Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH DASAR-DASAR AKUAKULTUR

SISTEM BUDIDAYA
IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Novia Ananda S. (165080100111028)
Anisa Millah T. (165080100111030)
Novinsa Kirana A. (165080100111032)
Aditya Syahputraka S. (165080100111034)
Prasetyo Nugroho (165080100111036)
Nadilla Dzulfiannisa (165080100111038)
Kintan Dhea K. (165080100111040)
Rizki Ari Widodo (165080100111042)
Kelas : M01

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagian besar wilayah dunia terdiri atas air yang luas. Ikan merupakan
organisme akuatik yang memiliki organ yang komplek dan terdiri atas beberapa
organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan adalah salah
satu hewan yang hidup didaerah perairan dan tergolong hewan berdarah dingin,
artinya temperatur tubuhnya mengikuti temperatur air dimana ia berada. Umunya
ikan bernafas dengan menghirup udara dari air dengan menggunakan insang.
Ikan mengambil udara dari permukaan air, bila didalam air kekurangan udara.
Kecuali pada beberapa genus yang mempunyai kantung udara untuk menghisap
oksigen apabila tempat hidupnya didalam lumpur.
Ikan terdapat di daerah perikanan laut dan daerah perikanan darat.
Banyak sekali macam ikan yang terdapat di daerah perikanan darat. Ikan
tersebut dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu ikan peliharaan, ikan buas dan
ikan liar. Ikan merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, antara lain
ikan gurame (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia
yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah
satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. Ikan
gurame adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para
petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi.
Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup
dikenal dan banyak diminati di Indonesia. Hal ini karena ikan gurame memiliki
kelebihan yaitu rasa daging yang enak, pemeliharaan mudah serta harga relatif
stabil. Ikan ini sudah lama dikenal orang dan telah banyak dibudidayakan.
Namun usaha-usaha yang dilakukan untuk menunjang ke arah budi daya yang
intensif belum banyak dilaksanakan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya pertambahan
penduduk yang diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan protein hewani
oleh masyarakat setiap tahunnya maka, perlu adanya peningkatan produksi ikan
gurame, maka perlu adanya perluasan pembudidayaan ikan gurame dengan
peningkatan produksi ikan secara massal, baik secara kuantitas maupun
kualitasnya, sehingga dapat dijadikan sebagai komoditas baru terhadap ikan lain
yang biasa dipasarkan.
1.2. Tujuan
Mengetahui dan mempelajari biologi dan morfologi ikan Gurame (Osphronemus
gouramy) dan cara pembudidayaannya.

1.3. Manfaat
Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih dan cara pembudidayaan
tentang ikan Gurame (Osphronemus gouramy).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ikan Gurami


Menurut Zakaria (2008), Ikan gurami merupakan ikan asli perairan
Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan ini
termasuk salah satu ikan labyrinthici dan secara taksonomi termasuk famili
Osphronemidae. Adapun klasifikasi ikan gurami menurut Saanin (1984) adalah
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Teleostei
Subordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy
Menurut Bachtiar (2010) dalam Ghofur et al.(2014), klasifikasi ikan gurami
(O. gouramy) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Subordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy

2.2. Morfologi Ikan Gurami


Menurut Jangkaru (1998) dalam Zakaria (2008), Secara morfologi, ikan
ini memiliki bentuk badan agak panjang, pipih dan tertutup sisik yang berukuran
besar serta terlihat kasar dan kuat, terdapat garis lateral tunggal, lengkap dan
tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor
membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang
berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar.
Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai
dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat. Bagian
kepala gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi tumpul bila sudah besar.
Mulutnya kecil dengan bibir bawah sedikit menonjol dibandingkan bibir atas dan
dapat disembulkan.
Menurut Zakaria Ghofur(2014), ikan gurami (O. gouramy) mempunyai
bentuk badan agak panjang, lebar atau pipih ke samping (compressed) badan
tertutup sisik yang besar-besar terlihat kasar dan kuat. Gurami memiliki
sepasang sirip perut yang mengalami perubahan menjadi benang panjang yang
berfungsi sebagai alat peraba. Pada bagian kepala gurami muda berbentuk
lancip dan bila sudah besar terdapat tonjolan seperti cula pada ikan jantan.
Mulutnya kecil dan bibir bagian bawah sedikit lebih maju daripada bibir atas dan
dapat disembulkan. Ikan gurami (O. gouramy) memiliki alat bantu pernafasan
tambahan berupa labyrinth. Labyrinth yaitu berupa selaput insang yang
berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama. Dengan adanya alat
pernafasan tambahan ini, ikan gurami (O. gouramy) mampu hidup diperairan
yang miskin oksigen terlarut, asalkan perairan terdapat udara bebas. Pada
gurami (O. gouramy) yang masih muda terlihat 8 - 10 garis vertikal dan garis ini
akan menghilang ketika ikan menginjak dewasa.
BAB III
TEKNIS BUDIDAYA IKAN

3.1 Persyaratan lokasi budidaya


Menurut Bachtiar (2010), lokasi budidaya ikan gurami dapat dilakukan di
sembarang tempat, terutama di perairan yang memiliki kadar oksigen rendah.
Hal ini disebabkan gurami dewasa memiliki labirin untuk mengambil udara dari
luar air.Meskipun demikian, jika ingin menapatkan keuntungan dalam kegiatan
budidaya ikan gurami ini, maka pemilihan lokasi yang tepat juga perlu
diperhatikan. Adapun syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya yang tepat yaitu:
Ketinggian daerah lokasi budidaya
Pada lokasi berketinggian 400-600 m dpl, pertumbuhan gurami cukup
baik. Namun pada daerah dataran tinggi, yakni diatas 600 m dpl,
pertumbuhannya agak lambat.Sebab, daerah dataran tinggi bersuhu dingin,
sehingga ikan kehilangan nafsu makan.
Dapat memilih lokasi budidaya sesuai habitat asli ikan gurami
Menurut Tim Redaksi Agromedia (2001), habitat asli ikan gurami adalah
rawa-rawa didataran rendah. Kondisi perairannya cenderung tenang dan
tergenang sehingga ideal bagi pertumbuhan gurami.
Kualitas air yang tinggi
Pertumbuhan gurami sangat didukung oleh tinggi rendahnya kualitas
air. Kondisi air yang mengandung cukup mineral dan zat hara sangat membantu
pertumbuhan gurami. Begitu pula dengan air yang menyediakan pakan alami
secara cukup, akan meningkatkan kemampuan hidup gurami pada fase
pemeliharaan larva dan pembenihan. Air yang bersih menjadi salah satu syarat
utama budidaya ikan gurami (Tim Redaksi Agromedia, 2001).
Akses menuju lokasi budidaya mudah dicapai
Menurut Bachtiar (2010), akses jalan menuju lokasi budidaya juga
menjadi salah satu syaratpenting dalam kegiatan budidaya ikan gurami
ini.Sebab, pakan gurami harus tersedia secara kontinu, Sehingga dibutuhkan
akses jalan yang mudah dicapai untuk memudahkan penyediaan pakan pada
gurami.Selain itu, akses jalan yang mudah juga berfungsi pada kegiatan
pemasaran ikan gurami nantinya.
Lokasi budidaya dekat daerah sentra pembenihan
Benih ikan gurami cukup mudah diperoleh, apalagi jika lokasi
Budidaya dekat dengan sentra pembenihan gurami. Pembelian benih jarak jauh
akan berdampak pada harga benih. Biasanya harga benih menjadi lebih tinggi
akibat adanya biaya pengangkutan.Namun, jauhnya jarak lokasi budidaya
dengan sentra pembenihan tidak menjadi halangan terbesar dalam kegiatan
budidaya gurami.
Sarana dan prasarana memadai
Telah tersedianya arus listrik, mudahnya diperoleh aliran air, dan
beberapakebutuhan sarana dan prasarana lainnya tentu saja ikut memudahkan
kegiatan budidaya gurami.

