Anda di halaman 1dari 5

Nama : Firman Hendika

Kelas : HI-A
NPM : 170210160015

Colombian Peruvian Asylum Case


Colombian Peruvian Asylum Case adalah sebuah kasus suaka internasional yang
terjadi sebelum adanya International Court of Justice pada tahun 1950 ketika duta
besar Kolombia di Lima, Peru mengizinkan Victor Raul Haya de la Torre yang
merupakan pemimpin dari Alianza Popular Revolucionaria Americana (APRA),
untuk berlindung disana setelah gagal dalam melakukan kudeta terhadap
pemerintah Peru pada 3 Oktober 1949.

Duta besar kolombia pada saat itu menkonfirmasi bahwa Torre diberi suaka
diplomatik sesuai dengan Pasal 2(2) dalam Havana Convention on Asylum pada
tahun 1928. Juga, Kolombia telah mengkualifikasikan Torre sebagai pengungsi
politik sesuai dengan Pasal 2 dalam Montevideo Convention on Political Asylum
pada tahun 1933. Namun, pemerintah Peru menolak keputusan Kolombia dan tidak
setuju untuk menerima penentuan kualifikasi sepihak yang dilakukan oleh
pemerintah Kolombia kepada Torre. Hal tersebut dikarenakan surat perintah
penangkapan yang dikeluar terhadap Torre berhubungan dengan kejahatan
pemberontakan militer untuk menggulingkan pemerintahan Peru pada saat itu.
(Lawz Magazine, 2015)

Kolombia bersikeras bahwa mereka berhak untuk melakukan tindakan yang aman
agar Torre bias meninggalkan Peru. Namun pemerintah Peru tetap bersikukuh
bahwa Torre harus segera diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk diadili
atas kejahatan yang telah ia perbuat. Hubungan diplomatik tersebut nampaknya
tidak memberikan solusi terhadap permasalahan ini. Duta besar Kolombia di Peru
pada saat itu memberi tahu pemerintah Peru bahwa negaranya akan setuju untuk
mengajukan penyelidikan sengketa, konsiliasi, arbitrase, proses peradilan, atau
melakukan konferensi konsultatif dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.
Pemerintah Peru mengusulkan sebuah interpretasi yudisial atas pertanyaan tersebut
dan mengundang pemerintah Kolombia untuk segera memulai perundingan yang
menyampaikan kasus tersebut ke Mahkamah Internasional.

Di Lima pada tanggal 31 Agustus, perwakilan dari kedua negara setuju untuk
menyerahkan sengketa suaka tersebut ke ICJ dengan syarat mengizinkan salah satu
pihak untuk mengambil inisiatif dalam mengajukan kasus ini tanpa menimbulkan
bantahan terhadap pihak yang lain. Pada 15 Oktober 1949, Kolombia melakukan
pendekatan terhadap ICJ untuk sebuah penilaian atas pertanyaan, yaitu:

I. Dalam batas-batas kewajiban yang menghasilkan khususnya Bolivarian


Agreement on Extradition pada 18 Juli 1911 dan Convention on the
Right of Asylum pada 20 Februari 1928, keduanya berlaku bagi pihak
Kolombia maupun Peru, dan secara umum dari hukum internasional
Amerika Serikat, apakah Kolombia berkompeten sebagai negara yang
memberikan suaka, untuk memenuhi syarat pelanggaran tersebut untuk
tujuan suaka tersebut?
II. Dalam kasus tertentu yang sedang dipertimbangkan, apakah Peru
sebagai negara pemilik teritorial, yang terikat untuk memberikan
jaminan yang diperlukan untuk keberangkatan pengungsi dari negara
tersebut, dengan memperhatikan ketidakmampuan orang tersebut?

ICJ membacakan penilaian pertamanya terhadap Colombian Peruvian Asylum Case


pada 20 November 1950. Berpendapat bahwa negara suaka tersebut harus terlibat
dalam beberapa analisis tentang aktivitas buronan untuk menentukan apakah suaka
tersebut dapat diberikan dengan benar, namun keputusan sepihak tersebut haruslah
mempertimbangkan keputusan negara teritorial. Namun, pengadilan menolak
argument yang diberikan oleh Kolombia bahwa perjanjian Bolivarian dan ekstradisi
lainnya mendukung anggapan bahwa kualifikasi sepihak mengikat negara teritorial.
(Evans, 1952)

Pengadilan menegaskan bahwa tidak ada satupun pendekatan yang mengharuskan


suaka tersebut untuk dihentikan dalam penghakiman sebelumnya. Ini menjelaskan
bagaimanapun bahwa hal tersebut tidak dalam posisi yang dapat menunjukkan
sebuah solusi, karena akan meninggalkan peran yudisial.
ICJ langsung menanggapi pendapat dari negara yang terlibat. Mengenai permintaan
dari pihak Kolombia untuk menyimpulkan hasil penilaian untuk tidak harus
menyerahkan Torre selaku pengungsi, sesuai dengan penilaian tersebut, pengadilan
menjelaskan bahwa hal tersebut tidak dapat mencapai kesimpulan seperti itu,
karena hal tersebut tidak diamati pada penilaian sebelumnya.

