Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air minum merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan

manusia yang memerlukan kualitas dan kuantitas yang baik. Di

Indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih

adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi

dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai

yang ada sudah mengalami degradasi. Kerusakan DAS, masalah

antropogenik dan lemahnya perlindungan terhadap sungai

menyebabkan kerusakan makin meningkat. Pengaruh perubahan

iklim global dan penggunaan lahan juga telah menimbulkan debit

sungai menurun.

Untuk mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air

minum yang timbul saat ini diperlukan suatu proses pengolahan

terlebih dahulu dalam unit produksi sistem penyediaan air minum.

Untuk mencapai kualitas air yang sesuai dengan standar kualitas

air minum tersebut, seperti salah satunya menggunakan proses

desinfeksi.

1
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai unit

pengolahan dengan proses desinfeksi. Proses desinfeksi ini

bertujuan untuk menyisihkan bakteri-bakteri patogen penyebab

penyakit yang banyak terdapat di dalam badan air. Proses

desinfeksi dilakukan dengan cara menambahkan suatu senyawa

kimia yang biasa disebut sebagai desinfektan. Desinfektan yang

digunakan dapat berbentuk serbuk, larutan, maupun gas. Jenis

desinfektan yang biasa digunakan adalah larutan kaporit, gas

khlor, gas ozon, gelombang mikro, maupun ultraviolet. Pada

makalah ini akan khusus membahas proses desinfeksi yang akan

digunakan adalah proses desinfeksi klorinasi, ozon, dan UV.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses desinfeksi dengan menggunakan proses

klorinasi ?

2. Bagaimana proses desinfeksi dengan menggunakan proses

ozonisasi ?

3. Bagaimana proses desinfeksi dengan menggunakan sinar UV ?

2
C. Tujuan

1. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan proses

klorinasi.

2. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan proses

ozonisasi.

3. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan sinar UV.

3
BAB II

ISI

A. PENGGUNAAN DESINFEKSI KLORINASI

Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan

untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air.

Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang

telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam

proses purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah

industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang

berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif murah, mudah, dan

efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi,

antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida,

dihidroisosianurate dan kloramin. Bentuk bentuk klorin di pasaran:

a. Liquid/gas Cl

b. Ca(OCl)2

c. NaOCl

Reaksi dengan air:

Cl2 (aq)+ H2O(l) HOCl(aq)+ H+(aq)+ Cl-(aq)

Keq= 4x10-4= [H+][Cl-][HOCl]/[Cl2]

HOCl adalah asam lemah:

HOCl(aq) H+(aq)+ OCl-(aq)

Keq= 2.7x10-8= [H+][OCl-]/[HOCl]

4
Pembagian Reaksi Klorin:

1. Tahap 1

Terjadi pemecahan klorin oleh senyawa pereduksi

2. Tahap 2

Terbentuk komplek kloro-organik

3. Tahap 3

Terjadi reaksi ammonia dengan klorin

4. Tahap 4 (penyebab penurunan Cl2)

Pemecahan kloramin dan senyawa komplek kloro-organik

5. Tahap 5

Terbentuk klorin bebas

A.1 CARA KERJA KLORIN

Klorin dalam air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian

di netralisasi oleh sifat basa dan air sehingga akan terurai menjadi ion

hydrogen dan ion hipoklorit.

Klorin sebagai disenfektan terutama bekerja dalam bentuk asam

hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-).

Klorin dapat bekerja dengan efektif sehingga desinfektan jika berada dalam

air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5, maka 90% dari asam

hippokorit itu akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan

demikian, khasiat desinfektan yang memiliki klorin menjadi lemah atau

berkurang.

5
Cara kerja klorin dalam membunuh kuman yaitu penambahan klorin

dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel organisme,

sehingga kuman akan mati. Namun demikian proses tersebut hanyak akan

berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan organisme

tersebut. Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di

dalamnya dan tidak dapat dicapai oleh klorin.

Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua organisme. Pada


o
air yang bersuhu lebih tinggi atau sekitar 18 C, klorin harus berada dalam air

paling tidak selama 30 menit. Jika air lebih dingin, waktu kontak harus

ditingkatkan. Karena itu biasanya klorin ditambahkan ke air segera setelah air

dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa penyalur agar zat kimia

tersebut mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan air sebelum

mencapai konsumen.

A.2 PRINSIP PEMBERIAN KLORIN

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika melakukan

proses klorinasasi, antara lain:

1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan

menghambat proses klorinasi.

2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat efektif

mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman patogen

dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.