3.2 Persiapan sarana dan prasarana


A. Kolam / Wadah
Kolam Pemeliharaan Induk
Menurut Sutrisno (2007), ukuran kolam pemeliharaan induk ikan
gurami tidak menghendaki luas yang pasti. Karena makanan gurami
menggantungkan dari pemberian makanan tambahan yang kita berikan.Makanan
tambahan tersebut berpa daun-daunnan dan apabila perlu dapat pula diberikan
rayap sebagai pakan tambahannya.Sebab, rayap merupakan makanan yang
sangat disukai oleh gurami. Induk ikan gurami yang akan dipijahkan hendaknya
ditempatkan pada kolam pemeliharaan induk.
Kolam Pemijahan
Tanah kolam yang akan digunakan untuk pemijahan gurami
adalah tanahnya yang gembur dan tidak terlalu keras, tetapi juga tidak banyak
mengandung lumpur. Ukuran kolam pemijahan berkisar 20 m2 untuk satu pasang
induk jantan dan betina dengan kedalaman tidak kurang dari 50 cm. Air yang
digunakan harus jernih dan tenang serta kualitas air yang baik (banyak
mengandung makanan alami), akan lebih baik lagi bila di dalam terdapat
tumbuhan seperti ganggang. Namun satu ekor induk jantan dapat membuahi 2
sampai 3 ekor induk betina, untuk itu luas kolam pemijahan juga harus
disesuaikan dengan jumlah induk betinanya. Sebagai contoh apabila induk
betina 2-3 ekor maka luas kolam harus berkisar 40-60 m2. (Sutrisno, 2007).
Kolam Pendederan
Menurut Bachtiar (2010), jenis kolam pendederan pada budidaya
ikan gurami ada 4, yaitu kolam jenis tanah, semen, plastik atau terpal, dan
aquarium. Pada jenis kolam tanah, luas kolam pendederan umumnya 2-3 kali
lipat kolam yang digunakan untuk pemeliharaan larva.Namun demikian,
sebaiknya juga tidak terlalu luas. Sebab, jika terlalu luas akan menyulitkan
pengontrolan atau pengelolaannya. Luas kolam pendederan cukup sebesar 20-
50 m2.Pendederan di kolam tanah banyak dilakukan oleh pembudidaya
gurami.Namun sebaiknya, apabila benih ikan masih berukuran terlalu kecil,
jangan dahulu dipelihara di kolam tanah. Sebab, resiko terserang hama pada
kolam tanah sangat tinggi. Benih gurami yang sudah bisa didederkan pada kolam
tanah adalah mulai dari ukuran kuku kelingking atau daun kelor hingga telapak
tangan.
Kolam Pembesaran
Pembesaran gurami menurut Sitanggan dan Sarwono (2007) dapat
dilakukan dengan 3cara, yaitu pada kolam khusus, kolam campuran, dan kolam
campuran terpadu. Pembesaran gurami pada kolam khusus dilakukan tersendiri
tanpa dicampur dengan ikan jenis lain. Pada kolam jenis ini biasanya
pertumbuhan gurami menjadi agak lambat dan kurang menguntungkan. Benih
gurami yang ditebar pada kolam khusus biasanya berukuran panjang 10-15 cm.
Kalau luas kolam 1.400 m2maka diperlukan benih terbar 500 ekor dengan
ukuran 8-11 cm. Pembesaran gurami pada kolam campuran, biasanya
produktivitas ikan gurami akan lebih menguntungkan apabila dicampurkan
dengan ikan konsumsi lainnya seperti ikan mas. Kolam campuran merupakan
kolam berair tenang denga debit air yang rendah. Untuk kolam seluas 100 m2
dapat ditebarkan 300 ekor ikan dengan ukuran rata-rata 5-10 cm. Sedangkan
pembesaran gurami di kolam terpadu ialah membesarkan gurami dan beberapa
jenis ikan lain bersama hewan lain seperti itik, ayam, domba, atau sapi.
Kandang ternak dibanung diatas kolam pembesaran ikan.
B. Peralatan
Menurut Saparinto (2011), peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan
budidaya ikan
guramiantara lain yaitu:
Pompa air dan instalansi air
Tes kit (termometer dan pH kit)
Peralatan budidaya dan panen
Oleh Bachtiar (2010), peralatan budidaya dan panen dapat diuraikan
menjadi lebih spesifik, yaitu:
Pompa diesel
Seser nilon
Seser halus (Scoop Net)
Ember/jerigen
Sabit
Cangkul
Selang
Dan peralatan lainnya.
C. Persiapan media pemeliharaan
Menurut Bachtiar (2010), persiapan media pemeliharaan dapat dilakukan
guna mengondisikan kolam agar siap untuk ditebari benih gurami. Adapun
langkah-langkah persiapan media pemeliharaan, yaitu:
1) Pengeringan Kolam
Dasar kolam media pemeliharaan pertama-tama harus dikeringkan
terlebih dahulu. Tujuan dari pengeringan ini adalah untuk membasmi hama dan
sumber penyakit yang mungkin menyerang gurami. Lama pengeringan kira-kira
empat hari, dengan asumsi pengeringan dilakukan pada musim kemarau.
Ditambahkan oleh Redaksi AgroMedia (2007), apabila tanah tampak terlihat
mulai retak, maka hal tersebut mengindikasikan tanah tersebut telah benar-benar
kering dan bebas dari bibit penyakit.Namun, alangkah lebih baiknya apabila
jangan sampai dasar kolam benar-benar retak. Sebab dikhawatirkan penyerapan
air akan menjadi sangat cepat.
2) Pengapuran Tanah
Pengapuran tanah dilakukan untuk menetralisir tingkat keasaman tanah.
Selain itu, pengapuran bertujuan untuk membasmi hama, parasit dan sumber
penyakit yang terdapat di dalam tanah.Ditambahkan oleh Redaksi AgroMedia
(2007), apabila pengapuran juga bertujuan untuk menetralkan pH tanah. Kapur
yang biasa digunakan adalah kapur kalsium karbonat (CaCO3) dolomit, kaput
tohor (CaO), atau kapur mati (Ca(OH)2).
3) Pemupukan
Langkah selanjutnya adalah pemupukan dasar kolam. Selain untuk
menumbuhkan pakan alami, pemupukan juga bertujuan untuk menstabilkan
suhu, menyeimbangkan pH air, dan menghambat jamur patogen penyebab
penyakit. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik.Pupuk
organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang seperti kotoran ayam
kering. Sementara pupuk buatan yang digunakan adalah pupuk urea dan pupuk
fosfot (TSP). Menurut Redaksi AgroMedia (2007), pemupukan juga bertujuan
untuk merangsang munculnya jasad renik penyubur kolam seperti fitoplankton.
Sehingga ketersediaan pakan alami dan kadar kualitas air akan meningkat.
4) Pengisian Air
Pengisian air dilakukan setelah pengeringan, pengapuran, dan
pemupukan selesai. Pertama-tama, kolam diisi air bersih. Ketinggian air yang
diperlukan untuk budidaya disesuaikan dengan tahap yang akan dilakukan.
Setelah proses pengisian air selesai, kolam didiamkan selama dua hari.

