Makalah Pengolahan Limbah Sawit
Makalah Pengolahan Limbah Sawit
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
ISI
dan batang kelapa sawit telah dimanfaatkan sebagai bahan pulp untuk
pembuatan kertas dan perabot. Sedangkan daun dan pelepah kelapa sawit
digunakan untuk pakan ternak ruminansia.
d. Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah
cairan yang sangat banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan.
Limbah ini mengandung bahan pencemar yang sangat tinggi, yaitu.
biochemical oxygen demand (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten,
2004). Pengurangan bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan
menggunakan suatu alat decanter, yang menghasilkan solid decanter atau
lurnpur sawit. Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan
kandungan air sekitar 75%, protein kasar 11-14% dan lemak kasar 10-14%.
Kandungan air yang cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk.
Apabila dibiarkan di lapangan bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini
terlihat ditumbuhi oleh jamur yang berwarna kekuningan. Apabila
dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan
keras. Banyak penelitian telah dilaporkan tentang penggunaan lumpur sawit
sebagai bahan pakan ternak ruminansia maupun non-ruminansia.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada ternak sapi, Suharto (2004)
menyimpulkan bahwa kualitas lumpur sawit lebih unggul dan dedak padi.
e. Solid Membran
Limbah cairan yang dikeluarkan setelah pengutipan lumpur sawit,
masih mengandung bahan padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu,
bahan ini merupakan sumber kontaminan bagi lingkungan bila, tidak
dikelola, dengan baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan
cahun~ dengan menggunakan alat penyaring membran keramik sedang
dikembangkan di P.T. Agricinal -Bengkulu (Wenten, 2004). Aplikasi teknik
ini dapat mengutip padatan dengan jumlah sekitar dua, kali lipat lebih
banyak dari padatan yang dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut solid
heavy phase atau solid membran, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar
90%, dan berwarna kecoklatan. Bahan yang sudah dikeringkan mengandung
protein kasar sekitar 9 %, serat kasar 16% dan lemak kasar 15%. Dari
14
down dan regenerasi), turbin (sisa air pendingin), serta kondensat sisa
uap pemanas dan air dari proses pencucian.
2. High polluted effluent
High polluted effluent adalah limbah cair yang sangat
berdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuan
khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah ini mempunyai
karakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidak
memenuhi persayaratan. High polluted effluent bersumber dari proses
sterilisasi (berupa kondesat rebusan), klarifikasi (berupa air bercampur
lumpur dan minyak), hydrocylone (air pemisah kernel dan cangkang).
Gambar 2.1. Pengaliran Limbah Cair Buangan PKS pada Areal Kebun Kelapa
Sawit dengan Sistem Aplikasi Lahan
Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit
ke areal perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan diatas adalah suatu
metode pemamfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk
sehingga dapat menghemat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa
sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap
harus memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dengan berpegang pada
baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit didalam kebun, Tidak
dibenarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan
yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari hasil produksi kelapa
sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian
limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak
menimbulkan dampak yang merugikan (Dirjen PHP, 2006). Pemilihan
teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung
kepada kondisi maupun faktor berikut:
a.Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan
dialiri,
b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah,
umur tanaman kelapa sawit,
c.Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat
tidaknya dengan air sungai atau pemukiman penduduk
2. Sistem Kolam (Ponding System)
17
kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam. Tahapan pembuatan papan
partikel sebagai berikut:
Serat dari sabut kelapa sawit yang akan digunakan dalam pembuatan
papan partikel baik yang belum mengalami proses pengurangan kadar
minyak ataupun yang sudah mengalami proses pengurangan kadar
minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga
kadar air maksimal 10%.
Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.
Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk
secara merata. Masukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan
dipa-datkan secara merata.
Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut,
kemudian diaduk dengan cepat sampai campuran kelihatan homogen dan
sempurna.
Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam cetakan yang telah
diolesi dengan minyak pelumas, kemudian dikempa sampai tercapai tebal
papan 1,2 cm.
Papan dikempa selama 24 jam
Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya
baik selama 28 hari.
c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern.
Peranannya sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan
kebudayaan maupun untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain
yang sesuai dengan kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan
alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS,
doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll. Tahapan pembuatan :
Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5 kg yang bersih dari daunnya.
Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran panjang 3 cm.
24
Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit yang telah bersih kemudian
dipotong halus dengan pisau.
Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah dihaluskan tadi dengan
ketelitian 4 desimal.
Tentukan kadar air dengan metode Oven (dipanaskan sekaligus selama 4
jam dan ditimbang beratnya).
Hitung kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK).
Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih
(point 1).
Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.
Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan bahan (BBK)
dengan air (ratio pemasakan) 1 : 10.
Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu kebutuhan air sesungguhnya
dikurangi dengan air dalam bahan.
Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point 10).
Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam
dalam suasana mendidih.
Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.
Saring
Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus pulp yang didapat dijadikan
1 gumpalan.
Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua desimal).
Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan dalam Oven 105oC (selama
4 jam/berat konstan).
Hitung BBK yang diperoleh dalam persentase. Dengan bantuan angka
pada point di atas dapat diketahui berat pulp yang diperoleh sesungguhnya
pada point 16.
Proses Karbonasi
Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap
dalam bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum atau
kaleng yang telah dibuang tutup bagian atasnya
2. Beri lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup bagian
bawahnya. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara
masuk.
3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.
4. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit
sampai setingga permukaan drum atau kaleng.
5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.
6. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah
dan dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.
7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat
pemanasan semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang
dihasilkan lebih rendah sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar
rendemen arang.
Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat
dihilangkan pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia
menggunakan aktifator HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi
dengan garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.
1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150m.
2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang
cangkang sawit, material direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10%
dan ZnCl2 10% selama 3 jam.
3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.
4. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.
26
BAB III
29
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami
mengingkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya
permintaan atas Crude Palm Oil (CPO) sebagai sumber minyak nabati dan
penyediaan untuk biofuel. Namun industri pengolahan kelapa sawit
merupakan industri yang yang sarat dengan residu hasil pengolahan. Jika
tidak dilakukan pengolahan secara baik dan profesional, maka limbah
industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun
lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan
secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang
terkait dengan proses produksi, produk, dan jasa untuk meningkatkan
efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya.
Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat, dan gas. Limbah
cair dimanfaatkan untuk pembuatan biodiesel dengan teknik esterifikasi dan
transesterifikasi dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah
memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara limbah padat dapat
dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk pembuatan kertas,
pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber energi, pembuatan
berikat arang aktif, bahan campuran pembuatan keramik, serta pakan ternak
ruminansia dengan teknik pengolahan yang berbeda-beda.
29
3.2. SARAN
Saran yang dapat kami sampaikan setelah membuat makalah ini yaitu:
30
DAFTAR PUSTAKA
31