Anda di halaman 1dari 20

http://riniwulandari93.blogspot.

com/2013/05/makalah-hipertermi-pada-
bayi.html

MAKALAH HIPERTERMI PADA BAYI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama

sirkadian. Mengenai batasan normal, terdapat beberapa pendapat. Umumnya berkisar

antara 36,10C atau lebih rendah pada dini hari sampai 37,40 C pada sore hari. (Benneth, et al,

1996; Gelfand, et al, 1998).

Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,20 C dan suhu normal

maksimum pada jam 16.00 adalah 37,70 C. Dengan demikian, suhu tubuh > 37,20 C pada

pagi hari dan > 37,70 C pada sore hari disebut demam (Gelfand, et al, 1998; Andreoli, et al,

1993; Lardo, 1999). Sebaliknya Bennet & Plum (1996) mengatakan, demam (hipertemi) bila

suhu > 37,2 0 C.

Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan perbedaan kurang lebih 0,5-

0,60 C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi (Andreoli, et al, 1993; Gelfand, et al, 1998).

Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan

bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut

hypothalamus thermal set point (Busto, et al, 1987; Lukmanto, 1990; Lardo,

1999).Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi dan

demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas

melebihi pengeluaran panas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertermi ?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertermi ?
3. Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi ?
5. Bagaimana penatalaksanaan hipertermi ?
4. Apa saja penyebab hipertermi ?
6. Apa saja Yng termasuk dalam faktor resiko ?
7. Bagaimana pencegahan terhadap hipetermi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hipertermi


2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertermi
3. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi
4. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipertermi
5. Untuk mengetahui apa saja penyebab hipertermi
6. Untuk mengetahui yang termasuk dalam factor resiko
7. Untuk mengetahui pencegahan hipertermi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu
tubuhmencapai sekitar 37,8C per oral atau 38,8C per rectal secara terus menerus disertai
kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau
koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik). (blog Asuhan Keperawatan.com).
2. Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi.Hipertermia
terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan
panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan
membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
3. Hypertermia pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari
37,5 C.

B. Tanda dan gejala


1. suhu tubuh bayi >37,5 C (panas)
2. Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun ubun besar
cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih berkurang.
3. Kulit memerah
4. Malas minum
5. Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit
6. Denyut jantung lebih dari 160 x/menit
7. Letargi
8. Kedinginan,lemas
9. Bisa disertai kejang
C. Klasifikasi Hipertermia
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini
merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada
episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi
kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas
fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan
pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan
kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30
menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap
keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak
dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan
hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi
adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam
(merangsang pembentukan pirogen leukosit).
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan
oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh
suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga
setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari
infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari
langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir
dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan
komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk
menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi
ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid
sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit
teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi
yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal,
dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan
perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan
air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat
tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolic yang ada.

5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)


Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan
dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin.
Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar
usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit
virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi
saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 5 hari kemudian timbul
syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan
yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan
transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan
dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan
suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas
kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang
selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan
edema serebri.
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga,
dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas
akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan
SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat
chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor
resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang
terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga
berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan
sehingga berakhir dengan apnea.
D. Faktor Resiko
1. Kejang/ syok

D. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari
gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi
diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula disebabkan
gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu.
Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein
dan zat lain , terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
1. Fase fase Terjadinya Hipertermi
a. Fase I : awal
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5) Rambut kulit berdiri
6) Pengeluaran keringat berlebih
7) Peningkatan suhu tubuh
b. Fase II :
1) proses demam
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Peningkatan nadi & laju pernapasan
4) Dehidrasi ringan sampai berat
5) Proses menggigil lenyap
6) Mengantuk , kejang akibat iritasi sel saraf
7) mulut kering
8) bayi Tidak mau minum
9) lemas
c. Fase III : pemulihan
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi
E. Penatalaksanaan
1. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 C-28 C)
2. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
3. Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
4. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 C), bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15
menit dalam suhu air 4 C, lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin
atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 C dibawah suhu bayi
5. memastikan bayi mendapat cairan adekuat
a. Izinkan bayi mulai menyusu
b. Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit,
atau lidah atau membran mukosa kering)
1) Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi
2) Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi
terlihat
3) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa
darah yang rendah
6. Cari tanda sepsis
7. berikan antibiotik jaka terjadi infeksi
8. Setelah keadaan bayi normal :
a. Lakukan perawatan lanjutan
b. Pantau bayi selama 12 jamberikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
9. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan
Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah dan melindungi dari pemancar panas yang
berlebihan