3.3 Pembibitan Ikan


Pembenihan atau pembibitan merupakan kegiatan pengelolaan reproduksi
untuk mengembangbiakan ikan yang akan dibudidayakan sehingga diperoleh
benih ikan dalam jumlah yang banyak dan bermutu baik (Cahyono, 2000).

A. Pemilihan Bibit dan Induk


Dalam melakukan pembenihan gurami, pembudidaya harus
memilikibeberapa ekor induk gurami. lnduk gurami betina yang dipijahkan
sebaiknya berumurminimum dua tahun atau berbobot tidak kurang dari 2 kg.
Batas maksimum memijah induk betinaadalah 5-6 kali. Lebih dariitu,
keturunannya akan mengalami penurunan kualitas.
lnduk yang akan dipijahkan harusinduk yang unggul atau memenuhl
syarat untuk dipijahkan. induk yang unggulakan menghasilkanketurunan yang
unggul pula. Sebaliknya. jika induknya tidak unggul. Keturunan yang dihasilkan
juga akan memiliki kualitas yang kurang baik. Ada pun ciri-ciriinduk unggul atau
memenuhi syarat untukdipijahkan sebagai berikut.
1. Pertumbuhannya bagus atau cepat yang ditandai dengan kelincahan dan
kelemuran tubuhnya.
2. Berumur 2 tahun atau lebih.
3. Berat induk minimum 2 kg/ekor.
4. Tubuhnya sehat dan tidak cacat.
5. Susunan sisik rapi, besar, licin, dan mengkilap.
6. Gerakannya lincah. Gurami yang memillki pangkal ekor yang tebal
gerakannya cenderung lincah.
Normalnya, induk gurami jantan memiliki badan yang lebih, besar
dibandlngkan dengan induk gurami betina pada umur yang sama, ukuran tubuh
yang sama menjadi indikator bahwa induk Jantan memiliki pertumbuhan yang
normal.Karena itu, usahakan memilih induk jantan gurami yang ukuran badannya
lebih besar daripada betina.
Bactiar (2010) dalam bukunya menjelaskan bahwa, ciri-ciri induk gurami
yang siap dipijahkan antara lain, sebagai berikut.
Induk Betina :
1. Dasar sirip dada berwarna gelap kehitaman.
2. Dagu berwarna keputihan sedikit cokelat.
3. Perut tampak membesar atau buncit.
4. Jika perut diraba, terasa lembek.
5. Pergerakan lamban dan jinak.
6. Alat kelamin atau lubang anus terlihat berwarna kemerahan.
Induk Jantan :
1. Dasar sirip dada berwarna putih.
2. Dagu tebal dan berwarna kuning.
3. Kalua diangkat atau dipegang antara perut dan punggung, badan hingga
ekor akan melengkung ke atas atau bawah.
4. Dahi menonjol seperti ada cula (nonong).
5. Pergerakan lincah dan cenderung agresif.
6. Jika diurut dari perut kea rah alat kelamin, akan keluar sperma berwarna
putih.
Sedangkan menurut Susanto (1989), ciri-ciri indukan ikan gurami yang siap
untuk dipijahkan adalah sebagai berikut.
Induk Betina :
Umur telah mencapai 3 tahun, dan maksimal 7 tahun. Semakin besar induk
gurami akan semakin banyak telur yang dihasilkan. Betina yang siap dipijahkan
terlihat perutnya membulat dan relative lebih panjang. Warna badannya terang
dan kelihatan badannya tidak cacat atau sedang luka. Sisik-sisiknya lengkap,
tidak ada bagian yang hilang dan susunannya rapi. Induk yang cacat
dikhawatirkan akan menurunkan anak yang cacat, meskipun selama ini tidak
selalu demikian.
Induk Jantan :
Induk jantan yang bagus untuk dipijahkan juga yang berumur 3-7 tahun.
Induk jantan yang terlalu muda biasanya belum terlalu mahir menyusun sarang,
sekalipun sudah matang gonad. Induk jantan yang siap dikawinkan mempunyai
badan yang lebih gelap dengan perut yang terlihat lebih lancip di bagian anus.
Badan dalam keadaan sehat dan masih lengkap bagian-bagian tubuhnya.
Gerakannya gesit dan kelihatan agak garang.

