Anda di halaman 1dari 12

Apa saja kriteria suatu bahasa menjadi

bahasa Internasional?

3 Votes

Penggunaan suatu bahasa di tingkat internasional dapat dilihat dari dipilihnya bahasa tersebut di
organisasi tingkat dunia seperti PBB. Buku Interpreters at the United Nations: A History
menjelaskan bagaimana dinamisnya perdebatan untuk menentukan suatu bahasa menjadi bahasa
resmi di dalam organisasi tersebut. Pada perang Dunia I dan II, bahasa yang digunakan di dalam
organisasi internasional kala itu adalah Bahasa Inggris dan Perancis. Tapi kemudian pada tahun
1945-an, naiknya kehadiran bahasa lain seiring munculnya negara tersebut dalam percaturan
politik. Negara-negara itu termasuk Uni Soviet, China dan Spanyol yang berbahasa Amerika
Latin (Spanyol memiliki keuntungan karena merupakan bahasa resmi dari 1/3 negara yang hadir
pada Konferensi San Francisco). Walaupun dipertanyakan apakah penggunaan bahasa itu lebih
didasarkan dari kebanggaan daripada sebagai alat untuk berdiplomasi. Walaupun begitu telah
terjadi kesepakatan bahwa bahasa resmi dibedakan dengan bahasa pengantar (Jaln, 2004:18).

Pada tahun 1946, ditetapkan bahwa

Aturan 57. Di semua bagian PBB selain Mahkamah Internasional, bahasa China, Perancis,
Inggris, Rusia dan Spanyol menjadi bahasa resmi, sedangkan Inggris dan Prancis menjadi bahasa
Pengantar.

Aturan 58. Pidato yang dibuat dalam suatu bahasa pengantar harus diterjemahkan ke bahasa
pengantar lainnya.

Aturan 59. Pidato yang dibuat dalam salah satu dari tiga bahasa resmi harus diterjemahkan ke
dua bahasa pengantar.

Arab menjadi bahasa resmi di PBB pada tahun 1973 (Jaln, 2004:23).

Di buku ini diterangkan bahwa semakin lama bahasa Inggris menjadi bahasa yang paling
berpengaruh karena penggunaannya sebagai bahasa pengantar di Sekretariat dan bahasa resmi
yang sering digunakan di dalam negosiasi-negosiasi, walaupun bahasa Perancis lebih sering
digunakan di kantor PBB di Geneva dibanding di kantor pusatnya.
Menurut Prof. Berthold Damshauser (Rahardjo, 2011), Kepala Program Studi Bahasa Indonesia
Universitas Bonn, syarat menjadi bahasa Internasional adalah

harus digunakan dalam diplomasi dan perdagangan internasional

berperan besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan

banyak jumlah penuturnya

tingginya budi dan keagungan budaya penuturnya atau peradabannya

kesederhanaan sistem bunyi dan gramatikanya, sehingga mudah dipelajari.

pemiliknya harus memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya sendiri

Tambahan lagi, Prof. Berthold mengungkapan bahwa alasan kolonialisme untuk menjadikan
syarat menjadi bahasa internasional tidaklah tepat untuk saat ini.

Sedangkan menurut Robert Phillipson dalam buku Linguistic Imperalism, dijelaskan lebih lanjut
alasan bahasa Inggris menjadi bahasa yang mendunia. Beberapa alasannya sebagai berikut

penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing meningkat drastis
menjadi 300 atau 100 juta orang.

Adanya standarisasi Bahasa Inggris (ESL) di Negara-negara yang bahasa nasionalnya


bukan Bahasa Inggris tapi bahasa Inggris dipergunakan secara luas sebagai alat komunikasi di
lingkungan pendidikan dan pemerintahan, seperti di Nigeria dan Singapura (Phillipson, 2008:
24)

Bahasa penghubung utama di politik, perdagangan, ilmu pengetahuan, teknologi, aliansi


milter, hiburan, dan turisme, terutama di daerah Afrika dan Asia (Phillipson, 2008: 30).

Sumber :

Jaln ,Jess Baigorri. 2004. Interpreters at the United Nations: A History. Salamanca:Ediciones
Universitas Salamanca.

