Anda di halaman 1dari 5

Isu-Isu krusial dalam ETAP

SAK ETAP cocok digunakan UMKM karena aplikasinya yang sederhana dan fleksibel,

sehingga sangat mudah dipelajari. Dengan SAK ETAP, penyajian laporan keuangan mampu

menghadirkan data keuangan yang akuran dan terpercaya. Melalui standar baru akuntansi ini,

pelaku UMKM tak perlu membayar mahal akuntan publik. Namun, mereka tetap bisa tampil

sebagai usahawan profesional.

Terkait pengenalan SAK ETAP di kalangan UMKM, hal ini bisa disosialisasikan oleh

pihak-pihak terkait dan berkepentingan, seperti pemerintah, organisasi akuntansi (IAI) ataupun

perguruan tinggi. Bahkan, dalam konteks keterlibatan perguruan tinggi, para mahasiswa dan

alumni dapat diberdayakan dalam menerapkan SAK ETAP di kalangan UMKM.

http://ika-accounting.blogspot.co.id/2012/02/entitas-tanpa-akuntabilitas-publik.html

. ISU ISU MENYANGKUT SAK ETAP

I. Entitas Nirlaba dan Koperasi boleh menggunakan SAK ETAP ?

Pengaturan perlakuan akuntansi untuk entitas Koperasi dan Organisasi Nirlaba secara khusus
diatur dalam PSAK Umum (PSAK non-ETAP) yaitu PSAK 27 mengenai Akuntansi
Perkoperasian dan PSAK 45 mengenai Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Sedangkan
standar akuntansi yang berlaku khusus untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan yaitu SAK ETAP tidak mengatur mengenai akuntansi untuk entitas koperasi dan
entitas nirlaba tersebut. Atau dengan kata lain, PSAK 27 dan PSAK 45 bukan merupakan bagian
dari SAK ETAP.

Pertanyaan : melihat kondisi di atas, apakah entitas koperasi dan organisasi nirlaba dapat
menerapkan SAK ETAP dalam pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangannya ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, DSAK IAI pada tanggal 11 Agustus 2011 telah menerbitkan
Buletin Teknis 6 : Keterterapan SAK ETAP untuk Entitas Koperasi dan Entitas Nirlaba.

Dalam buletin teknis tersebut antara lain dijelaskan bahwa :

Dalam SAK ETAP Bab 1 tentang ruang lingkup mengatur bahwa entitas yang dapat menerapkan
SAK ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan jika bukan entitas yang telah mengajukan pernyataan
pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal
atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau bukan entitas yang
menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat.

Dalam SAK ETAP Bab 9 tentang kebijakan dan estimasi akuntansi dan kesalahan dinyatakan
bahwa entitas yang menerapkan SAK ETAP, dalam mengembangkan dan menerapkan suatu
kebijakan akuntansi, untuk mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP
yang berhubungan dengan isu serupa dan terkait.

Berdasarkan pengaturan di atas, jika ada entitas koperasi dan entitas nirlaba yang memenuhi
syarat untuk menerapkan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menerapkan SAK ETAP.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk entitas koperasi dan organisasi
nirlaba dapat menerapkan SAK ETAP jika telah memenuhi persyaratan sebagai entitas yang
diperbolehkan untuk menggunakan SAK ETAP sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam SAK
ETAP tersebut.

Sumber:

http://auditme-post.blogspot.co.id/2011/09/entitas-nirlaba-dan-koperasi-boleh.html

II. TRANSISI STANDAR

Perusahaan dan organisasi yang boleh menerapkan PSAK ETAP adalah perusahaan yang
memenuhi persyaratan :

a. Tidak memiliki akuntabilitas public signifikan (tidak mencatatkan saham di Bursa Efek
Indonesia, tidak menerbitkan obligasi dll)

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit.

c. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika
otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

