KARAKTERISTIK METABAHASA SEMANTIK ALAMI :

1. Prinsip dasar teori MSA antara lain mereduksi makna leksikon dengan cara parafrase yang
sederhana dalam kerangka eksplikasi sistematis.
2. MSA mengandung konsep makna asali, yakni mana leksikon yang tidak dapat diparafrasekan lagi
menjadi lebih sederhana.
3. Dapat mengkaji ragam bentuk, struktur, dan makna kata secara menyeluruh, meski medan
maknanya sama.
4. Dapat diterapkan secara independen terhadap bahasa atau budaya tertentu sehingga makna
yang didefinisikan menjadi jelas dan mudah dipahami.
5. Dalam kerangka MSA definisi satu kata harus direpresentasikan melalui bahasa alami.
6. Bahasa buatan, seperti penggunaan diagram atau formula semantik, pada akhirnya tetap harus
diterjemahkan ke dalam bahasa alami agar mudah dipahami.
7. Pendekatan MSA mengasumsikan bahwa konsep-konsep manusia bersifat hirarki. Artinya ada
konsep yang rumit misalnya konsep emosi, dan ada yang sederhana, mudah dipahami, dan tidak
dapat lagi didefinisikan, misalnya kata AKU, INGIN, SESUATU, dan seterusnya. Dalam teori MSA,
konsep ini disebut makna asali atau semantik primitif.
8. Pendekatan MSA menekankan prinsip ketergantian (substitutability). Artinya, definisi yang dibuat
melalui teknik parafrase harus bisa diverifikasi oleh penutur asli biasa untuk melihat apakah
eksplikasi dan bentuk asli memiliki makna yang benar-benar sesuai.
9. MSA dapat mengekpresikan semua makna, baik makna leksikal, makna ilokusi, maupun makna
gramatikal atau leksikal yang dinyatakan dalam sebuah metabahasa dan bersumber dari bahasa
alamiah.
10. Konsep-konsep penting yang digunakan dalam teori MSA adalah makna asali, aloleksi, polisemi
takkomposisi, sintaksis semesta, pilihan valensi, dan resonansi.

Eni Maharsi. (2013). Verba To Expect Dalam Bahasa Inggris Dan Leksikon Padanannya Dalam Bahasa
Indonesia: Suatu Kajian Metabahasa Semantik Alami. Diambil dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=63333