UI Skripsi Analisa Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit PDF
UI Skripsi Analisa Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit PDF
SKRIPSI
MUKTI
A14103691
MUKTI
A14103691
Disetujui,
Pembimbing
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
MUKTI
A 14103691
RIWAYAT HIDUP
Mei 1980. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Wahi
dan Djuharen. Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 1 Samakurok Aceh
Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000 selasai tahun 2003.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas segala
Investasi Pabrik Kelapa Sawit Kapasitas 30 ton TBS/jam (Studi Kasus Kabupaten
Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pertanian pada
Investasi pembangunan Pabrik Kelapa sawit (PKS) yang meliputi aspek financial
dan non-finansial serta analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya produksi dan
sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
Mukti
UCAPAN TERIMA KASIH
penulis.
2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, atas segala bimbingan, arahan, dorongan
3. Tanti Novianti, SP, M.Si, selaku dosen penguji utama serta dosen
evaluator kolokium atas kritik dan saran yang telah diberikan dalam
4. Arif Karyadi Uswandi, SP, selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan
8. Unit khusus bantuan korban bencana tsunami IPB, atas batuan biaya
pendidikan.
Selatan.
10. Ir. Hasballah, Manager Pengembangan Bisnis PT. PDPA, Nanggroe Aceh
Darussalam.
13. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
Halaman
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Nomor Halaman
1. Perkembangan Luas Area dan Produksi Kelapa Sawit Kab. Aceh Utara
(1997-2006) .............................................................................................. 3
2. Pabrik Kelapa Sawit di Nanggroe Aceh Darussalam.................................. 4
3. Potensi Ketersedian Bahan Baku TBS ....................................................... 34
4. Proyeksi Kebutuhan Kapasitas PKS dan Produksi CPO/PKO .................... 35
5. Komposisi Penggunaan Tenaga Kerja ....................................................... 40
6. Eskpor CPO dan Produk Turunan.............................................................. 47
7. Rekapitulasi Biaya Investasi Pabrik Kelapa Sawit ..................................... 54
8. Biaya Operasional ..................................................................................... 55
9. Rekapitulasi Penerimaan dan Produksi ..................................................... 57
10. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi dan Pajak .............................................. 58
11. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik Kelapa sawit ........................ 60
12. Ringkasan Analisis Sensitivitas pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi . 63
13. Ringkasan Analisis Sensitivitas pada Indikator Penurunan Kapasita
Produksi .................................................................................................... 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Kelapa sawit sebagai penghasil minyak kelapa sawit (Crude palm oil) dan
inti kelapa sawit (Kernel Palm Oil) merupakan salah satu primadona tanaman
perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Hal
ini disebabkan oleh permintaan dan harga produk CPO di pasar dunia meningkat
pesat dalam beberapa dekade terakhir ini, seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan inovasi terhadap produk-produk turunan dari kelapa sawit yang
dapat digunakan sebagai bahan baku beberapa sektor industri lain (industri hilir).
prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia
kelapa sawit. Selain itu, Pengembangan industri kelapa sawit secara terintegratif
Perkebunan Departemen Pertanian. Selain dari itu kemudahan dalam hal perizinan
dan bantuan subsidi investasi untuk perkebunan sebagaimana yang tercantum
Dalam beberapa dekade terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit terus
meningkat dari 290 ribu hektar pada tahun 1980 menjadi 5,9 juta hektar pada
pesat, dari 1,71 juta ton (1988) menjadi 5,38 juta ton pada tahun 1997. Tahun
1998, produksi minyak kelapa sawit mengalami penurunan menjadi 5 juta ton,
minyak kelapa sawit Indonesia mencapai angka 18 juta ton melampaui total
kelapa sawit di Indonesia baik dari segi luas areal maupun produksi. Pada tahun
2006 luas tanaman kelapa sawit telah mencapai 29.187 ha dan total produksi
399.193 ton yang terdiri dari perkebunan rakyat 14.834 ha dengan produksi
sejumlah 155.192 ton dan perkebunan besar seluas 14.353 ha dengan produksi
sejumlah 244.001 ton dan diperkirakan akan terus meningkat dimasa yang akan
1
http://www.gapkiconference.org. Suplai CPO di pangkas. November 2008
Tabel 1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit kab. Aceh Utara
(1997-2006)
Total Produksi
Luas Areal(Ha)
Tahun (Ha) (ton)
Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar
Darussalam (Tabel.2), saat ini di Kabupaten Aceh Utara hanya terdapat satu
pabrik kelapa sawit yang merupakan milik PT. Perkebunan Nusantara I yang
berkapasitas produksi 45 ton TBS per jam, dengan kapasitas pengolahan 80% dari
kapasitas terpasang sehingga hanya mampu mengolah tandan buah segar (TBS)
milik perkebunan sendiri menjadi crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil
(PKO).
Utara sudah memenuhi aspek syarat perlu dan aspek syarat cukup untuk
pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS per jam,
program kebun kredit koperasi primer untuk anggota (KKPA) dengan luasan
lahan 6000 ha ke atas (PPKS, 2002). Selain itu kontinuitas kecukupan pasokan
TBS bagi pabrik kelapa sawit sudah sesuai dengan peraturan perizinan
PKS Anugrah 45
PKS Simpang Kiri 30
PKS Alue Gantung 30
PKS Alue Manis 30
PKS Sucofindo Sungai Liput 30
PT. Para Sawita Suruwai 30
PT. Truban 30
PTPN 1 Seumentok 60
PTPN 1 Pulo Tiga 30
PT. Mapoli Raya 30
PKS Alue Nireh 30
PT. Wira Peraca Peurelak 30
PTPN 1 Cot Girek 45
PKS Delima Makmur 30
PT. Astra 45
PKS Sucofindo Rimo 30
PKS Pemda Aceh Selatan 30
PKS Fajar Baizuri Meulaboh 45
PKS Sucofindo Semayam 30
PKS Sucofindo scu dagan 30
PKS Karya Tanah Subur 30
PKS Mapoll Raya 30
Sumber : Dinas Perkebunan NAD (2007)
industri hulu (kebun kelapa sawit) baik perluasan lahan maupun perbaikan
produktivitas di daerah-daerah, seperti Aceh Utara akan sia-sia. Karena sifat dari
produk TBS yang jumlahnya banyak dan mudah rusak, sehingga memerlukan
pengolahan yang cepat. Kehadiran pabrik kelapa sawit pada daerah-daerah sentral
produksi TBS seperti Kabupaten Aceh Utara, sangat membantu petani yang
memiliki luas lahan yang relatif terbatas, untuk menampung hasil produksi dari
kebun yang di usahakannya. Selama ini petani harus menambah biaya transportasi
untuk pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit lain di wilayah (Kab. Aceh
Timur, Tamiang atau Prov.Sumatra Utara) yang jaraknya lebih jauh dari areal
perkebunan. Oleh karena itu tidak sedikit TBS yang dihasilkan dari kebun,
penurunan kualitas dan harga jual TBS menjadi rendah. Selain itu terjadi
Tamiang atau Prov. Sumatra Utara) dari proses penciptaan nilai tambah produk
kelapa sawit yang dihasilkan oleh sektor perkebunan rakyat Kabupaten Aceh
per jam di Kabupaten Aceh Utara selain memberikan manfaat juga menimbulkan
biaya dan resiko. Hal ini menuntut perlunya perencanaan yang tepat dan objektif
untuk menganalisis manfaat dan resiko atas kegiatan investasi tersebut. Salah satu
analisis yang diperlukan adalah studi kelayakan investasi. Analisis ini dilakukan
untuk melihat layak atau tidaknya investasi dilakukan berdasarkan aspek aspek
yang dikaji sehingga dapat memberikan gambaran tepat kepada para investor yang
Utara.