G. Pencegahan Terhadap Hipertermia


1. Kesehatan lingkungan.
2. penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
3. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
4. Pemberantasan lalat.
5. Pembuangan sampah pada tempatnya.
6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
7. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
8. Makan makana yang bersih dan sehat
9. Jangan biasakan anak jajan diluar

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan:

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi,
suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu
lingkungan yang terlalu panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga
kesehatan lingkungan, penyediaan air minum yan memenuhu syarat,pembuangan kotora
manusia pada tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada tempatnya,
pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap pada bayi,makan-
makanam yang bersih dan sehat,makan- makan yang bersih dan sehat.
B. Saran
Saran-sara yang kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini sebagai
berikut :
Hipertermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi merupakan salah
satu penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada bayi.Untuk itu di sini bidan harus
tanggap terhadap gejala dan keluhan apa yang dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila
hipertermi tidak segera ditangani akan menjadi kejang dan bisa mengakibatkan kematian
khususnya pada bayi. Selain itu bidan harus turun tangan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai hipertermi mulai dari gejala maupun tanda kemudian cara
mengatasinya serta pencegahan terhadap hipertermi.

DAFTAR PUSTAKA

Habel, A.1990, Ilmu Penyakit Anak , Bina Rupa Aksara, Jakarta.


Kemala, P., ar., 1998, Kamus Suku Kedokteran Dorlan, Penerbit Buku Keokteran EGC,
Jakarta.
Sudarti dan Afroh Fauzan. 2012, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha
Medika. Yogyakarta.
http://www.Ibu dan Balita.net/info/makalah-Hipertermia - lengkap.html
http://alamsyah.web.id/news/makalah-asuhan-kebidanan-pada-bayi-dengan-Hipertermia.
Geplaas deur Rini wulandari om 6:22 vm.
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/hipotermia-
dan-hipertermia.html

HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA

1. HIPOTERMIA
A.DEFINISI HIPOTERMIA
Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat
menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakit
kronis. Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelah
panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam dan
organ tubuh.
Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darah dapat
mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang
parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.
Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpai
para pendaki ketika melakukan pendakian gunung. Tidak jarang badai dan hujan lebat
menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara semakin dingin dan
berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak gunung seringkali muncul
kristal-kristal es yang menempel pada daun-daunan dan bunga edelweis. Pakaian yang basah,
kaos kaki yang basah semakin menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakin parah bila
pendaki tidak memperhatikan makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi untuk
memanaskan badan. Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga enggan
untuk makan, kecuali memang kehabisan makanan.
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti
(suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh
tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk
mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan
awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35c.>
Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap udara dingin
pada orang yang sebelumnya sehat.
Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan sistemik (seluruh tubuh)
yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim dingin (salju) dan iklim dingin.

B.PENYEBAB HIPOTERMIA
Penyebab Hipotermi, yaitu:
1. Yang pasti, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.
2. Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.
3. Penggunaan obat-obatan (alcohol, barbiturate, phenothiazine, insulin, steroid,-
blocker.
4. Sepsis, hipotiroid, radang pancreas

C.GEJALA HIPOTERMIA
Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
320C - <360C).
Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar biasa.
Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik menjadi lamban.
Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.
Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas
tubuhnya (faktor wind cill). Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup
kencang, maka potensi hipotermia menjadi paradoxical feeling of warmt akan semakin
cepat terjadi.

Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah
merasa kepanasan (dlm bukunya Norman Edwin disebut paradoxical feeling of warmt).
Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu dan tetap masih merasa
kepanasan.
Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dengan pelan, oleh karena itu sang korban tidak
merasa kalau dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa menahan
kedinginan sampai malah merasa kepanasan di tengah udara yang terasa membekukan,
korban biasanya tidak sadar kalau dia telah terserang hipotermia.
Dalam kasus penderita hipotermia yang sampai pada taraf paradoxical feeling of warmt
selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dalam banyak hal lainnya,
halusinasi juga telah terjadi walau si korban tidak sampai mengalami paradoxical feeling of
warmt. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan kesadaran, maka dia
akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yg sangat berbahaya karena korban
akan melihat bermacam-macam hal dan dia akan mengejar apa yg dilihatnya itu tanpa
menghiraukan apa-apa yg ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalau banyak
korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang telah meninggal dunia.
Pada bayi gejalanya bisa berupa:
- Bayi tampak mengantuk
- Kulitnya pucat dan dingin
- Lemah
- Lesu
- Menggigil.
Hipotermia bisa menyebabkanhipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis
metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan
energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak
oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.

