Anda di halaman 1dari 2

AR 4090

Tugas 2 Resume Konektivitas, Permeabilitas, dan Mixed Use


Diah Fitria Ardani / 15213059

Kota adalah pusat kehidupan yang didalamnya terdapat berbagai aktivitas dengan mobilitas yag
tinggi dan didominasi oleh lingkungan buatan manusia. Sebuah kota perlu direncanakan dan
dirancang secara efisien, bebas hambatan, memenuhi standard kehidupan yang layak, dan
memberikan kepuasan bagi warga penghuninya. Kota memiliki aspek fisik seperti sarana,
prasarana dan aspek non fisik seperti sosial, ekonomi dan budaya. Sebuah kota memiliki arsitektur
kotanya tersendiri dan arsitektur kota memiiliki kaitannya dengan place making dan sense of place.
Kedua hal tesebut berkaitan dengan manusia (human) dan tempat (place). Prinsip dari place
making adalah adanya keberagaman aktifitas, citra kota (meliputi landmark, node, path, district,
dan noise), dan bentuk kota. Kota yang baik memiliki enam komponen: penggunaan sumber daya
yang efisien, economic viability, strong sense of identity, strong sense of community, connectivity,
attention to details
Konektifitas dan Permeabilitas
Konektifitas adalah salah satu komponen penting untuk diperhatikan terutama bagi pejalan kaki.
Konekifitas dalam arsitektur merupakan jalur yang menghubungkan dua tempat atau lebih dengan
berbagai jalur alternatif sehingga manusia dapat pergi ketempat yang dituju lebih mudah dan cepat.
Konektifitas saat ini lebih banyak difokuskan untuk pejalan kaki karena pesatnya pembangunan
kota menimbulkan jarak tempuh pejalan kaki menjadi lebih jauh akibat morfologi kota yang lebih
mengutamakan bangunan dan kendaraan. Konektivitas yang baik memberikan akses yang mudah
dan menyenangkan bagi pejalan kaki dari pada pengendara mobil. Riset membuktikan bahwa jalur
pejalan kaki yang didesain dan direncanakan dengan baik dan menyenangkan akan meningkatkan
keinginan pejalan kaki untuk berjalan melewatinya. Rata-rata orang dapat berjalan adalah 400
hingga 1000 meter tergantung pada topografi lahan, cuaca, lingkungan untuk berjalan, dan
kemudahan rute.
Sebuah organisasi bernama Sustrans mengatakan bahwa jalur pejalan kaki dan sepeda harus lebih
terlihat dan terakses dibandingkan kendaraan mobil ataupun motor. Jalur alternatif yang kurang
terlihat dapat menjadi sepi bahkan menimbulkan kriminalitas di dalamnya karena kurang terawasi.
Oleh sebab itu, konektifitas perlu didesain dengan matang agar jalu-jalur alternatif dapat
digunakan dengan semsetinya.
Menurut Stephen Marshall, konektifitas dan permeabilitas adalah hal berbeda. Konektifitas adalah
jumlah alternatif jalur yang ada menuju ke suatu tempat sedangkan permeabilitas adalah kapasitas
yang dapat diakomodasi oleh jalur yang tersedia. Pelebaran sebuah jalur dapat meningkatkan
permeabilitas namun dapat menurunkan konektifitas.
Terdapat emapat isu yang mempengaruhi kualitas sebuah permeabilitas jalur, yaitu:
1. Sistem jalan atau tipe pengembangan blok
2. Sitem dari hirarki jalan publik

AR 4090 Tugas 2 Resume


Diah Fitria Ardani/ 15213059
3. Pemisah jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki
4. Ruang publik dan privat
Dalam sebuah kota dengan populasi penduduk yang tinggi biasanya terdapat kawasan superblok.
Superblok merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Le Corbusier, yaitu merupakan suatu
kompleks multi-fungsi (tempat tinggal, pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, pusat rekreasi,
pusat pendidikan, dan lain-lain) yang terintegrasi sehingga masyarakat mendapat kemudahan dan
kenyamanan pelayanan (dengan sekali jalan, berbagai kebutuhan dapat terpenuhi).
Blok bangunan dengan massa yang panjang atau bulky dapat menurunkan konektifitas dan
permeabilitas. Dengan massa blok bangunan yang lebih kecil akan meningkatkan konektifitas dan
awareness pejalan kaki terhadap jalur-jalur alternatif yang ada. Selain itu, skala dan proporsi
sebuah jalur alternatif perlu dipertimbangkan guna menciptakan place yang baik dan nyaman
dilalui
Mixed Use
Dalam sebuah superblock dan area yang vital dalam kota biasanya terdapat bangunan mixed use
sebagai penggerak aktifitas di kawasan blok tersebut sehingga kawasan menjadi aktif disetiap
waktunya, tidak hanya terkonsentrasi pada satu waktu. Bangunan mixed used merupakan
bangunan yang mengakomodasi dua atau tiga tipologi bangunan dalam satu gedung. Adanya
bangunan mixed use membuat mobilitas manusia di sekitar kawasan menjadi rendah karena
tersedianya berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan di satu tempat. Masyarakat tidak perlu
jauh berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya melainkan cukup di satu bangunan mixed
use saja. Dengan begitu, kemacetan atau pun kepadatan lalu lintas dapat berkurang.
Bangunan mixed use perlu dikembangkan pada area-area padat penduduk. Perencanaan dan
perancangan bangunan mixed use tidak hanya memperhatikan site di dalamnya saja tetapi juga
perlu memperhatikan konteks sekitar secara horizontal, aktifitas disekitarnya, dan anatomi lahan
sekitar sehingga terbentuk konektifitas antara luar site dan dalam site.
Hal yang penting diperhatikan dalam perancangan bangunan mixed use adalah pemisahan antara
zona publik dan zona privat jika perpaduan tipologi bangunan adalah bangunan publik dan
bangunan yang mementingkan privasi. Hal tersebut disebut dengan micro spatial relationship.
Berkaitan dengan ruang privat dan public, perlu diperhatikan kedalaman massa bangunan,
hubungan bangunan dalam skala kota, dampaknya terhadap jalan, visibilitas pintu masuk dan
jendela, bentuk jalan, fungus jalan, kepadatan pintu masuk terhadp jalan. Dalam peralihan antara
zona privat dan public, perlu ada zona semi privat atau semi public. Tujuannya adalah agar
pergantian zona menjadi halus.

AR 4090 Tugas 2 Resume


Diah Fitria Ardani/ 15213059

Anda mungkin juga menyukai