Phillipson, Robert. 2008. Linguistic Imperialism. UK : Oxford University Press.

Rahardjo, Mudjia. 2011. Bahasa Indonesia: Mungkinkah Menjadi Bahasa Internasional?.


Diambil 19 September 2011 23:33 <http://www.mudjiarahardjo.com/ artikel/
366.html?task=view>
BAHASA INDONESIA SEBAGAI
BAHASA INTERNASIONAL

Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat
dunia untuk berkomunikasi. Di era globalisasi sekarang ini semua orang berlomba-lomba
menguasai bahasa Inggris untuk memudahkan mereka berkomunkasi di skala internasional. Saya
sendiri adalah salah seorang yang senang belajar bahasa Inggris dan sudah lima tahun ini
mengikuti kursus bahasa Inggris. Bukan untuk bergaya, bukan pula karena tidak memiliki rasa
nasionalisme. Mempelajari bahasa Inggris semata-mata saya lakukan karena desakan globalisasi
yang menuntut orang untuk dapat menguasai bahasa internasional untuk memudahkan
berkomunikasi dalam jangkauan global. Dalam dunia ekonomi, bahasa Inggris digunakan dalam
melakukan perdagangan internasional yang berarti bahwa negara-negara yang tidak
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa negaranya dituntut untuk dapat menguasainya
untuk memeperlancar kegiatan perdagangannya. Tidak hanya di luar negeri, sebagian besar
perusahaan Indonesia yang membuka lowongan pekerjaan pun kini sering membubuhkan
kemampuan berbahasa Inggris baik aktif maupun pasif dalam rentetan persyaratannya. Melihat
suburnya tuntutan dunia sekarang ini membuat kita tidak bisa tidak menguasai bahasa Inggris
setidaknya pasif.

Namun, mengapa bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional? Mengapa bukan bahasa
Indonesia yang menjadi bahasa internasional? Pertanyaan tersebut pasti sering terlontar dibenak
kita. Jika bahasa Indonesia adalah bahasa internasional maka kita tidak perlu bersusah payah
mempelajari bahasa lain untuk berkomunikasi dengan warga negara lain. Kita juga dapat
menjalin hubungan internasional dengan mudah. Jika kita telisik sejarah mengapa bahasa Inggris
bisa menjadi bahasa internasional, alasan utamanya adalah karena penjajahan yang dilakukan
Inggris pada tahun-tahun silam. Ketika suatu negara menjajah negara lain, negara tersebut tidak
hanya berkuasa secara wilayah atas negara jajahannya tetapi bahasanya juga berkuasa atas
bahasa negara yang dijajah. Banyaknya negara jajahan Inggris membuat penggunaan bahasanya
menyebar di berbagai wilayah di dunia. Jika suatu bahasa harus melewati tahap imperialis untuk
menjadi bahasa internasional, maka bahasa Indonesia tidak mungkin menjadi bahasa
internasional mengingat sejarah Indonesia yang tidak pernah dijajah dan hanya selalu dijajah.
Namun jika dilihat dari jumlah penutur, bahasa Indonesia termasuk yang banyak digunakan. Di
Indonesia sendiri, yang saat ini jumlah penduduknya mencapai 327 juta lebih, Malaysia, Brunei
Darussalam, Singapura, Timor Leste, Thailand, khususnya Thailand Selatan menggunakan
bahasa Indonesia. Bahasa Mandarin diakui sebagai bahasa pengantar oleh PBB karena banyak
digunakan manusia. Tidak menutup kemungkinan bahasa Indonesia juga bisa seperti bahasa
Mandarin.