Dengan adanya pembangunan pabrik kelapa sawit, akan menciptakan
kawasan ekonomi baru dengan tumbuhnya sektor formal dan informal seperti
sekolah, pasar, sarana kesehatan, tranportasi dan telekomunikasi. Hal ini tentu saja
akan menimbulkan dampak yang lebih baik bagi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak pihak lain yang terkait secara langsung
ini adalah:
sawit bagi pemerintah atau pihak pihak yang ingin menanamkan investasi
2. Mengetahui manfaat dan kendala sosial dari pembangunan pabrik kelapa sawit
yang buahnya kaya akan minyak nabati. Kelapa sawit yang dikenal adalah jenis
Dura, Psifera, dan Tenera, merupakan tanaman tropis yang termasuk kelompok
tanaman tahunan. Tenera ( Dura x Psifera ) merupakan tanaman yang saat ini
persen biji yang batok atau cangkangnya tipis dan menghasilkan minyak 34 - 40
Buah yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah segar
(TBS). Bentuk, susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis
tanaman dan kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gr/
butir, dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan
baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak CPO dan
inti sawit. Sebelum buah diolah perlu dilakukan sortasi dan penimbangan di
tempat penampungan (loading ramp). Menurut Siregar (2003), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan mutu TBS yang akan dimasukkan ke dalam pabrik
antara lain: Sortasi Panen, penimbangan TBS di Loading Ramp dan Material
Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu
Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR), yang
perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta, dengan tata hubungan
tanaman, umur dan jenis bibit yang digunakan. Lubis (1992) membedakan kelas
rata-rata untuk kelas I, II, III dan IV pada umur 4 25 tahun berturut-turut sebesar
25,10 ton TBS/ha/tahun; 22,95 ton TBS/ha/tahun; 20,86 ton TBS/ha/tahun; dan
17,71 ton TBS/ha/tahun. Untuk semua kelas lahan, produktivitas meningkat antara
umur 15 hingga 21 tahun dan memasuki masa tua pada umur 22 tahun.
Berdasarkan data tersebut maka tanaman kelapa sawit digolongkan ke dalam dua
Dalam sistem pengolahan kelapa sawit dikenal dua jenis proses sesuai
dengan produk yang akan dihasilkan. Pertama adalah proses pengolahan untuk
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dan kedua adalah proses pengolahan untuk
menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO). Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa
sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari TBS yang diikuti dengan
tahapan proses yang berjalan secara seimbang dan terkait satu sama lain. Tahapan
pengolahan TBS menjadi CPO menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2002)
Pabrik Mini CPO Untuk Meningkatkan Ekonomi Lokal di kota Dumai provinsi
Riau. Hasil dari analisis kelayakan investasi pada tingkat suku bunga 20 persen
kapasitas 5 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan. Sementara melalui analisis
sensitivitas menunjukkan bahwa batas toleransi perubahan harga TBS untuk PKS
Dampak yang dirasakan dari pembangunan PKS mini CPO kapasitas 5 ton
TBS per jam secara analisis kualitatif dapat dirasakan, seperti terbukanya
prasarana fisik dan timbulnya industri-industri kecil dari hasil produk kelapa sawit
beserta turunannya. Akan tetapi secara kuantitatif seperti berapa besar tingkat
tidak dapak dibuktikan. Pola yang paling tepat untuk membangun PKS mini CPO
di kota Dumai provinsi Riau adalah melalui pola koperasi usaha perkebunan
Pabrik Kelapa Sawit Mini, Studi Kasus Pabrik Kelapa Sawit Aek Pancur,Tanjung
investasi pembangunan industri PKS Mini kapasitas olah 5 ton TBS per jam
dinyatakan layak dari semua kriteria investasi. Hasil kriteria investasi yang
persen ; Net B/C Ratio = 1,827 dan Payback period Sembilan tahun.
Analisis sensitivitas PKS mini pada skenario pertama yang menggunakan
harga beli TBS sebesar Rp 508,17 per kg TBS dengan rendemen minyak 19
persen dan rendemen inti 3,5 persen, menurut kriteria kelayakan dinyatakan layak.
Dalam skenario tersebut, PKS mini dapat beroperasional dengan baik pada NPV =
Rp. 483.478.000 ; IRR = 17,19 persen; Net B/C Ratio = 1,181 dan PP 10 tahun.
Sedangkan skenario dua tiga menurut kriteria investasi usaha pembangunan PKS
mini dinyatakan tidak layak sama sekali. Skenario dua menggunakan harga beli
TBS sebesar Rp 713 per kg dengan rendemen 21 persen dan rendemen inti 4
persen, skenario tiga menggunakan harga beli TBS sebesar Rp. 643,25 per kg
dengan rendemen minyak 19 persen dan rendemen inti 3,5 persen. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa harga beli TBS dan kualitas rendemen sangat berpengaruh
yang ditimbulkan, yaitu 1) sarana dan prasarana pendukung yang lebih baik
seperti listrik, telepon, dan jalan raya; 2) biaya transportasi TBS yang dimiliki
oleh kebun rakyat dan swasta lebih rendah dan pendapatan masyarakat menjadi
mini seperti air sungai yang jelek, kebisisngan mesin PKS yang bekerja 20 jam
per hari dan kendaraan angkut minyak CPO maupun TBS, dan polusi udara; 2)
keamanan dari lingkungan di kebun rakyat dan swasta seperti pencurian TBS; 3)
penyelewengan yang dilakukan oleh pihak pabrik (masalah timbangan TBS yang
masuk ke pabrik).
Ilyas (2006) melakukan penelitian mengenai Program Pengembangan
Dumai, karena mempunyai efek multipler terhadap tenaga kerja sebesar 1,51
dengan pertumbuhan kesempatan kerja 4,68 persen. Selain itu memberi efek
multipler pendapatan terhadap daerah sebesar 27,02. Hal ini menunjukkan bahwa
Sawit (Elaeis guneensis Jacq.) pada PT. Socfin Indonesia (Socfindo) Medan,
secara finansial dan non finansial berdasarkan kriteria kriteria yang digunakan.
memperhitungkan inflasi.
finansial dan non finansial usaha tersebut layak untuk dilaksanakan sesuai dengan
skenario yaitu pengolahan tapioka dengan bahan baku ubi kayu belum dikupas
dan pengusahaan tapioka dengan bahan baku ubi kayu sudah dikupas. Analisis
sensitivitas yang dilakukan menggunakan pendekatan penurunan harga output dan
pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 5 ton TBS per jam (mini) dengan alat
analisis yang sama. Sedangkan pada penelitian kali ini yang dianalisis adalah
pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam (kapasitas sedang) serta
dengan maksud dan tujuan dari penelitian. Kemudian pada penelitian Nugroho
3.1.1 Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang
(Kasmir,2003). Oleh karena itu, investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset)
harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk
dalam satu unit. Proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang
disiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam suatu
proyek dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang mengeluarkan biaya untuk
mendapatkan manfaat.
Kasmir (2003) menyimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan adalah
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau
usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau
tidak usaha dijalankan. Umar (2007) menyatakan bahwa studi kelayakan proyek
merupakan penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk
membantu suatu tujuan. Sedangkan biaya suatu proyek merupakan segala sesuatu
yang mengurangi suatu tujuan (Gittinger,1986). Paling tidak ada lima tujuan
memudahkan pengendalian.
dengan yang lainnya. Menurut Gittinger (1986) aspek-aspek tersebut terdiri dari
aspek finansial, dan aspek ekonomi. Pada penelitian ini aspek yang
kesiapan penilai dan kelengkapan data yang yang ada. Tentu saja dalam hal ini
Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis seperti
lokasi proyek, kapasitas produksi, bahan baku, peralatan dan mesin, proses
yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk
dengan kata lain, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk atau jasa
yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para
perencanaan dan operasional harus sesuai dengan bentuk dan tujuan dari proyek.
sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek
Sejauh mana proyek dapat memberi manfaat secara inplisit dan eksplisit terhadap
terhadap dampak sosial seperti kehilangan pekerjaan akibat adopsi tehnologi atau
akan merusak sumber-sumber air bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek.