B. Sistem Pembenihan Atau Pemijahan


lnduk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan.
Kolam pemijahan merupakan kolam khusus yang ukuran minimumnya 20
m2danmaksimum 1.000 m2 dengan kedalaman 1-1,5 m. Ukuran luas kolam
tergantung pada padat tebar induk yang akan dipijahkan. Kolam pemijahan
sebalknya dibangun dekat dengan kolam lnduk, sehingga, memudahkan proses
pemlndahan induk. Kualitas air kolam pemijahan yang baik bersuhu 25-300 C,
nilai pH 6,5-8,0, laju penggantian air 10-15 %per harl, dan ketinggian air kolam
40-60 cm. Kolampemljahan tidak boleh mengandung banyak lumpur.
Kebanyakan orang membuat kolam pemijahan daribahan da.sar semen untuk
menghlndari penumpuk-an lumpur. Pasalnya, air yang keruh akan menutupi
permukaan telur, sehingga telur-telur akan membusukdan tidak menetas. Air di
kolam pemljahan tldak bolehterlalu keruh, sehingga mata klta mampu melihat
aktivitas yang dilakukan guraml di kolam pemijahan, terutama aktivitasnya dalam
menjaga sarang diletakkan sekitar 25 cm dari permukaan air.
Kolam pemijahan Juga harus dilengkapi dengan saluran pemasukan dan
pengeluaran air, sehlngga lkan gurami selalu mendapat kondisi air yang segar.
Secara fisik, air yang baik juga menjamin ketersediaan oksigen bagi gurami dan
telur-teluryang sudah dlbuahl saat pemijahan. Selain itu, di dalam kolam juga
harus dipasang bahan sarang dan sosog. Sosog sebagal tempat sarang telur
diletakkan 25-30 cm darl permukaan air kolam, sementara bahan sarang dapat
dlletakkan di permukaan air atau di kedalaman 5-10 cm darl permukaan air.
Bahan sarang yang biasa disiapkan untuk gurami dapat berupa sabut
kelapa, rajutan karung. atau ijuk yang dlletakkan di atas para-para atau anyaman
tali. Para-para tersebut dapat dibuat menyembul di permukaan air atau
dibenamkan sedalam 5-10 cm. Penempatan bahan sarang ini dimaksudkan
untuk memudahkan bagi induk jantan dalam menyusun sarang. Pembuatan
sarang oleh gurami biasanya berlangsung satu hari sampai dua minggu.Tempat
sarang dibuat dari anyaman bambu atau keranjang. Letaknya sejajar dengan
permukaan air.
Pemlndahan lnduk darl kolam pemellharaan sebaiknya dllakukan dengan
menggunakan baskom atau ember besar yang berisi air agar fkan tidak stres
pada waktu ditebar di kolam pemijahan. Selaln menggunakan baskom, lnduk
juga dapat dlangkat dengan menggunakan karung goni atau kain halus yang
basah, kemudian dilepas secara perlahan ke kolam pemijahan.
Pemindahan dengan cara ini akan mengurangi risiko stres pada ikan.
Sebaiknya, induk diletakkan dekat pintu pemasukan air, karena pada bagian
tersebut oksigen yang terlarutdi dalamnya masih tinggi. Padat tebar induk adalah
1 ekor ikan untuk 5 m2 kolam, dengan perbandingan jumlah jantan : betina
adalah 1:3. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara
berpasangan (sesuai perbandingan) atau secara komunal {satu kolam dlisl
beberapa pasangan).
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung satu minggu setelah induk
gurami berada di dalam kolam pemijahan. Selanjutnya, induk jantan akan
merapikan sarang pada sosog, kemudian induk betina akan mendekat dan
meletakkan telur-telumya pada sarang di dalam sosog. Setelah itu, induk Jantan
membuahinya dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur-telur tersebut.
lnduk jantan akan membuat kembali sarang lain untuk betina lain.
Pemijahan pertama biasanya berlangsung dua hari setelah sarang selesai
dibuat. Pemljahan dllakukan pada siang menjeiang sore hari antara pukul15.00-
17.00. Pengeiuaran telur oleh betina terjadi di depan sarang, sementara
pembuahan oleh indukjantan di dalam sarang. Pemindahan telur ke dalam
sarang dilakukan oleh indukjantan dengan cara mengisap telur ke dalam
mulutnya, kemudian menyemprotkannya ke dalam sarang untuk dibuahi.
Keberhasilan pemijahan dapat diamatl dengan melihat permukaan air
kolam. Jika terclum bau amis yang diikuti dengan munculnya banyak minyak di
permukaan air, berarti telah terjadi proses pemijahan. Pemijahan akan terus
berlangsung hlngga semua betlna selesal bertelur. Umumnya, proses pemljahan
berlangsung selama tigaharl.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk betina berklsar 5000-7000
butir, tergantung pada jenls gurami yang dipljahkan. Keberhasilan pemijahan
sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan dan kualitas pakan yang diberikan.
Suhu air yang optimum untuk menunjang keberhasllan pemljahan ialah 28C
dengan pH air 6-7. Sebelum pemljahan dilakukan, selama dua minggu di kolam
pemellharaan, lnduk dlberi makanan yang bermutu balk.
Pemerlksaan sarang yang sudah berlsl telur dapat dllakukan dengan cara
meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk
sarang menggunakan lldl atau kawat, Sarang yang sudah berisl telur ditandai
dengan keluarnya mlnyak atau telur darl sarang ke permukaan air.
Pengambilan sarang dllakukan secara hat-hati dengan cara memegang slsi
luar bagian paling bawah sarang. Sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja,
tetapl menggunakan wadah berupa baskom atau ember besar yang dlisl air
kolam pemijahan. Sarang diangkat perlahan-lahan dan dicelupkan ke dalam air
yang sudah dlsedlakan di dalam ember atau baskom. Tlngkat kegagalan
menetasnya telur sangat dipengaruhi oleh cara pengangkatan sarang ini.

C. Pemeliharaan Benih atau Pendederan


Anak-anak ikan yang telah terpisah dari induknya dipelihara secara intensif
selarna1 - 1,5 bulan. Kedalaman air dalam kolam benih ikan antara 40 - 75 cm.
Selama waktupemeliharaan 1- 1,5 bulan, ukuranbenih ikan sudah dapat
mencapai sekitar 3 cm. Setelah berusia 1 1,5 bulan, benih ikan siap untuk
dipindahkan ke dalam kolam pembesaran.
lnduk yang telah dipisahkan dari anak-anaknya tetap berada dalam kolam
pemijahan agar memijah lagi. Biasanya, dalam selang 3 minggu induk sudah
memijah lagi. Setelah memijah dan rnenghasilkan anak, dilakukan pernisahan
lagi secara terus-rnenerus sampai 6 buIan. Setelah itu, kolam pemijahan dan
kolam pembenihan diistirahatkan (diberokan). Kolam yang diistirahatkan
tersebut dikeringkan, diperbaiki seperlunya, dipupuk, dan didesinfektan
(disucihamakan). Dengan demikian, keadaan kolam tetap baik, bebas hama dan
penyakit. dan bebas senyawa-senyawa beracun sehingga penggunaan periode
berikutnya aman.Induk ikan yang telah dipijahkan sampai 6 kali, sebaiknya
segera diafkir untuk dijadikan ikan konsumsi karena produktivitasnya sudah
menurun

3.4 pemeliharaan dan pembesaran ikan gurami


Merupakan segmen dalam budi daya ikan gurami dengan tujuan
menghasilkan ikan gurami ukuran konsumsi.Benih ikan gurami yang digunakan
untuk pembesaran adalah benih ukuran telapak tangan atau sekitar 150-200
gram/ekor. Ikan gurami hasil pembesaran akan dipanen setelah mencapai
ukuran konsumsi yakni sekitar 500-800 gram/ekor. Lamanya pemeliharaan
sekitar 3-4 bulan. Beberapa kegiatan dalam budi daya pembesaran gurami
meliputi persiapan kolam pembesaran, penebaran benih, pengaturan pakan,
pengaturan dan pemeliharaan air, penanganan hama dan penyakit, pemanenan,
dan pengangkutan.

