TEKNOLOGI LIDAR
Pada dasarnya sistem Lidar terdiri atas komponen dari sistem
sensor Laser dan komponen navigasi (gambar 1). Sistem sensor Laser
fungsinya adalah untuk mendapatkan informasi jarak sensor terhadap
permukaan tanah. Komponen navigasi digunakan untuk mendapatkan
informasi posisi pesawat, yang berupa alat penetuan posisi yang akurat
berupa Global Positioning System (GPS) dan alat pencatat sikap (attitude)
sensor berupa Inertial Navigation System (INS) dengan peralatan berupa
Inertial Measurement Unit (IMU) seperti pada gambar 1 berikut:
Pergerakan Sensor
Cermin Laser INS (Inertial
Rotasi dan GPS Navigation
Osilasi System)
Koordinat Pesawat
Sudut antara Jarak antara antena GPS Udara dan
sorotan Laser Laser dan dalam sikap Sensor
dan Nadir Obyek sistem ( Roll, Pitch,
WGS 84 Yaw)
(XYZ)
Dengan = 2 tan
2
dalam hal ini N bebas dari tinggi terbang di atas tanah dan lebar cakupan
(dalam hal ini dxalong tidak terpengaruh dari tinggi terbang, berkebalikan
terhadap rerata dxacross )
Asumsi jarak sama antara titik sepanjang garis scan dan medan yang rata
N = (2500-762)/(762(1-0.3)= 3,25
9. Liputan area
q
A = SW* v *Ts [(n-1) (1 - ) + 1]
100
q
= SW*L [(n 1) (1 - + 1]
100
Dengan Ts = L/v
Contoh
m
rGPS :GPS vektor koordinat terinterpolasi dalam bingkai peta
INS
rlaserunit :Perbedaan letak (lever arm) antara pusat INS dan origin
sistem koordinat unit Laser, ditentukan dengan kalibrasi.
i :Vektor koordinat titik (i) dalam sistem koordinat sorotan
Laser
m
RINS (t ) :Matrik rotasi terinterpolasi antara bingkai badan IMU (b-
frame) dan bingkai peta (m-frame).
INS
Rlaserunit :Rotasi differensial (boresight) antara bingkai unit Laser
dan bingkai badan INS, ditentukan dengan kalibrasi.
laserunit
Rlaserbeam (t ) :Rotasi differensial antara bingkai sorotan Laser dan
bingkai
unit Laser saat (t), ditentukan dengan mekanisme
penyiam Laser.
ii iii
a b
Gambar 5. (a) Pola penyiaman dengan cermin osilasi , dan (b) cermin
putar.
z Z
x
arah terbang
y
Xo, Yo, Zo
h D
Y
X
Keterangan :
h : tinggi terbang
roll ( ) : rotasi pada sumbu x (arah terbang pesawat)
pitch ( ) : rotasi pada sumbu y
yaw ( ) : rotasi pada sumbu z
Xo, Yo, Zo : posisi alat Lidar
sudut penyiam:
L
0
r = RL (t ) . r = RL (t ) 0 ...(15)
s S L S
0
Keterangan :
RLS (t ) : adalah rotasi dari kerangka Laser ke kerangka penyiam
menggunakan
cermin sudut penyiaman
rL : adalah vektor jarak Laser dalam kerangka cermin Laser (L-
frame)
d : pengukuran jarak yang terkoreksi dari Laser
Keterangan :
: adalah sudut penyiaman yang terkoreksi digunakan pada
matriks rotasi penyiam RLo (t)
o : adalah sudut penyiaman mentah (raw scanner angle) dari
pencatat kode sudut penyiaman
: adalah jumlah koreksi-koreksi pada penyiam.
: adalah koreksi atmosfer.
Koreksi penyiam untuk puntiran/torsi dapat dimodelkan sebagai fungsi dari
sudut penyiam mentah, yaitu:
torsion = c. n ..................................................................................(18)
Keterangan :
c adalah nilai koreksi konstan untuk torsi
Persamaan gabungan untuk setiap epoh, menjadi:
Ketidaksesuaian antara posisi rata-rata dan posisi yang diamati pada titik
menjadi informasi kesalahan penutup yang diperlukan untuk
menyelesaikan parameter-parameter yang tidak diketahui dengan
meminimalisasi kuadrat terkecil (least-square minimization),
menggunakan parameter dari (Ackermann, 1999):
__ __
l = f ( x ) .............................................................................................(22)
__ ___
r = A + w .............................................................(23)
W = f ( x o ) 1 ...................................................................................(24)
__ __ __
Persiapan Teknis
Keberhasilan misi Airborne Laser Scanning berawal dari persiapan teknis ini,
yang terdiri dari :
Ground Reference
Merupakan titik yang mempunyai koordinat dan tinggi yang digunakan sebagai
dasar kalkulasi data lidar maupun digital image. Titik ini normalnya telah ada dan
tersebar diseluruh wilayah Indonesia yang dibangun oleh Bakosurtanal.