Lokasi pelaksanaan proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk
pihak yang terlibat di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial adalah untuk
proyek serta pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger,1986).
mengetahui berapa besar investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang
modal kerja serta penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai
payback period, net present value (NPV), internal rate return (IRR), profitability
yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari analisis tersebut dapat diketahui
atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila ternyata terjadi hal-hal di luar
jangkauan asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan. Gittinger (1986)
untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
analisis kepekaan atau sensitivitas adalah suatu teknis analisis untuk menguji
secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila
perencanaan.
yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang
pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu: (1) harga, (2)
keterlambatan pelaksanaan, (3) kenaikan biaya, dan (4) hasil. Analisis sensitivitas
diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan
dalam suatu peride tertentu. Dalam cash flow semua data pendapatan yang
diterima (cash in) dan biaya yang dikeluarkan (cash out) baik jenis maupun
pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang (Kasmir,2003). Cash flow
mempunyai tiga komponen utama yaitu Initial Cash flow yang berhubungan
operasional usaha dan Terminal cash flow berkaitan dengan nilai sisa aktiva yang
Industri hulu dan industri hilir kelapa sawit memiliki keterkaitan yang
sangat erat dalam perkembangan industri kelapa sawit. Di antara kedua industri
tersebut terdapat industri perantara yaitu pabrik kelapa sawit (PKS). Penelitian
meningkatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit yang tidak
kelapa sawit yang ada. Kondisi tersebut tentu saja tidak efisien bagi petani, karena
pabrik kelapa sawit maka diperlukan studi kelayakan untuk menilai aspek-aspek
yang terkait agar investasi yang dilakukan bisa memberikan manfaat serta untuk
sawit.
investasi digunakan untuk menentukan layak atau tidak investasi pabrik kelapa
keputusan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit. Secara lebih rinci alur
Pengembangan
Pembangunan Pabrik
Kelapa sawit
dikarenakan Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu wilayah potensial dari
segi luas areal dan jumlah produksi untuk pengembangan industri kelapa sawit.
Waktu pengambilan data dimulai dari bulan Agustus sampai dengan September
2008.
yang berkaitan dengan proses pembangunan pabrik kelapa sawit. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
informasi dan data yang telah ada, penelusuran melalui internet, buku, jurnal,
dengan penelitian.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
di Kabupaten Aceh Utara yang meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek
Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
NPV suatu proyek adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur
proyek. Di dapat dari selisih antara total PV (Present Value) manfaat dan biaya
pada setiap tahun kegiatan usaha dimasa yang akan datang. Kriteria dan keputusan
dalam analisis ini adalah layak jika NPV > 0 sedangkan bila NPV < 0, usaha
tersebut tidak layak untuk di usahakan (Kadariah, 1978). Rumus yang digunakan
umur proyek. IRR merupakan discount rate yang menjadikan manfaat bersih
sekarang sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan discount
rate yang telah ditentukan, maka usaha layak dilaksanakan sedangkan jika IRR
lebih kecil dari discount rate yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk
Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari manfaat bersih
terhadap total dari biaya bersih (Kadariah, 1978). Metode ini diguna untuk melihat
berapa besar maanfaat bersih yang dapat diterima suatu proyek untuk setiap
investasi yang dikeluarkan. Bila Net B/C lebih besar sama dengan 1 usaha
dianggap layak untuk dilaksanakan dan jika B/C kurang dari 1 maka usaha tidak
n
Bt Ct
(untukBt Ct > 0)
t =0 (1+ i)
t
Net B/C = n
Ct Bt
(untukBt Ct < 0)
t =0 (1+ i)
t
d. Payback Period
Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat
e. Analisis Sensitivitas
pada saat perencanaan. Pada penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan dengan
merujuk pada data inflasi rata-rata Indonesia dalam satu dekade terakhir yangg
tidak lebih dari 10 persen per tahun. Sedangkan penentuan penurunan kapasitas
untuk kebutuhan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh faktor-faktor non
bangunan pabrik.
rata-rata pabrik kelapa sawit di Sumatra Utara dan Riau pada kondisi normal.
4. Jumlah hari kerja, 25 hari per bulan, 300 hari per tahun, dengan asumsi hari
minggu libur serta hari libur nasional dan hari besar keagamaan.
5. Kebutuhan bahan baku TBS akan dipenuhi dari kebun rakyat dan kebun
swasta yang ada di Kab. Aceh Utara dan daerah sekitarnya berdasarkan
perbankan.
8. Tingkat suku bunga kredit investasi 15 persen per tahun, berdasarkan suku
bunga kredit investasi yang berlaku pada Bank BPD untuk kredit investasi
9. Rendemen CPO 21 persen dan Kernel 4 persen. Asumsi ini berdasarkan potensi rata-
11. Biaya modal (faktor diskonto) untuk skenario I (dana sendiri), 7 persen
Biaya asuransi sebesar 1,5 persen dihitung dari total biaya investasi pabrik
(proyeksi).
Biaya pemeliharaan pabrik 2,5 persen dihitung dari total biaya investasi
pabrik (proyeksi).
Nilai sisa dari hasil penjualan asset dikenai pajak penjualan sebesar 10
persen.
BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Aceh Utara hingga tahun 2006 memiliki 850 desa dan 2
kelurahan, yang terbagi ke dalam 56 buah mukim. Sebanyak 780 buah desa
berada di kawasan dataran dan 72 desa di kawasan berbukit. Desa yang terletak di
Makmur, dan Muara Batu. Di samping itu, terdapat 40 buah desa yang berada di
kawasan pesisir.
antara bulan Februari sampai Agustus, sedangkan musim penghujan antara bulan
September sampai Januari. Suhu dimusim kemarau rata-rata 32.8oC dan pada
Flora dan fauna yang terdapat di daerah ini terdiri dari berbagai jenis
tumbuh - tumbuhan antara lain; kayu merbau, damar, damar laut, semantok,
meranti, cemara, kayu bakau, rotan dan sebagainya. Semua jenis tumbuh-
tumbuhan hidup subur dikawasan hutan merupakan kekayaan dan potensi yang
dapat mendukung pembangunan ekonomi jika mampu dikelola dengan baik tanpa
merusak kelestarian alam dan lingkungan. Sedangkan fauna, terdiri dari berbagai
jenis hewan liar seperti gajah, harimau, badak, rusa,indus kijang, orang hutan,
Aceh Darussalam (NAD) yang terletak di bagian pantai pesisir utara pada
Kabupaten Aceh Utara memiliki wilayah seluas 3.296,86 Km2 dengan batas-batas
sebagai berikut :
Kabupaten Aceh Utara memiliki curah hujan rata-rata 86,9 mm per tahun
dengan hari hujan rata-rata sebanyak 14 hari per bulan. Curah hujan tertinggi rata-
rata terjadi setiap tahunnya pada bulan Mei. Kecepatan angin rata-rata 5 knots,
dan maksimum 14,66 knots dengan arah angin terbanyak dari Timur Laut dengan
terjadi pada bulan Juli dan April, sementara temperatur minimum terjadi pada
tergambar dalam PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 sangat dipengaruhi
minyak dan gas. Selama kurun waktu 2000 hingga 2005, pertumbuhan ekonomi
hingga tahun 2005 sektor ini mengalami pertumbuhan negatif, namun pada tahun
komoditi unggulan. Sedangkan karet, kelapa, kelapa hybrida, kakao dan pinang
sebagai komoditi andalan. Selain yang disebutkan tersebut, daerah Aceh Utara
juga menghasilkan komoditi lain seperti kopi, cengkeh, pala, lada, kapuk/ randu,
dari luas wilayah potensial yang ada, masih sangat kecil yang dimanfaatkan.
Untuk komoditi unggulan (kelapa sawit), untuk tahun 2007 lahan yang
dikembangkan baru 940 Ha, memiliki cadangan areal seluas 28.250 Ha.
Sedangkan untuk komoditi andalan juga masih memiliki areal yang belum
dikembangkan yaitu kelapa memiliki cadangan areal seluas 2.375 Ha, karet seluas
1.400 Ha, kelapa hybrida luas areal cadangannya seluas 250 Ha, kakao luas areal
cadangannya 6.450 Ha dan areal pinang yang belum dimamfaatkan seluas 21.050
Ha.2
2
http://www.acehutara.go.id
BAB VI
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL
Analisis aspek teknis atau aspek operasi menyangkut dengan hal-hal yang
berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik
akan berakibat fatal bagi proyek dikemudian hari. Kelengkapan kajian aspek
teknis sangat tergantung dari jenis usaha yang dijalankan, karena setiap usaha
melihat kesiapan pelaksana proyek dalam menjalankan usaha dalam hal ketepatan
lokasi, jadwal pelaksanaan, bahan baku, proses produksi dan mutu produk yang
dihasilkan.