A. Persiapan Kolam pembesaran


Kolam pembesaran yang sudah selesai dibuat, tidak langsung bisa
dipergunakan untuk memelihara ikan gurami. Dari semua jenis kolam
yang biasa digunakan untuk pembesaran ikan gurami, hanya kolam tanah
dan kolam semenlah yang perlu dikondisikan agar siap untuk
membesarkan gurami.
1. Pembalikan Lumpur atau Tanah
Pembalikan lumpur atau tanah adalah langkah pertama yang
harus di lakukan. Dengan membalikkan tanah, pembasmian bibit-
bibit penyakit dilapisan tanah bagian bawah akan lebih mudah.
Lumpur atau tanah tidak diangkat ke pematang kolam, melainkan
dibalikkan dengan cara dicangkul atau dibajak. Setelah dibalik,
Tanah diinjak-injak sambil diratakan.Hal ini bertujuan agar tanah
menjadi padat dan merata.Selanjutnya lakukan pengeringan
dibawah panas matahari.
2. Pengapuran
Setelah dasar kolam kering, lakukan pengapuran. Tujuan
pengapuran adalah untuk membasmi hama bibit-bibit penyakit
yang terkandung di dalam tanah. Kapur yang digunakan biasanya
kapur (CaCo3) atau kapur tohor. Dengan dosis sekitar 50
gram/m2 .
3. Pengisian air
Setelah dasar kolam ditaburi kapur, isi kolam dengan air bersih.
Ketinggian air pada tahap awal adalah 60 cm. Selama 5-7 hari,
kolam dibiarkan tanpa ada kegiatan apa pun. Kontrol ketinggian
air untuk memastikan volume air tidak menyusut.Jika terjadi
penyusutan tamabah kembali air hingga tetep berada pada posisi-
posisi 60 cm.
B. Penebaran Benih Ikan Gurami
1. Cara Memperoleh dan Memilih benih
Benih gurami dapat diperoleh dengan cara memijahkan sendiri
atau membeli di pembudidaya benih gurami. Jika harus membeli,
usahakan membeli benih gurami dari tempat yang tidak jauh dari
lokasi budi daya ikan.Semangkin sedikit biaya pengangkutan yang
harus dikeluarkan.Selain itu, dapat memperkecil risiko kematian
benih gurami yang dibeli. Benih yang akan ditebarkan harus benih
yang unggul atau berkuliatas. Benih yang baik, unggul atau
berkualitas akan turut menetukan kualitas produk gurami.
2. Waktu Penebaran Benih
Pada perinsip, waktu yang baik untuk menebar benih adalah
ketika suhu air kolam dingin atau rendah, bisa pagi hari atau sore
hari.Penebaran benih juga bisa dilakukan pada siang hari jika
cuaca tidak panas.Sore hari merupakan waktu yang terbaik untuk
melakukan penebaran benih.
3. Cara Penebaran benih
Benih gurami yang akan di tebar harus diperlakukan secara hati-
hati. Pasalnya, benih gurami mudah setres.Sebelum ditebar,
terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi.Aklimatisasi adalah kegiatan
menyesuaikan suhu air tempat penampungan benih dan suhu air
kolam.Dilakukan selama 10-30 menit.

C. pengaturan Pakan
1. jenis pakan
Jenis pakan yang diberikan untuk gurami pada masa pembesaran
berupa pakan pabrikan (pellet), baik yang dibeli dari pabrik
ataupun yang dibuat sendiri.Ikan gurami juga bisa diberi pakan
tamabahan berupa pakan hijau seperti daun talas (sante), daun
singkong, daun pepaya, kangkung, dan jenis tumbuhan hijau
lainnya.Masa pembesaran benih gurami berukuran telapak tangan
sekitar 3-4 bulan.Pada masa awal sampai masa pemeliharaan tiga
bulan.Pada masa awal sampai masa pemeliharaan tiga bulan,
gurami diberikan pakan pellet jenis terapung.
2. Cara Menentukan Jumlah Pakan per Hari
a. Asumsi
- Luas kolam 200m2 .
- Ukuran benih menggunakan ukuran telapak tangan
masingmasing berbobot 200 gram.
- Padat penebaran 10 ekor/m2 , sehingga untuk luas kolam
200m2 , dibutuhkan benih gurami sebanayak 2.000 ekor.
- Berat total bobot gurami di kolam pembesaran =
2.000 ekor x 200 gram = 4.000.000 gram = 400 kg
b. Penentuan Porsi Pakan Gurami per Hari pada Bulan
Pertama
Pada bulan pertama, porsi pakan per hari ditentukan
secara bertahap sehingga dibagi menjadi tiga bagian.
10 hari pertama = 3% dari total bobot ikan yang dipelihara
= 3% x 400 kg = 12 kg/hari
10 hari kedua = 4 % dari total bobot ikan yang dipelihara.
= 4 % x 400 kg
=16 kg/hari
10 hari ke tiga = 5% dari total bobot ikan yang dipelihara
= 5 % x 400kg
= 20 kg/hari.
Diasumsikan, pertambahan bobot gurami tidak terjadi pada
bulan pertama dan hanya terjadi pada bulan-bulan
berikutnya
c. Penentuan Porsi Pakan Gurami per Hari pada Bulan
Kedua
Jumlah pakan yang diberikan selama satu bulan pertama =
(12 kg x 10) + (16 kg x 10) + (20 kg x 10) = 120 + 160 +
200 = 480 kg
Pertumbuhan bobot gurami = x 480 kg
= 240 kg
Total bobot gurami memasuki bulan kedua = Total bobot
awal + pertambahan bobot gurami = 400 kg + 240 kg =
640 kg
d. Pemberian pakan per hari selama bulan kedua
10 hari pertama = 3 % dari total gurami yang dipelihara
= 3 % x 640 kg
= 19,2 kg
10 hari kedua = 4 % dari total bobot ikan yang dipelihara
= 4 % x 640 kg
=25,6 kg
10 hari ketiga = 5 % dari total bobot ikan yang dipelihara
= 5 % x 540 kg =32 kg 4.
e. Penentuan Porsi Pakan Gurami per Hari pada Bulan-bulan
Berikutnya
Perhitungan porsi pakan per hari pada bulan ketiga dan
seterusnya sama seperti pada bulan pertama dan kedua.
Setiap satu bulan pemeliharaan akan terjadi penambahan
bobot gurami per ekornya. Dengan begitu, total bobot ikan
keseluruhan akan mengalami perubahan juga. Hal ini
penting dan harus dihitung dengan benar agar
mendapatakan hasil yang tepat untuk pemberian pakan
perhari.
3. Frekuensi Pemberian pakan per Hari
Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari.Waktunya
adalah pagi, siang, dan sore hari. Usahakan memberi porsi yang
lebih banyak pada sore hari , karena sore itu rentang waktu lebih
panjang untuk pemberian pakan berikutnya. Misalnya, jatah pakan
per hari 12 kg. Pembagiannya adalah pagi hari sebanyak 3,5 kg,
siang hari sebanyak 3,5 kg, dan sore harinya 5 kg.