Tempo secara khusus pernah menulis hasil diskusi yang dilaksanakan pada tanggal 20 November
2011 yang diadakan di Universitas Bonn, Jerman dengan dipimpin langsung oleh pakar bahasa
Indonesia asal Jerman yang saat ini menjabat sebagai Kepala Program Studi Bahasa Indonesia
Universitas Bonn, Prof. Berthold Damshauser. Diskusi ini mengangkat tema tentang
kemungkinan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dan mengambil judul Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Dunia. Dalam diskusi ini, Prof.Berthol Damshauser menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa internasional. Namun para peserta diskusi
yang kebanyakan sedang mengambil program magister bahasa Indonesia merasa kaget dan tidak
yakin bahwa bahasa yang sedang mereka pelajari dapat menjadi bahasa internasional. Alasannya
adalah untuk menjadi sebuah bahasa internasional, sebuah bahasa harus digunakan dalam
diplomasi dan perdagangan internasional, dan juga berperan besar dalam penyebaran ilmu
pengetahuan. Sedangkan pada kenyataannya bahasa Indonesia belum digunakan dalam diplomasi
maupun perdagangan internasional apalagi dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Namun Prof.
Berthol Damshauser meyakinkan mereka bahwa bahasa Indonesia memiliki beberapa
keunggulan diantaranya adalah banyaknya jumlah penutur bahasa Indonesia khususnya di
wilayah ASEAN. Selain itu beliau berkata bahwa untuk menentukan suatu bahasa menjadi
bahasa internasional tidak dinilai dari pernah atau tidaknya negara itu menjajah melainkan dari
tingginya budi dan keagungan budaya penuturnya atau peradabannya. Menurut Prof. Berthold,
penutur bahasa Melayu-Indonesia adalah bangsa yang memiliki keluhuran budi dan keagungan
budaya yang tinggi. Mereka tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi imperialis. Di mata
Prof. Berthold, penutur bahasa Melayu-Indonesia adalah bangsa yang terkenal ramah dan santun.
Itu sebabnya, dia tertarik belajar bahasa Indonesia. Selain itu, Prof. Berthold menambahkan
bahwa bahasa Indonesia juga memiliki kelebihan, yaitu kemudahan sistem bunyi dan
gramatikanya. Bahasa Indonesia sangat mudah dikuasai terutama tingkat dasar. Bahasa Indonesia
tidak mengenal tenses seperti bahasa Inggris, tidak mengenal konjugasi (perubahan kata kerja
berdasarkan kala) seperti bahasa Perancis dan Rusia, tidak mengenal jenis kelamin kata benda
seperti bahasa Arab, dan tidak mengenal lima nada suara yang membedakan arti seperti bahasa
Mandarin.

Kini bahasa Indonesia sudah mulai dilirik oleh negara lain. Terbukti dari jumlah negara yang
mempelajari bahasa Indonesia yang kini telah mencapai angka empat puluh. Negara-negara
tersebut diantaranya adalah Australia, Kanada, Rusia, Vietnam, Amerika, dan banyak negara
lainnya. Bahkan di Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Ada sekitar 500
sekolah mengajarkan bahasa Indonesia disana. Sedangkan di Ho Chi Min City, Vietnam, bahasa
Indonesia menjadi bahasa ke-dua secara resmi sejak desember 2007 yang setara dengan bahasa
Inggris, Perancis dan Jepang.

Berita yang dimuat oleh Kompas.com juga menyebut tentang peluang bahasa Indonesia menjadi
bahasa internasional. Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman,
Selasa (15/11/2011), di Jakarta menyatakan dirinya yakin bahasa Indonesia berpeluang menjadi
bahasa internasional.Saya optimistis bisa jadi bahasa internasional. PBB baru menolak bahasa
Jerman menjadi bahasa internasional karena hanya dipakai di Jerman. Beda dengan bahasa
Indonesia yang digunakan di banyak negara, ujarnya. Maka dari itu, Arif mengimbau Badan
Bahasa di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih aktif mengampanyekan gerakan cinta
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia bukan hanya dipelajari di sekolah, tetapi harus dipakai juga
sebagai bahasa komunikasi harian, ujarnya.

Untuk memperluas penggunaan bahasa Indonesia, Kepala Badan Pusat Bahasa Kemdikbud Agus
Dharma berencana menambah pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di setiap negara. Sejauh
ini, ada 150 pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di 48 negara. Jumlahnya akan bertambah.
Kuncinya, orang akan tertarik pada bahasa Indonesia jika tertarik pada budaya kita, ujarnya.

Belum lama ini Universitas Guangdong China mengungkapkan keinginan mereka untuk bekerja
sama dengan Indonesia dalam hal peningkatan studi Indonesia dalam hal ini termasuk
pembelajaran bahasa Indonesia di kampus tersebut.

