Sterilisasi dapat dicapai dengan penggunaan uap, panas kering, dengan radiasi
pengionan (tapi tidak dengan radiasi ultraviolet kecuali proses ini divalidasi secara
menyeluruh), dengan etilen oksida (atau gas lain yang sesuai) atau dengan filtrasi
yang dilanjutkan dengan pengisian secara aseptik ke dalam wadah akhir yang
steril. Masing-masing cara sterilisasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di
mana memungkinkan dan dapat dilaksanakan,
sterilisasi cara panas merupakan pilihan utama.
Untuk mendapatkan sterilisasi yang efektif, semua bahan harus dicakup dalam
penanganan yang dipersyaratkan dan proses hendaklah didesain untuk
memastikan halini dapat dicapai. Indikator biologis hendaklah dipertimbangkan
sebagai metode tambahan untuk memantau proses sterilisasi. Indikator tersebut
hendaklah disimpan dan digunakan sesuai dengan instruksi pembuatnya dan
mutunya diuji dengankontrol positif. Jika indikator biologis digunakan, tindakan
pengamanan yang ketat hendaklah dilakukan untuk mencegah transfer
pencemaran mikroba dari indikator tersebut.
Hendaklah ada suatu cara yang jelas untuk membedakan antara produk yang
sudah disterilkan dan yang belum. Seluruh wadah penampung produk, keranjang
ataupun nampan hendaklah diberi label yang jelas serta mencantumkan nama
bahan, nomor bets dan tanda sudah disterilkan atau belum. Indikator, seperti stiker
untuk otoklaf, dapat dipakai, bilamana sesuai, untuk menunjukkan apakah suatu
lot telah melalui proses sterilisasi, tetapi tidak untuk menunjukkan apakah lot
tersebut steril.
STERILISASI UAP
STERILISASI GAS
Pilihan untuk menggunakan sterilisasi gas sebagai alternatif dari sterilisasi termal
sering dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi
pada proses sterilisasi uap atau panas kering. Bahan aktif yang umunya digunakan
pada sterilisasi gas adalah etilen oksida dengan kualitas mensterilkan yang dapat
diterima. Keburukan dari bahan aktif ini antara lain sifatnya yang sangat mudah
terbakar, walaupun sudah dicampur dengan gas inert yang sesuai; bersifat
mutagenik, dan kemungkinan adanya residu toksik di dalam bahan yang
disterilkan, terutama yang mengandung in klorida. Proses sterilisasi pada
umumnya berlangsung didalam bejana bertekana yang didesain sama seperti
otoklaf, tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat pada alat
sterilisasi yang menggunakan gas. Fasilitas yang menggunakan bahan sterilisasi
seperti ini harus didesain sedemikian rupa hingga mampu mengeluarkan gas
sesudah prses sterilisasi, mampu untuk memantau mikroba yang masih hidup, dan
mengurangi paparan gas yang sangat berbahaya terhadap petugas yang menangani
alat tersebut.
Kualifikasi proses sterilisasi menggunakan gas etilen ksida dicapai sesuai dengan
uraian sebelumnya. Bagaimanapun juga prgram tersebut lebih luas cakupanya dari
pada cara sterilisasi laiannya, karena selain suhu, kelembaban, tekanan positif atau
hampa udara juga diperlukan pengendalian ketat terhadap kadar etilen oksida.
Suatu ketentuan penting adalah menunjukan bahwa semua parameter proses kritis
dalam bejana sterilisasi harus cukup selama berlangsungnya seluruh siklus.
Karena parameter sterilisasi yang dugunakan bagi bahan yang akan disterilkan
merupakan variabel kritis, sering duanjurkan untuk melakukan prakondisi muatan
sampai mencapai kadar kelembaban yang diperlukan, menurangi waktu yang
diperlukan pada suhu yang ditentukan, sebelum muatan dimasukam kedalam
bejana sterilisasi etilen oksida. Proses validasi umunya dilakukan menggunakan
produk yang telah diinokulasi dengan indikator biologik yang sesuai, seperti
sediaan spora Bacillus subtillis untuk validasi, spora dapat digunakan dalam
bejana sterilisasi yang terisi penuh dengan produk atau produk simulasinya.