3.5 Pengaturan dan Pemeliharaan Air


Pengaturan dan pemeliharaan air merupakan hal yang sangat penting
dilakukan Pemeliharaan air yang dimaksudkan adalah menjaga kuliatas air
sehingga selalu dalam keadaan dalam ideal untuk gurami. Keberhasilan
budidaya ikan ditentukan oleh keberhasilan dalam pengelolaan air, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas air, terlebih pada budidaya ikan intensif atau super-
intensif. Ketersediaan air harus selalu terjaga sehingga air kolam budidaya dapat
terus diganti sesuai kebutuhan.
Faktor fisika yang pertama untuk manajemen kualitas air adalah suhu,
suhu yang mematikan untuk hampir semua semua jenis ikan adalah 10-11 drajat
celsius selama beberapa hari. Nafsu makan ikan menurun pada suhu di bawah
16 derajat celsius, sementara reproduksi ikan mengalami penurunan pada suhu
di bawah 21 derajat celsius. Pada ikan gurame suhu yang cocok adalah 24-28
derajat celsius.
Selanjutnya adalah kecerahan, kecerahan air bisa dipakai sebagai
indikator untuk melihat kerapatan plankton di perairan. Tingkat kecerahan air
yang baik untuk budidaya adalah 100 - 60 cm. Artinya, pada kedalaman 60 - 100
cm, cahaya matahari masih bisa menembus. Faktor kimia yang pertama adalah
DO, konsentrasi minimum oxygen terlarut (DO) bagi sebagian besar ikan air
tawar adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsentrasi DO 4 ppm. ikan masih
mampu hidup akan tetapi nafsu makannya rendah, sehingga pertumbuhannya
terhambat. Kadar do yang baik bagi ikan gurame adalah lebih dari 5ppm.
Selanjutnya adalah pH, Derajat keasaman air budidaya yang memenuhi
syarat adalah 5 - 8,5. Untuk budidaya ikan air tawar pH yang cocok adalah 6,5 -
7,5. Syarat lain yang penting adalah fluktuasi atau perbedaan pH pagi dan siang
tidak lebih dari 1. Misalnya, pagi hari pH air pada kolam / karamba / karamba
jaring apung adalah 6,5 maka pH pada siang hari tidak boleh mencapai angka 8.
Untuk ikan gurame pH yang baik adalah 6,5sampai 8.
Pada pH tinggi, total amonia berubah menjadidalam bentuk bebas. Pada
pH 7, amonia dalam bentuk tak terion yang beracun < 1 %, selanjutnya semakin
meningkat. Fluktuasi pH sendiri berkaitan dengan nilai alkalinitas yang rendah.
Kadar amonia akan meningkat jika suhu naik dan kadar DO rendah. Batas
maksimal kadar amonia total pada air kolam atau perairan umum untuk budidaya
ikan air tawar adalah di bawah 0,016 ppm ( 1 ppm: 1 mg/lt ). Amonia total
sebesar 0,08 ppm sudah mengakibatkan penurunkan nafsu makan dan
pertumbuhan. Amonia total sebesar 0,3 ppm menyebabkan kerusakan pada
insang sehingga ikan kekurangan oksigen.
Jumlah karbondioksida (CO2) yang meningkat akan menekan aktifitas
pernafasan ikan dan menghambat peningkatan oksigen oleh hemoglobin
sehingga menjadi sumber stress bagi ikan. Kadar karbondioksida terlarut yang
memenuhi syarat untuk budidaya ikan adalah berkisar 2-11 ppm.
Alkalinitas untuk budidaya ikan air tawar adalah > 20 mg/lt CaCO3.
Dengan alkalinitas yang cukup, perubahan atau fluktuasi pH air tidak drastis.
Dalam budidaya ikan air tawar di kolam, untuk menaikkan alkalinitas biasanya
ditebarkan dolomite, CaCO3. Nitrit (NO2) merupakan jenis senyawa N. Kadar
nitrogen terlarut dalam perairan 0.1 ppm sudah menimbulkan penyakit brown
blood. Kadar Nitrit sebesar 1.0 ppm sudah menimbulkan kematian pada ikan. Di
perairan, Nitrit merupakan hasil proses dekomposisi dari bahan organik pleh
jasad renik, kadar nitrit maksimum adalah 0.05 ppm.