Perekomendasian bahasa Indonesia untuk menjadi salah satu bahasa internasional di


negara-negara Islam juga pernah dilakukan oleh Ketua Konferensi Internasional Universitas
Islam II yang juga Pembantu Rektor Bidang Kerjasama Internasional ISID Amal Fathullah
Zarkasyi pada Konferensi internasional Liga Universitas Islam sedunia yang digelar di Institut
Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa
Timur, selama 9-11 Januari 2011 lalu. Menurutnya, bahasa Indonesia perlu menjadi bahasa
internasional negara-negara Islam karena selain digunakan di rumpun Melayu, bahasa Indonesia
juga banyak dipelajari oleh beberapa negara Timur Tengah. Jika melihat dari kontribusinya,
Indonesia menyumbang 12% dari total penduduk Islam di dunia yang mencapai 203 juta orang.
Hal itu dapat menjadi pertimbangan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional negara-negara islam.

Apa manfaatnya menjadi bahasa internasional? Satu hal yang pasti adalah rasa bangga
bagi pemiliknya. Sebagaimana diketahui, bahasa adalah hasil dari peradaban manusia. Karena
itu, jika sebuah bangsa bahasanya dipelajari oleh masyarakat dunia, maka bangsa itu memiliki
kekuatan tidak saja secara ekonomi dan politik, tetapi juga peradabannya. Sebab, ketika orang
ingin mempelajari sebuah bahasa, hakikatnya dia tidak hanya akan mempelajari bahasa tersebut,
tetapi juga peradabannya, termasuk di dalamnya nilai-nilai budaya dan adat istiadatnya. Dengan
begitu, bangsa Indonesia akan lebih dikenal bangsa lain dan dapat memiliki pengaruh yang besar
dalam hubungan internasional. Selain kebanggaan, pemilik bahasa dunia juga memperoleh nilai
keuntungan lainnya, yakni kemudahan bergaul dengan masyarakat internasional. Sebagai contoh
adalah bahasa Inggris. Pemilik bahasa Inggris, misalnya, tidak perlu belajar bahasa lain (asing)
jika ingin bergaul dengan masyarakat internasional di berbagai bidang, seperti perdagangan,
sosial politik, budaya dan sebagainya.

Kembali ke persoalan mungkinkah bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional? Jika


Prof. Berthold menjadikan nilai-nilai luhur dan keluhuran budaya penuturnya sebagai alasan
untuk mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, hal tersebut tidak salah.
Persoalannya, apakah bangsa Indonesia masih memegang nilai-nilai luhur tersebut?
Kenyataannya, sekarang ini di Indonesia marak terjadi kasus pembunuhan, perkosaan, pencurian
dan lain-lain. Tindak kriminal yang terjadi bukan hanya berasal dari kalangan bawah, kalangan
elite politik pun kerap melakukannya.

Lebih parah lagi budayawan Jakob Sumardjo (Kompas, 26/11/2011) melukiskan


masyarakat Indonesia saat ini sebagai masyarakat paradoks: religius tetapi teror bom terus terjadi
disertai kekerasan dengan berbagai bentuknya, agraris tetapi pengimpor beras, negeri kepulauan
tetapi banyak kapal tenggelam, pantainya terpanjang di dunia tetapi pengimpor garam, bangsa
yang mudah kagum pada kesuksesan bangsa lain dan memandang rendah budaya sendiri, punya
mata tetapi tak melihat, punya telinga tetapi tak mendengar, punya pikiran tetapi tak mau
berpikir, punya hati tetapi sering menyepelekan perasaan orang lain. Selain itu, masyarakat
Indonesia saat ini dihinggapi perilaku konsumtif, hedonis, instan, individualis dan materialis.
Jika demikian kondisinya, masih yakinkah Prof. Berthold bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang memiliki keluhuran budi dan budayanya sehingga bahasanya menjadi bahasa dunia?

Saat ini globalisasi sedang menggempur bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia semakin
terdesak oleh bahasa asing. Sekarang ini telah menjamur tempat-tempat kursus yang
menawarkan pembelajaran bahasa asing. Tidak hanya di kota-kota besar, di daerah-daerah
terpelosok pun juga terdapat tempat-tempat kursus tersebut.