D.DIAGNOSA HIPOTERMIA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pengukuran suhu tubuh.

E.PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPOTERMIA


Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan
nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup. Prinsip penanganan
hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya
pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau
menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien
dalam kondisi sadar).
Tindakan2 Pencegahan Penyakit Hipotermia
Gejala kedinginan yang lebih parah akan membuat gerakan tubuh menjadi tidak terkoordinasi,
berjalan sempoyongan dan tersandung-sandung. Pikiran menjadi kacau, bingung, dan
pembicaraannya mulai ngacau. Kulit tubuh terasa sangat dingin bila disentuh, nafas menjadi
pendek dan lamban. Denyut nadi pun menjadi lamban, seringkali menjadi kram bahkan
akhirnya pingsan. Untuk membantu penderita sebaiknya jangan cepat-cepat menghangatkan
korban dengan botol berisikan air panas atau membaringkan di dekat api atau pemanas.
Jangang menggosok-gosok tubuh penderita. Jika korban pingsan, baringkan dia dalam posisi
miring. Periksa saluran pernafasan, pernafasan dan denyut nadi. Mulailah pernafasan buatan
dari mulut dan menekan dada.
Pindahkan ke tempat kering yang teduh. Ganti pakaian basah dengan pakaian kering yang
hangat, selimuti untuk mencegah kedinginan. Jika tersedia, gunakan bahan tahan angin,
seperti alumunium foil atau plastik untuk perlindungan lebih lanjut. Panas tubuh dari orang
lain juga bagus untuk diberikan, suruh seseorang melepas pakaian, dan berbagi pakai selimut
dengan si korban. Jika penderita sadar, berikan minuman hangat jangan memberikan

minuman alkohol. Segeralah cari bantuan medis. Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan

(pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi,
harus membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin) dan pakaian ganti
yang berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan topi ninja juga sangat penting.
Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yang baik dan dapat
menutupi sampai mata kaki, jangan pakai sendal gunung atau bahkan jangan pakai sendal

jepit. Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, coklat dll.

Dalam perjalanan banyak ngemil untuk mengganti energi yang hilang.


Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti
jaket dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh tidak terasa oleh kita, dan tahu- tahu saja kita
jatuh sakit.
Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi
deras. Cuaca di gunung tidak dapat diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.
Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada team
leader atau anggota seperjalanan yang lebih pengalaman untuk mengawasi dan membantu
bila dirasa perlu. Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.
Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan
telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah
cahaya penghangat.
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan
hangat.
Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat
penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.

F.FAKTOR RESIKO HIPOTERMIA


1. Umur: bayi baru lahir, orang tua.
2. Paparan dingin di luar ruangan: olahraga, memakai baju tipis.
3. Obat dan intoksikan: etanol, phenothiazin, barbiturate, anestesi, bloker neuromuscular.
4. Hormon: hipoglikemia, hipotiroidisme, kekurangan adrenalin, hipopituitarisme.
5. Neurologis: stroke, gangguan hipotalamus, Parkinson, Cedera sumsum tulang
belakang.
6. Multisistem: malnutrisi, sepsis, shock, gangguan hati dan ginjal.
7. Luka bakar dan kelainan kulit eksfoliatif(mengelupas).
Prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak
dengan turunnya berat badan.

B.HIPERTERMI A
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik)
Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri
temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem
saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan panas
lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu
panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber
panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :
Suhu tubuh bayi > 37,5 C
Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, jumlah urine berkurang

A. PATOFISIOLOG I
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh
normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan
panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan
mekanisme homeostatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan
panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.

