Anda di halaman 1dari 6

JURNALISME INVESTIGASI

ANALISIS FILM THE INSIDER

OLEH :

ERVINA OKTAVIANI (140904201)


NURUL AFRIZA (140904156)
ISAH WULANDARI (140904 )

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SIPNOSIS FILM THE INSIDER


The Insider adalah adalah salah satu film drama Amerika yang cukup fenomenal,
inspiratif, dan unik untuk ditonton. Film panjang berdurasi 157 menit ini merupakan film yang telah
memenangi banyak penghargaan. Film ini disutradarai oleh orang berkebangsaan Amerika bernama
Michael Mann dan skenario film ini ditulis oleh Eric Roth. Film ini dimainkan oleh aktor senior ternama,
Al Pacino dan Russell Crowe dengan sejumlah aktor-aktris berbakat lainnya, seperti Christopher
Plummer, Bruce Mc Gill, Michael Gambon, Diane Verona, Lindsay Crouse, dan lain sebagainya.

Skenario film ini terinspirasi dari sebuah artikel Vanity Fair yang diterbitkan dengan judul
The Man Who Knew Too Much yang ditulis oleh Marie Brenner. Secara garis besar, film The Insider
adalah sebuah film yang ditayangkan di tahun 1999 dan diangkat dari kisah nyata acara televisi CBS
yang bernama 60 Minutes. Kisah nyatanya terjadi pada pertengahan 1990-an ketika perusahaan-
perusahaan rokok yang tergabung dalam Big Tobacco dicurigai mengetahui khasiat adiktif yang
terdapat dalam tembakau dan membuat para perokoknya kecanduan, namun tidak
mempublikasikannya kepada masyarakat. Peristiwa ini cukup menghebohkan bagi masyarakat di
Amerika Serikat sendiri karena melibatkan sebuah konglomerasi besar yang mempunyai kekuatan
finansial dan media untuk menyembunyikan fakta kesehatan tersebut. Ada upaya whistleblowing dari
seseorang dan konflik-konflik yang terjadi akibat upaya tersebut. Whistleblowing maksudnya adalah
tindakan yang dilalukan oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan
kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain. Pihak yang
dilapori itu bisa saja atasan yang lebih tinggi atau masyarakat luas.

Film ini diawali dengan seorang mantan direktur perusahaan rokok Brown & Williamson
(B & W) Tobacco Company, bernama Jeff Wigand yang diperankan oleh Russell Crowe diberhentikan
tiba-tiba atas alasan yang tidak rasional. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Wigand mengetahui
kecurangan perusahaan dalam memalsukan kandungan nikotin pada rokok yang mana mereka
mengaku bahwa nikotin tidak berbahaya. Thomas Sandefur sebagai CEO dari perusahaan tersebut
bahkan sudah bersumpah di depan dewan bahwa nikotin tidak berbahaya. Sehingga, ketika Wigand
memprotes hal ini kepada CEO-nya ia dianggap membahayakan rahasia perusahaan. Wigand
mengalami dilema yang menempatkan ia, istri, dan kedua putri kecilnya dalam posisi yang sulit. Ia
diharuskan menandatangani perjanjian rahasia dengan perusahaannya agar ia tidak mengungkapkan
rahasia perusahaan ke dunia luar dengan imbalan tunjangan kesehatan dan fasilitas pokok yang
merupakan hal penting bagi keluarganya karena salah satu putrinya mengidap asma akut.

Di sisi lain, ia merasa harga dirinya telah terinjak. Suatu saat Wigand bertemu dengan
Lowell Bergman (Al Pacino), seorang jurnalis senior dan berpengalaman yang juga menjabat sebagai
produser acara 60 Minutes di televisi CBS, yang sedang mencari ahli untuk menjelaskan tentang
istilah teknis industri. Setelah melewatkan waktu bersama, Bergman menyadari bahwa Wigand
menyimpan rahasia yang dapat membuat keruntuhan industri tembakau. Namun saat itu, Wigand
tidak berani berbicara karena telah terikat kontrak perjanjian di mana dia tidak boleh membocorkan
rahasia perusahaan. Meskipun awalnya Wigand menolak, tetapi pada akhirnya Wigand bersedia untuk
bekerja sama memberikan penjelasan tentang kandungan yang terdapat dalam rokok. Namun,
berbagai ancaman dan teror dari berbagai pihak tetap datang meresahkan keluarga Wigand dan
integritas Bergman. Mulai dari penemuan jejak sepatu di taman, pengiriman email ancaman yang akan
membunuh Wigand, hingga adanya sebuah peluru di kotak surat keluarga Wigand.