Peureupok, Kecamatan Syamtalira Aron, kabupaten Aceh Utara dengan luas lahan
sekitar 10 ha. Untuk mencapai lokasi pabrik kelapa sawit yang ditetapkan, dari
kota Lhokseumawe dapat ditempuh melalui jalan darat selama kurang lebih 40
menit dengan jarak tempuh sekitar 27 Km. Sedangkan jarak lokasi pabrik kelapa
dalam waktu selama 1 jam perjalanan dengan jarak tempuh sekitar 35 Km.
Kondisi jalan dari Lhokseumawe ke jalan masuk lokasi merupakan jalan negara
dengan aspal (hotmix) yang cukup baik, begitu pula jalan dari lokasi proyek ke
pelabuhan Krueng Geukuh. Dasar pemilihan lokasi pabrik kelapa sawit mencakup
beberapa faktor seperti; Ketersedian sumber air, drainase, daya dukung tanah,
pabrik dengan kapasitas produksi 30 ton TBS per jam dapat dilihat secara lengkap
dilakukan dalam beberapa tahapan yang terdiri dari pekerjaan sipil, rancang
menampung hasil TBS dari perkebunan rakyat yang melimpah dan sisanya dari
perkebunan besar swasta yang ada di Kabupaten Aceh Utara. Secara umum
dari aspek sanitasi dan teknik budidaya tanam. Bibit yang digunakan jenis
Tennera, dengan populasi tanaman pada saat tanam umumnya bervariasi berkisar
dengan total produksi 399.193 ton per tahun. Dengan asumsi produktifitas rata-
rata 17 ton TBS/ha/tahun, produksi TBS tersebut lebih dari cukup untuk
mendukung pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton per jam. Potensi realisasi
produksi perkebunan rakyat sebagai sumber bahan baku utama dapat dilihat pada
Saat ini, di Kabupaten Aceh Utara hanya terdapat satu pabrik kelapa sawit
yaitu PTPN I, yang berlokasi di Cot Girek dengan kapasitas 45 ton TBS per jam.
pasokan bahan baku TBS ke pabrik kelapa sawit yang direncanakan, karena
ketersedian bahan baku TBS jauh lebih besar dari kapasitas olah pabrik kelapa
sawit yang dimiliki oleh PTPN I. Berdasarkan kapasitas terpasang pabrik yaitu
sebesar 30 ton TBS per jam, dalam satu hari pabrik bekerja normal selama 12 jam,
dalam sebulan 25 hari dan dalam setahun bekerja selama 300 hari, maka
kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi beserta produk
Proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit dan minyak inti sawit,
terdiri dari proses ekstraksi secara mekanis dilanjutkan dengan proses pemurnian.
Dimana pentahapan pengolahan atau arus proses produksi dari tandan buah segar
(TBS) sampai menjadi CPO/Kernel secara garis besar dapat diuraikan sebagai
berikut:
Tandan buah segar (TBS) yang diterima dari kebun di angkut dengan truk
dapat diproses pada proses pengolahan pertama (sterilisasi). Sebaiknya dari proses
Tahapan pertama dalam proses ekstrasi minyak dan kernel dari Tandan
Buah Segar (TBS) adalah proses perebusan. Keberhasilan dalam proses perebusan
akan sangat mempengaruhi effisiensi dari proses ekstrasi selanjutnya, karena hasil
perebusan akan memberi efek pada proses perontokan, pelumatan dan proses
memisahkan minyak kasar (Crude Oil) dari serat dan biji buah. Untuk
yang masih bercampur air keluar melalui dinding press cage yang mempunyai
perforasi untuk dimurnikan serta ampas + biji keluar dari Cylinder press cake
Crude Oil dan air yang keluar dari screw press pada proses pengepressan
di pompakan ke crude oil gutter sebelum masuk ke sand trap tank. Kemudian dari
serabut fiber yang terbawa. Saringan getar ini adalah saringan berganda yang
berfungsi untuk menyaring minyak (crude oil) yang masih mengandung kotoran.
Minyak kemudian ditampung dalam separating tank. Minyak yang keluar dari
separating tank dimurnikan dalam purifier (oil purifier) secara sentrifugal untuk
menurunkan kadar air dan kotoran. Selanjutnya dikeringkan lagi dengan alat
Vacuum Dryer karena kadar air (Moisture content) dari minyak yang keluar dari
purifier masih tinggi, supaya kadar asam lemak bebas (FFA) minyak tidak naik
kotoran dalam bentuk lumpur kering dapat dipakai sebagai pupuk setelah diolah.
Sementara Ampas yang bercampur dengan biji yang keluar dari screw press
pneumatis, yaitu sabut (ringan) terhisap ikut dengan udara dibawa ke ruangan
ketel uap dan dipakai sebagai bahan bakar. Sedangkan biji bersama benda-benda
menurunkan kadar air yang ada pada inti (kernel) dan pada cangkang (shell)
supaya mudah pemisahan inti dengan cangkang. Pemisahan dilakukan dengan dry
separator system, Sebelum dipisahkan terlebih dahulu biji dipecahkan dengan nut
cracker. Inti (kernel) yang sudah terpisah dikeringkan lagi dalam silo (Kernel
Silo), kemudian kernel yang sudah kering sebagian diolah di kernel plan dengan
sistim press.
Kualitas minyak kelapa sawit (CPO) terutama ditentukan oleh kadar asam
lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA). Biasanya TBS yang dipanen
menurut kriteria matang yang normal mengandung kadar FFA = 1,2 persen. Pada
naik 0,75 persen dan selama pengolahan FFA akan naik sekitar 0,3 persen. Jadi
CPO yang baik mutunya pada saat akan dipasarkan mengandung FFA sekitar 2,5
temukan hambatan atau kendala yang dapat menggangu aktivitas proses produksi
pabrik kelapa sawit dengan kapasitas produksi 30 ton TBS per jam dari segi aspek
Pada bagian ini pembahasan aspek manajemen untuk pabrik kelapa sawit
tujuan organisasi. Pada tingkat pabrik, manajemen akan dipimpin langsung oleh
manajer yang dibantu oleh beberapa staff, menurut tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
Penyerapan dan rekruitmen tenaga kerja mulai dilakukan pada saat masa
kontruksi tetapi dalam jumlah terbatas. Pada umumnya merupakan tenaga kerja
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Pada tahap pertama dilakukan untuk
keperluan pengawasan dan alih teknologi pabrikasi pabrik kelapa sawit. Tahap
sawit, terdiri dari tenaga kerja staf dan non staf. Kemudian di bagi menurut tugas,
wewenang dan fungsi dari pekerjaan yang ada sesuai dengan tingkat kebutuhan.
diperkirakan 113 orang dengan komposisi seperti yang di sajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi Pengunaaan Tenaga Kerja Staff dan Non Staff PKS
Kapasitas 30 ton TBS/jam
Jabatan Jumlah
Manajer 1
Asisten Manager 1
KTU ( Adm & keuangan) 1
Kepala Departemen 4
Proses 48
Kantor 10
Keamanan 13
Laboratorium 11
Sopir 14
Bengkel/workshop 6
Pelayan 2
Tukang Kebun 2
Total 113
yang memiliki nilai tinggi dan banyak diperdagangkan di pasar dunia. Manfaat
dari minyak kelapa sawit sendiri sangat bervariasi. Banyak industri yang dapat
menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku produknya seperti industri
terbaharukan.
