OLEH
OLEH
Disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan :
Ka. Prodi D III ANAFARMA
UNIVERSITAS ABDURRAB
OLEH
ABSTRAK
Rhodamin-B adalah salah satu zat pewarna sintetis, yang biasa digunakan pada
industri, tekstil dan kertas. Zat pewarna sintetis ini sangat berbahaya apabila
terhirup dan tertelan. Penggunaan rhodamin-B pada makanan dalam waktu yang
lama (kronis) akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah di dalam kue apem yang
berwarna merah muda terang mengandung pewarna sintetis rhodamin-B.
Pemeriksaan kualitatif rhodamin-B dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) yang menghasilkan noda bercak gelap jika dilihat di bawah sinar UV 254
nm. Sampel yang digunakan yaitu lima kue apem yang berwarna merah muda yang
dijual oleh lima pedagang di pasar Kampar yang berbeda. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Makanan Analis Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab yang
dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Dari lima sampel yang dianalisis didapat
sampel A, C, D dan E positif mengandung rhodamin-B, sedangkan sampel B negatif
mengandung rhodamin-B.
iv
SCIENTIFIC PAPER
D III FOOD AND PHARMACEUTICAL ANALYSES DEPARTEMENT
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCES
ABDURRAB UNIVERSITY
2015
ABSTRACT
Rhodamine-B is one of the synthetic dyes, commonly used in the industry, textiles
and paper. The synthetic dyes are very dangerous if inhaled and swallowed. The
use of rhodamine-B in the food in a long time (chronic) may effect in liver
dysfunction and cancer. The aims of study to determine whether in the apem cake
bright pink has containing rhodamine-B synthetic dyes. The qualitative test of
rhodamine-B was conducted by thin layer chromatography (TLC) that produces a
dark blotches spot when seen under UV light at 254 nm. The sample used was a
five-cake pink apem sold by traders at fives diffrent place in the market of Kampar
conducted at the Laboratory of Anafama Abdurrab University on February 2015.
From five analyzed samples were obtained sample of A, C, D and E have positive
contains rhodamine-B, while sample B have negative contains rhodamine-B.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
kemanisan yang begitu berarti sebelum kita benar-benar memahami arti sebuah
kesulitan. Tentu saja berkat ide dan dorongan dari semua pihak sehingga
Untuk itu dengan rasa hormat dan rendah hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung sepenuhnya dalam penyusunan
1. Ibu Rini Lestari, S. Farm, Apt, selaku Ketua Program Studi DIII Analis
3. Ibu Azlaini Yus Nasution, S. Farm, Apt, sebagai pembimbing II yang telah
bermanfaat.
vi
5. Ayahanda dan ibunda tercinta, juga kepada seluruh keluarga besar yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun materi serta nasehat kepada
penulis.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Demi
tercapainya kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dengan segenap kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Demikian karya tulis ilmiah ini penulis sajikan, semoga dapat bermanfaat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................. iv
ABSTRACT ........................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang. ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian. ............................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian. .......................................................... 4
1.4.1 Manfaat Ilmiah ....................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5
2.1 Rhodamin-B..................................................................... 5
2.1.1 Ciri Makanan yang Mengandung Rhodamin-B .... 6
2.1.2 Tanda-tanda bila Terpapar Rhodamin-B. ............... 6
2.1.3 Penanganan apabila Keracunan Rhodamin-B. ....... 7
2.2 Kue Apem. ....................................................................... 7
2.3 Kromatografi Lapis Tipis ................................................ 8
2.3.1 Fase Diam/Penjerap. ............................................... 10
2.3.2 Fase Gerak/Pelarut Pengembang pada KLT ........... 10
2.3.3 Deteksi Bercak........................................................ 11
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 12
3.1 Desain Penelitian. ............................................................ 12
3.2 Populasi dan Sampel........................................................ 12
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian. ........................................ 12
3.4 Alat dan Bahan ............................................................... 12
3.4.1 Alat.. ....................................................................... 12
3.4.2 Bahan ..................................................................... 13
3.5 Prosedur Kerja. ................................................................ 13
3.5.1 Perlakuan Awal Bulu Domba Bebas Lemak .......... 13
3.5.2 Pembuatan Larutan Uji (Ekstraksi Sampel). .......... 13
3.5.3 Pembuatan Larutan Pembanding. ........................... 14