Mengenai permintaan kedua Kolombia, yaitu pengadilan memutuskan untuk


mengategorikan kasus tersebut kedalam kompetensi biasa, dimana Peru menanggi
bahwa keputuasan sebelumnya harus terus dipertahankan. ICJ menjelaskan bahwa
tidak ada penilaian terhadap masalah tersebut dan hal itu muncul hanya karena Peru
meminta Kolombia untuk menyerahkan Haya de la Torre. Pengadilan menekankan
bahwa, walaupun Havana Convention menyebutkan bahwa suaka sebagai situasi
sementara yang tidak boleh untuk diperpanjang unuk periode yang tidak ditentukan.
Konvensi tersebut tidak menentukan kapan dan bagaimana suaka tersebut harus
dihentikan. Pengadilan menyimpulan bahwa tidak adanya ketentuan dalam
Konvensi tidak dapat diartikan sebagai kewajiban untuk menyerahkan pengungsi
tersebut dalam kasus suaka yang tidak beraturan. Ini akan bertentangan dengan
suaka politik di Amerika Latin yang menganggap bahwa dalam situasi seperti itu,
para pengungsi tidak boleh diserahkan. Selain itu, ditemukan kurangnya peraturan
yuridis untuk menjadi pilihan yang dibuat oleh para pihak dalam Konvensi, yang
menunjukkan keinginan mereka untuk tetap berdiskusi dalam lingkup politik.

Pengadilan membenarkan bahwa, meskipun ditemukan dalam keputusan


sebelumnya bahwa suaka tidak boleh digunakan untuk menghalangi keadilan, ini
tidak berarti bahwa negara yang memberikan suaka yang tidak beraturan untuk
menyerahkan pengungsi tersebut. Jika memang demikian, menurut pengadilan,
konvensi tersebut akan secara tegas menangani kasus tersebut, alih-alih hanya
memberikan sebuah peraturan umum. Dalam pengajuan terakhir yang diajukan oleh
Peru, pengadilan melihat bahwa negara berhak untuk meminta kesimpulan dari
pengungsi tersebut, karena keputusan kasus suaka. Pemerintah Peru menyatakan
bahwa hal ini merupakan intervensi pihak ketiga dan tidak boleh dimasukkan di
dalam persidangan. Akan tetapi, dikarenakan pertanyaan yang dibahas dalam hal
ini berbeda dengan apa yang sebelumnya dibahas maka pengadilan menyatakan
bahwa hal ini bukanlah intervensi karena tidak mengganggu jalannya persidangan
sebelumnya. Oleh sebab itu, pengadilan memutuskan bahwa:

1. By a unanimous vote that it is not part of the courts judicial functions to


make a choice among the different ways in which the asylum may be brought
to an end;
2. By thirteen votes against one, that Columbia is under no obligation to
surrender Haya de la Torre to the Peruvian authorities;
3. By unanimous vote that the asylum ought to have cease after the delivery of
the judgement of November 20th, 1950, and must be brought to an end.

Persidangan ini menyimpulan Kolombia tidak berhak memberikan suaka kepada


M. Victor Raul Haya de la Torre akan tetapi Kolombia juga tidak berkewajiban
untuk menyerahkan M. Victor Raul Haya de la Torre kepada Peru. (Almeida,
Brando, & Weingrtner, 2016)
References

Almeida, P. W., Brando, J. R., & Weingrtner, A. M. (2016). A Latin American


Guide to the International Court of Justice Case Law. Cambridge
Scholars.
Evans, A. E. (1952). The Colombian-Peruvian Asylum Case: The Practice of
Diplomatic Asylum. American Political Science Association, 142-157.
Lawz Magazine. (2015, December 8). Colombia v. Peru (Asylum Case) [1950]
ICJ 6. Retrieved from Lawz Magazine:
http://lawzmag.com/2015/12/08/colombia-v-peru-asylum-case-1950-icj-6/

Anda mungkin juga menyukai