1. Latar Belakang
Populasi Kota Bogor saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta orang yaitu 1.013.019 jiwa
(BPS, 2014). Dapat dipahami, semakin meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya
kegiatan ekonomi di Kota Bogor akan menyebabkan bertambahnya volume sampah yang
harus ditangani. Jika tidak diantisipasi dengan baik, maka dikhawatirkan akan
menimbulkan dampak negatif, seperti pencemaran air dan tanah, penurunan kesehatan
masyarakat, dan lain-lain.
Pada tahun 2008, Kota Bogor sudah menyusun Masterplan Persampahan. Namun dengan
dinamika penduduk dan beberapa perubahan kebijakan di tingkat pusat dan daerah,
dipandang perlu untuk melakukan review terhadap masterplan tersebut. Di samping itu,
dalam rangka mendukung RPJMN 2015-2019 yang mengamanatkan bahwa pada tahun
2019, Indonesia harus bisa mencapai 100% akses sanitasi (Universal Access) termasuk
aspek persampahan. Pencapaian ini tentunya tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah,
tapi juga amat membutuhkan peran masyarakat termasuk sektor swasta.
Mengacu pada Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah yaitu upaya
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan
pembatasan, penggunaan kembali, dan pendaurulangan, sedangkan penanganan sampah
meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
1
Seperti pada umumnya di kota-kota lain di Indonesia, pengelolaan sampah di Kota Bogor
sebagian besar masih menggunakan sistem: kumpul-angkut-buang. Adapun upaya 3R
(reduce, reuse, recycle) sudah mulai dirintis sejak tahun 2011, namun perlu ditingkatkan
lagi agar lebih terarah dan sistematis.
Di samping itu, juga ada satu isu penting yang dihadapi Kota Bogor yaitu kapasitas Tempat
Pengolahan Akhir Sampah (TPA Galuga) yang semakin terbatasnya dan berada di wilayah
Kabupaten Bogor. Di pihak lain, rencana TPPAS Regional Nambo belum dapat
direalisasikan dalam waktu dekat.
Oleh karenanya, reduksi sampah di sumber amat strategis sifatnya, untuk mengurangi
volume sampah yang perlu diangkut ke TPA Galuga. Secara jangka panjang,hal tersebut
akan mengurangi potensi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Menilik uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa diperlukan Review Masterplan
Persampahan untuk dijadikan pedoman/panduan bagi pemerintah, swasta, dan
masyarakat dalam pengelolaan sampah Kota Bogor.
2. Tujuan
Penyusunan review Master Plan Persampahan Kota Bogor ini pada dasarnya ditujukan
untuk membangun sistem pengelolaan sampah Kota Bogor untuk periode 20 tahun ke
depan yang mencakup lima aspek yaitu regulasi/peraturan, kelembagaan, teknis
operasional, pembiayaan, dan peran masyarakat.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup wilayah perencanaan adalah wilayah se-Kota Bogor terdiri dari 68
kelurahan dalam enam kecamatan serta wilayah TPA Galuga yang berada di wilayah
Kabupaten Bogor.
2
Sementara ruang lingkup materi secara substansi harus mencakup lima aspek sebagai
berikut:
a. Aspek Teknis dan Operasional, meliputi analisis timbulan dan komposisi sampah;
kajian sarana dan prasarana pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan, dan
pembuangan akhir; pemilahan dan reduksi; pengelolaa skala regional (TPPAS
Nambo)
b. Aspek Kelembagaan, meliputi kajian institusi pengelola persampahan baik dari
pemerintah terkait pelayanan publik termasuk hierarki manajemen maupun
pengelola persampahan di masyarakat.
c. Aspek Regulasi, mengkaji peraturan, panduan, pedoman di tingkat daerah
dikaitkan dengan regulasi di tingkat atasnya serta merancang peraturan di daerah
yang diperlukan.
d. Aspek Pembiayaan, mengkaji system retribusi kebersihan, anggaran pengelolaan
sampah, kebutuhan pembiayaan/investasi dan potensi sumber pembiayaan.
e. Aspek Peran Serta Masyarakat, mengkaji bentuk dan tingkat peran serta
masyarakat (formal dan informal) dan potensi partisipasi sektor swasta. Pada
intinya adalah mencoba mengikutsertakan dan memberdayakan seluruh
stakeholder yang terlibat dalam sistem pengelolaan sampah melalui edukasi yang
kontinu, terarah, dan berkelanjutan.
3
Sebagai data penunjang, laporan Penyusunan Layanan Persampahan Kota Bogor
(Bappeda, 2014) telah cukup baik memotret kondisi pengelolaan sampah. Secara garis
besar meliputi:
Timbulan dan komposisi sampah rumahtangga
Sistem pengumpulan
Layanan pengangkutan dan area retribusi sampah
Sebaran TPS
Sebaran Lokasi 3R
Karenanya pada pekerjaan sesuai KAK ini, yang perlu dilakukan adalah review atau
pengayaan dari data yang telah tersedia di atas serta melengkapi data yang belum
tersedia seperti:
Aspek teknis: timbulan dan komposisi sampah non rumahtangga dan
perhitungan volume dan karakteristik sampah yang masuk ke TPA serta
integrasi ke TPA Regional Nambo
Aspek sosial: potensi kelembagaan di tingkat masyarakat dan potensi
keterlibatan sektor swasta
Potret kondisi eksisting ini amat penting untuk melakukan semacam diagnosa titik
krusial permasalahan pengelolaan sampah di Kota Bogor. Hal ini menjadi pijakan
untuk menyusun arahan kebijakan sampai ke rencana tindak.