Poin nomor tiga telah menjadi sebuah solusi yang banyak dipilih oleh beberapa organisasi yang
seharusnya menerapkan IFRS. Contohnya adalah Bank Perkreditan Rakyat, lewat Surat Edaran
Bank Indonesia no 11/37/DKBU tertanggal 31 Desember 2009 tentang Penggunaaan Standar
Akuntansi ETAP bagi Bank Perkreditan Rakyat. Keputusan Menteri Keuangan No
76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum
pasal 2 ayat 1 menyebutkan BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh
asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya (dalam hal ini mengacu pada
penerapan PSAK ETAP). Sehingga seluruh rumah sakit dan perguruan tinggi milik pemerintah
wajib menerapkan PSAK ETAP. Ketentuan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan menyebutkan Unit PKBL harus menyusun laporan keuangan dan
diaudit dengan mengacu pada ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI
(dalam hal ini juga mengacu pada PSAK ETAP). PSAK ETAP bersama PSAK No 45 (Revisi
2011) juga menjadi acuan pelaporan organisasi nirlaba atau LSM. Namun pengguna utama
PSAK ETAP tentu saja adalah UKM. Saat ini diperkirakan ada kurang lebih 16,000 laporan
keuangan setiap tahun yang harus diaudit, 400 diantaranya adalah perusahaan publik, berarti
selebihnya adalah laporan yang boleh menggunakan PSAK ETAP. Belum lagi laporan yang
digunakan untuk kepentingan pelaporan dan pertanggungjawaban yang tidak perlu diaudit, tentu
jumlahnya akan sangat banyak. Menurut perkiraan Kementrian UMKM saat ini ada kurang lebih
500,000 UKM yang memiliki badan hukum yang harus membuat laporan keuangan minimal satu
tahun sekali untuk kepentingan pelaporan pajak.

III. SOSIALISASI SAK ETAP

Sosialisasi SAK ETAP di kalangan UKM dapat dilakukan oleh pihak terkait dan berkepentingan
seperti pihak Kementerian Koperasi dan UKM, organisasi akuntan (IAI) atau pun perguruan
tinggi. Bahkan dalam konteks keterlibatan perguruan tinggi, para mahasiswa & alumni
khususnya jurusan akuntansi akan dapat diberdayakan untuk membantu penerapan SAK ETAP
dikalangan UKM. Sudah barang tentu mahasiswa atau alumni terlebih dulu mengikuti
pembekalan program SAK ETAP. Keikutsertaan pihak kampus dalam sosialisasi dan penerapan
SAK ETAP sangat relevan dan tepat jika diinjau dari dua hal. Pertama. UKM akan memperoleh
dukungan teknis cara menyajikan laporan keuangan secara lebih professional. Kedua, kegiatan
ini akan mampu memanfaatkan atau mempekerjakan tenaga-tenaga terdidik sesuai keahliannya
secara proporsional, sekaligus dapat menurunkan tingkat/angka pengangguran intelektual di
Negara ini yang dari tahun ke tahun kian meningkat. Peluang ini bisa disebut bentuk realisasi tri
darma perguruan tinggi yang salah satunnya adalah melakukan pengabdian pada masyarakat.
Dengan demikian, civitas akademika baik langsung maupun tidak langsung akan memperoleh
pengalaman menarik dan berharga tentang seluk beluk (dinamika) dunia usaha/industri.

Layanan konsultasi yang disediakan pihak perguruan tinggi juga akan mampu mensinergikan
dua kepentingan berbeda yakni UKM dan dunia pendidikan. Hasil kerja para konsultan ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan pihak pimpinan atau pemilik usaha berskala UKM tersebut untuk
pengembangan dan konsolidasi usahanya. Pola kerjasama seperti ini layak ditiru dan dapat
dijadikan model kerjasama "simbiosis mutualistis" yang saling menguntungkan antara dunia
pendidikan (perguruan tinggi) dan dunia usaha (UMKM). Paling tidak ada tiga manfaat yang
akan diperoleh dari hasil kerjasama ini yaitu pertama, upaya pemerintah dalam menekan
pengangguran di Indonesia dapat terwujud. Kedua, ,anfaat bagi pendidikan adalah kualitas
lulusan universitas dapat lebih meningkat serta sesuai dengan kecakapan yang dibutuhkan di
dunia kerja, Ketiga, pihak UKM tentu akan memperoleh manfaat pendampingan dalam
menumbuhkembangkan manajemen bisnis secara akurat, tertata dan professional.

