Anda di halaman 1dari 2

ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) merupakan

sensor generasi terbaru yang dikembangkan untuk melakukan observasi permukaan bumi dalam
rangka monitoring lingkungan hidup dan sumber daya alam oleh Ministry of Economy, Trade
and Industry (Jepang) yang diluncurkan oleh platform Amerika yang bernama Terra.
Penggunaan citra ASTER diharapkan cukup memadai untuk klasifikasi jenis peruntukan lahan
utama di dalam Daerah Aliran Sungai.

Satelit ASTER memiliki resolusi yang tinggi dengan tiga sensor yang dibawa terdiri dari
VNIR,SWIR, dan TIR untuk observasi permukaan lahan, air, dan awan dari panjang gelombang
tampak hingga inframerah thermal untuk kajian hidrologi, biologi dan geologi sehingga satelit
ASTER sangat cocok untuk identifikasi eutrofikasi pada waduk selorejo. ASTER memiliki 14
band spectral dari mulai spectrum tampak sampai band thermal.

Citra ASTER berjalan dibawah payung Earth Observing System (EOS) ditujukan untuk
melakukan observasi permukaan bumi dalam rangka monitoring lingkungan hidup dan sumber
daya alam pada level global. ASTER terdiri atas tiga sub sistem yang berbeda, yaitu Visible and
Near-Infrared Radiometer (VNIR), Short Wavelength Infrared Radiometer (SWIR), dan
Thermal Infrared Radiometer (TIR).

1. Resolusi spasial VNIR dengan 3 chanel memiliki resolusi spasial 15 meter. SWIR
memiliki 6 chanel dalam software infrared memiliki resolusi spasial 30 meter. TIR
memiliki 5 chanel dalam thermal infrared yang memiliki resolusi spasial 90 meter.
Resolusi spasial yang beragam inilah yang menjadikan ASTER dapat digunakan untuk
identifikasi trofik suatu perairan sehingga akan nampak lebih jelas karena semakin kecil
ukuran suatu objek yang terekam oleh satelit semakin baik resolusi spasialnya. Maka
akan lebih mudah dalam identifikasi
2. Resolusi temporal satelit ASTER selama 4 hari sehingga sangat cocok untuk mengetahui
perkembangan dari berlebihannya limbah fosfat. Karena transfer limbah fosfat terjadi
hampir setiap hari dan kebanyakan bersumber dari limbah detergen rumah tangga.
Berlebihnya limbah fosfat ini memicu pertumbuhan biomassa.
3. Resolusi spectral satelit ASTER total band yang dimiliki sejumlah 14 band, didalam
resolusi spectral dikenal kurva spectral yang dapat menggambarkan pantulan objek bumi.
Vegetasi sangat mudah diidentifikasi pada gelombang infrared karena memantulkan
gelombang yang sangat tinggi. Ini sangat memungkinkan apabila kita dalam identifikasi
dan analisis pertumbuhan biomassa pada waduk menggunakan satelit ASTER karena
sensor satelit ASTER mampu menangkap gelombang infrared.
4. Resolusi radiometric merupakan banyak warna yang akan ditampilkan dalam suatu citra.
Resolusi radiometric akan mempengaruhi size suatu citra. Pada satelit ASTER VNIR
memiliki 8 bits, SWIR memiliki 8 bits, dan TIR memiliki 12 bits.
5. Karakteristik spectral mineral dan batuan dengan memanfaatkan sub sistem TIR.
6. Klasifikasi peruntukan lahan memanfaatkan sub system VNIR.
7. Kasifikasi jenis tanah memanfaatkan sub sistem SWIR.
8. Pemetaan tumbuhan di daerah kering dan basah memanfaatkan kombinasi sub sistem
VNIR dan SWIR.

Daftar Pustaka
Asih, Tika Murni, Muhammad Helmi, and Bandi Sasmito. "Pemodelan Spasial Aliran
Permukaan Menggunakan Data Satelit Terra ASTER-GDEM di Daerah
Tangkapan Hujan Waduk Rawa Pening Provinsi Jawa Tengah." Jurnal Geodesi
Undip 1.1 (2012).
Wibowo, L. A., Sholichin, M., Rispiningtati, R., & Asmaranto, R. (2013). Penggunaan
Citra Aster Dalam Identifikasi Peruntukan Lahan Pada Sub Das Lesti (Kabupaten
Malang). Jurnal Teknik Pengairan, 4(1), 39-46.

Anda mungkin juga menyukai