Dalam situasi terdesak ini, Wigand memutuskan untuk merekam secepatnya pengakuan
dirinya kepada acara 60 Minutes. Namun tekanan ini rupanya begitu berat bagi istri dan kedua putri
Wigand yang kemudian meninggalkannya. Lalu Wigand dipanggil untuk datang ke hadapan CEO Brown
& Williamson. Di bawah ancaman, dia disuruh untuk menyetujui memperpanjang kontrak agar tidak
membeberkan tentang rahasia dari rokok. Wigand lalu marah karena dia merasa Bergman
membocorkan info pertemuannya yang lalu. Namun, Bergman berhasil meyakinkan Wigand bahwa
dia selalu menjaga keprofesionalisasiannya dan tidak membocorkan mengenai pertemuan tersebut.

Menyadari tekanan berat yang dihadapi narasumber pentingnya, Bergman berusaha


menenangkan Wigand dan meyakinkan bahwa usaha mereka tidak sia-sia, ia juga meyakinkan bahwa
apa yang dilakukan mereka untuk kepentingan orang banyak dan sekaligus untuk melindungi Wigand
dari kemungkinan yang lebih buruk yang mungkin akan terjadi. Bergman mendukung dengan perasaan
empati dan keyakinan yang mendalam terhadap Wigand yang selalu mendapatkan tekanan dan
ancaman dari pihak-pihak yang tidak suka dengan upaya mereka. Bergman juga meyakinkannya
bahwa wawancara ini nantinya bukan untuk menaikkan prestise, lebih menduniakan acara 60
Minutes, atau mengambil keuntungan ekonomi, tetapi wawancara ini dapat berguna lebih jauh, yaitu
untuk memberikan suatu harapan baru dan keselamatan bagi umat manusia.

Akhirnya Wigand dan Bergman melakukan wawancara yang isinya bahwa Wigand akan
mengungkapkan semua kebohongan yang selama ini perusahaannya lakukan. Setelah kemasan
editing wawancara itu selesai, giliran pihak Bergman yang mengalami kesulitan. Ia diharuskan
mengedit tampilan wawancaranya dengan Jeffrey Wigand karena takut adanya tuntutan jutaan dolar
terhadap pihak televisi CBS apabila menayangkan wawancara tersebut. Serangan balik bagi Wigand
pun kembali dilancarkan oleh pihak perusahaannya. Pihak perusahaannnya membeberkan semua
informasi kehidupan pribadi dari Wigand yang semuanya bersifat buruk, memutarbalikkan fakta yang
sebenarnya, menghancurkan reputasi Wigand dan dijadikan senjata untuk pembunuhan karakter
Wigand. Namun hal-hal tersebut tidak menggentarkan Bergman, ia tetap meninggikan asas integritas
seorang jurnalis dan nilai-nilai kebenaran publik yang harus diperjuangkan oleh dirinya. Menghadapi
hal ini, ia juga ingin melindungi Wigand sebagai seorang yang menyatakan kebenaran dengan
keberanian dari pembunuhan karakter yang dilakukan perusahaan rokok Brown & Wiliamson karena
kekuasaan yang mereka miliki.