3.6. Hama dan penyakit


A. Hama dan pengendaliannya
1. Katak
Katak memakan telur dan benih ikan. Pengendaliannya dilakukan dengan
cara menangkapnya menggunakan jala dan membuangnya ke tempat yang jauh
dari area kolam. Untuk mencegah penyebarannya, telur-telur katak yang
mengapung di kolam harus dibersihkan.
2. Ular
Ular memakan benih ikan. Pengendaliannya dilakukan dengan cara
menangkapnya. Untuk mencegah ular masuk ke area kolam, dapat dilakukan
dengan memberi pagar bambu dengan anyaman yang rapat atau jala yang
memiliki anyaman kecil.
3. Burung
Burung memakan benih ikan dan ikan besar. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan memasang orang-orangan di sekitar kolam, memasang pagar
dari jala di sekitar kolam dan memasang tali plastik yang direntangkan selang-
seling di atas kolam.
4. Lingsang
Lingsang memakan ikan kecil dan besar. Biasanya Lingsang menyelam
untuk menangkap ikan, baik yang ada di permukaan maupun di dalam kolam.
Pencegahannya dilakukan dengan cara memasang jebakan yang diberi umpan
ikan.
5. Ikan Buas
Yang termasuk ikan buas di sini adalah ikan gabus, lele, dan belut.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menangkap secara langsung.
Sedangkan pencegahannya dapat dilakukan dengan cara memasang saringan
pada pintu masuk saluran air kolam.
B. Penyakit dan pengendaliannya
1. Penyakit Kutu ikan (Argulus indicus)
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Argulus indicus yang dibawa
Crustaceae atau udang renik. Kutu ini menyerang dengan cara menempel dan
menggigit mangsanya. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan.
Penularannya dapat melalui media air dan kontak tubuh secara langsung.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mengeringkan kolam setelah
panen. Jika penyakit ini sudah menyebar, pengobatan dapat dilakukan dengan
menaburkan garam sebanyak 10-15 kg/m2 ke dalam kolam. Saat pengobatan
dilakukan, ketinggian air diturunkan 10-20 cm. setelah sehari, air bisa
ditambahkan lagi. Pengobatan yang lain adalah dengan merendam ikan yang
terinfeksi kutu ikan ke dalam larutan air garam 10-15 g/l selama 15 menit.
2. Penyakit Dactylogyrus dan Gryodactylus
Penyakit ini disebabkan oleh cacing parasit Dactylogyrus sp. dan
Gyridactylus sp. Cacing tersebut dipicu oleh kualitas air yang buruk, kurang
pakan, kepadatan terlalu tinggi, dan perubahan lingkungan secara mendadak.
Gejalanya adalah nafsu makan ikan turun, sering muncul ke permukaan, dan
ikan sering terbaring dengan insang terbuka. Dactylogyrus menyerang insang,
sedangkan Gryodactylus menyerang tubuh dan sirip. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup, menjaga kualitas air agar
tetap bagus, dan menyaring air yang masuk ke dalam kolam. Jika sudah
menyebar, pengobatan dilakukan dengan mengganti air. Setelah itu, ditaburkan
garam dapur sebanyak 40 gram/m2, lalu tutup saluran air selama 24 jam. Jika
hanya beberapa ikan, maka dapat dilakukan pengobatan dengan cara merendam
ikan dalam larutan garam dapur sebanyak 40 mg/l selama 24 jam.
3. Penyakit Mata Belo
Diduga penyebabnya adalah cacing. Gejalanya adalah ikan tampak
malas, nafsu makan berkurang, dan ikan sering munncul ke permukaan.
Kemudian terjadi pembengkakan mata, sehingga mengakibatkan ikan buta,
kondisi tubuhnya semakin lemah, hingga akhirnya ikan mati. Pengobatannya
dapat dilakukan dengan menaburkan garam sebanyak 1 kg/m2, kemudian
menghentikan saluran air yang masuk pada kolam selama 24 jam. Besoknya, air
diganti secara total. Cara pengobatan lain adalah mencampurkan pakan dengan
antibiotik.
4. Penyakit Jamur
Penyebabnya adalah Saprolegnia sp. dan Achyla sp. Penyakit ini tidak
menyebabkan kematian, tetapi mengganggu pertumbuhan ikan. Gejalanya
adalah muncul benang-benang halus berwarna krem seperti kapas yang
menempel pada bagian tubuh ikan yang terluka. Pengobatannya dapat dilakukan
dengan merendam ikan dalam larutan Malachit green oxalate 1 ppm selama 1
jam atau 0,15-0,70 ppm selama 24 jam. Pengobatan lain adalahmerendam
dengan larutan formalin 200 ppm selama 2 jam. Cara yang lebih mudah adalah
merendam dengan larutan garam dapur 10% selama 30 menit dalam 3 hari
berturut-turut. Kemudian air kolam diganti secara total.
5. Penyakit Bakterial
Penyebabnya adalah bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.
Pemicu pertumbuhan bakteri tersebut adalah perubahan suhu yang tidak teratur
dan pencemaran bahan organik. Gejala ikan yang terserang adalah ikan
mengalami pendarahan, perut membesar (busung) , lender ikan mencair, sisik
ikan mengelupas, dan timbul luka busuk. Jika tidak ada penangan secara cepat,
ikan akan mengalami kematian. Penyakit Bakterial ini lebih cepat menular,
sehingga menyebabkan kematian missal pada ikan yang dibudidaya.
Pengobatannya dapat dilakukan dengan memberikan pakan pelet yang dicampur
Oxytetracycline 50 mg/kg ikan selama 7-10 hari atau dengan suntikan
Oxytetracycline HCI 25-30 mg/kg ikan sebanyak 3 kali setiap 3 hari sekali.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan sanitasi perairan, pemberian pakan
yang bergizi, desinfektan peralatan, dan vaksinasi.
6. Penyakit Bercak putih (White spot)
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Ichthyophthyrius. Gejalanya adalah
munculnya bercak-bercak putih pada kulit ikan, tubuh ikan tampak pucat, ikan
sering menggosokkan tubuhnya pada benda-benda di sekitarnya, dan mulut
ikankembang kempis seperti kekuragan oksigen. Pengendaliannya dengan cara
merendam ikan yang telah terlihat mengalami gejala tersebut ke dalam air yang
mengandung larutan formalin sebanyak 25 mg/l. setelah itu, tambahkan
Malachine green oxalat sebanyak 0,2 mg/l selama 24 jam.
7. Penyakit Tuberculosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Myobacterium fortuitum. Ikan yang
sudah terserang penyakit ini menunjukkan gejala ganuloma pada hati, ginjal, dan
limpha. Gejala yang tampak dari luar adalah mata tampak menonjol
(Exopthalmos). Pengobatannya dapat dilakukan dengan pemberian obat
antibiotik, seperti penyakit bakterial lainnya.

3.7. Pemanenan
A. Pemanenan Benih
Metode pemanenan pada budidaya ikan mujair memiliki dua alternatif
yakni panen total dan panen selektif atau panen sebagian. Pertimbangan yang
dipilih dalam panen hasil budidaya ikan mujair adalah berdasar masa penebaran
benih, ukuran dan bobot ikan, serta permintaan pasar. Pemanenan hasil
budidaya ikan mujair juga mempertimbangkan efisiensi biaya operasional serta
keuntungan dan atau kerugian yang akan diperoleh.
Panen Total
Panen total pada budidaya ikan mujair dilakukan dengan menangkap
semua ikan hasil pembesaran. Ikan mujair yang dipanen berusia sekitar 5 bulan
dengan berat berkisar antara 30-45 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan
cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tersisa hanya 10-20 cm.
Untuk memudahkan penangkapan ikan, petak pemanenan atau petak
penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik).
Pemanenan hasil budidaya ikan mujair dilakukan pada pagi hari ketika cuaca
masih sejuk dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus.Pemanenan
hasil budidaya ikan mujair harus dilaksanakan secara cepat dan hati-hati untuk
menghindari ikan mujair mengalami luka akibat benturan diantara sesamanya
atau luka akibat benturan dengan dinding kolam.
Panen Selektif
Berbeda dengan panen total, panen sebagian atau panen selektif pada
budidaya ikan mujair dilaksanakan tanpa pengeringan kolam. Hasil budidaya ikan
mujair yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan
benih). Usia dan bobot ikan mujair yang akan dipanen berdasarkan permintaan
pembeli. Secara global, berdasarkan ukurannya hasil budidaya ikan mujair
dikelompokkan menjadi ukuran 1-3 cm, ukuran 3-5 cm serta ukuran 5-8 cm.
Cara pemanenan hasil budidaya ikan mujair dengan sistem selektif ini
dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan
(dedak). Ikan yang tidak terpilih, baik karena ukurannya atau karena luka terkena
waring dan benturan lainnya sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya
dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1
jam

B. Cara Perhitungan Benih


Menurut Arie dan Dejee (2013), Dalam perhitungan benih ada tiga
metode
yang diterapkan untuk menghitung benih, yaitu manual, grafimetrik dan
volumetrik.
Perhitungan manual
Metode perhitungan ini dilakukan dengan caramenghitung benih satu per
satu. Metode ini sangatlah tidak efisien dikarenakan memakan waktu yang lama
dalam proses menghitungnya. Selain itu, metode ini tidak dapat diterapkan pada
larva atau benih yang berukuran kecil.Salah satu keunggulan dari metode ini
adalah keakuratan hasil perhitungannya.
Metode Grafimetrik
Metode yang kedua adalah metode grafimetrik. Metode ini menggunakan
bobot suatu benih untuk mengetahui jumlahnya. Salah satu kelemahan dari
metode ini adalah kurang akuratnya hasil dari perhitungan menggunakan metode
ini.Akan tetapi metode ini merupakan metode yang efisien dan dapat dilakukan
pada berbagai ukuran benih.
Rumus grafimetrik Murtdijo(2001)


