Propena PDF
Propena PDF
PROPENA
KELOMPOK 5
ACHMAD HUDA FAUZI ADZIMA (1106001321)
FAJAR NUR HIDAYATI (1106015573)
FARHA KAMILA (1106002476)
MARYAM MARDIYYAH FARIZAL (1006686603)
MUHAMMAD SAEFUDDIN (1006761055)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nyalah makalah berjudul Propena ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Proses Petrokimia di Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Dalam penyelesaian makalah ini, Penulis mengalami beberapa kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan, walaupun masih
banyak kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ir.Yuliusman, M. Eng, yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk
membuat makalah, juga memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada
Penulis, dan
2. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Sebagai mahasiswa yang pengetahuannya masih terbatas dan masih perlu
banyak belajar dalam penulisan makalah, Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memilikibanyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dan berdaya
guna di masa yang akan datang.
Penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai Propena pada industri petrokimia serta bermanfaat bagi rekan
mahasiswa lainnya.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi
BAB 1 KARAKTERISTIK DAN SEJARAH PROPENA ........................................... 7
4.2.1 Methanol to Propylene (MTP) oleh PT. Air Liquide Indonesia ........... 28
4.2.2 PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk ................................................... 29
4.2.3 RCC oleh PT Pertamina RU VI Balongan ............................................ 30
KESIMPULAN ........................................................................................................... 38
PERTANYAAN DAN JAWABAN............................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 41
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
KARAKTERISTIK DAN SEJARAH PROPENA
Disoproporsinasi
Disoproporsinasi propilena pada suhu 450o C dan tekanan 17 atm akan
menghasilkan etilen dan butilen. Reaksi dengan katalis tungsten:
Oksidasi Katalitik
Oksidasi katalitik propilena dengan adanya katalis PdCl2 menghasilkan aseton
Nitro oksidasi propilen pada suhu 700 o C dengan katalis perak menghasilkan
akronitril
BAB 2
BAHAN BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PROPENA
Produksi
Dunia 80 juta ton1
Eropa 14,3 juta ton3
US 14,3 juta ton2
Sumber : (1) Chemical and Petroleum M anufacturers of India (2) American Chemical Council 2013 Statistics
(3) APPE (Association of Petroleum Producers in Europe
Tercatat nilai produksi propena tetap statis berada pada kisaran 35 juta
ton/tahun (Eropa dan Amerika Utara saja) pada periode 2000 hingga 2008, namun
meningkat di Asia Timur, terutama Singapura dan Cina. Total produksi dunia
propena saat ini sekitar setengah dari etilena yaitu sekita sekitar 54 juta ton/tahun
dengan nilai ekonomi sekitar $20 milyar. Pada tahun 2008 penjualan di seluruh dunia
dari propena mencapai nilai lebih dari 90 miliar dolar AS. Produksi dan konsumsi
propena dunia terbesar terpusat di Amerika utara, Eropa barat, dan Jepang.
Ketergantungan propena ini diperkirakan semakin meningkat hingga dua kali di pada
10 tahun kedepan (Encyclopedia of Chemical Processing, 2006). Harga propilena di
perkirakan juga akan terus meningkat di tahun- tahun mendatang.
Pada tahun 2009 Indonesia memproduksi propilena hingga sebanyak 605 ribu
ton, sementara konsumsi propena sebanyak 810 ribu ton (Badan Koordinasi
Penanaman Modal, 2011). Analisa produksi dan konsumsi industri propenadi
Indonesia menunjukan terjadi defisit produksi yaitu total produksi lebih sedikit
dibandingkan total konsumsi. Hal ini mendorong peningkatan peranan produk impor
dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi domestic (Kementerian Perindustrian,
2010).
PT. Candra Asih mulai didirikan pada tahun 1988. Pada 2 tahun selanjutnya
didirikan pula PT. Pertamina UP VI Balongan pada tahun 1990. Dari segi kapasitas
pada tahun 2009, diketahui bahwa PT. Candra Asih memiliki kapasitas produksi yang
lebih besar. Hal ini dikarenakan tujuan didirikan PT. Tripolyta memang difokuskan
untuk memproduksi propilena maupun polipropilen. Lain halnya dengan UP VI
Balongan yang menghasilkan propilen sebagai produk samping dari pengolahan
minyak bumi. Sedangkan Methanol to Propilene (MTP) Air Liquide masih baru yaitu
sejak 2012 lalu. Meskipun demikian, kapasitas MTP Air Liquide terbilang besar jika
dibandingkan dengan pabrik propilen di Indonesia.