Selain harus menjadi bahasa penyebar ilmu pengetahun masyarakat dunia, bahasa diplomasi dan
perdagangan masyarakat internasional, syarat lainnya untuk menjadi bahasa dunia adalah
pemiliknya harus memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya sendiri. Tapi
sayangnya kini para generasi penerus bangsa kurang peduli terhadap bahasanya sendiri. Bisa
dilihat dari rendahnya nilai hasil ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia pada tahun
2011. Dari 11. 443 siswa yang tidak lulus UN tahun 2011, 1.786 (38,43%) di antaranya adalah
untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, Ironis bukan? (Kompas, 26/5/2011). Padahal bahasa
Indonesia setiap hari dituturkan.

Hambatan dalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional ada pada diri kita
sendiri, seperti menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur adukan dengan bahasa daerah,
penggunaan bahasa prokem dan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku. Memang banyak
orang yang berfikir buat apa gw menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar toh gw
pake bahasa kaya gini juga pada ngerti apabila pendapat seperti ini terus berkembang, hilang
sudah harapan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional.

Maka dari itu, untuk mewujudkan mimpi menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional harus dimulai dari diri kita sendiri. Banggalah berbahasa Indonesia. Bukan hanya
berbahasa Indonesia, tetapai berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Kita juga harus setia
terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang penuturnya tidak lagi setia atau ditinggal penuturnya
akan dengan sendirinya mati. Kita harus mencontoh bangsa Perancis dan Jepang yang sangat
mencintai bahasanya. Mereka lebih suka menggunakan bahasa nasionalnya sendiri dan
mempertahankan idealismenya untuk tidak menggunakan bahasa lain. Kita boleh saja
mempelajari bahasa asing lainnya dengan catatan hal itu tidak menggeser tingkat kecintaan
terhadap bahasa sendiri. Jangan malah berbalik lebih bangga dapat berbahasa asing.
Selanjutnya kita juga harus memperkuat bangsa Indonesia baik di bidang ekonomi, soial,
maupun politik. Kelak ketika saya sudah memiliki kekuasaan, saya akan memanfaatkannya
untuk berbakti pada bangsa Indonesia. Saya akan membangun sekolah gratis untuk anak-anak
Indonesia. Sedikit banyak itu akan mempengaruhi kualitas pendidikan Indonesia ke arah yang
lebih baik. Dengan dasar pendidikan yang baik, nantinya anak-anak Indonesia akan membangun
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi yang kuat. Apabila posisi Indonesia kuat di mata dunia,
bangsa-bangsa lain pun akan mempelajari bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa internasional bukan lagi sebuah mimpi.
REFERENSI

http://mudjiarahardjo.com/artikel/366-bahasa-indonesia-mungkinkah-menjadi-bahasa-
internasional.html
http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=5027
http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/15/jadikan-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-
internasional/
http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/16/08471997/Bahasa.Indonesia.Bisa.Jadi.Bahas
a.Internasional
http://aryaniwinda.blogspot.com/2011/12/bahasa-indonesia-sebagai-bahasa.html
http://www.equator-news.com/utama/20111116/bahasa-indonesia-berpeluang-menjadi-
bahasa-internasional
Kemarin (08/09/2014), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkesempatan untuk meninjau
Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan di kawasan Sentul Jawa Barat. Dalam
kesempatan itu SBY mengatakan ada dua tujuan PPSDB tersebut didirikan. Pertama, untuk
menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.

Menurut SBY, karena Indonesia kini telah menjadi kekuatan internasional, maka bahasa
Indonesia harus diperkenalkan pada dunia hingga suatu saat Bahasa Indonesia dapat
dipergunakan secara lebih luas sebagai Bahasa Internasional.

Tujuan kedua menurut kepala Negara, untuk mendidik pasukan penjaga perdamaian Indonesia
dan juga para Diplomat menguasai bahasa asing yang berguna dalam menjalankan tugas
Internasional. SBY juga memujii tempat pelatihan ini sebagai sumbangsih dalam kehidupan
global, dan tempat ini dapat menjadi tempat pelatihan bagi warga negara Indonesia agar semakin
dapat memahami bahasa asing.