Cerahnya prospek minyak kelapa sawit (CPO) di masa yang akan datang,
Minyak kelapa sawit dikenal sebagai minyak nabati dengan biaya produksi
yang paling murah dan hasil produksi yang paling tinggi, dibandingkan
Cina dan India sejalan dengan peningkatan populasi dan pendapatan perkapita
di negara tersebut.
untuk makanan.
karena daerah ekologi yang cocok untuk penanaman (perkebunan kelapa sawit),
terletak pada beberapa daerah tertentu di Afrika Barat, Amerika Tengah, Amerika
Selatan dan Asia Tenggara. Dari semua daerah tersebut, hanya Indonesia dan
3
http://www.smart-tbk.com. Annual Reports 2008
luas areal yang ditanam maupun tingkat produksi minyak kelapa sawit yang
dihasilkan.
peningkatan pesat semenjak tahun 1970-an dan saat ini merupakan salah satu
kelapa sawit dunia adalah Indonesia, Malaysia, Nigeria, Thailand dan Colombia
(USDA) sampai dengan awal tahun 2008 produksi minyak kelapa sawit dunia
Eropa dan Amerika merupakan pasar utama minyak kelapa sawit (CPO)5,
akan tetapi permintaan yang lebih besar berasal dari negara-negara berkembang
untuk keperluan bahan baku industri, energi dan makanan seperti China, India dan
Indonesia dan Malaysia (Gambar 4). Pada tahun 2006, konsumsi minyak kelapa
sawit dunia mencapai 37 juta ton dan sampai dengan awal tahun 2008 telah
4
http://www.gozco.co.id. Prospektus Usaha .2007
5
http://www.eye-aceh.org. Tanaman Emas pasca Tsunami di Aceh.2006
Gambar 4. Negara Pengkonsumsi CPO Terbesar Dunia (juta ton)
Sumber: United Stated Department of Agriculture dalam PT.Gozco Plantation
terbesar di dunia. Hingga awal 2008, produksi minyak kelapa sawit Indonesia
telah mencapai 18 juta ton (GAPKI, 2008). Perkembangan pesat industri kelapa
sawit Indonesia di dukung oleh luas areal perkebunan, kebijakan pemerintah serta
biaya tenaga kerja yang relatif murah di bandingkan dengan negara lain. Pada
tahun 2007, sekitar 46 persen dari total produksi minyak kelapa sawit dunia
berasal dari Indonesia, disusul oleh Malaysia yang berkontribusi sekitar 41 persen
dari total produksi dunia. Sampai dengan tahun 2006, luas lahan yang ditanami
kelapa sawit telah mencapai 5,9 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bahkan di prediksikan pada tahun 2009 akan mencapai 9 juta hektar yang
merupakan areal dengan pohon kelapa sawit yang telah mencapai usia puncak
panen.
Sebagian besar (60 %) dari total produksi minyak kelapa sawit Indonesia
goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 29,6 persen dari total
margarine (Gambar 6). Beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng
minyak goreng kelapa sawit meningkat pesat. Konsumsi perkapita minyak goreng
Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dan khusus untuk minyak goreng kelapa
dengan negara lain dari segi sumber daya alam dan manusia. Dari sisi sumberdaya
alam Indonesia masih memiliki luas lahan untuk pengembangan perkebunan
kelapa sawit yang masih sangat luas yang mencapai 9 juta hektar lebih. Sementara
Indonesia masih sangat besar untuk perkebunan kelapa sawit yang kebutuhan
tenaga kerja sangat besar. Disamping itu, dengan tingkat produktifitas tanaman
yang ada saat ini, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan produktifitas dengan
minyak kelapa sawit akan tetap tinggi dimasa-masa yang akan datang. Di banding
dengan produk subtitusinya seperti minyak kedele, minyak jagung dan minyak
subtitusinya. Keunggulan tersebut antara lain adalah lebih tahan lama untuk
disimpan, tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi, tidak cepat bau, memiliki
kandungan gizi tinggi serta bermanfaat sebagai bahan baku berbagai jenis indutri
(Oil Word).
memiliki produktifitas relatif lebih tinggi dan biaya produksi yang relatif lebih
rendah di banding minyak nabati lainnya. Minyak kelapa sawit bisa mencapai
produksi hingga 3,5 ton per hektar (bahkan lebih), sedangkan biji kedele hanya
mencapai 0,4 ton per hektar dan biji matahari mencapai 0,5 ton per hektar.
Menurut Oil Word biaya produksi rata-rata minyak kedele mencapai US$ 300 per
ton, sedangkan minyak sawit hanya mencapai US$ 160 per ton. Selain itu
Indonesia memiliki keunggulan komparatif yaitu biaya tenaga kerja yang lebih
dari produk utama yaitu; minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, serta produk
sampingan yang berasal dari limbah. Beberapa produk turunan yang dihasilkan
soap, stearic acid, methyl ester dan stearin. Sedangkan produk-produk yang
kalium, dan serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit. Arang aktif dari
tempurung buah, pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot,
serta papan partikel dari batang. Pakan ternak dari batang dan pelepah serta pupuk
organik dari limbah cair yang berasal dari proses produksi minyak kelapa sawit.
harga minyak kelapa sawit di pasar dunia berfluktuatif dan bersifat kompleks yang
yang lama) dan issue-issue dunia terkini sehingga penawaran dan permintaan
jangka pendek menjadi tidak elastis. Fluktuasi harga komoditas perkebunan masih
Sedangkan pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit dari tahun ke tahun terus
diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut dalam
persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup
banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri hilir dan
Tabel 6. Ekspor CPO dan Produk Turunan (dalam ribu metric ton)
Tahun Total Ekspor CPO dan ProdukTurunan Porsi CPO (%)
2001 4330 41,57
2002 6355 44,06
2003 7225 40,14
2004 9260 41,04
2005 10520 43,73
2006 12140 41,19
Sumber: GAPKI (2007), diolah
dalam ekspor minyak kelapa sawit mengingat belum ada perkembangan yang
pasar internasional cukup ketat, terutama berasal dari Asia Tenggara seperti
Malaysia dan Singapura. Dari Asia Tenggara sendiri, Malaysia yang merupakan
pesaing utama mempunyai pasar yang cukup luas, sehingga minyak kelapa sawit
merupakan ancaman yang serius bagi Indonesia. Karena negara tersebut saat ini
mempunyai areal tanaman akan tetapi mengimpor dari negara lain seperti
sawit dunia tidak akan menjadi masalah serius, asalkan peranan sektor industri
6
http://www.eye-aceh.org. Tanaman Emas pasca Tsunami di Aceh.2006
Sampai dengan awal tahun 2008, Indonesia telah mampu melampaui
produksi Malaysia dan menjadi produsen terbesar minyak kelapa sawit di dunia.
pengembangan bisnis kelapa sawit karena sulit mencari lahan kosong di Malaysia.
Pangsa pasar minyak kelapa sawit Indonesia adalah China, India, Malaysia,
Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan tingkat pertumbuhan permintaan 7 persen
per tahun. China merupakan pasar potensial bagi Indonesia diikuti oleh India serta
hampir 80 persen impor CPO China dan India berasal dari Indonesia untuk
kebutuhan pangan maupun bahan baku industri7. Indonesia sendiri dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta merupakan konsumen terbesar kedua dunia setelah
China.
sangatlah sederhana begitu juga yang terjadi di Kabupaten Aceh Utara. Dimana
TBS yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan
milik Negara selanjutnya diolah oleh pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga
menghasilkan CPO dan inti sawit (PKO). Kemudian produksi CPO atau PKO oleh
pabrik kelapa sawit milik PTPN dipasarkan melalui Komite Pemasaran Bersama
(KPB), sedangkan produksi yang dihasilkan pabrik kelapa sawit swasta dapat di
Untuk pasar ekspor, KPB atau swasta melalui agen lokal yang saling ber
hubungan satu sama lainnya melakukan aktifitas bisnis serta bertransaksi dengan
7
http://www.Kapan lagi. Permintaan Biofuel meningkat, dongkrak harga
CPO. Januari 2007
New York (AS), Guang Dong (China), New delhi (India), Kuala Lumpur
sentral produksi kelapa sawit. Gambar bagan rantai pemasaran komoditi kelapa
dilaksanakan dan memiliki prospek cerah dimasa yang akan datang. Bentuk pasar
merupakan pasar oligopoli ditandai oleh sedikitnya penjual dan hambatan masuk
yang sedikit sulit karena kebutuhan modal yang besar. Segmentasi pasar
merupakan pasar industri serta pasar sasaran yaitu pasar ekspor. Kendala yang
melalui pameran dagang maupun lobbying oleh pemerintah sehingga sering kali
negara pesaing.
menghasilkan dampak sosial ekonomi yang lebih baik. Namun jika ditinjau dari
segi lingkungan, kegiatan pembangunan pabrik kelapa sawit tentu saja akan
dilakukan mulai dari periode masa pembangunan sampai dengan masa setelah
bunyi suara pabrik pada daerah sekitar pabrik; (b) Kegiatan penggunaan air sungai
dan timbulnya buangan limbah yang berasal dari pabrik; (c) Timbulnya buangan
asap pabrik. Dari kegiatan tersebut yang dapat memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan adalah butir (b), sedangkan yang lain sifatnya hanya lokal
dan intensitasnya rendah. Pengaruh bunyi suara pabrik pada daerah sekitar pabrik,
Buangan limbah pabrik yang berasal dari kondensat, sludge, clay bath dan
air pencucian pabrik sebelum dibuang ke perairan bebas terlebih dahulu mendapat
menggunakan alat Intergrated Clarification Tank. Sludge yang berasal dari alat
ini akan dikeringkan dengan rotary dryer yang menggunakan gas buang ketel uap
mengendapkan dan memisahkan zat padat yang berasal dari clay bath dengan alat
yang berasal dari sterilizer dan clay bath dengan alat Equalization/cooling pound.