Tujuan dari didirikannya dua industri tersebut menyebabkan penggunaan feed
yang berbeda, sehingga hal tersebut mempengaruhi jenis teknologi yang digunakan.
Sejak awal PT. Candra Asih menggunakan Lummus Naphta Cracker sebagai unit
pengolahan nafta menjadi propilena. Sedangkan Pertamina UP VI menggunakan
Propylene Recovery Unit (PRU) untuk merecovery hasil samping dari produk LPG.
Teknologi tersebut terus berkembang dikarenakan kebutuhan propilena yang masih
tergantung pada impor. Oleh karena itu, teknologi tersebut diganti dengan RCC Off
Gas to Propylene Project (RCCOPP) masih sama yaitu recovery langsung produk
samping dari RCC. Teknologi terbaru dengan menggunakan feed berupa metanol
dikembangkan oleh Air Liquid dengan proses polimeriasasi metanol berupa dimetil
eter.
Jika dilihat dari segi ekonomi, keuntungan terbesar dapat diraih oleh PT.
Tripolyta dikarenakan tujuan utama pabrik ini sebagai industri petrokimia bukan
industri migas seperti Pertamina UP VI. Pertamina UP VI sendiri melakukan
recovery propilen untuk menurunkan besarnya biaya produksi atau operasi dari
pengolahan minyak bumi, atau dapat dikatakan bukan sumber keuntungan pabr ik
tersebut. Kemudahan propilen untuk diproduksi maupun recovery berdasarkan titik
didih menyebabkan produksi ini menghasilkan kemurnian sekitar 99.6 %.
BAB 3
MANFAAT DAN KEGUNAAN PROPENA
Akrolein sebagai produk antara dapat diubah lebih lanjut menjadi gliserin
(poin manfaat no.3). Gliserin digunakan sebagai bahan tambahan pada produk sabun
dan kosmetik. Lebih lanjut, gliserin juga digunakan sebagai pelarut untuk minyak dan
lemak pada produk makanan. Karena gliserin memiliki tiga gugus OH, maka gliserin
mudah larut dalam air, dan dapat membersihkan sejumlah noda berdasar minyak
ketika gliserin digunakan bersama dengan zat surfaktan seperti sabun.
Pada industri kosmetik senyawa gliserin digunakan sebagai zat pelembab.
Sifat gliserin yang menyerap air memungkinkannya untuk dapat melembabkan kulit
dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin juga digunakan untuk mengentalkan
larutan dan melembabkan permukaan ketika dioleskan pada kulit ataupun rambut.
3.1.5 Butiraldehid
Butiraldehid merupakan produk utama dalam proses hidroformilasi propena
dan gas campuran serta merupakan produk antara yang banyak digunakan dalam
industri kimia. Butiraldehid melalui beberapa proses pengolahan lanjut, baru dapat
digunakan secara langsung oleh manusia. Misalnya proses aldolilasi dari n-
butiraldehid akan menghasilkan 2-etil heksanal dan untuk selanjutnya hidrogenasi 2-
etil heksanal akan menghasilkan 2-etil heksanol yang banyak digunakan sebagai
plasticier.
Butiraldehid dihasilkan dari reaksi hidroformilasi antara propena dan gas
campuran antara hidrogen-karbon monoksida. Pada reaksi hidroformilasi gugus
ganda pada propena bereaksi berikatan dengan gas campuran hidrogen-karbon
monoksida membentuk n-butiraldehid seperti yang ditunjukkan di bawah.
Salah satu produk akhir dari butiraldehid adalah butyl asetat. Butil asetat
merupakan solvent yang aktif untuk film former seperti selulosa nitrat, selulosa asetat
butirat, etil selulosa, chlorinated rubber, polystirene dan resin methacrylate. Sebagai
protective coating, butil asetat dapat digunakan pada kerajinan kulit, tekstil dan
plastik. Senyawa ini dapat juga digunakan sebagai solven ekstraksi pada proses
bermacam- macam minyak dan obat-obatan. Kegunaan lainnya adalah sebagai bahan
untuk parfum, dan sebagai komponen pada aroma sintetis seperti aprikot, pisang, pir,
nanas, delima dan rashberry (Mc Ketta, 1977).