3. Tujuan klorinasi pada air adalah unutk mempertahankan sisa klorin bebas

sebesar 0,2 mg/l did lam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety

6
(nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman pathogen yang

mengantominasi pada saat penyimpanan dan pendistribusian air.

4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat di

pakai untuk mebunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan

organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam

air. Berikut istilah dalam proses Klorin mematikan MO :

a) Dosis klorin/Chlorine Dosage = Jumlah klorin yang ditambahkan,

biasanya dinyatakan dalam satuan mg/l.

b) Kebutuhan klrorin/Chlorine Demand = Jumlah klorin yang tidak

tersedia sebagai desinfektan sebagai akibat reaksi dari berbagai

senyawa.

c) Residu klorin/Chlorine Residual = Jumlah klorin yang tersedia

sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu.

d) Ketersedian residu klorin bebas = Jumlah dari residu klorin yang

tersedia dalam air maupun air limbah. Cl2, HOCl, dan OCl- adalah

residu klorin bebas karena semuanya menghasilkan klorin bebas

dalam air:

Cl2 (aq) + H2O(l) HOCl(aq) + H+(aq) + Cl-(aq)

OCl-(aq) + H2O(l) HOCl(aq) + OH-(aq)

Break Point chlorination

e) Efektivitas klorin juga dipengaruhi oleh pH (keasaman) air. Klorinasi

tidak akan efektif jika pH air lebih dari 7.2 atau kurang dari 6.8 .

7
A.3 METODE KLORINASI

Pemberian klorin pada disenfeksi pada air dapat dilakukan melalui

beberapa cara yaitu dengan pemberian :

1. Gas klorin

Gas klorin merupakan pilihan utama karena harganya murah,

kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan

secara hati-hati karena ini beracun dan dapat menimbulkan iritasi pada

mata. Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai chloronome

equipments. Alat yang sering dipakai adalah patersons chloronome yang

berfungsi untuk mengukur dan mengatur gas klorin pada persedian air.

2. Kloramin

Kloramin dapat juga dipakai dan merupakan prsenyawaan lemah

dari klorindan anaomia. Zat ini kurang memberikan rasa klorin pada air

dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten walau kerjanya lambat

dan tidak ssuai untuk klorinasi dalam skala besar.

3. Perkloron

Perkloron sering juga disebut sebagai high test hypochlorite. Zat ini

merupakan persenyawaan antara kalsium dan 65-75% klorin yang

diepaskan didalam air.

A.4 KEUNTUNGAN KLORINASI

Berikut beberapa kegunaan klorin:

1. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.

2. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen sulfide.

8
3. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.

4. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentuk lumut

yang dapat mengubah bau dan rasa pada air.

5. Dapat membantu proses koagulasi.

A.5 KELEMAHAN KLORINASI

Banyak studi sudah mengungkapkan banyaknya hasil sampingan

klorinasi pada air. Penelitian terkini menyimpulkan, bahwa kontak ibu hamil

dengan klorin sebelum melahirkan dapat meningkatkan resiko kelainan janin.

Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung

klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung

kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat

menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf

tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan

dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek

klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.

A.6 PENCEGAHAN EFEK SAMPING KLORINASI

Untuk mengurangi efek samping klorinasi, beberapa hal berikut dapat

dilakukan :

1. Mengurangi Kadar Klorin Dalam Air

Dengan menggunakan Granulated activated carbon (GAC) atau

butiran karbon aktif sebagai filter air dapat mengurangi kadar klorin dalam

air. Filter air dari arang ini efektif untuk mengurangi rasa dan bau dari air.

9
Saringan air sederhana yang menggunakan arang sebagai salah satu bahan

untuk saringan dapat digunakan untuk mendapatkan air minum dengan

penyaringan air minum sederhana. Tetapi cara terbaik adalah tidak

menggunakan klorin untuk disinfeksi air minum dan sebagai gantinya

dapat digunakan cara sederhana untuk melakukan disinfeksi pada air

minum.

2. Mencegah Klorin Masuk ke Dalam Tubuh

Yaitu dengan menggunakan air sehemat dan seoptimal mungkin

untuk mandi (baik shower ataupun berendam), mencuci ataupun memasak

dan sebaiknya air yang digunakan adalah air dingin. Lalu membuka

jendela atau ventilasi agar udara yang mengandung klorin dapat keluar dan

digantikan dengan udara yang bebas klorin. Sedangkan untuk mengatasi

bila terdapat klorin pada bak atau sumur sumber air, bak dan sumur harus

sering dikuras.