Pada akhirnya, tayangan rekaman pernyataan Wigand yang batal ditayangkan secara
penuh dalam acara 60 Minutes di saluran CBS, ditayangkan pihak televisi lain secara penuh dan tanpa
dihilangkan bagian-bagiannya. Surat kabar pun mulai memberitakan kebenaran yang terjadi. Sehingga
perusahaan rokok Brown & Wiliamson mendapatkan sejumlah hukuman legal yang merugikan
perusahaan tersebut atas praktik bisnis yang tidak sehat. Kedua tokoh utama berhasil memperoleh
pengakuan publik atas jasa mereka dan mendapatan pengalaman berharga yang tak ternilai dalam
hidup mereka. Jeffrey Wigand dengan gelar Dr. Wigand memperoleh penghargaan sebagai guru
terbaik dan Lowell Bergman membagikan ilmunya dengan menjadi dosen jurnalistik di University of
California. Pada November 1998, dibuat suatu kesepakatan antara perusahaan rokok dengan
pemerintah yang disebut Tobacco Master Settlement Agreement yang mengharuskan perusahaan-
perusahaan tersebut harus membayar denda sejumlah $206 milyar untuk 46 negara bagian dan juga
tidak boleh mempromosikan rokok untuk anak-anak karena berbahaya bagi kesehatan mereka.
ANALISIS FILM THE INSIDER :

Menurut analisis kami, Film The Insider merupakan film berbasis pada dunia jurnalistik
yang menceritakan bagaimana peran jurnalistik dan media massa terutama televisi untuk
mengkomunikasikan suatu fakta dan realita kebenaran sehingga dapat memberikan suatu pengaruh
terhadap masyarakat yang melihatnya. Dalam film ini benar-benar ditampilkan sisi idealisme seorang
ilmuwan dan juga seorang jurnalis yang sangat memegang kode etik dari dunia jurnalistik. Ia benar-
benar berjuang demi tugasnya dan mendedikasikan dirinya hanya untuk jurnalistik yang dapat
mengubah suatu dunia dan memberikan suatu harapan keselamatan bagi banyak orang.

Jurnalisme adalah tentang berkata yang sebenarnya, bebas, dan obyektif dan semua ini
tidak hanya sebagai standar atau prinsip utama dalam jurnalisme, tetapi juga sebagai elemen-elemen
mendasar dalam ketepatan. Secara umum, film ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece
dalam genrenya. The Insider adalah sebuah kisah konspirasi yang didramatisir dengan kuat melalui
plot-plotnya yang menegangkan. Film ini memiliki jalan cerita yang serius dan menegangkan, dengan
sejumlah permainan politik dan intrik yang licik demi memuaskan kepentingan pihakpihak yang saling
terkait. Dalam film ini, juga ditunjukkan adanya legitimasi terkait dengan kecemasan terhadap merger
media massa yang biasanya berakhir dengan dicampuri oleh tekanan dari konflik kepentingan pemilik
atau korporat media tersebut. Semua masalah ini sangat berbahaya terhadap publik dan beresiko
terkait dengan tentunya kebebasan berekspresi dalam media di mana seseorang seharusnya dapat
bebas mengutarakan opini dan perkataannya dengan pertanggungjawaban yang benar secara bebas,
tetapi hal itu dilarang.

Jurnalistik merupakan suatu cara agar kita dapat mengetahui apa yang sedang terjadi dan
tentu saja penilaiannya kembali lagi kepada kita yang menyaksikannya. Apakah kita dapat menilai
secara objektif atas fakta dan realita yang ada dan ditampilkan untuk kita semua. Keberanian yang
selalu dipegang oleh Jeffrey Wigand sebagai ilmuwan dan Lowell Bergman sebagai jurnalis
menunjukan integritas dan kredibilitas mereka dalam melaksanakan pekerjaan dengan selalu
menjunjung tinggi kode etik di bidang masing-masing. Meskipun menghadapi banyak tekanan dan
resiko besar yang mengubah hidup mereka, tetapi mereka tetap menomorsatukan kepentingan
publik. Seorang Jurnalis atau ilmuwan harus bernyali besar karena dirinya akan berhadapan dengan
banyak resiko dalam perjalanan karirnya, tapi memang begitulah kenyataan yang dialami jurnalis atau
ilmuwan dengan integritas tinggi.