Anaerobic pond sehingga kadar BOD dan COD-nya turun. Setelah mengalami
positif dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dari berbagai
tingkat dan jenis keahlian. Proses penciptaan lapangan pekerjaan yang terjadi oleh
proyek pembangunan pabrik kelapa sawit akan lebih luas lagi dengan adanya
multiplier effect baik backward maupun forward linkages dari proyek seperti
bagi pihak-pihak yang terlibat. Pihak yang secara langsung memperoleh kenaikan
pendapatan adalah para petani yang menjual TBS ke pabrik kelapa sawit (PKS)
dan penduduk sekitar proyek yang menjadi karyawan proyek. Pihak lain yang
Pendapatan tambahan bagi pemerintah berupa pajak-pajak yang terdiri dari PPh,
PPn, PBB dan PE. Selanjutnya penjualan hasil pengolahan kelapa sawit
nasional.
Selain itu proyek pembangunan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu
ekonomi antara pihak swasta dan pemerintah dapat terwujud. Jika dikaitkan
berpotensi dalam mendorong penduduk untuk bermigrasi dari daerah yang padat
bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena dapat
kapasitas 30 ton TBS per jam, penyediaan bahan baku, bahan pembantu proses
produksi beserta sarana dan prasarana penunjang. Pabrik kelapa sawit dibangun
untuk mengolah TBS yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan swasta yang
ada di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Produk akhir
yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit berupa CPO dan Kernel.
dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan selama 15 tahun dengan
proyeksi laba-rugi dan proyeksi arus dana pada proyek beserta penilaian terhadap
sensitivitas proyeksi apabila ada perubahan yang mendasar pada variabel yang
produksi.
gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Aliran arus kas
antara arus penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang
pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri
(star up cost) pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per
jam yang akan dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara. Biaya investasi ini
kendaraan dan jalan beserta sarana dan prasarana penunjang lainnya. Total jumlah
Pembangunan pabrik kelapa sawit kapasitas 30 ton TBS per jam dilakukan
kendaraan dan jalan dikarenakan umur ekonomisnya lebih pendek dari umur
perolehan hak atas HGU mengacu pada Undang-Undang No.12 tahun 1994
dalam rangka memenuhi input produksi dan kegiatan proses produksi agar
pengoperasian pabrik berjalan dengan lancar. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel serta diasumsikan konstan untuk setiap tahunnya. Biaya
biaya pemeliharaan asset lain dan asuransi. Sedangkan biaya variabel merupakan
biaya yang timbul karena proses dan penggunaan input produksi yang terdiri dari
gaji, pembelian bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi.
Rekapitulasi biaya operasional secara lengkap dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
pabrik sampai dengan semester I tahun ke-1 sehingga tidak membutuhkan biaya
operasional dan proses produksi belum dapat dilakukan. Setelah pembangunan
pabrik selesai, pada semester ke II tahun ke-1 pabrik mulai berproduksi secara
ke-1 serta 90 persen pada tahun ke-2 dari kapasitas terpasang pabrik yang
disebabkan oleh belum optimalnya pasokan bahan baku ke pabrik. Total biaya
operasional pada tahun ke-1 adalah Rp. 68.869.554.000 dan Rp. 173.885.032.000
pada tahun ke-2. Selanjutnya tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-15 pabrik sudah
dapat beroperasi secara optimal sesuai dengan kapasitas terpasang mesin seiring
dengan stabilnya pasokan bahan baku ke pabrik. Jumlah total biaya operasional
pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton TBS per jam, terdiri
dari pendapatan hasil penjualan dan nilai sisa. Pendapatan penjualan diperoleh
dari hasil penjualan produk yang terdiri dari CPO dan kernel. Sedangkan nilai
sisa diperoleh dari nilai barang modal (asset) yang tersisa pada saat umur proyek
berakhir.
CPO dan Kernel yang dihasilkan oleh pabrik tergantung dari kapasitas olah
baku TBS ke pabrik. Kemampuan pasokan bahan baku TBS ke pabrik per hari ini
kemudian dijadikan dasar penentuan tolok ukur pengoperasian pabrik per hari.
Dalam penelitian ini, kapasitas olah terpasang pabrik adalah 30 ton TBS
per jam, tingkat rendemen CPO 21 persen, rendemen Kernel 4 persen, harga jual
CPO Rp. 8.861 per kg, Kernel Rp. 4.900 per kg serta waktu pengoperasian pabrik
12 jam per hari atau 50 persen dari kemampuan maksimal per hari. Pada tahun
pertama dan ke dua pasokan bahan baku TBS ke pabrik diperkirakan sekitar 70
dan 90 persen dari kapasitas rencana, baru pada tahun ke tiga pasokan bahan baku
TBS di perkirakan normal. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada output
jual produk yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit, serta selisihnya terhadap
biaya produksi setiap tahun. Analisis laba-rugi digunakan untuk mengetahui
perkembangan profitabilitas usaha dari tahun ke tahun selama pabrik kelapa sawit
beroperasi secara komersial. Selain itu laporan laba-rugi juga digunakan sebagai
instrumen untuk menghitung besar kecilnya pajak penghasilan badan usaha yang
proyeksi laba-rugi dan pajak yang dihasilkan selama 15 tahun berturut-turut sesuai
dengan umur ekonomis pabrik (Tabel 10). Sedangkan rincian lengkapnya dapat
Pada semester kedua tahun ke-1 pabrik kelapa sawit mulai beroperasi
secara komersial sehingga pabrik kelapa sawit memperoleh revenue dari hasil
penjualan CPO dan kernel. Pada tahun pertama dan kedua proyeksi produksi
diperkirakan sebesar 70 persen dan 90 persen dari kapasitas normal. Revenue yang
didapatkan dari total hasil penjualan setelah dikurangi biaya-biaya untuk skenario
I memperoleh laba bersih sebesar Rp. 2.033.582.000 pada tahun pertama dan Rp.
14.014.037.000 pada tahun kedua. Pada tahun berikutnya proyeksi laba bersih
rencana).total akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis
bersih terus mengalami peningkatan karena pabrik kelapa sawit sudah dapat
dioperasikan pada kapasitas optimal serta beban biaya yang terus berkurang.
Kemudian pada tahun ke-12 dan seterusnya proyeksi laba bersih mulai stabil
seiring dengan berakhirnya pelunasan hutang investasi pada tahun ke-11. Total
akumulasi laba bersih dari kegiatan usaha selama umur ekonomis pabrik untuk
pajak 15 persen dan 100 juta ke atas dikenakan pajak 30 persen. Total akumulasi
yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil
yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan
Payback period (PP). Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis kriteria
investasi untuk kedua skenario yang digunakan (Tabel 11). Sedangkan rincian
Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh
discount rate 7 persen untuk skenario I dan 15 persen untuk skenario II. Discount
rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu
proyek berasal dari sumber yang berbeda sehingga biaya yang ditimbulkan oleh
tahun. Nilai NPV positif pada skenario I merupakan indikasi bahwa rencana
investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena hasil
yang diperoleh lebih besar dari nol. Sementara nilai NPV negatif pada skenario II
keuntungan yang dikaitkan dengan nilai waktu uang. Nilai IRR mencerminkan
besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk mendiskontokan seluruh kas
masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek.