B. DESINFEKSI DENGAN OZON

Ozon ditemukan pertama kali oleh Van Marun pada tahun 1785 dengan

mengalirkan arus listrik dalam gas oksigen. Dari peristiwa itu kemudian timbul

bau yang aneh dan dapat mengusamkan perak. Hal yang sama juga terjadi pada

waktu Cruickshank tahun 1801 mengelektrolisa oksigen. Pada tahun I840,

Schonbien menamakan gas yang berbau khas itu dengan nama ozon (dari

bahasa Yunani, ozo yang artinya : saya cium). Oleh Soret, 1808 dan juga

oleh Ladenberg. 1898; gas ini dinyatakan mempunyai rumus kimia O3.

10
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses

ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan

Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.

Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam

kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan

air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk

sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi

udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak

terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi

dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain

itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma

seperti corona discharge.

Pada lapisan atmosfir bumi, ozon dapat terjadi karena pengaruh sinar

ultra violet terhadap oksigen di udara. Di laut, percikan air garam ke udara dan

pada waktu penguapan air laut ke udara, juga menghasilkan ozon. Ozon dapat

terjadi dari gas oksigen yang menyerap energi sebesar 68 kkal.

Ozon mampu menguraikan komponen organik termasuk asam humus.

Dengan ozon, asam humus akan terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana

dan bersifat biodegradable dan lebih polar karena terbentuk gugus karboksil

dan gugus karboksilat. Asam humus dengan ozon akan menghasilkan : aldehid,

keton, asam format, asam glioksilat, asam polikarboksilat, dan asam oksalat.

Beberapa sifat lain dari ozon dilaporkan oleh Parkes . (1903) di

antaranya adalah berbau tidak enak (seperti bau belerang dan ada yang bilang

11
seperti bau klorin). Apabila kita menghirup udara yang mengandung ozon

terlalu lama, akan mengakibatkan sakit kepala, tapi kalau hanya sebentar dapat

menyegarkan. Disebutkan juga bahwa ozon mengandung gugus oksidasi yang

sangat kuat, bahkan dapat merusak karet dan gabus.

Ozon juga bersifat bakterisida, virusida, algisida, fungisida, serta

mengubah senyawa organik kompleks minyak senyawa yang lebih sederhana.

Sedangkan sifat-sifat fisika ozon seperti yang dilaporkan antara lain :

- berat molekul, M : 48

- titik leleh, K : 80,5

- titik didih, K : 161,3

- volume, ml/mol : 147,1

- tegangan permukaan pada 90 K, dyne / c m : 38,4

- potensial ionisasi, ev : 12,3 0,1

- potensial redoks,

a O3 + 2H + 2e O2 + H 2 C + 2,07

b O3 + H 2 O + 2e O2 + 2CH + 1,24

B.1 Penggunaan Desinfeksi dengan Ozon

Untuk pertama kali penggunaan ozon dalam proses pengolahan air

dalam skala besar, diperkenalkan oleh Marius Paul Otto pada tahun 1907 di

Nice Perancis. Pada pengolahan pertama berhasil memproduksi air olahan

22500 m3 per hari dengan dosis pemakaian ozon 0,9 g per meter kubik.

Proses pengolahan ini berhasil menghilangkan warna dan bakteri pathogen

tanpa meninggalkan bau dan rasa.

12
B.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DESINFEKSI DENGAN OZON

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ozon dalam

proses pengolahan air seperti: dapat membunuh mikroorganisme yang

terdapat di dalam air (bersifat bakterisida, algasida, fungisida dan virusida);

dapat menghilangkan bau dan rasa yang umumnya disebabkan oleh

komponen organik dan anorganik yang terdapat di dalam air, dan tidak

menimbulkan bau ataupun rasa yang umumnya terjadi dengan penggunaan

bahan kimia lain sebagai bahan pengolahan.

Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai

macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella

enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya

(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding

bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga

melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxida (H2O2)

dan hydroxyl radikal (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak

diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.

Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),

sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8

V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal

adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik

(fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang

teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone,

resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic

13
dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah

teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir

dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air.

Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik

juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis

mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna,

mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen yang

banyak.

O3 merupakan gas tidak stabil, akan lenyap dalam beberapa menit, tidak

meninggalkan sisa desinfektan selama air berada dalam sistem, hal ini

merupakan kesulitan untuk mengontrol dosis ozon yang digunakan. Hal ini

diatasi dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu terhadap sampel sebelum dan

sesudah pembubuhan Ozon.

Pembuatan ozon memerlukan pesawat khusus (ozonisator) yang

memerlukan energi yang besar, sehingga biaya investasi dan operasi relatif

besar, sehingga Ozonisasi menjadi lebih mahal untuk digunakan. Walaupun

demikian ada keuntungan jika Ozon digunakan untuk mengolah air berwarna

alami (mengandung zat humus), karena pemakaian Ozon sebagai pengganti

klor/senyawa klor lebih aman dihubungkan dengan pembentukan halogen

terklorinasi (haloform) yang dikenal dengan trihalometan (THMs).