IV. DAMPAK TERHADAP PERPAJAKAN

Awal-awal tahun 2012 merupakan merupakan hari-hari yang sibuk bagi accounting manager
mayoritas perusahaan yang berdomisili di Indonesia. Sampai dengan akhir April 2012 mereka di
haruskan mempersiapkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
2011. Tentunya sebelum membuat SPT Tahunan PPh, para manager accounting itu harus
membuat Laporan Keuangan terlebih dahulu. Benar! Laporan Keuangan adalah dasar pembuatan
SPT Tahunan PPh bagi Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan. Tentunya Laporan
Keuangan tersebut harus sudah dilakukan rekonsiliasi fiskal terlebih dahulu.

Tahun pajak 2011 adalah tahun pajak pertama kali bagi mayoritas Wajib Pajak untuk membuat
Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP) yang mulai berlaku efektif per 1 Januari 2010. Mayoritas Wajib Pajak di Indonesia
adalah entitas yang masuk dalam kategori ETAP ini, yaitu entitas tanpa akuntabilitas publik yang
signifikan.

Meskipun Otoritas Pajak (Direktorat Jenderal Pajak, Kemeterian Keuangan RI) tidak disebutkan
dalam SAK ini sebagai pengguna eksternal Laporan Keuangan, namun sejatinya DJP merupakan
pengguna ekternal juga dari Laporan Keuangan ini karena seperti dijelaskan di atas, bahwa
Laporan Keuangan merupakan dasar pembuatan SPT, dan membuat serta melaporkan SPT
merupakan kewajiban bagi setiap Wajib Pajak.

Bagaimana implikasi perpajakannya? Dalam penjelasan Pasal 28 ayat 7 KUP dinyatakan bahwa
pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-
undangan perpajakan menentukan lain. Dari sini jelas bahwa jika Wajib Pajak tidak
menerapkan salah satu dari tiga standar akuntansi yang ada di Indonesia (SAK Syariah, SAK
ETAP atau SAK Non ETAP) maka dianggap bahwa Wajib Pajak tidak mematuhi Pasal 28 KUP.
Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP, harus membuat Laporan
Keuangan sebagaimana disyaratkan oleh par 3.12 SAK ETAP yaitu:

1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas, dan
5. Catatan atas Laporan Keuangan.

Meskipun dalam persyaratan kelengkapan SPT hanya disyaratkan Neraca dan Laporan Laba
Rugi, namun sesuai dengan SAK ETAP, seluruh komponen Laporan Keuangan di atas wajib
dibuat untuk dapat dinyatakan mematuhi SAK ETAP ini. Jika tidak membuat Laporan Keuangan
seperti yang disyaratkan dalam SAK ETAP ini, maka jika Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan,
akan dikenakan sanksi kenaikan (bukan lagi sanksi bunga) karena tidak mematuhi Pasal 28 atau
the worst case adalah dikenakan sanksi pidana Pasal 39 yaitu tidak menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan di Indonesia sehingga menimbulkan kerugian pada negara.
Meskipun Wajib Pajak berkilah sudah melakukan pembukuan namun jika pembukuan yang
diselenggarakannya tidak mematuhi Standar Akuntansi Keuangan yang ada maka sanksi
perpajakan akan menunggu. Jadi untuk UKM, silakan pilih mana SAK ETAP atau SAK
Lainnya?

Sumber:

https://idiotsbrainn.blogspot.co.id/2016/06/seminar-akuntansi-sak-etap.html

Anda mungkin juga menyukai