3.5.4 Pembuatan Larutan Kontrol. .................................. 14
3.5.5 Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis .................. 14
3.6 Analisa Data .................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 16
4.1 Hasil ................................................................................. 16
4.2 Pembahasan ..................................................................... 16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 19
5.1 Kesimpulan ...................................................................... 19
5.2 Saran ................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 20
LAMPIRAN ........................................................................................... 21
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Hasil Pengujian Sampel A, B, C, D, dan E .......................... 16
Tabel II. Hasil Pengujian Sampel A.................................................... 24
Tabel III. Hasil Pengujian Sampel B .................................................... 24
Tabel IV. Hasil Pengujian Sampel C .................................................... 26
Tabel V. Hasil Pengujian Sampel D.................................................... 26
Tabel VI. Hasil Pengujian Sampel E .................................................... 26
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pembuatan Reagensia ........................................................ 21
Lampiran 2. Hasil Pengujian Kromatografi ........................................... 24
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Nilai Rf ............................................. 26
Lampiran 4. Gambar Sampel ................................................................. 27
Lampiran 5. Hasil Kromatografi Lapis Tipis ......................................... 28
xii
BAB I
PENDAHULUAN
pada saat ini banyak ditemukan bahan tambahan bukan untuk makanan yang
misalnya zat pewarna yang digunakan untuk tekstil dipakai untuk mewarnai
bahan pangan. Hal ini jelas berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu
harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan pewarna
1
Beberapa pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya dalam bahan
yang berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak
berbau, dan dalam larutan akan berwarna merah terang. Rhodamin-B bukan
Zat warna sintetis tersebut bersifat toksik atau racun, bahkan ada yang
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati dan kanker. Rhodamin-B pada
(BPOM) pada bulan November 2005 menguji makanan jajanan anak-anak pada
Denpasar dan Padang sebanyak 861 sampel. Dari hasil analisis yang dilakukan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terdapat sampel jajanan anak
yang tidak memenuhi syarat dalam penggunaan zat pewarna berbahaya seperti
es sirup, es cendol, minuman ringan, sirup, limun, kue, kerupuk, saus dan
identifikasi dan penetapan kadar rhodamin-B pada jajanan kue berwarna merah
muda menggunakan sampel kue ku dan kue bolu kukus. Hasil penelitian yang
diperoleh membuktikan bahwa sampel kue bolu kukus berwarna merah muda
2
yang beredar di beberapa pasar di Kota Manado positif mengandung rhodamin-
apem yang berwarna merah muda yang dijual di pasar Kampar diduga
apakah di dalam kue apem yang berwarna merah muda terang yang dijual di
rhodamin-B.
yang berwarna merah muda terang yang dijual di pasar Kampar mengandung
tipis.
3
1.4 Manfaat Penelitian
lapis tipis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rhodamin-B
hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan. Kelarutannya sangat mudah larut
dalam air, menghasilkan larutan merah keunguan dan berfluoresensi kuat jika
diencerkan. Sangat mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam asam encer
dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat, membentuk senyawa
dengan kompleks antimon berwarna merah muda yang larut dalam isopropil
eter (Depkes RI, 1995: 1195). Berikut merupakan rumus struktur dari
Rhodamin-B yaitu :
Cl-
H2N O NH2
O
OCH3
5
Rhodamin-B adalah salah satu zat pewarna sintetis, yang biasa
digunakan pada industri, tekstil dan kertas. Zat pewarna sintetis ini sangat
berbahaya apabila terhirup, mengenai mata dan kulit, serta tertelan. (Rosmauli,
2014: 24).
tetra ethyl rhodamin, rheonin B, D dan Red No.19, basic violet 10. Pewarna ini
waktu yang lama (kronis) akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati
warnanya tidak merata dan ada sedikit rasa pahit. Kemudian muncul
iritasi pada mata dan jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan
dan air seni berwarna merah atau merah muda (Rosmauli, 2014: 25).
6
2.1.3 Penanganan apabila Keracunan Rhodamin-B
kulit, dicuci dengan sabun dan air mengalir sampai bersih, bila perlu
hubungi dokter. Bila terkena mata, dibilas dengan air mengalir atau
sisa rhodamin-B sudah tidak ada lagi atau bersih, bila perlu hubungi
dokter. Bila tertelan dan terjadi muntah, diletakkan posisi kepala lebih
samping atau kesatu sisi, bila perlu hubungi dokter (Rosmauli, 2014:
25).
