Anda di halaman 1dari 7

Sumber Air, Masalah

dan
Pemanfaatannya
Dibuat sebagai tugas mata kuliah Teknik Penyehatan di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Dedi Irawan
Yogyakarta, 30 September 2009
Sumber Air,
Masalah dan Pemanfaatannya

Menyelamatkan Air
Air merupakan penopang kehidupan semua makhluk di bumi ini bahkan boleh
dibilang keberadaan airlah yang membedakan bumi ini dengan planet-planet lain. Air
merupakan sumber daya alam yang membutuhkan waktu lama untuk proses
pembaharuannya (unrenewable & renewable resource). Air juga membutuhkan ruang, dan
ruang air saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh manusia. Selain itu, telah terjadi
ketidakseimbangan antara fungsi lindung dan budidaya.
Oleh sebab itu, sekarang terjadi banyak kelangkaan air yang disebabkan
berkurangnya daerah resapan, perubahan iklim, serta kerusakan hutan yang notebene
sebagai reservoir alam. International Water Management Institute (IWMI) menyatakan
tahun 2025 sepertiga penduduk dunia akan mengalami kelangkaan air. Sudah saatnya
pengelolaan sumber daya air dilakukan menempatkan air dalam dimensi sosial, ekonomi,
dan keselarasan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup.
Pengelolaan air secara bersama
Pengelolaan sumber daya air hendaknya dilaksanakan secara terpadu meliputi hulu
sampai hilir (DAS) tanpa dibatasi wilayah administrasi, dengan mengakomodasi tuntutan
desentralisasi dan otonomi daerah dan memberikan perhatian yang lebih baik terhadap hak
dasar atas air bagi seluruh masyarakat.
Kebijakan tentang sumber daya air tertuang dalam UU No 7/2004 tentang Sumber
Daya Air (SDA), meliputi konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak, sistem
informasi SDA, serta pemberdayaan masyarakat. Salah satu contoh kebijakan yang
merupakan implementasi dari UU di atas adalah dengan Gerakan Nasional kemitraan
Penyelamatan Air (GNKPA) yang dicetuskan dan dijalankan oleh pemerintah provinsi
Jawa Tengah. GNKPA memuat enam komponen penyelamatan air, meliputi 1) Penataan
ruang, pembangunan fisik, pertanahan dan kependudukan; 2) Rehabilitasi hutan dan lahan
serta konservasi SDA; 3) Pengendalian daya rusak air; 4) Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran; 5) Penghematan penggunaan air dan pengelolaan permintaan
air; serta 6) Pendayagunaan SDA secara adil, efisien dan berkelanjutan.
Sumber Air
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah (UU RI No.7/2004 Tentang Sumber Daya Air).
Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti
air laut, air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari keempat jenis air tersebut, sejauh ini
air permukaan merupakan sumber air tawar yang terbesar digunakan oleh masyarakat.
Macam-macam sumber air :
1. Air Permukaan. Yang dimaksud air permukaan adalah semua air yang terdapat
pada permukaan tanah seperti antara lain air sungai, air danau, mata air.
2. Air Tanah. Adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
3. Air Hujan
4. Air Laut

Masalah dalam pemanfaatan berbagai sumber air berkaitan dengan :


1. Kualitas air
2. Kuantitas (jumlah yang mencukupi)
3. Availability (ketersediaan pada waktunya)
4. Biaya.

Waduk, Danau dan Mata Air


Sumber air yang sekarang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan air masyarakat yaitu mata air dan waduk. Air dari sungai juga masih bisa
dimanfaatkan untuk keperluan irigasi persawahan dan pekebunan. Kebanyakan air sungai
sekarang telah tercemar limbah baik dari industri, rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di bantaran sungai. Dengan demikian sangat sulit mengharapkan kualitas
air sungai yang baik terlebih di bagian hilir.
Di luar itu, air diambil dari waduk dan mata air/danau lebih baik karena belum
tercemar limbah-limbah berat. Air ini dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, air minum,
kebutuhan air rumah tangga, wisata (kolam renang dsb), kebutuhan air lainnya.
Masalah pada Waduk
Masalah yang menyangkut ketersediaan air pada waduk misalnya yaitu
ketersediaan air waduk tergantung dari aliran air dari hulu dan hujan. Hal ini akan menjadi
sedikit berkurang pada musim kemarau karena tidak ada hujan dan sedikitnya pasokan air
dari hulu. Selain itu juga banyak waduk yang mengalami kerusakan pada daerah hulu
disebabkan diantaranya banyak mata air yang mati dan semakin berkurangnya reservoir
air.
Contohnya seperti yang terjadi pada waduk-waduk di wilayah Jateng yang masih
mengalami kekurangan air meskipun sudah memasuki musim penghujan. Diberitakan SM
10 Desember 2007, ada sebelas waduk di berbagai daerah di Jawa Tengah masih kosong.
Waduk yang belum terisi air adalah Tempuran, Greneng, Krisak dan Plumbon. Juga waduk
Parangjoho, Kedungguling, Nawangan, Ngancar, Gebyar dan Kembangan serta Blimbing.
Waduk tersut belum terisi air karena hujan yang turun hingga November 2007 belum
merata. Sebagai akibatnya, waduk tersebut tidak mampu mengairi areal persawahan di
sekitarnya. Wakil ketua Komisi B DPRD Jateng Muhammad Haris saat dimintai
keterangan mengenai masalah ini mengatakan, kekeringan di waduk lebih disebabkan
minimnya pasokan air hujan dan banyak sumber air yang mati sehingga pasokan air dari
hulu ke waduk minim. Selain itu waduk juga mengalami masalah sedimentasi yang umum
dialami.
Untuk mengatasi kasus kekeringan ini diusulkan untuk membuat hujan buatan
terutama untuk mengisi waduk. Solusi tersebut dipandang lebih efisien sebab kondisi alam
sudah mendukung untuk terciptanya hujan buatan.