Keunggulan :

Oksidan kuat khususnya digunakan untuk menghilangkan Fe dan Mn,

biasanya digunakan untuk pengolahan air minum dengan misi komersial dan

air dalam kemasan botol (Aqua, dll).

14
Kelemahan :

Stabil di dalam jaringan pipa; terbentuk produk samping (seperti Bromat,

asam hidrokarbonat), lalu air yang telah di-ozon harus difilter

menggunakan filter karbon aktif terlebih dahulu sebelum diozonisasi.

C. DESINFEKSI MENGGUNAKAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)

Disinfeksi merupakan proses untuk membebaskan air minum dari

mikroorganisme pathogen. Proses desinfeksi pada pengolahan air minum dapat

menggunakan sinar ultra violet (UV). Gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang 200 nm 300 nm (disebut UV-C) dapat membunuh

bakteri, spora, dan virus. Panjang gelombang UV yang paling efektif dalam

membunuh bakteri adalah 265 nm. Metode Ultraviolet (UV) digunakan sebagai

desinfektan sebelum air didistribusikan ke seluruh water tap. Radiasi UV dapat

mempengaruhi mikroorganisme dengan mengubah DNA dalam sel.

Penggunaan UV bukan untuk menghilangkan organisme dalam air, UV hanya

meng-inaktif-kan organisme.

Dulu disinfeksi UV lebih efektif untuk bakteri dan virus, yang memiliki

lebih terkena bahan genetik, dibandingkan patogen yang lebih besar yang

memiliki lapisan luar atau bentuk kista yang menyatakan (misalnya, Giardia)

yang melindungi DNA mereka dari sinar UV. Namun, baru-baru ini

menemukan bahwa radiasi ultraviolet bisa juga efektif untuk mengobati

Cryptosporidium mikroorganisme. Temuan mengakibatkan penggunaan radiasi

UV sebagai metode yang layak untuk mengobati air minum.

15
C.1 KEEFEKTIFAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)

Efektivitas proses ini tergantung pada waktu kontak dan intensitas

lampu serta kualitas air yang akan diolah. Sinar UV tidak menambahkan rasa

dan bau. Sinar UV adalah desinfektan yang sangat efektif, walaupun proses

desinfeksi hanya dapat terjadi di dalam unit. Persentase mikroorganisme yang

hancur tergantung pada intensitas dari lampu UV dan waktu kontak.

C.2 CARA KERJA ULTRA VIOLET (UV)

Mekanisme kerja UV adalah melepaskan poton yang akan diserap

oleh DNA mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan DNA sehingga

proses replikasi DNA akan terhambat. Pada keadaan ini, mikroorganisme

akan mati secara perlahan karena tidak dapat mengatur metabolisme sel dan

tidak dapat berkembang biak. DNA yang tersusun dari rantai dasar nitrogen

berupa purine dan pyrimidine dimana purine terdiri dari adenine dan guanine,

sedangkan pyrimidine terdiri dari thymine dan cytosine. Dalam proses

penyerapan poton oleh DNA, energi yang dimiliki oleh poton akan

mengakibatkan terputusnya rantai hidrogen yang menghubungkan antara

thymine dan cytosine yang mengakibatkan kerusakan DNA.

C. 3 DOSIS ULTRA VIOLET (UV)

Dosis UV yang diberikan dapat dihitung dengan perkalian antara

intensitas poton yang diberikan dengan lamanya waktu pemaparan yang

diberikan. Satuan yang digunakan adalah mJ/cm2. Dalam pengolahan

menggunakan UV dikenal D10 yang didefinisikan sebagai dosis yang

16
dibutuhkan untuk mengurangi mikroorganisme hingga 90% dari total

mikroorganisme dalam air yang diolah. Berikut adalah tabel dosis UV

terhadap Jumlah E.Coli dalam Pengolahan Air

Dosis Uv (mJ/cm2) Pengurangan jumlah E.coli

5.4 90 %

10.8 99 %

16.2 99.90 %

21.6 99.99 %

Sumber : Hanovia Ltd. Jerman

Sinar UV dihasilkan dari lampu UV yang pada dasarnya hampir sama

dengan lampu fluorescent (lampu neon). Tabung lampu diisi dengan gas inert,

biasanya argon dan merkuri, dengan jumlah terbatas. Berdasarkan tekanan

dalam tabung, lampu UV dibedakan menjadi 2 yaitu lampu UV bertekanan

rendah (Low Pressure UV) dan lampu UV bertekanan sedang (Medium

Pressure UV). Perbedaan tekanan dalam tabung lampu akan berpengaruh

pada gelombang elektromagnetik yang dihasilkan.