4
Laporan Masterplan Persampahan Tahun 2008 dijadikan sebagai acuan dasar untuk
penyempurnaan pada pekerjaan Review Masterplan Tahun 2016 ini.
Seluruh rencana tersebut diintegrasikan secara komprehensif untuk mendapatkan
rencana sistem pengelolaan sampah terpadu dan berkelanjutan di Kota Bogor.
Indikator kinerja agar disusun dengan tolok ukur yang kuantitatif dan bertahap
namun realistis sesuai dengan kondisi dan kemampuan Kota Bogor.
4. Pelaporan
5. Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBD Kota Bogor Tahun Anggaran 2016 pada
DPA Review Masterplan Persampahan sebesar Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
1. Team Leader/Ahli Teknik Lingkungan, minimal berpendidikan Sarjana Strata Dua (S2)
jurusan Teknik Lingkungan, lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang
6
telah disamakan, dengan pengalaman kerja minimal 9 (sembilan) tahun di bidang
manajemen pengelolaan sampah, memiliki sertifikat keahlian, preferensi kemampuan
bahasa Inggris baik. Team Leader bertugas untuk melakukan koordinasi internal dalam
tim sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan dan koordinasi
eksternal dengan pihak pemberi kerja dan pihak lembaga/instansi terkait.
2. Ahli Pengembangan Wilayah, 1 orang dengan pendidikan minimal Sarjana Strata Satu
(S1) jurusan Sipil/Planologi lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang
telah disamakan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun di bidang pengelolaan
sampah. Ahli ini bertugas untuk melakukan analisis keterpaduan antara system
layanan persampahan dengan aspek keruangan.
3. Ahli Sosial Ekonomi, 1 orang dengan pendidikan minimal Sarjana Sosial Ekonomi
Strata Satu (S1) lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
disamakan berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Ahli ini bertugas
untuk melakukan analisis aspek sosial kemasyarakatan dan membantu Ketua Tim
dalam mengkoordinasikan pekerjaan terkait aspek sosial.
4. Ahli Finansial, 1 orang dengan pendidikan minimal Sarjana Finansial Strata Satu (S1)
lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah disamakan
berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Ahli ini bertugas untuk
melakukan analisis aspek sosial kemasyarakatan dan membantu Ketua Tim dalam
mengkoordinasikan pekerjaan terkait aspek sosial.
5. Ahli Komunikasi Sosial, 1 orang dengan pendidikan minimal Sarjana Komunikasi Sosial
Strata Satu (S1) lulusan universitas negeri atau universitas swasta yang telah
disamakan berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Ahli ini bertugas
untuk melakukan analisis aspek sosial kemasyarakatan dan membantu Ketua Tim
dalam mengkoordinasikan pekerjaan terkait aspek sosial.
7
6. Ahli Hukum dan Kelembagaan, 1 orang dengan pendidikan minimal Sarjana
Hukum/Sosial/Manajemen Strata Satu (S1) lulusan universitas negeri atau
universitas swasta yang telah disamakan berpengalaman minimal 5 (lima) tahun
dengan preferensi pengalaman pada pengembangan desain regulasi dan
kelembagaan terkait isu pengelolaan sampah/sanitasi.
9. Tenaga Pendukung :
Asisten Tenaga Ahli Lingkungan 1 orang dan Ahli Sosial 1 Orang
Surveyor 12 orang
Operator GIS 1 Orang
Operator komputer 1 orang
Penyedia jasa berwenang menentukan metodologi yang dianggap paling baik dan sesuai
untuk menyelesaikan seluruh lingkup pekerjaan.
Penyedia Jasa dapat mengatur penugasan tenaga ahli sesuai kebutuhannya dengan cermat
yang disesuaikan dengan jadwal setiap tahap kegiatan dan waktu yang tersedia sehingga
seluruh sumber daya yang ada dimanfaatkan secara maksimal untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan hasil yang baik dan tepat waktu.
Di samping itu, Penyedia jasa harus membuat Rencana Kerja Terperinci mengenai semua
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Rencana ini antara lain dipakai untuk
memonitor dan mengatur aktifitas kegiatan dikaitkan dengan pemanfaatan sumber-
8
sumber daya dan sebagai acuan pembayaran bagi konsultan serta pemantauan kemajuan
pekerjaan. Kemajuan pekerjaan dihitung berdasarkan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan dan menjadi dasar untuk pembayaran bulanan.
Hal-Hal Lain
1. Produksi Dalam Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus
Negeri dilakukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
9
2. Sebelum pertemuan dan pembahasan dilakukan,
penyedia jasa harus melakukan penjelasan rencana
pembahasan kepada tim teknis kegiatan yang
bersangkutan.
3. Setelah pertemuan dan pembahasan dilakukan,
penyedia jasa harus melakukan konsultasi hasil
pertemuan dan pembahasan dengan petugas yang
telah ditunjuk sebagai Project Officer kegiatan yang
bersangkutan.
10
11
Rincian keluaran adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Laporan Draft Akhir
4. Laporan Akhir
5. Ringkasan Eksekutif (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris)
6. Album Peta A3
8. Laporan workshop/FGD
9. Dokumentasi kegiatan
12