B.FUNGSI KELENJAR KERINGAT


Gangguan sistem termoregulasi dengan berkurang atautidaknya keringat merupakan
penyebab terpenting sengatan panas pada lingkungan panas. Respon berkeringat terhadap
stimulus panas dan neurokimia berkurang pada usia lanjut dibanding pada usia dewasa muda.
Juga terdapat ambang batas lebuh tinggi pada usia lanjut untuk berkeringat. Pada kondisi
stres panas, manusia mengaktifkan kelenjar ekrin (di bawah kontrol kolinergik simpatis) dan
kemampuan kelenjar itu megneluarkan keringat untuk mengatur suhu tubuh. Meskipun
terdapat variasi luas antara individu dalam respon kelenjar keringat terhadap stimulus
farmakologis, terdapat pula stimulus yang berasal dari proses penuaan. Pengaruh penuaan
terhadap menurunnya fungsi kelenjar keringat terlihat jelas di daerah dahi dan ekstremitas
daripada di badan.

C.ALIRAN DARAH KULIT


Respon aliran darah kulit terhadap pemanasan lokal langsung pada kulit nonakral
berkurang pada usia lanjut. Berkurangnya perfusi kulit pada usia lanjut berkaitan dengan
berkurangnya unit fungsional pleksus kapiler. Pada usia tua, terjadi transformasi kulit dimana
kulit menjadi lebih datar akibat berkurangnya pembuluh darah mikrosirkuler di papilaris kulit
dan pleksus vaskular superfisial.
Klinis
Sengatan panas memiliki ciri khas di mana suhu tubuh inti lebih dari 40,6 derajat
celcius disertai disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan
anhidrosis (kulit yang panas dan kering). Manifestasi dini, disebut kelelahan panas (heat
exhaustion), tidak khas dan terdiri dari rasa pusing, kelemahan, sensasi panas, anoreksia,
mual, muntah, sakit kepala dan sesak napas. Komplikasi serangan panas mencakup gagal
jantung kongestif dan aritmia jantung, edema serebral dan kejang serta defisit neurologis
difus dan fokal, nekrosis hepatoseluler dan syok.
Terapi Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai segera di
lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat Celsius dalam jam
pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir. Berendam dalam
es lebih baik dari pada menggunakan alkohol maupun kipas angin. Komplikasi membutuhkan
perawtan di ruang intensif.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C oleh pusat
pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu menjaga
keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme dengan panas
yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran
normal. Walaupun demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih
tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang
disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa dengan
pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang bilamana set point nya dinaikkan
maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu nilai suhu tubuh dikatakan
demam jika melebihi 37,2 C pada pengukuran di pagi hari dan atau melebihi 37,7'C pada
pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer mulut. Termometer ketiak akan
memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0.5'C jika dibandingkan
dengan termometer mulut sehingga jenis termometer yang digunakan berpengaruh dalam
pengukuran suhu secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan
peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan dengan adanya infeksi dalam
tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya selain infeksi yang dapat menimbulkan
gejala demam antara lain alergi, penyakit autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai
proses tersebut akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke dalam
peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang bernama
prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan suhu di otak.
Pelepasan prostaglandin tersebut pulalah yang merupakan dalang dari timbulnya
berbagai gejala yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal-linu dan sakit
kepala. Set point di pusat pengatur suhu di otak yang tiba-tiba naik tersebut akan membuat
tubuh merasa bahwa suhu badan berada dibawah nilai normal akibatnya pembuluh darah
akan menyempit untuk mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan mulai menggigil
untuk menaikkan suhu tubuh. Jadi menggigil dapat dikatakan suatu tahapan awal dari
kenaikan suhu tubuh dalam proses demam. Dengan demikian, gejala menggigil, demam, sakit
kepala, dan badan pegal-linu merupakan satu paket gejala yang disebabkan oleh proses yang
sejalan.
Selain itu terdapat pula kondisi demam' lainnya namun yang tidak disebabkan oleh
kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal sebagai hipertermia. Pada
hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh peningkatan
suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas.
Hipertermia antara lain dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara lingkungan),
aktivitas fisik yang berlebihan pada cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis
obat-obatan seperti ekstasi.
Terapi hipertermia (disebut jugatermoterapi, selanjutnya kita sebut hipertermia saja)
adalah pengobatan kanker dengan cara memanaskan jaringan tubuh sampai mencapai 44o
bahkan 45oC. Riset membuktikan bahwa suhu yang tinggi dapat menghancurkan dan
membunuh sel kanker, dengan kerusakan minimal pada jaringan normal. Dengan merusak
protein maupun struktur sel, hipertermia dapat membunuh sel kanker dan memperkecil
ukuran tumor.
Biasanya hipertermia digunakan bersamaan dengan terapi lain, misalnya radioterapi,
kemoterapi, atau imunoterapi, karena hipertermia dapat membuat sel kanker lebih sensitif,
bahkan dapat langsung menghancurkan sel-sel kanker yang tidak dapat dihancurkan oleh
radiasi.