Umumnya titik yang ada pada tugu beton yang mempunyai posisi koordinat
berada di wilayah Bandara, sedang titik referensi elevasi berada di luar wilayah
Bandara, maupun tersebar pada jembatan sungai keluar masuk kota.
Apabila tidak terdapat titik nasional yang dibangun Bakosurtanal ini,
diusahakan menggunakan titik referensi lokal yang ada.
Fuel ( BBM )
Operasi penerbangan Airborne Laser Scanner akan dilakukan dengan Pesawat
Terbang bermesin Piston, sehingga memerlukan BBM dengan octant 110 yaitu
avgas ( Aviation Gasoline ).
Karena pengguna dan pemakai Avgas ini relatif jarang di Indonesia, ada
kemungkinan status Avgas tidak tersedia di Bandara Halim PK saat
pelaksanaan, sehingga diperlukan mengangkut dari luar wilayah yang masih
tersedia, seperti di Surabaya atau Semarang.
Peta-peta kerja
Peta kerja terdiri dari :
Route Chart penerbangan
Peta JOG 1 : 250.000
Peta Topografi 1 : 250.000
Selain peta kerja perlu dilengkapi data elevasi wilayah pemetaan seperti SRTM
untuk perencanaan jalur terbang.
Gambar 17.
b) Tinggi Terbang
Tinggi terbang scanning akan ditentukan oleh obyek yang akan di scan,
yaitu tingkat kekasaran obyek yang akan berpengaruh terhadap nilai
pantulan laser.
Sesuai dengan urain sebelumnya, bahwa nilai pantulan wilayah perkotaan
adalah sebesar 20%, maka tinggi terbang adalah sebesar 660 meter.
c) Arah Penerbangan
Arah penerbangan akan dilakukan ke arah Utara-selatan. Selain mengikuti
arah memanjang batas wilayah kecamatan yang akan di scan, arah Utara-
selatan mendekati arah jalur jalan.
Scan dengan arah searah memanjang wilayah yang di scan akan efektif
dan ekonomis, karena jumlah jalur terbang akan minimum karena jumlah
jalur belok minimum.
Pertimbangannya adalah agar sebanyak mungkin titik scan bisa mencapai
permukaan tanah terutama jalan. Dengan arah penerbangan hampir
sejajar arah jalan utama,dimana jalan cabangnya secara normal juga akan
terliput titik scan. Hal ini dipertimbangkan karena wilayah scanning adalah
rapat bangunan pemukiman, di samping itu untuk keperluan perkotaan,
jalan raya harus terliput sebanyak mungkin titik scan yang cukup penting
untuk prediksi banjir perkotaan.
Selain pertimbangan teknis tersebut di atas, arah penerbangan Utara-
Selatan juga akan meminimalkan kasus non teknis karena wilayah
perkotaan yang akan di scan mempunyai kendala penerbangan tertentu.
Apalagi penerbangan dengan ketinggian 660 meter atau 2000 feet di atas
permukaan tanah.
Penerbangan dengan ketinggian tersebut (2,000 ft) dengan control lokal,
(contoh : dalam kontrol menara Halim PK). Untuk penerbangan dengan
ketinggian 5,000ft ke atas baru masuk pada control menara pengawas
regional (contoh : Cengkareng). Hanya dengan pertimbangan safety
penerbangan saja, maka penerbangan akan dilakukan dengan koordinasi
menara pengawas penerbangan regional (Cengkareng) termasuk pemberi
tahuan pada setiap insan penerbangan di sekitarnya yang sedang
melakukan kegiatan dengan menerbitkan NOTAM (Notice To Air Man)
Adapun contoh rencana Jalur terbang adalah sebagai berikut:
Gambar 18. Rencana jalur terbang
Jumlah Jalur terbang adalah 24 lines ,dengan jalur terpanjang adalah
12,6 Km. Pada Run 8 dan Run 9
Total Line-Km Jalur terbang adalah 196 Km
Jalur terbang untuk scanning akan digunakan juga untuk jalur terbang
digital foto pada saat bersamaan (simultan)
Ilustrasi di atas terdiri dari 2 bagian yaitu bagian kiri dan sebelah kanan.