Dalam film The Insider, drama yang ditampilkan menjadi kekuatan utama dari film ini,
terutama ketika tokoh-tokohnya harus menghadapi sebuah situasi di mana mereka harus berpikir
keras untuk menghadapi serangan-serangan dari mantan perusahaan Wigand. Film ini cukup berat
dan harus serius menontonya karena cukup banyak informasi-informasi yang harus dicerna jika benar-
benar ingin mengetahui maksud dari film ini secara menyeluruh. Film ini juga begitu menarik karena
begitu kuatnya penampilan dari tokoh-tokohnya. Aktor kawakan Al Pacino berperan dengan begitu
baik sebagai Bergman yang tetap idealis di antara kolega-koleganya yang perlahan menutup mulut
atas tekanan konglomerat-konglomerat tembakau tersebut. Salah satu contohnya adalah ketika ia
dipaksa untuk mengubah hasil wawancaranya dengan Wigand sebelum disiarkan secara nasional.
Begitu juga dengan Russell Crowe sebagai whistleblower yang dilema dalam membeberkan rahasianya
akibat besarnya tekanan-tekanan dari berbagai pihak yang menentangnya.

Kerjasama di antara mereka berdualah yang membuat suasana tegang dalam film ini
semakin intens dan mendebarkan sampai dengan akhir film. Film ini memunculkan suatu konsep
penting, yaitu whistleblowing. Whistleblowing adalah tindakan seorang pekerja yang memutuskan
untuk melapor kepada media, kekuasaan internal atau eksternal tentang hal-hal ilegal dan tidak etis
yang terjadi di lingkungan kerja. Hal ini merupakan isu yang penting dan kontroversial, tetapi seringkali
berdampak buruk, baik kepada individu tersebut maupun organisasi yang dilaporkan melakukan hal-
hal yang menyimpang. Wigand dan Bergman dapat dikatakan sebagai whistleblower dalam insiden di
film ini.

Film ini juga banyak menyoroti masalah-masalah dalam hal jurnalistik. Pertama,
bagaimana sebuah jaringan media seperti televisi selalu berusaha untuk menekan atau
menyembunyikan realita dan kebenaran yang sesungguhnya dari publik demi melindungi kepentingan
finansialnya. Hal ini telah menjadi isu yang penting terkait dengan konflik kepentingan yang terlibat
antara pihak-pihak di dalam jaringan media tersebut. Selain itu, masalah yang juga timbul adalah
bagaimana sikap yang seharusnya para jurnalis lakukan di antara dua pilihan, yaitu selalu tunduk
terhadap tekanan dari pemilik media atau berpegang teguh terhadap idealisme dan integritasnya yang
tinggi sebagai seorang jurnalis.

Lalu, masalah jurnalistik yang paling buruk dan menonjol dalam film ini adalah bagaimana
para jurnalis, eksekutif perusahaan, dan pemilik media dapat memanipulasi orang, kebenaran, dan
peristiwa dengan sejumlah permainan politik dan intrik yang licik demi memuaskan kepentingan
pihakpihak yang saling terkait. Dalam film ini, juga ditunjukkan adanya legitimasi terkait dengan
kecemasan terhadap merger media massa yang biasanya berakhir dengan dicampuri oleh tekanan
dari konflik kepentingan pemilik atau korporat media tersebut. Semua masalah ini sangat berbahaya
terhadap publik dan beresiko terkait dengan tentunya kebebasan berekspresi dalam media di mana
seseorang seharusnya dapat bebas mengutarakan opini dan perkataannya dengan
pertanggungjawaban yang benar secara bebas, tetapi hal itu dilarang.

Kekurangan dalam film ini adalah masalah durasi film yang kami anggap terlalu panjang
karena meskipun banyak momen-momen dramatis yang penting dalam film, sebenarnya film ini dapat
dipadatkan lagi. Selain itu, pada saat pergantian fokus masalah dari masalah tekanan dan teror yang
dialami oleh Wigand berganti ke masalah yang dihadapi oleh Bergman. Porsi untuk keduanya masih
kurang seimbang karena masih menitikberatkan pada masalah Wigand. Satu hal lagi yang dapat
menjadi penekanan dan pesan dalam film ini, yaitu para pekerja media (reporter, jurnalis, editor, dan
lain sebagainya) harus meneguhkan kembali tanggung jawab mereka terhadap integritas jurnalistik.
Konflik kepentingan yang terjadi ketika seorang pekerja media harus berhadapan antara loyalitas atau
idealismenya.

Anda mungkin juga menyukai