puncak Akhir Pipa

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 739 0,2 = 738,9

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada
lampiran VII-I.

19. Menentukan Elevasi Dasar Pipa Hulu

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 739,9 0,076 = 739,82

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada
lampiran VII-I.

20. Menentukan Elevasi Dasar Pipa Hilir

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 738,9 0,076 = 738,82

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada
lampiran VII-I.
21. Menentukan Kedalaman Galian (Hg) Awal

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 740 739,724 = 0,28

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran
VII-I.

22. Menentukan Kedalaman Galian (Hg) Akhir

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 739 738.82 = 0,18

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran
VII-I.

23. Menentukan Perbedaan Kedalaman Galian (Hg)

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= 0,28 3.88 = 3.60

Nilai minus menandakan bahwa slope tanah lebih kecil dari slope
saluran.
Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-
I.

24. Menentukan Lebar Galian (Lg)

= (1.5 2) + (0.2 0.3)

Contoh perhitungan di pipa 12 :

= (1,75) 0,076 + (0.25) = 0,38

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

25. Menentukan Volume Galian (Vg)

+
= = ( )
2

Contoh perhitungan di pipa 12 :

0,18 + 0,18
= ( ) 0,38 146,25 = 9,86 3
2

Perhitungan yang serupa dilakukan untuk segmen pipa yang lain. Data
hasil perhitungan masing-masing pipa tertera pada lampiran VII-I.

Anda mungkin juga menyukai