Kue apem merupakan salah satu kue atau jajanan tradisional yang
masih sering dijumpai di pasar. Kue tradisional ini memiliki tekstur yang
lembut dan empuk sehingga cukup banyak disukai. Kue apem biasa hadir
Bentuknya yang bulat, gepeng dan memiliki rasa agak kenyal ini banyak
dengan cara diberi air hangat, lalu dicampurkan gula pasir dan santan kemudian
dimasak sampai mendidih. Setelah itu dicampurkan tepung sagu dan tepung
7
sampai rata, lalu dimasukkan larutan gula dan santan secara perlahan sambil
dan kukus selama kurang lebih 20 menit. Kemudian diangkat dan disajikan
menggunakan sinar ultra violet, dan bisa juga dengan penyemperotan atau
ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang
cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan dan ditotolkan pada titik
(uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca,
kolom. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak
8
menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan
radiasi menggunakan sinar ultra violet. Dapat dilakukan elusi secara menaik
(ascending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Dan ketepatan penentuan kadar
akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak
relatif analit terhadap ujung depan fase gerak atau eluen, dan nilai ini terkait
adanya sedikit perbedaan komposisi fase gerak, suhu, ukuran chamber, lapisan
penjerap, dan sifat campuran, maka penentuan nilai Rf dalam suatu sistem KLT
9
identifikasi untuk pembuktian adanya suatu komponen/analit yang dituju
dalam sampel.
Dua sifat penjerap yang penting adalah ukuran partikel dan fase
diam yang digunakan, semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam
dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja
KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya. Penjerap yang paling sering
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih
2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat
karena KLT merupakan teknik yang sangat sensitif. Daya elusi fase gerak
harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut terletak antara 0,2-
menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan
10
pelarut sebagai fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan
sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kali pengulangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kue apem yang berwarna
merah muda yang dijual di pasar Kampar. Sampel yang digunakan adalah kue
apem yang berwarna merah muda yang dijual oleh 5 orang pedagang di pasar
3.4.1 Alat
glass, pipet mikro, pipet volum, pipet takar, pipet tetes, timbangan
analitik, tabung reaksi dan raknya, lampu UV 254 nm, batang pengaduk,
12
spatula, kaca arloji, chamber, benang dan jarum, pinset, korek api,
penggaris, bunsen, kain lap dan tissu, penangas air, dan sentrifuge.
3.4.2 Bahan
cawan porselen dan diuapkan di atas penangas air, lalu residu dilarutkan
13
Setelah bahan pewarna terserap oleh bulu domba, kemudian bulu domba
penangas air.
dalam beaker glass 100 ml, lalu ditambahkan dengan rhodamin-B 0,01
sampel.
F60254 nm, fase gerak yang digunakan adalah n-butanol : asam asetat
glasial : air (4:5:1). Plat KLT diaktifkan dalam oven pada suhu 105 0C
dicampurkan fase gerak n-butanol : asam asetat glasial : air (4:5:1), lalu
14
fase gerak dimasukkan ke dalam chamber dan dijenuhkan selama sehari
bagian bawah plat, jarak antara noda adalah 2 cm, kemudian plat
dijenuhkan, dan pelarut naik hingga sampai tanda batas atas, lalu
15
BAB IV
4.1 Hasil
Sampel
0,760,95 0,920,96 0,0910,96 0,890,96 0,890,97 Positif
A
Sampel 1. 0,380,65
0,920,96 0,780,95 0,91 0,97 0,850,96 Negatif
B 2. 0,83-0,93
Sampel
0,780,92 0,780,95 0,900,95 0,900,97 0,910,97 Positif
C
Sampel
0,870,97 0,910,97 0,920,98 0,900,97 0,870,97 Positif
D
Sampel
0,860,85 0,850,96 0,910,96 0,900,97 0,810,86 Positif
E
4.2 Pembahasan
tidak berbau, berwarna merah keunguan, sangat mudah larut dalam air,
16
menghasilkan larutan merah keunguan dan berfluoresensi kuat jika diencerkan.