Pemenuhan Kebutuhan Air Oleh Pemerintah


Sebagian besar kebutuhan air bersih yang dikelola PDAM diambil dari sungai-
sungai dengan membangun bendung. Air dari bendung ini kemudian dialirkan ke instalasi
pengolahan air (IPA) PDAM untuk diolah.
Selain sungai, PDAM juga mengambil air dari mata air yang kualitasnya lebih baik
daripada air sungai sehingga pengolahannya lebih murah. Namun kendalanya biaya
pembangunan dan perawatan saluran menjadi sangat mahal karena mata air berada cukup
jauh di pegunungan. Selain itu untuk membuka akses saluran air bersih baru pasti
membutuhkan biaya yang sangat mahal, belum lagi apabila medannya rawan longsor dan
sulit dijangkau. Hal ini seperti yang terjadi di Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Jateng baru-
baru ini (KR - Jumat, 15 Mei 2009) yang baru 30% warganya yang mendapat akses air
persih dari PDAM. Padahal sesuai Permendagri, 80% warga harus bisa menikmati air
bersih. Ketua Komisi B DPRD Kota Tegal, Supardi SH menyarankan PDAM untuk
menggunakan air beberapa sungai yang ada di Tegal termasuk memanfaatkan air laut
untuk memenuhi kebutuhan warga Tegal akan air bersih.
Tidak hanya aksesnya yang sulit, keterbatasan jumlah air di mata air juga sering
menjadi masalah. Hal ini terjadi di Temanggung, Jateng yang pada waktu yang hampir
bersamaan (SM Jumat, 29 Mei 2009) mengalami keterbatasan debit sumber mata air
yang ada di Kabupaten Temanggung. Alasan ini menjadi kendala bagi PDAM yang akan
mengadakan realisasi proyek sambungan baru yang diajukan oleh warga.
Bupati Temanggung, Hasyim Afandi menandaskan PDAM perlu melakukan
inovasi agar kebutuhan air bersih bisa tercukupi, jangan sampai ada kejadian berebut air
dengan petani. Salah satu contoh inovasi itu lanjut bupati adalah dengan water threatment,
yakni dengan memanfaatkan bendungan bagian atas. Kendati diperhitungkan akan
menelan biaya yang tinggi, namun menurut bupati, langkah tersebut cukup tepat
mengingat tingkat kebutuhan masyarakat terus bertambah.

Sumber Daya Air Sungai


Air sungai meskipun memiliki kualitas yang relatif rendah tetapi karena
kebanyakan sungai-sungai di Indonesia memiliki ketersediaan dan jumlah (kuantitas) yang
mencukupi maka air sungai sering digunakan sebagai sumber air irigasi untuk daerah-
daerah pertanian.
Untuk kelangsungan hidupnya manusia membutuhkan juga makanan nabati yang
diperoleh dari usaha manusia mengolah tanah dan menumbuhkan tumbuhan penghasil
makanan. Manusia kemudian menjadikan sungai sebagai sumber air yang melimpah,
murah serta mudah untuk memenuhi kebutuhan air tanamannya. Seperti yang telah
diketahui bersama dalam keadaan biasa dan normal sungai adalah mitra yang baik bagi
kehidupan manusia. Namun, dalam keadaan dan saat-saat tertentu sungai dapat menjadi
musuh manusia yang bisa merusak kenyamanan dan kemanan hidupnya. Inilah masalah
utama pada pemanfaatan sumber daya air sungai.
Dengan keadaan sungai yang demikian, manusia kemudian berpikir dan berupaya
untuk bagaimana memanfaatkan sifat dan perilaku sungai yang menguntungkan dan
memperkecil atau bahkan berusaha menghilangkan sifat yang merugikan dan merusak.
Maka dibangunlah bangunan-bangunan air sepanjang sungai yang bertujuan
memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-bendungan, pusat listrik
tenaga air ataupun membuat bangunan yang dapat melindungi manusia dari bencana yang
ditimbulkan oleh perilaku sungai misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong
dan fasilitas lainnya.

Kesimpulan
1. Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat,
seperti air laut, air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari keempat jenis air
tersebut, sejauh ini air permukaan merupakan sumber air tawar yang terbesar
digunakan oleh masyarakat.
2. Memperhatikan adanya ketidakseimbangan jumlah ketersediaan air, maka jumlah
ketersediaan air dan besarnya kebutuhan akan air perlu dikelola sedemikian rupa
sehingga pemanfaatannya memenuhi kriteria keterpaduan secara fungsional ruang,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
3. Kuantitas dan kualitas air amat bergantung pada tingkat pengelolaan sumber daya
air masing-masing daerah, keragaman penggunaan air yang bervariasi pertanian,
air baku domestik dan industri, pembangkit tenaga listrik, perikanan, dan
pemeliharaan lingkungan selain iklim, musim (waktu) serta sifat ragawi alam
(topografi dan geologi) dan kondisi demografi (jumlah dan penyebaran) serta
apresiasi (persepsi) tentang air.

Yogyakarta, 30 September 2009


Penulis,

Dedi Irawan

Anda mungkin juga menyukai