Keingingan pemimpin kita, bahkan rakyat Indonesia untuk menjadikan bahasa Indonesia
menjadi bahasa internasional pasti ada. Namun sebelum menginjak lebih jauh angan-angan kita
tentang itu, kita perlu mempersiapkan diri apa saja yang perlu kita lakukan untuk menjadikan
bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional.

Menurut Prof. Berthold Damhauser, dosen Bahasa dan Santra Indonesia Bonn University
Jerman, menjelaskan bahwa ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadikan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa Internasional.

Yang pertama, bahasa tersebut (Bahasa Indonesia) harus digunakan dalam diplomasi dan
perdangan internasional. Yang kedua, bahasa harus berperan besar dalam penyebaran ilmu
pengetahuan.Yang ketiga, adanya sistem kesederhanaan dalam bunyi bahasa dan gramatikalnya,
sehingga penutur asing dengan mudah mempelajarinya. Dan yang terakhir syarat suatu bahasa
bisa menjadi bahasa internasional yakni, pemilik bahasa harus memiliki rasa percaya diri dan
peduli terhadap bahasanya sendiri.

Dari beberapa syarat yang disebutkan diatas, memang Bahasa Indonesia sudah memasuki
kualifikasi untuk dijadikan sebagai bahasa internasional. Namun belum seratus persen atau
keseluruhan syaratnya terpenuhi. Ada beberapa prospek yang perlu ditingkatkan lagi untuk
menjadikan Bahasa Indonesia menjadi sebuah bahasa yang dapat diagungkan seluruh masyarakat
dunia.

Salah satu prospek yang sangat bagus yaitu Indonesia aktif menjadi anggota PBB dalam berbagai
forum internasional. Salah satunya APEC. Indonesia juga memiliki pengaruh besar pada forum
KTT ASEAN dan anggota G-20. Dalam forum lain, Indonesia juga disebutkan menjadi lima
besar negara tujuan investasi terbaik di dunia.

Kondisi seperti itu, dapat menjadi sinyal positif bagi Indonesia untuk memanfaatkan forum
tersebut untuk mengekspansi bahasa Indonesia ke kancah Internasional.

Yang perlu kita perhatikan pada bahasan kali ini yaitu mengenai syarat , pemilik bahasa harus
memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya sendiri.

Baik, mari kita instropeksi pada diri kita masing-masing sebagai bangsa Indonesia. Memang
sering sekali kita menggunakan pengantar bahasa Indonesia pada aktivitas tertentu. Sebut saja di
sekolah, kampus, forum resmi, kegiatan sehari-hari maupun kegiatan lainnya.

Namun, terkadang kita masih sering malu menggunakan bahasa kita sendiri dengan benar. Masih
banyak imbuhan alay atau kata-kata yang tidak ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
sering kita gunakan.

Kita juga lebih sering memakai bahasa-bahasa asing pada percakapan dengan teman, maupun
kerabat. Bahkan kita terkesan minder ketika berbicara menggunakan bahasa daerah. Padahal
bahasa daerah merupakan bahasa ibu, bahasa yang pertama yang kita kenal.

Oleh karena itu, marilah kita dukung program pemerintah, dan pantaskan diri kita untuk
menjadikan bahasa nasional kita menjadi bahasa internasional. Mari kita banyak belajar
mengenai bahasa kita sendiri, dan mungkin kita perlu belajar dari negara lain.
Misal saja negara Jepang, mereka selalu aktif di dalam penelitian, inovasi dan mengembangkan
bahasa mereka dalam segala aspek kehidupan. Para pelajar maupun pendatang dari luar Jepang
pun secara tidak langsung, mereka dituntut untuk memahami bahasa Jepang itu sendiri.

Semoga beberapa kutipan diatas dapat menjadi cambuk keras bagi kita untuk mengintropeksi diri
dan mengembangkan segala potensi yang kita miliki. Kita harus bangga dengan ratusan bahasa
daerah yang ada di Indonesia, jangan sampai punah bahasa-bahasa daerah itu, termasuk bahasa
persatuan kita Bahasa Indonesia.

KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP

Anda mungkin juga menyukai