Pemantauan kelembaban dan kadar gas memerlukan penggunakan alat yang
canggih, dan hanya individu yang terdidik dan berpengalaman yang dapat
mengkalibrasi menggunakan dan memeliharanya. Indikator biologik dapat juga
digunakan pada pemantauan langkah-langkah secara rutin
Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi etilen oksida adalah
terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdiskusi sampai ke daerah yang
paling dalam dari produk yang disterilkan. Jadi desain kemasan dan cara
pengisian bejana secara sterilisasi harus ditetapkan sedemikian rupa hingga
terdapat resistensi minimal terhadap difusi gas.
Perkembangan yang cepat alat kesehatan yang tidak tahan terhadap sterilisasi
panas dan kekhawatiran tentang keamanan etilen oksida mengakibtkan
peningkatan penggunaan sterilisasi radiasi. Tetapi cara ini juga dapat digunakan
pada bahan obat dan bentuk sediaan akhir. Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi
reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur, dan kenyataan yang
membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan lebih sedikit. Kenyataanya
sterilisasi radiasi adalah suatu kekhususan dalam dasar pengendalian yang penting
adalah dosis radiasi yang diserap, dan dapat diukur secara tepat.
Ada dua jenis radiasi ion yang digunakan, yaitu disintegrasi radio aktif dari radio
isotok (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis tersebut,
dosis radiasi yang dapat menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan
harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum
dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima.
Untuk sterilisasi radiasi gamma, harus dipilih dosis sterilisasi yang efektif dan
dapat ditoleransi tanpa menimbulkan kerusakan. Walaupun berdasarkan
pengalaman dipilih dosis 2,5 megarat radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa
hal, diinginkan dan dapat diterima pengguna dosis yang lebih rendah untuk
peralatan, bahan bat dan bentuk sediaan akhir. Dalam hal lain mungkin diperlukan
dosis yang lebih tinggi. Untuk validasi evikasi, terutama tingkat paparan yang
rendah, penting untuk menetapkan besar (jumalah dan atau derajat) resistensi
radiasi alami dari populasi mikorba produk. Model pengisian produk yang khusus
harus dibuat dan ditetapkan distribusi dosis serapan maksimum dan minimum
menggunakan dosimeter kimia. (dosimeter ini umumnya merupakan plastuk
silinder, pipih atau segiempat berwarna yang menunjukan intensifikasi warna
berdasarkan langsung pada jumlah energi radiasi yang diserap; alat ini harus
dikalibrasi dengan seksama).
Jika dosis radiasi minimum yang diperlukan telah ditetapkan dan pemberian dosis
tersebut telah dipastikan (dengan dosimeter fisika atau kimia, pelepasan bahan
yang telah disterilkan dapat diperkuat dengan validasi menyeluruh jaminan
sterilisasi yang meliputi antara lain kepastian dosis yang digunakan, penggunaan
indikator bilgik dan lainnya).
Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan
menggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang
dikandung dapat dipisahkan secara fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri
dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang
tidak permeabel. Efektivitas suatu penyaring media atau penyaring substrat
tergantung pada ukuran pori bahan dan dapat tergantung pada daya absropsi
bakteri pada atau di dalam matriks penyaring atau tergantung pada mekanisme
pengayakan. Ada beberapa bukti yang menyatakan abahwa pengayakan
merupakan kmpnen yang lebih penting dari mekanisme. Penyaring yang melepas
erat, terutama yang mengandung asbes, harus dihindarkan penggunaannya kecuali
tidak ada cara penyaringan alternatif lain yang mungkin digunakan. Jika
penyaring yang melepas serat memang diperluakn, merupakan keharusan, bahwa
prses penyaringan meliputi adanya penyaring yang tidak melepas serat diletakan
pada arah hilir atau sesudah langkah penyaringan awal.