Bagian kiri menggambarkan pandangan dari atas Landasan Pacu yang
akan memperoleh 4 jalur scan, sedangkan Ilustrasi sebelah kanan
merupakan pandangan view bird untuk menggambarkan landasan pacu di
scan pada ketinggian maupun arah yang berbeda.
5) Pelaksanaan Scanning
Setelah pesawat terbang disiapkan dan di-release terbang oleh Mekanik
yang bersertifikat sesuai dengan otorisasinya, Pilot harus melakukan pre-
flight check terlebih dulu. Pre flight dilakukan terutama pada mekanisme
flight control yang sangat menentukan untuk penerbangan scanning.
Setelah pilot melakukan preflight check dan dirasa tidak ada kelainan
mesin dan panel kontrol, maka sebelum terbang, pilot akan membuat
rencana penerbangan dengan mengisi formulir Flightplan di serahkan
kepada menara pengawas penerbangan.
Selanjutnya menara pengawas penerbangan akan selalu berkoordinasi
dan membimbing penerbangan ke lokasi scanning.
Scanning dan perekaman digital foto akan dilakukan dengan ketinggian
660 meter di atas tanah atau 2000 feet kearah Utara-Selatan sesuai
rencana jalur terbang.
Scanning dan perekaman digital foto akan di mulai kira-kira 500 meter
sebelum dan sesudah ujung rencana jalur scan.
Selama scanning dan perekaman digital foto, status pesawat harus
STRAIGHT and Level, yang berarti harus lurus tanpa kelak-kelok.
Sebelum scanning dilakukan, status GPS/INS harus sudah merekam data
GPS pada interval setiap detik dan INS harus merekam data sebanyak
200 data setiap detik.
Selama scanning dan perekaman digital foto, operator mengamati
indikator yang ada seperti indikator Pesawat untuk koordinasi dengan pilot
agar pesawat dilakukan koreksi seperlunya karena pengaruh angin
misalnya atau karena fisik pilot telah lelah maupun stress.
Selain indikator pesawat, operator Lidar juga akan mangawasi status
indikator Lidar, baik indikator jarak ke permukaan yang discan maupun
indicator flow data ke unit recorder dan load Hard Disk data Recorder.
6) Data download, Management dan backup Data
Hasil scan akan menghasilkan data yang sangat besar yaitu kira-kira 1.5
Mb setiap detik. Termasuk jumlah foto yang cukup banyak yaitu 3 foto
setiap 1 Km panjang jalur terbang.
Sehingga setiap penerbangan scaning dan perekaman foto mempunyai
data hasil scan, perlu segera dilakukan download sesuai dengan system
management file pada folder yang disiapkan. Nama dan tingkatan dari
Folder akan dikonsultasikan pada pemberi pekerjaan terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk download data.
Raw data setelah di download akan segera di BackUp sebagai standard
prosedur scaning lidar.
Time Image
Time Image merupakan daftar file foto digital yang dilengkapi dengan
Time stamp yaitu waktu yang didapat dari pertengahan waktu exposure.
Time stamp ini bersama Trajectory akan mendapatkan layout foto digital,
yang bersamaan dengan data GPS/INS , time stamp dan file foto digital
akan diolah menghasilkan ortho foto.
Digital Orthofoto
Digital orthofoto akan didapat dari rektifikasi setiap frame foto digital
sesuai dengan data GPS/INS dan time stamp dan data mass point DEM
hasil klasifikasi point cloud data Lidar.
Digital foto yang di mosaic dan di cutting sesuai dengan lembar Peta
Daerah Survei akan menghasilkan peta foto yang dimaksud.
Peta foto juga dilengkapi dengan Legenda dan Nama-nama geografi.
I.M.U
Lidar Kamera
Scanner Digital
titik lapangan
Gambar 28. Pemeriksaan Lapangan antara titik Lidar dan ortofoto pada
1 posisi horisontal
Ketelitian Vertikal
Ketelitian vertikal data Lidar diperoleh dengan mengukur perbedaan
elevasi obyek permukaan bumi secara terestris dengan elevasi hasil
scanning dan dinyatakan dengan Root Mean Square Error (RMSE).
Besaran ini merupakan akar kuadrat rata-rata dari sejumlah perbedaan
kuadrat antara nilai koordinat dataset dan nilai koordinat dari sumber
yang bebas pada titik yang identik dengan ketelitian yang lebih tinggi.
........(27)
..(28)