Anda di halaman 1dari 16

BUKU PANDUAN PESERTA

SKILLS LAB.

SISTIM HEMATOLOGI

Tim Penyusun :
Prof.dr.Mansyur Arif, SpPK(K),Ph.D
dr. Sri Julyani, M.Kes, SpPK

Skills Lab. Sistim Hematologi


Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Makassar, 2014
Pendahuluan

Keterampilan pembuatan sedian maupun pemeriksaan-pemeriksaan lain pada bidang


hematologi adalah bagian dari keterampilan / pemeriksaan laboratorium untuk menilai
adanya kelainan-kelainan pada darah tepi akibat kelainan atau penyakit tertentu dari suatu
sistem atau suatu organ tubuh.
Keterampilan ini meliputi pembuatan sediaan apus, menghitung laju endap darah,
hitung jenis sel darah, penetapan nilai hematokrit dan indeks eritrosit serta pemeriksaan
fungsi-fungsi perdarahan. Sebelum melakukan pemerikaan laboratorium, terlebih dahulu kita
harus melakukan komunikasi dengan pasien yang biasa dikenal dengan anamnesis (history
taking) dan pemeriksaan fisik yang saling berhubungan dengan hasil apusan yang dilakukan
dan dapat membantu pemeriksa di dalam mengarahkan diagnosis penyakit.
Pemeriksaan dengan sediaan apus merupakan pemeriksaan penunjang untuk menilai
gambaran sel-sel darah baik yang normal maupun yang menunjukkan kelaianan tertentu.

Indikasi
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menunjang hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisis yang akan mengarahkan pada diagnosis penderita maupun untuk menilai perjalanan
penyakit dan prognosisnya.
Kegiatan dilakukan dalam bentuk alih keterampilan dengan arahan dari instruktur.

1
DESKRIPSI KEGIATAN

No Kegiatan Waktu Deskripsi


1 Pengantar 5 menit Pengantar
2 Pengarahan instruktur. 30 menit 1) Mengatur posisi duduk mahasiswa.
2) Instruktur memberikan contoh
bagaimana cara melakukan pembuatan
dan pewarnaan sediaan apus.
Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3) Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
instruktur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting.
4) Mahasiswa memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan instruktur
menanggapinya.
3 Peran dan tanya jawab 65 menit 1) Mahasiswa diatur dalam kelas sesuai
kelompoknya.
2) Setiap mahasiswa melakukan
keterampilan sesuai dengan langkah-
langkah tehnik yang diberikan.
Instruktur berkeliling diantara
mahasiswa dan melakukan supervise
menggunakan lembar isian (check
list).
3) Setiap mahasiswa paling sedikit
berlatih satu kali setiap keterampilan
4 Curah pendapat/diskusi 15 menit 1) Curah pendapat/diskusi : Apakah
mudah dimengerti? Apa yang sulit?
2) Dosen (instruktur) menyimpulkan
dengan menjawab pertanyaan terakhir
dan memperjelas hal-hal yang masih
belum dimengerti.
Total waktu 100
menit

2
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUS

Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada
pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini adalah dengan
meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,kemudian dilakukan pengecatan dan
diperiksa dibawah mikroskop.

Indikasi pemeriksaan apusan darah:


a. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit,trombosit,dan leukosit)
b. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit
c. Identifikasi parasit(misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma)

Persyaratan pembuatan sediaan apus:

1. Objek glass harus bersih,kering dan bebas lemak


2. Segera dibuat setelah darah diteteskan, karena dapat menyebabkan :
a. Persebaran sel tidak rata
b. Leukosit akan terkumpul pada bagian tertentu
c. Clumping trombosit

Alat dan bahan untuk membuat sediaan apus:

1. Sampel darah segar dari kapiler atau vena


2. Sampel darah dengan anticoagulant Na2EDTA
3. Pipet Pasteur
4. Objek glass
5. Spreader/ deck glass
6. Metanol absolut dengan kadar air kurang dari 4%, disimpan dalam botol yang
tertutup rapat untuk mencegah masuknya uap air dari udara
7. Zat warna Wright
a. Pembuatan larutan zat warna Wright :
i. Zat warna Wright ......... 1 gr
ii. Methanol absolut ......... 600 ml
iii. Penambahan alkohol sedikit demi sedikit, sambil dikocok dengan baik
dengan bantuan 10-20 butir gelas. Tutup rapat untuk mencegah
penguapan dan disimpan ditempat yang gelap selama 2 3 mg,
dengan sering-sering dikocok, saring sebelum dipakai.
8. Larutan dapar pH 6,4. Bahan pembuatan larutan dapar :
i. Na2HPO42,56 g
ii. KH2PO4 6,63 g
iii. Air suling 1 L
Sebagai pengganti larutan dapar, dapat dipakai air suling yang pHnya diatur dengan
penambahan tetes demi tetes larutan Kalium bikarbonat 1% atau larutan HCI 1%
3
sampai indikator Brom Thymol Blue ( larutan 0,04 % dalam air suling ) yang
ditambahkan mencapai warna biro.
9. Zat warna Giemsa, terdiri dari :
i. Zat warna giemsa I g
ii. Methanol absolut 10 MI.
Hangatkan campuran ini sampai 50C dan biarkan selama 15 menit, kemudian
disaring. Sebelum dipakai, campuran ini diencerkan sebanyak 20x dengan larutan
dapar pH 6,6. Untuk mencari parasit malaria, dianjurkan menggunakan larutan dapar
pH 7,2
10. Zat warna. May Grunwald, terdiri dari
i. Methylene blue dalam methanol
ii. I% eosin dan 1 % methylene blue

Langkah klinik Pembuatan Sedian Apus :


1. Siapkan kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai 'kaca penghapus'
sudut kaca objek dipatahkan, menurut garis diagonal untuk dapat menghasilkan
sedian apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek
2. Satu tetes kecil darah vena / kapiler diletakkan pada 2 3 mm dari ujung kaca
objek, sebaiknya menggunakan pipet kapiler.

3. Kaca penghapus diletakkan dengan sudut 30 45 derajat terhadap kaca objek


didepan tetes darah. Kaca pengapus ditarik ke belakang sehingga tetes darah,
ditunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.

4. Dengan gerakan yang tetap, kaca penghapus didorong sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3 4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca
penghapus mencapai ujung lain dari kaca objek. Apusan darah tidak bolah terlalu
tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara
kedua kaca objek dan kecepatan menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat

4
menggeser, maka makin tipis apusan darah yang dihasilkan.

5. Apusan darah dibiarkan mengering di udara terbuka. Identitas pasien ditulis pada
bagian belakang apusan dengan menggunakan kertas label.

Mewarnai Sediaan Apus


Macam-macam Pewarnaan pada Sediaan Apus:
1. Pewarnaan Wright
a. Letakkan sediaan apus pada rak pengecatan
b. Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut 2 3 menit
c. Genangi sediaan apus dengan zat warna Wright (20 tetes) biarkan 3 5 menit.
d. Tambahkan larutan dapar / buffer (20 tetes) hingga tercampur rata dengan zat
warna. Biarkan selama 5 10 menit.
e. Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat
dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan
hapus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.

2. Pengecatan Giemza
a. Letakkan sediaan apus diatas rak pengecatan
b. Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut, hingga memenuhi sediaan.
Biarkan 2 3 menit.
c. Buang kelebihan methanol kemudian genangi sediaan apus dengan zat warn
Giemsa yang baru diencerkan. Larutan Giemsa yang dipakai adalah larutan 5%
yang telah diencerkan terlebih dulu dengan larutan dapar. Biarkan selama 20
30 menit.
d. Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat
dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sediaan
hapus dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.

5
3. Pewarnaan May Grunwald Giemsa (MGG)
a. Letakkan sediaan apus yang telah difiksasi diatas rak pewamaan
b. Genangi sediaan apus dengan zat warna May Grunwald yang siap pakai,
biarkan 2 menit
c. Tambahkan larutan buffer pH 6.4 sama banyak dengan larutan MGG. Tiup agar
larutan dapat tercampur rata dengan zat warna. Biarkan selama 2 menit
d. Bilas dengan air untuk membuang kelebihan zat warna
e. Genangi sedian dengan larutan Giemsa 5% (larutan buffer pH 6.4 10 ml +
Giemsa 0,5 ml) biarkan selama 10-15 menit.
f. Bilas dengan air ledeng , mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih kuat
dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna. Letakkan sedian
dalam posisi tegak dan biarkan kering.