=

Keterangan:
F=Fekunditas
W= Berat telur seluruhnya
W= Berat sampel dari sebagian telur
n= Jumlah telur dari sampel telur
Metode Volumetrik
Metode yang ketiga adalah volumetrik. Metode ini menggunakan volume
seluruh benih dengan teknik pemindahan air. Selanjutnya telur diambil bagiannya
sebagian kecil, diukur volumenya dan jumlah telur dihitung.Metode ini merupakan
metode yang sanagat efisien.
Rumus Volumetrik, Murtidjo (2011):

=

Keterangan:
F= Fekunditas
V=Volume telur seluruhnya
V=Volume sampel sebagian telur
n= Jumlah telur dari sampel telur (v)

C. Pembersihan Kolam/Tambak
Ada banyak metode untuk membersihkan air dalam kolam , yang
setiap metode bisa dilaku-kan bersamaan atau terpisah sesuai kebutuhan. Untuk
membersihkan puing-puing atau dedaun-an yang jatuh ke dalam kolam , bisa
dipakai serokan. Serokan yang diberi tangkai agak panjang dengan bambu atau
kayu, memungkinkan kita untuk menjangkau seluruh areal kolam.Bahan pembuat
serokan biasanya kain trililin yang sedikit menyerap air. Serokan yang bermata
kecil bisa juga dipakai untuk membersihkan kotor-an berupa busa-busa air di
permukaan air.
Selain itu sisa endapan kotoran lumut yang tidak terbuang biasanya
akan mengambang ke permukaan air. Semua kotoran ini bisa diatasi
dengan serokan. Setelah didapat gagasan dan diambil keputusan untuk
memelihara Ikan di lingkungan tempat tinggal kita, tentu agar segera
mempersiapkan Kolam Pemeliharaan Ikan agar dapat hidup semetode
baik.Kolam pemeliharaan bisa menjadi satu bagian keindahaan rumah semetode
keseluruhan. Kolam Ikan tidak hanya sekedar tempat perkembangan Ikan .
Namun dapat memanjakan setiap pasang mata yang melihatnya. Hal tersebut
menjadikan bentuk kolam Ikan dibuat menjadi satu kesatuan dengan bangunan
rumah. Kolam Pemeliharaan Ikan sebaiknya memenuhi berbagai aspek dilihat
dari sudut teknis pembuatan kolam seperti sistem sirkulasi air kolam, sistem
filterisasi dan sumber air kolam
D. Pemanenan Hasil Pembesaran
Panen Sebagian atau Panen Selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan
dipanen dipilih dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Ukuran benih
yang akan dipanen (umur 1-1,5 bulan) tergantung dari permintaan konsumen,
umumnya digolongkan untuk ukuran: 1-3 cm; 3-5 cm dan 5-8 cm. Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan
(dedak) Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum
dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan
malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
Panen total
Umumnya panen total dilakukan untuk menangkap/memanen ikan
hasil pembesaran. Umumnya umur ikan mujair yang dipanen berkisar antara 5
bulan dengan berat berkisar antara 30-45 gram/ekor. Panen total dilakukan
dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak
pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati
untuk menghindari lukanya ikan

3.8. Penanganan Pasca Panen


Menurut Tim AgroMedia Pustaka (2001), setelah dilakukan panen ikan
ukuran konsumsi dengan menggunakan jaring, kemudian dilakukan beberapa
kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut disebut dengan penanganan pasca
panen. Kegiatan penanganan pascapanen merupakan tahap terakhir dari
rangkaian budi daya gurami. Penanganan pascapanen berhubungan dengan
teknik menjual gurami dalam kondisi hidup, segar, dan sehat. Dengan sendirinya,
juga berhubungan dengan pelayanan pasar dan tingkat kelayakan harga.
Selain dilakukannya pemasaran ikan gurami hasil panen, perlu dilakukan
pula kegiatan pemeliharaan kolam dan peralatan yang telah digunakan.
Disebutkan oleh Sutedjo (2002), kolam dapat dibersihkan dari kantong-kantong
plastik yang terapung untuk menjaga agar tidak terjadi penurunan kualitas air
pada kolam. Selain itu, peralatan yang telah digunakan dapat dibersihkan dan
disterilkan kembali untuk meminimalisir timbulnya bibit penyakit.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulakan sebagai berikut :
1. Tubuh ikan gurame (Osphronemus gouramy) memiliki garis lateral tunggal,
lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang
bawah. Sirip ekor membulat. memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak
panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar.
2. Habitat ikan gurame di alam mendiami perairan yang tenang dan tergenang
seperti rawa, situ, dan danau.
3. Ikan gurame memiliki 6 macam varietas atau strain berdasarkan daya produksi
telur, kecepatan tumbuh, ukuran/bobot maksimal gurame dewasa. Masing-
masing adalah Angsa (soang, geese gourami), Jepun (jepang, japonica),
Blausafir, Paris, Bastar (pedaging), dan Porselan.berdasarkan warna terdapat
Hitam, Albino (putih), dan Belang.
4. Kehidupan organisme akuatik termasuk ikan sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti : suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, derajat
keasaman (pH), dan salinitas. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus
dikendalikan dalam budidaya ikan.
5. Pakan tambahan bagi ikan gurame adalah pelet, keong mas dan serangga.
6. Penyakit bintik putih (White spot) yang disebabkan jenis protozoa Ichthyopthirius
multifilis yang menyerang benih dan induk ikan gurame.

4.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Yusuf. 2010. Buku Pintar Budi Daya dan Bisnis Gurami. Jakarta:
AgroMedia Pustaka
Cahyono, Bambang. 2000. Budidaya ikan air tawar. Yogyakarta: Kanisius
Cahyono, Bambang. 2001. Budidaya ikan di perairan umum. Yogyakarta:
Kanisius
Puspowardoyo, H dan Djarijah, A. S. 1992. Membudidayakan ikan gurami secara
intensif. Yogyakarta: Kanisius
Redaksi AgroMedia. 2007. Panduan Lengkap Budi Daya Gurami. Jakarta
Selatan: PT AgroMedia Pustaka
Saparinto, Cahyo. 2011. 79 Bisnis Pertanian Menguntungkan. Jakarta: Penebar
Swadaya
Sitanggang, M dan B. Sarwono. 2008. Budi Daya Gurami. Jakarta: Penebar
Swadaya
Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Yogyakarta: KANISIUS
Sutedjo. 2002. Memelihara Ikan di Kolam Tadah Hujan. Jakarta: Azka Press.
Sutrisno.2007. Budi Daya Ikan Air Tawar. Jakarta: Ganeca Exact.
Tim Redaksi AgroMedia Pustaka. 2001. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis
Budidaya Gurami. Jakarta: AgroMedia Pustaka
.

Anda mungkin juga menyukai