Hasil analisis menunjukkan nilai IRR 22,34 pada skenario I dan 9,03 pada
skenario II. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan pabrik kelapa
sawit mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of
Sedangkan pada skenario II nilai IRR lebih rendah dari cost of capital yang telah
ditentukan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek finansial.
Net benefit cost Ratio dilakukan untuk mengukur berapa besar manfaat
yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana
pembangunan pabrik kelapa sawit menghasilkan nilai B/C Ratio 2,30 pada
skenario I dan 0,63 pada skenario II. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari
proyek ini pada skenario I, lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan sehingga
dihasilkan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, maka pembangunan pabrik
kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial pada skenario II
karena manfaat yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan.
sawit ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 8
bulan pada skenario I dan 6 tahun 4 bulan pada skenario II. Bila di tinjau dari
umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 15 tahun, maka pembangunan
kelapa sawit terhadap perubahan kondisi diluar jangkauan asumsi yang telah
dibuat pada saat perencanaan. Analisis ini dilakukan dan diarahkan pada dua
indikator yaitu bila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas
merujuk pada data inflasi rata-rata tahunan di Indonesia dalam satu dekade
pembelian TBS dan biaya asuransi. Pengecualian dilakukan karena harga TBS
memiliki korelasi dengan harga CPO dan Kernel, karena naik turunnya harga TBS
dipengaruhi oleh harga CPO dan Kernel. Sedangkan biaya asuransi sifatnya tetap
disajikan ringkasan hasil analisis sensitivitas bila terjadi kenaikan biaya produksi
biaya produksi 10 persen, pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I untuk
memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan. Dari hasil analisis ini dapat artikan
ratio kecil dari satu. Rincian lengkap proyeksi perhitungan kriteria kelayakan bila
bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Selain itu, penurunan
terhadap pendapatan penjualan atau output yang dihasilkan. Berikut ini disajikan
pada tingkat toleransi 10 persen yang berkaitan dengan pasokan atau ketersediaan
bahan baku pada skenario I masih dapat memberikan manfaat serta tidak
pada Lampiran 5.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis aspek non-finansial yang terdiri dari aspek teknis,
aspek pasar, aspek organisasi manajemen dan aspek sosial yang dilakukan,
(PKS) kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan ditinjau dari
106.698.657.000; IRR sebesar 22,34; Net B/C sebesar 2,30; dan Payback
sebesar 9,03; Net B/C sebesar 0,63; dan Payback Period selama 6 tahun 4
Rp.82.368.421.000.
3. Hasil analisis sensitivitas pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS per
1. Berdasarkan luas areal perkebunan dan total produksi TBS sebagaimana yang
membutuhkan 2 Unit Pabrik kelapa sawit (PKS) baru dengan kapasitas 30 ton
TBS/jam.
memudahkan investasi.
Aceh Utara sebaiknya membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk
dan modal yang dimiliki oleh perkebunan rakyat tidak memadai dan
Dinas Perkebunan Kabupaten Aceh Utara. 2007. Aceh dalam Angka, Nanggroe
Aceh Darussalam.
Hartopo. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Pabrik Kelapa Sawit Mini (Studi
Kasus ; Pabrik Kelapa Sawit Aek Pancur, Tanjung Merawa, Medan,
Sumatra Utara). Sripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kasmir, dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media, Jakarta.
B Biaya-biaya Pengeluaran
1 Biaya Produksi 68.869.554 173.885.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032
2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847
Total 74.911.401 179.926.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879
Laba kotor 2.880.117 19.995.053 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601
C Pembayaran Bunga
Pembayaran Bunga Investasi
Pembayaran Bunga Modal Kerja
Laba(Rugi) sebelum Pajak 2.880.117 19.995.053 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601
D Pembayaran PPH
penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
di atas 100 juta = 30 % 834.035 5.968.516 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780
total 846.535 5.981.016 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280
Laba(rugi) Bersih 2.033.582 14.014.037 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321
Kumulatif Laba(rugi) 2.033.582 16.047.619 32.607.940 49.168.260 65.728.581 82.288.902 98.849.223 115.409.543 131.969.864 148.530.185 165.090.505 181.650.826 198.211.147 214.771.467 231.331.788
B Biaya-biaya Pengeluaran
1 Biaya Produksi 68.869.554 173.885.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032 192.461.032
2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847
Total 74.911.401 179.926.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879 198.502.879
Laba kotor 2.880.117 19.995.053 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601
C Pembayaran Bunga
Pembayaran Bunga Investasi 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882
Pembayaran Bunga Modal Kerja
Laba(Rugi) sebelum Pajak -3.297.515 8.566.435 13.439.509 14.675.035 15.910.561 17.146.088 18.381.614 19.617.140 20.852.667 22.088.193 23.323.719 23.632.601 23.632.601 23.632.601 23.632.601
D Pembayaran PPH
penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
di atas 100 juta = 30 % 2.539.931 4.001.853 4.372.511 4.743.168 5.113.826 5.484.484 5.855.142 6.225.800 6.596.458 6.967.116 7.059.780 7.059.780 7.059.780 7.059.780
total 2.552.431 4.014.353 4.385.011 4.755.668 5.126.326 5.496.984 5.867.642 6.238.300 6.608.958 6.979.616 7.072.280 7.072.280 7.072.280 7.072.280
Laba(rugi) Bersih -3.297.515 6.014.005 9.425.156 10.290.025 11.154.893 12.019.762 12.884.630 13.749.498 14.614.367 15.479.235 16.344.103 16.560.321 16.560.321 16.560.321 16.560.321
Kumulatif Laba(rugi) -3.297.515 2.716.490 12.141.646 22.431.670 33.586.563 45.606.325 58.490.954 72.240.452 86.854.819 102.334.054 118.678.158 135.238.478 151.798.799 168.359.120 184.919.441
Lampiran 8a Laporan Laba-Rugi Skenario I, Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000)
Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15
A Revenue 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480
B Biaya-biaya Pengeluaran
1 Biaya Produksi 69.396.676 174.982.467 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867
2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847
Total 75.438.523 181.024.314 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714
Laba kotor 2.352.995 18.897.618 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766
C Pembayaran Bunga
Pembayaran Bunga Investasi
Pembayaran Bunga Modal Kerja
Laba(Rugi) sebelum Pajak 2.352.995 18.897.618 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766
D Pembayaran PPH
penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
di atas 100 juta = 30 % 675.899 5.639.285 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730
total 688.399 5.651.785 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230
Laba(rugi) Bersih 1.664.597 13.245.833 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536
Kumulatif Laba(rugi) 1.664.597 14.910.429 30.660.965 46.411.502 62.162.038 77.912.574 93.663.110 109.413.646 125.164.183 140.914.719 156.665.255 172.415.791 188.166.327 203.916.864 219.667.400
Lampiran 8b Laporan Laba-Rugi Skenario II, Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi 10 % (Rp.000)
Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15
A Revenue 77.791.518 199.921.932 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480 222.135.480
B Biaya-biaya Pengeluaran
1 Biaya Produksi 69.396.676 174.982.467 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867 193.617.867
2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847
Total 75.438.523 181.024.314 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714 199.659.714
Laba kotor 2.352.995 18.897.618 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766
C Pembayaran Bunga
Pembayaran Bunga Investasi 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882
Pembayaran Bunga Modal Kerja
Laba(Rugi) sebelum Pajak -3.824.637 7.469.000 12.282.674 13.518.200 14.753.726 15.989.253 17.224.779 18.460.305 19.695.832 20.931.358 22.166.884 22.475.766 22.475.766 22.475.766 22.475.766