Teknik kedua yaitu regional perfusion, untuk mengobati kanker di lengan dan kaki,

atau di dalam organ-organ tubuh seperti hati dan paru-paru. Caranya, sebagian darah
penderita dikeluarkan, dipanaskan, lalu dipompa kembali ke dalam lengan, kaki, atau organ
tersebut. Teknik ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kemoterapi.

Teknik ketiga adalah CHPP (continuous hyperthermic peritoneal perfusion),

digunakan untuk mengobati kanker di dalam rongga perut seperti peritoneal mesothelioma.
Selama pembedahan, obat kemoterapi dipanaskan kemudian dialirkan ke dalam rongga perut,
sehingga suhunya mencapai 41,1-42,2oC.

F.HIPERTERMIA TOTAL
Untuk kanker yang sudah bermetastase (menyebar) ke seluruh tubuh, dilakukan
hipertermia total (whole body hyperthermia). Penderita diselimuti dengan selimut listrik atau
air panas, atau dimasukkan ke dalam ruang panas (semacam inkubator) untuk membuat suhu
tubuhnya meningkat sampai 41,7-43,8oC.
Terapi hipertermia terbukti dapat meningkatkan efektivitas radioterapi maupun
kemoterapi. Banyak lokasi yang dapat dicapai, antara lain kanker di kepala dan leher, kanker
payudara, paru-paru, liver, rongga perut, leher rahim, usus, kandungan, prostat, kulit, tulang.
Jenis kanker yang dapat diterapi pun macam-macam, dariadenocarcinoma,
melanoma, carcinoma, thymoma, mesothelioma, lymphoma, sarcoma, squamous cell, basa
cell.
Pengobatan hipertermia dilakukan 2-3 kali seminggu, dan tiap seri terdiri atas 6-10
kali terapi. Efektivitasnya tergantung pada sejauh mana suhu tubuh berhasil ditingkatkan,
berapa lama berhasil dipertahankan, selain juga tergantung pada karakteristik sel dan jaringan
yang diterapi. Selama terapi suhunya terus dipantau menggunakan termometer mini, agar
suhu yang diinginkan dapat tercapai tetapi tidak terlampaui. Panas buatan ini dipertahankan
selama satu jam.

G.EFEK SAMPING HIPERTERMIA


Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan jaringan
normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan karakter jaringan dapat
menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada jaringan tubuh yang berbeda-beda.

Yang sering terjadi adalah rasa panas (seperti terbakar), bengkak berisi cairan (mlenthung
Jw), tidak nyaman, bahkan sakit.
Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan darah,
perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping ini bersifat
sementara. Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan efek samping yang lebih
serius tetapi jarang terjadi seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang efek
samping yang muncul malah diare, mual, atau muntah.

PENGKAJIAN HIPOTERMIA & HIPERTERMIA


1. Riwayat kehamilan
Kesulitan persalinan dengan trauma infant
Penyalahgunaan obat-obatan
Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu

2. Status bayi saat lahir


Prematuritas
APGAR score yang rendah
Asfiksia dengan rescucitasi
Kelainan CNS atau kerusakan
Suhu tubuh dibawah 36,5 C atau diatas 37,5 C
Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal
3. Kardiovaskular
Bradikardi
Takikardi pada hipertermia
4. Gastrointestinal
Asupan makanan yang buruk
Vomiting atau distensi abdomen
Kehilangan berat badan yang berarti
5. Integumen
Cyanosis central atau pallor (hipotermia)
Kulit kemerahan (hipertermia)
Edema pada muka, bahu dan lengan
Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)
Perspiration (hipertermia)
6. Neorologic
Tangisan yang lemah
Penurunan reflek dan aktivitas
Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan berat badan
7. Pulmonary
Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler
Retraksi dada
Ekspirasi grunting
Episode apnea atau takipnea (hipertermia)

8. Renal
Oliguria
9. Study diagnostik
Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi yang
digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas
Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan kadar
oksigen, mengindikasikan resiko acidosis
Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal dan
potensila oliguri
Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium yang berhubungan dengan
kerusakan fungsi ginjal
Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Dela. 2009. Hipotermia dan Hipertermia. (online)

Anda mungkin juga menyukai