PROSES ASEPTIK
Suatu produk yang dianggap diproses secara aseptik dapat saja terdiri dari
komponen yang sebelumnya telah disterilkan dengan salah satu prses yang telah
diuraikan . misalnya produk setengan jadi, jika berupa cairan yang dapat disaring,
dapat disterilkan dengan cara penyaringan. Komponen wadah akhir kosong dapat
disterilkan dengan panas, panas kering digunakan untuk sterilisasi vial kaca, dan
otoklaf untuk penutup karet. Daerah kritis yang perlu diperhatikan adalah
lingkungan bermikroba tempat komponen yang sebelumnya telah disterilkan
terkontaminasi selama perakitan untuk memproduksi bentuk sediaan jadi, dan
selama pengisian secara aseptik.
Persyaratan untuk fasilitas pengisian atau porses aseptik lainnya yang didesain,
divalidasi dan dipelihara dengan benar, terutama ditujukan pada: (i) Lingkungan
udara yang bebas dari mikroba viabel yang dirancang dengan benar untuk
memungkinkan pemeliharaan yang afektif dari unit alat pemasok udara. (ii)
Tersedianya tenaga kerja terlatih, yang dilengkapi dan mengenakan pakaian kerja
yang memadai. Lingkungan yang diinginkan dapat dicapai melalui teknologi
penyaringan udara tingkat tinggi yang pada saat ini mudah diperoleh, dan yang
berperan memasok udara berkualitas mikrobiologi yang diperlukan. Fasilitas
meliputi sistem sawar primer (di dekat tempat bahan terpapar) dan sekunder
(tempat prses aseptik berlangsung).
Untuk fasilitas proses aseptik atau lingkungan tempat pengisian secara aseptik
yang disesain dengan baik, berikan perhatian untuk bagian yang penting, seperti
permukaan yang tidak berpori dan licin, termasuk dinding dan langit- langit
hingga dapat secara berkala disanitasi; tempat ganti pakaian kerja dengan ruangan
yang cukup memadai untuk pekerja dan untuk menyimpan pakaian yang steril;
pemisahan yang memadai antara ruangan persiapan bagi pekerja dan ruangan
prses aseptik akhir, jika perlu tersedia perlengkapan tertentu seperti ruang tertutup
kedap udara dan atau penyemprotan udara; perbedaan tekanan; yang sesuai antar
ruangan, tekanan yang paling positif adalah di ruangan atau lingkungan prses
aseptik; penggunaan ruang bersih (satu arah) di tempat yang paling dekat denagn
produk atau komponen yang terpapar dan aliran udara tersaring ke tempat
tersebut, dengan frekuensi pergantian udara yang cukup; kelembaban yang
sesuaidan pengendalian suhu lingkungan; dan suatu program sanitasi yang
terdokumentasi.
Tujuan utama dalam menunjang tuntutan bahwa suatu bets bahan jadi yang harus
steril memenuhi spesifikasi yang terdiri dari dokumentasi produksi aktual dan
rekaman sterilisasi suatu bets, dan rekaman validasi sebagai tambahan yang
menyatakan bahwa proses sterilisasi memiliki kemampuan untuk menginaktifkan
secara total beban mikroba yang terdapat pada produk jadi atau suatu tantangan
yang lebih resisten. Selanjutnya, harus ditunjukan bahwa tiap langkah proses yang
melibatkan produk terpapar sesudah proses sterilisasi harus dilakukan secara
aseptik untuk mencegah kontaminasi. Jika bets tersebut memnuhi kemungkinan
yang kecil mengandung unit terkontaminasi yang dikehendaki (bandingkan
dengan hasil uji sterilitas dari satuan akhir yang diambil dari bets bersangkutan),
maka tiap prosedur uji sterilitas yang diadopsi mungkin minimal, atau tidak
dilakukan secara rutin.
Oleh :
IKA SEPTIANA (17330726)
RIZKINA AUFA (17330711)
Sumber:
Farmakope Indonesia Edisi IV,1995, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, 2006, Badan Pengawas Obat Dan
Makanan