BAB 4
PROSES PRODUKSI PROPENA
Secara teoritis propilena dapat diproduksi dengan cara dehidrasi propanol dan
dehidrogenasi propana. Propanol dengan gugus OH terhidrasi dalam bentuk H 2 O
dengan katalis H2 SO4 . Begitu pula dengan dehidrogenasi propana, pembentukan
rangkap terjadi karena pelepasan H2 pada dua gugus karbon. Selain itu, propilena
dapat dapat dihasilkan dengan cara catalytic cracking dan polimerisasi. Catalytic
cracking lebih banyak diaplikasikan pada skala industri karena selektifitas dari katalis
Gambar 4.2 Diagram Alir Lurgi MTP Process PT. Air Liquide Indonesia
(Sumber: airliquide.com)
(reforming).
Produk dari gambar di atas terlihat bahwa Nafta secara cracking dapat
memproduksi propilena yang merupakan bagian dari petrochemical upstream.
Propilene tersebut kemudian akan dimanfaatkan untuk satu produk berupa polimer
dari propilena tersebut yaitu polipropilena.
Distillation Unit). Reaksi yang terjadi adalah reaksi cracking secara katalis dan
thermal. Katalis yang digunakan terdiri dari zeolit, silica, d ll.
Reaksi crackingmerupakan reaksi eksotermis. Produk yang dihasilkan oleh unit RCC
antara lain: LPG, Propylene, Polygasoline, Naphta, Light Cycle Oil (LCO) serta
Decant Oil (DCO).
BAB 5
ISU LINGKUNGAN TERKAIT PROPENA
plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuata n
papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang
dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi
dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang
sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman
(2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan
komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan
sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan
dekomposisi kayu (lebih kurang 200C).
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, penulis memberikan bahwa propena, yang dikenal
sebagai propilena atau methylethylene, merupakan senyawa organik tak jenuh
(rangkap) yang memiliki rumus kimia C 3 H6 berbentuk gas. Senyawa ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku PP (polimer serat), butiraldehid, dan aseton. Selain
itu, terdapat pula turunan dari propilena berupa gliserin (bahan campuran sabun) dan
akrilat (bahan baku cat).
Kebutuhan propilena sangat tinggi, tetapi hanya tiga industri di Indonesia
yang menyokong kebutuhan propilena di Indonesia. PT. Chandra Asri sebesar
320.000 ton dan PERTAMINA RU VI Balongan sebesar 230.000 ton pertahun pada
2012. Pada tahun tersebut pula PT. Air Liquide Indonesia mulai berproduksi
menghasilkan propilena dengan metode MTP yang berkapasitas 470.000 ton/ tahun.
Propilena dapat diproduksi dengan cara Crude/ Residual Oil Cracking,
Prophanol Dehydration, Dehydrogeneration of Parafin dan lainnya. Tetapi, pada
praktiknya industri hanya menggunakan proses cracking turunan minyak bumi karena
memliki lebih menguntungkan dari segi ekonomi, bahan baku, dan kapasitas produksi
yang harus terus dikejar. Sehingga, biasanya industri propilen sering terdapat pada
sekitar industri minyak bumi untuk mempermudah supply bahan baku.
Meskipun bermanfaat, propilena merupakan polutan udara di lingkungan,
dapat menyebabkan anastesik, dan tak sadarkan diri dalam konsentrasi tinggi. Oleh
karena itu, perlu di atur keberadaan propilena di udara. Di Amerika Serikat dan
beberapa negara Eropa, senyawa ini dipatok nilai ambang batasnya pada angka 500
ppm bagi pekerja yang minimal memiliki 8 jam kerja. Meskipun sebagai zat volatil,
penyimpanan poliprena harus dikendalikan pada kondisi cair dan tekanan tertentu
sehingga tidak banyak memerlukan ruang yang besar dalam penyimpanannya.
Diusahakan untuk jauh dari bahan meledak untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan karena propena mudah terbakar.
DAFTAR PUSTAKA