D Pembayaran PPH
penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
di atas 100 juta = 30 % 2.210.700 3.654.802 4.025.460 4.396.118 4.766.776 5.137.434 5.508.092 5.878.750 6.249.407 6.620.065 6.712.730 6.712.730 6.712.730 6.712.730
total 2.223.200 3.667.302 4.037.960 4.408.618 4.779.276 5.149.934 5.520.592 5.891.250 6.261.907 6.632.565 6.725.230 6.725.230 6.725.230 6.725.230
Laba(rugi) Bersih -3.824.637 5.245.800 8.615.372 9.480.240 10.345.108 11.209.977 12.074.845 12.939.714 13.804.582 14.669.451 15.534.319 15.750.536 15.750.536 15.750.536 15.750.536
Kumulatif Laba(rugi) -3.824.637 1.421.163 10.036.535 19.516.775 29.861.883 41.071.860 53.146.705 66.086.419 79.891.001 94.560.452 110.094.771 125.845.307 141.595.843 157.346.379 173.096.916
Lampiran 9a Laporan Laba-Rugi Skenario I, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000
Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15
A Revenue 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932
B Biaya-biaya Pengeluaran
1 Biaya Produksi 59.581.554 155.309.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032
2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847
Total 65.623.401 161.350.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879
Laba kotor 1.017.243 16.357.505 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053
C Pembayaran Bunga
Pembayaran Bunga Investasi
Pembayaran Bunga Modal Kerja
Laba(Rugi) sebelum Pajak 1.017.243 16.357.505 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053
D Pembayaran PPH
penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
di atas 100 juta = 30 % 275.173 4.877.252 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516
total 287.673 4.889.752 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016
Laba(rugi) Bersih 729.570 11.467.754 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037
Kumulatif Laba(rugi) 729.570 12.197.324 26.211.361 40.225.398 54.239.435 68.253.472 82.267.509 96.281.546 110.295.583 124.309.620 138.323.658 152.337.695 166.351.732 180.365.769 194.379.806
Lampiran 9b Laporan Laba-Rugi Skenario II, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 % (Rp.000)
Uraian Thn ke 0 Thn ke 1 Thn ke 2 Thn ke 3 Thn ke 4 Thn ke 5 Thn ke 6 Thn ke 7 Thn ke 8 Thn ke 9 Thn ke 10 Thn ke 11 Thn ke 12 Thn ke 13 Thn ke 14 Thn ke 15
A Revenue 66.640.644 177.708.384 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932 199.921.932
B Biaya-biaya Pengeluaran
1 Biaya Produksi 59.581.554 155.309.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032 173.885.032
2 Penyusutan 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847 6.041.847
Total 65.623.401 161.350.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879 179.926.879
Laba kotor 1.017.243 16.357.505 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053
C Pembayaran Bunga
Pembayaran Bunga Investasi 6.177.632 11.428.618 10.193.092 8.957.566 7.722.040 6.486.513 5.250.987 4.015.461 2.779.934 1.544.408 308.882
Pembayaran Bunga Modal Kerja
Laba(Rugi) sebelum Pajak -5.160.389 4.928.887 9.801.961 11.037.487 12.273.013 13.508.540 14.744.066 15.979.592 17.215.119 18.450.645 19.686.171 19.995.053 19.995.053 19.995.053 19.995.053
D Pembayaran PPH
penghasilan 0 - 50 juta = 10 % 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
penghasilan50 - 100 juta = 15 % 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500
di atas 100 juta = 30 % 1.448.666 2.910.588 3.281.246 3.651.904 4.022.562 4.393.220 4.763.878 5.134.536 5.505.194 5.875.851 5.968.516 5.968.516 5.968.516 5.968.516
total 1.461.166 2.923.088 3.293.746 3.664.404 4.035.062 4.405.720 4.776.378 5.147.036 5.517.694 5.888.351 5.981.016 5.981.016 5.981.016 5.981.016
Laba(rugi) Bersih -5.160.389 3.467.721 6.878.873 7.743.741 8.608.609 9.473.478 10.338.346 11.203.214 12.068.083 12.932.952 13.797.820 14.014.037 14.014.037 14.014.037 14.014.037
Kumulatif Laba(rugi) -5.160.389 -1.692.668 5.186.205 12.929.946 21.538.555 31.012.033 41.350.379 52.553.593 64.621.677 77.554.628 91.352.448 105.366.485 119.380.522 133.394.559 147.408.596
Lampiran 10. Produksi, bahan Baku dan penjualan
Kapasitas Kapasitas Bahan Nilai Produksi Produksi Nilai
Harga Harga Nilai CPO Harga Nilai Kernel
Tahun Rencana Optimal baku TBS Pembelian CPO Kernel Penjualam
TBS/kg CPO/kg (Rp.000) Kernel/kg (Rp.000)
(%) (ton) (ton) (Rp.000) (ton) (ton) (Rp.000)
0
1 70 30 37.800 1.665 62.937.000 7.938 8.861 70.338.618 1.521 4.900 7.452.900 77.791.518
2 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
3 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
4 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
5 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
6 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
7 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
8 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
9 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
10 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
11 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
12 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
13 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
14 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
15 100 30 108.000 1.665 179.820.000 22.680 8.861 200.967.480 4.320 4.900 21.168.000 222.135.480
Total 1.539.000 2.382.615.000 323.190 2.863.786.590 61.569 301.688.100 3.165.474.690
Lampiran 11. Produksi, bahan Baku dan penjualan, Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi 10 %
Kapasitas Kapasitas Bahan Nilai Produksi Produksi Nilai
Harga Harga Nilai CPO Harga Nilai Kernel
Tahun Rencana Optimal baku TBS Pembelian CPO Kernel Penjualam
TBS/kg CPO/kg (Rp.000) Kernel/kg (Rp.000)
(%) (ton) (ton) (Rp.000) (ton) (ton) (Rp.000)
0
1 60 30 32.400 1.665 53.946.000 6.804 8.861 60.290.244 1.296 4.900 6.350.400 66.640.644
2 80 30 86.400 1.665 143.856.000 18.144 8.861 160.773.984 3.456 4.900 16.934.400 177.708.384
3 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
4 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
5 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
6 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
7 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
8 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
9 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
10 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
11 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
12 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
13 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
14 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
15 90 30 97.200 1.665 161.838.000 20.412 8.861 180.870.732 3.888 4.900 19.051.200 199.921.932
Total 1.382.400 2.301.696.000 290.304 2.572.383.744 55.296 270.950.400 2.843.334.144
Lampiran 12a. Biaya Operasional pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi
10 % (Rp.000)
Tahun
Uraian 0 1 2 3 s/d 15
Gaji Karyawan dan Staff 1.379.043 1.926.403 1.926.403
B. Adm dan Kantor 778.000 1.306.000 1.306.000
Pembelian Tbs 62.937.000 161.838.000 179.820.000
B. Pemeliharaan Pabrik 1.036.163 2.072.325 2.072.325
B. Pemeliharaan asset lainya 568.227 1.136.454 1.136.454
B.B. Pembantu Proses Produksi 2.286.900 5.880.600 6.534.000
Asuransi 411.343 822.685 822.685
Total 69.396.676 174.982.467 193.617.867
No Uraian Nilai
I Investasi Pabrik
1 Fruit Bunch Reception Station 4.520.434
2 Sterilising Station 2.789.722
3 Threshing Station 3.122.768
4 Pressing Station 3.972.660
5 Clarification Station 3.905.563
6 Oil Despatch Station 2.616.214
7 Depericarping Station 1.273.652
8 Kernel Recovery Station 4.447.262
9 Steam Plant 10.635.426
10 Power Plant 3.648.763
11 Raw Water Treatment 1.824.523
12 Softener Treatment 4000 BOD 1.752.378
13 Effluent Treatment Plant 1.453.549
14 Piping. Valve dll 2.692.436
15 Electrical Work 3.116.142
16 Work Shop Equipment 462.975
17 Laboratory Equipment 383.402
18 Fire Fighting 505.858
19 Civil Work 18.209.842
20 Other 4.023.677
Total Investasi Pabrik (kebutuhan lahan sekitar 6 Ha) 75.357.246
II Investasi Lainnya
a Perumahan 2.850.000
b Kendaraan 3.561.000
c Jalan 600.175
Total Investasi Lain (kebutuhan lahan sekitar 4 Ha) 7.011.175
Lampiran 15b. Biaya Bahan Pembantu Proses Produksi (Per Ton TBS)
Uraian Jumlah
a Bahan bakar dan Pelumas 24.000
b Listrik dan Air 19.000
c Bahan Kimia 8.000
d Packing Kernel 4.000
total 55.000
Lampiran 16b. Biaya Umum dan Administrasi (Rp.000)
Pedagang
Perkebunan PKS KPB Agen LN Luar
Rakyat Negeri
KUD
Agen Lokal
Perkebunan Dalam
Besar Negeri