Ellipsoid yang didefinisikan dengan ketentuan seperti di atas disebut mean earth
ellipsoid atau ellipsoid geosentris. Dengan dasar pengertian tersebut dan pendefinisian
ellipsoid seperti tersebut di atas, serta pengembangan deret seperti diuraikan pada
heiskanen moritsz (1967) dan Torge (1989), akhirnya dapat diperoleh rumus gaya berat
normal ellipsoid sebagai berikut :
Keterangan :
0 : gayaberat normal ellipsoid di lintang pengamat
E : gayaberat normal ellipsoid di equator
1 : konstanta pertama untuk ellipsoid referensi tertentu
2 : konstanta kedua untuk ellipsoid referensi tertentu
: lintang pengamat
Contoh soal :
1
Tentukan gayaberat normal di titik pengamat 7 LS, pada ellipsoid referensi WGS84 !
Penyelesaian :
g0 = g + 0,3086 H ........................................................................................................(2)
keterangan :
g0 : gayaberat hasil reduksi (mgal)
g : gayaberat hasil ukuran (mgal)
H : tinggi hasil ukuran sipat datar (meter)
b. Reduksi Bouguer
Reduksi ini digunakan jika pengaruh gaya tarik massa batuan antara titik pengamatan
dan geoid diperhitungkan, sehingga persamaan reduksinya menjadi sebagai berikut :
keterangan :
g0 : gayaberat hasil reduksi (mgal)
g : gayaberat hasil ukuran (mgal)
: rapat massa batuan standar (2,67 gram/cm3)
H : tinggi hasil ukuran sipat datar (meter)
c. Reduksi Isostasi
Reduksi ini digunakan jika massa batuan sebagai bagian dari kerak bumi adalah
mempunyai ketebalan sampai ke batas lapisan magma, yang tebalnya sekitar 100 km. Dan
menurut Airy-Heiskanen ketebalan tersebut tidaklah datar karena kerak bumi termasuk
pegunungan dapat berdiri seimbang secara kokoh memiliki formasi akar yang masuk ke
dalam lapisan magma.
2
III. Koreksi beda tinggi orthometrik (KOAB)
Tinggi orthometris suatu titik di permukaan bumi adalah jarak yang diukur di
sepanjang garis unting unting (arah gaya berat) dari geoid sampai ke titik tersebut di
pemukaan bumi. Untuk mendapat tinggi orthometris yang tepat, maka bilangan
geopotensial dibagi dengan suatu harga menengah gaya berat sepanjang garis unting
unting antara titik yang bersangkutan dan geoid.
Dalam praktek beda tinggi orthometrik dapat diperoleh dari pengukuran sipat datar
yang telah direduksi dengan koreksi orthometrik. Koreksi orthometrik dapat diperoleh
dengan melibatkan data gaya berat sesuai rumus heiskanen moritsz (1981), yaitu :
B
g gA gB
KO = dhAB + HA H B .....................................................(5)
A
Keterangan :
KO : Koreksi orthometrik antara titik A dan B (meter)
g : gaya berat rata rata antara titik A dan B (gal)
gA : gaya berat ukuran di titik A (gal)
gB : gaya berat ukuran di titik B (gal)
: gaya berat normal di lintang pengamat (gal)
HA : tinggi hasil ukuran sipat datar di titik A (meter)
HB : tinggi hasil ukuran sipat datar di titik B (meter)
dhAB : beda tinggi A dan B hasil ukuran sipat datar (meter)
Tugas individu :
gD
dhCD HD
gB
dhBC gC
dhAB HB
gA HC
HA
3
Pada lintang pengamat 10 LS dilakukan pengukuran sipat datar dari titik A ke titik D, dengan
data sebagai berikut :
HA = XX m (dua digit NIM terakhir)
dhAB = 0,2 m
dhBC = -0,3 m
dhCD = 0,5 m
gA = 977,04 gal
gB = 977,05 gal
gC = 977,02 gal
gD = 977,07 gal
Tentukan besarnya koreksi orthometris pada masing masing pengukuran beda tinggi
dengan gayaberat hasil ukuran yang sudah direduksi free air, jika ellipsoid referensi yang
digunakan adalah WGS84.
Sumber referensi :
Sumaryo, dkk. 2005. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan Bahan
Ajar : Geodesi Fisis. Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.