1. Lampu UV bertekanan rendah (Low Pressure UV)

Lampu UV bertekanan rendah (Low Pressure UV) merupakan lampu

UV yang sering digunakan dalam sistem UV dan merupakan sumber UV

yang paling lama digunakan. Lampu ini mempunyai tegangan kerja

sebesar 120 volt sampai 240 volt. Tekanan udara dalam lampu kurang dari

10 Torr (1 Torr = 1,316 x 10-3 atm). Spektrum elektromagnetik yang

dihasilkan dari lampu jenis ini sebesar 253 nm. Temperatur optimal

operasi dari lampu UV bertekanan rendah adalah 15 oC. Temperatur ini

17
makin berkurang dengan pertambahan suhu lampu. Lampu ini tidak

dianjurkan untuk digunakan dalam pengolahan air yang tidak mengalir

secara kontinyu karena akan mengurangi efektifitas pengolahan seiring

dengan kenaikan suhu lampu dan pengurangan poton yang dikeluarkan

oleh lampu. Unit pengolahan UV dengan lampu bertekanan rendah

dianjurkan untuk mengolah air dengan debit yang kecil. Lampu UV

dengan daya 65 watt mampu mengolah air dengan debit 2.5 liter per detik.

Ketika diperlukan penambahan debit, dibutuhkan penambahan lampu UV

untuk menjaga kualitas air hasil pengolahan.

2. Lampu UV bertekanan sedang (Medium Pressure UV)

Lampu UV bertekanan sedang (Medium Pressure UV) mempunyai

tekanan udara dalam tabung sekitar 102 sampai dengan 104 Torr. Lampu

ini mempunyai berbagai macam bentuk dengan bentuk umum yang sering

digunakan adalah lampu tabung dengan bentuk melingkar (arc tube).

Rentang spektrum gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari lampu

UV bertekanan sedang cukup besar, yaitu antara 200 nm sampai dengan

280 nm. Daya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan unit UV ini

sangat besar, yaitu antara 0,4 kW sampai dengan 7 kW. Lampu UV

bertekanan sedang mampu beroperasi sampai temperatur antara 600 oC

900 0C. Unit pengolahan UV menggunakan lampu bertekanan sedang

dianjurkan untuk instalasi pengolahan air yang mempunyai debit

pengolahan yang besar, hingga mencapai 170 lt/dtk, hanya dengan

menggunakan satu lampu UV. Karena kemampuannya untuk

menghasilkan spektrum gelombang elektromagnetik yang cukup besar,

18
unit pengolahan UV menggunakan lampu UV bertekanan sedang dapat

digunakan untuk proses fotokimia, misalnya untuk proses deklorinasi dan

deozonisasi. Tabel 2.9 memberikan perbandingan antara lampu UV

bertekanan rendah dengan lampu UV bertekanan sedang.

C.4 PARAMETER ULTRA VIOLET (UV)

Parameter Lampu UV Lampu UV

Bertekanan Rendah Bertekanan Sedang

Spektrum UV Sempit Lebar

Panjang Gelombang UV Sekitar 254 nm 200 nm 280 nm

Efisiensi daya listrik menjadi UV-C 40 % 15 %

Daya Lampu 0.5 W/cm 100 W/cm

Flux radiasi UV-C 0.2 W/cm 15 W/cm

Input Daya Listrik 5 80 W 0.4 7 Kw

C.5 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN RADIASI ULTRA VIOLET (UV)

Keuntungan Radiasi Ultra Violet :

1. Tidak ada zat kimia yang dilarutkan dalam air sehingga kualitas air tidak

terpengaruh.

2. Tidak menimbulkan efek pada kapasitas disinfeksi

3. Tidak menghilangkan rasa, bau dan warna

4. Waktu pemaparan yang singkat

5. Over dosis tidak menyebabkan efek mengganggu

Kerugian Radiasi Ultra Violet :

19
1. Spora, kista dan virus lebih susah didesinfeksi dari pada bakteri.

2. Membutuhkan banyak UV karena diserap zat lain

3. Tidak ada residu, sehingga diperlukan disinfektan sekunder.

4. Peralatan yang mahal dan energy listrik yang dibutuhkan besar

5. Seringkali, perawatan alat yang mahal diperlukan untuk memastikan energy

yang stabil dan densitas yang relatif seragam

20

Anda mungkin juga menyukai