Ciri Sediaan Apusan yang Baik:


a. Sediaan tidak melebar sampai pinggir objek glass.
b. Terdapat bagian tebal dan tipis
c. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang-lubang
d. Penyebaran leukosit rata

Cara melakukan perhitungan pada sediaan apusan:


a. Pilih bagian yang akan dipakai (zona dimana eritrosit tersebar rata)
b. Mulailah menghitung sel pada pinggir atas kebawah
c. Mulailah menghitung dari bagian ekor

Pemeriksaan sedian apus


a. Dengan perbesaran 10X10 untuk menilai distribusi sel darah pada sediaan
microfilaria.
b. Dengan perbesaran 40X10 untuk Hitung jenis leukosit dan morfologi sel darah
c. Dengan perbesaran 100X10 untuk penilaian terhadap parasit malaria

6
Evaluasi sedian apus :
1. Evaluasi Eritrosit
Yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi eritrosit adalah morfologi, perhatikan:
a. Ukuran (size): Diameter eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 8m atau
kurang lebih sama dengan inti limfosit kecil
b. Bentuk (shape): Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih merah
daripada bagian sentralnya
c. Warns (staining): Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral yang luasnya
antara. 1/3 -1/2 kali diameter eritrosit
d. Benda-bends inklusi (structure intracel)
e. Distribusi : merata pada lapangan pandang

2. Evaluasi Lekosit
Lekosit adalah sel berinti. Dalam darah tepi yang paling banyak ditemukan adalah sel
polimorfonuklear netrofil (PMN). Jenis lekosit yang normal yang ditemukan dalam
darah tepi adalah :
a. eosinofil (1% - 3%),
b. basofil (0-1%),
c. netrofil batang (2%6%),
d. netrofil segmen atau sel PMN (50%-70%),
e. limfosit (20%-40%)
f. monosit (2%-8%).
Dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1 lekosit per 500 eritrosit

3. Evaluasi Trombosit
Diameter trombosit adalah 1-3 m, tidak berinti, mempunyai granula dan bentuknya
reguler. Perkiraan jumlah trombosit dalam keadaan normal diperkirakan terdapat 1
trombosit per 15 20 eritrosit atau 5 15 per lapangan pandang imersie

7
LAMPIRAN

dr. Mansyur Arif, Ph.D,


SpPK

8
Leukopoesis - Maturation

Granulopoiesis

Basophil
line

Neutrophil
line

Hemoblast Myeloblast

Eosinophil
line

Promyelocyte Myelocyte Metamyelocyte Polynuclear


stage stage stage stage

Leukopoesis - Maturation

Lymphopoiesis

Lymphoblast Prolymphocyte Lymphocyte Plasma cell

9
Leukopoesis - Maturation

Monopoiesis

Monoblast Promonocyte Monocyte

Leukopoesis - Simple matrix

5 DIFF

Eosinophil

Neutrophil
Lymphocyte

Monocyte

Basophil

10
Leukopoesis - Simple matrix

Abnormal population cells

Large
Immature
Cells

Erythroblasts

Atypical Lymphocytes

Leukopoesis - Double DIFF Matrix

Eosinophil

Neutrophil

Monocyte

Lymphocyte

Basophil

11
Leukopoesis - Double DIFF Matrix

Abnormal
IMG immature granular Neutrophil

Metamyelocyte

Myelocyte

Promyelocyte

Myeloblast

Leukopoesis - Double DIFF Matrix

IMM immature monocyte

Promonocyte

Monoblast

12
Leukopoesis - Double DIFF Matrix

IML immature lymphocyte


Lymphoblast

Sezary cell

Prolymphocyte

Erythropoesis - Maturation

The red blood cells line maturation

Proerythroblast Basophilic Polychromatophilic Acidophilic Erythrocyte


Erythroblast Erythroblast Erythroblast

Reticulocyte

13
Erythropoesis - Erythroblasts

Fluorescence

Volume

Thrombopoesis

Normal platelets population

Specific MIC flag

14
Thrombopoesis

Platelet aggregates

Optical detection

Thrombopoesis

Macroplatelets

Macroplatelet detection

15

Anda mungkin juga menyukai