dalam suatu sampel dapat dianalisa secara kualitatif, salah satunya adalah
suatu campuran senyawa secara cepat dan sederhana. Pada metode ini, plat
KLT diaktifkan dengan cara dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 0C
lempeng tersebut dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Hasil dari
KLT dapat dilihat dari bercak yang terbentuk dan menghitung harga Rf dengan
cara jarak yang ditempuh zat senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh fase
B yang ada pada sampel dapat diserap oleh bulu domba bebas lemak melalui
pemanasan. Bulu domba bebas lemak digunakan karena bulu domba memiliki
17
penguapan yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
residu, jika residu terlalu banyak mengandung air dikhawatirkan akan didapat
hasil yang kurang bagus saat dilakukan penotolan (Darwile, 2013: 87).
pembanding dan larutan kontrol pada plat KLT menggunakan pipet mikro 2
L, dengan membuat batas penotolan 10 cm, batas bawah 1,5 cm, batas atas 1
cm dan jarak antar noda 2 cm, kemudian plat KLT tersebut dimasukkan ke
dalam chamber yang sudah dijenuhkan, dan tunggu pelarut naik hingga sampai
penjenuhan fase gerak biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring. Prinsip
dari kromatografi lapis tipis adalah like disolved like yaitu yang polar akan
mengikat yang polar dan yang non polar akan mengikat yang non polar.
Adapun fase gerak yang digunakan pada penelitian ini yaitu n-butanol : asam
asetat glasial : air (4:5:1), sebanyak 100 ml. Kepolaran Rhodamin-B mendekati
dengan kepolaran fase gerak, sehingga Rhodamin-B akan mudah terikat oleh
fase gerak dan akan membawa sampai batas elusi (Gandjar, 2012: 330).
Setelah dilakukan penelitian pada sampel kue apem dengan tiga kali
18
BAB V
5.1 Kesimpulan
atau tidak mengandung rhodamin-B, karena nilai Rf tidak sama dengan nilai
5.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi
II. Jakarta: Bumi Aksara
Gandjar, I. G., dan Rohman A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rosmauli, T., dan Yeta Wuri. 2014. Ini Dia Zat Berbahaya di Balik Makanan Lezat.
Edisi I. Bhafana
Stahl, E. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: ITB
Bandung
Suhardi, Haryono B., dan Sudarmadji S. 2010. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Edisi II. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Wiwiek, S. 2014. Jajanan Pasar Paling Dicari. Edisi I. Jakarta: Dunia Kreasi
20
Lampiran 1. Pembuatan Reagensia
a. n-butanol
4 100 ml = 40 ml
10
5 100 ml = 50 ml
10
c. air
1 100 ml = 10 ml
10
V1 C1 = V2 C2
V1 25 % = 250 ml 10 %
V1 = 250 ml 10 %
25%
= 100 ml
21
Lampiran 1. (Lanjutan)
labu ukur 250 ml yang telah berisi sedikit akuades, lalu ditambahkan
V1 C1 = V2 C2
V1 25 % = 1000 ml 2 %
V1 = 1000 ml 2 %
25%
= 80 ml
labu ukur 1000 ml yang telah berisi sedikit etanol 70%, lalu ditambahkan
dengan etanol 70% hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
4. Pembuatan larutan asam asetat 10% dari asam asetat 100% sebanyak 100
ml
V1 C1 = V2 C2
V1 100 % = 100 ml 10 %
V1 = 100 ml 10 %
100 %
= 10 ml
22
Dipipet asam asetat 100% sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi sedikit akuades, lalu
Lampiran 1. (Lanjutan)
ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
V1 x C1 = V2 x C2
V1 = 100 ml x 70%
96%
= 72,91 ml atau 73 ml
labu ukur 100 ml, lalu ditambahkan dengan akuades sampai tanda batas dan
6. Pembuatan Rhodamin-B 1%
23
Lampiran 2. Hasil Pengujian Kromatografi
24
Lampiran 2. (Lanjutan)
25
Lampiran 3. Contoh Perhitungan Nilai Rf
Diketahui : jarak tempuh senyawa 8,4 cm, jarak yang ditempuh oleh
Ditanya : nilai Rf ?
Jawab :
= 8,4 cm
9,2 cm
= 0,91
26
Lampiran 4. Gambar Sampel
27
Lampiran 5. Hasil kromatografi Lapis Tipis
28
Lampiran 5. (Lanjutan)
29
Lampiran 5. (Lanjutan)
30
Lampiran 5. (Lanjutan)
31
Lampiran 5. (Lanjutan)
32