Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan Berkah dan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan
pedoman bagi para pembaca dalam mata kuliah Akuntansi Sektor Publik dimana pokok
pembahasan mengenai Regulasi dan Standar Internasional Sektor Publik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Terima Kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Sampul .................................................................................................................................. i
a. Kesimpulan ............................................................................................. 13
Lampiran .............................................................................................................................. 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, banyak entitas yang termasuk dalam kategori organisasi sektor publik yang telah
mengimplementasikan akuntansi dalam sistem keuangannya. Akan tetapi, praktik akuntansi
yang dilakukan oleh entitas-entitas tersebut memiliki banyak perbedaan khususnya dalam
proses pelaporan keuangan. Hal tersebut sangat dimungkinkan oleh belum banyaknya
pemerintah suatu negara yang menerbitkan standar baku akuntansi untuk mengatur praktik
akuntansi bagi organisasi sektor publik.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, International Federation of Accountants-IFAC (Federasi
Akuntan Internasional) membentuk sebuah komite khusus yang bertugas menyusun sebuah
standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlaku secara internasional yang
kemudian disebut International Public Sector Accounting Standards-IPSAS (Standar
Internasional Akuntansi Sektor Publik). Dalam pelaksanaannya, komite tersebut tidak hanya
menyusun standar tetapi juga membuat program yang sistematis yang mendorong aplikasi
IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan IPSAS ?
2. Apa saja sasaran dan tujuan IPSASB ?
3. Standar akuntansi sektor publik apa yang telah dikeluarkan oleh IPSASB ?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dapat memahami yang dimaksud dengan IPSAS
2. Dapat memahami apa saja sasaran dan tujuan IPSASB
3. Dapat memahami standar akuntansi sektor publik yang telah dikeluarkan oleh IPSASB
3
BAB II
PEMBAHASAN
.
A. Definisi
IPSAS adalah standar akuntansi untuk entitas sektor publik yang berlaku secara
internasional yang dikembangkan oleh International Public Sector Accounting Standards
Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan yang bernaung di bawah International Federation
of Accountants (IFAC), organisasi profesi akuntansi di tingkat internasional yang didirikan di
Munich pada tahun 1977.
International Federation of Accountants (IFAC) yang didirikan di Munich pada tahun 1977,
merupakan federasi dan organisasi akuntan internasional. Standar akuntansi yang diterbitkan
IFAC juga tetap menunjukkan bahwa sector bisnis dan sector public tetap berbeda. Hal ini
diwujudkan dalam pembentukan dua badan penyusun standar yang terpisah yaitu IASB yang
menyusun standar untuk sector bisnis sedangkan untuk sector public ada IPSASB. IASB
menerbitkan IAS sedangkan IPSASB menerbitkan IPSAS.
a. Mengacu pada International Accounting Standards (IAS / IFRS)
b. IPSAS bukan untuk mengganti standar yang ada di suatu negara, tapi untuk
mengembangkan atau merevisi standar yang ada
c. IPSAS dikembangkan menurut basis akrual (sebelum revisi)
IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik
untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual
(accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada
International Financial Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan
oleh International Accounting Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di
dalam IFRS dapat diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap
memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di dalam IFRS.
Dalam edisi revisi, ED 27 dianut dua basis yaitu basis akrual dan juga basis kas.
Sebagaimana dinyatakan dalam paragraph 2 An entity that prepares and presents general
purpose financial statements under accrual or cash basis of accounting in accordance with.
Selanjutnya dalam paragraph 4 dinyatakan jika basis akrual yang digunakan maka harus dibaca
4
berkaitan dengan IPSAS sedangkan jika digunakan basis kas maka standar harus dibaca dalam
konteks IPSAS basis kas (The Cash Basis IPSAS, Financial Reporting Under the Cash Basis of
Accounting).
Dalam pelaksanaannya, IFAC tidak hanya menyusun standar tetapi juga membuat program
yang sistematis yang mendorong aplikasi IPSAS oleh entitas-entitas publik di seluruh dunia.
IPSAS meliputi serangkaian standar yang dikembangkan untuk basis akrual (accrual basis),
namun juga terdapat suatu bagian IPSAS yang terpisah guna merinci kebutuhan untuk basis kas
(cash basis). Dalam hal ini, IPSAS dapat diadopsi oleh organisasi sektor publik yang sedang dalam
proses perubahan dari cash basis ke accrual basis. Jika demikian, maka organisasi sektor publik
yang telah memutuskan untuk mengadopsi basis akrual menurut IPSAS, harus mengikuti ketentuan
waktu mengenai masa transisi dari basis kas ke basis akrual yang diatur oleh IPSAS.
Pada akhirnya, cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor publik
termasuk juga lembaga pemerintahan baik pemerintah pusat, pemerintah regional (provinsi),
pemerintah daerah (kabupaten/kota), dan komponen-komponen kerjanya (dinas-dinas).
International Federation of Accountants (IFAC) yang didirikan di Munich pada tahun 1977,
merupakan federasi dan organisasi akuntan internasional. Standar akuntansi yang diterbitkan IFAC
juga tetap menunjukkan bahwa sektor bisnis dan sektor public tetap berbeda. Hal ini diwujudkan
dalam pembentukan dua badan penyusun standar yang terpisah yaitu IASB yang menyusun standar
untuk sektor bisnis sedangkan untuk sektor public ada IPSASB. IASB menerbitkan IAS sedangkan
IPSASB menerbitkan IPSAS.
Mengacu pada International Accounting Standards (IAS / IFRS) IPSAS bukan untuk
mengganti standar yang ada di suatu negara, tapi untuk mengembangkan atau merevisi standar yang
ada.
IPSAS dikembangkan menurut basis akrual (sebelum revisi) IPSAS yang diterbitkan oleh
IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis
kas (cash basis) maupun yang telah mengadopsi basis akrual (accrual basis).
IPSAS yang berbasis akrual dikembangkan dengan mengacu kepada International Financial
Reporting Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International
Accounting Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam IFRS dapat
diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap memperhatikan isu-isu yang
spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di dalam IFRS.
Dalam edisi revisi, ED 27 dianut dua basis yaitu basis akrual dan juga basis kas.
Sebagaimana dinyatakan dalam paragraph 2 An entity that prepares and presents general purpose
5
financial statements under accrual or cash basis of accounting in accordance with. Selanjutnya
dalam paragraph 4 dinyatakan jika basis akrual yang digunakan maka harus dibaca berkaitan
dengan IPSAS sedangkan jika digunakan basis kas maka standar harus dibaca dalam konteks
IPSAS basis kas (The Cash Basis IPSAS, Financial Reporting Under the Cash Basis of
Accounting).
Menurut IPSAS, laporan keuangan akrual secara umum setidaknya terdiri dari :
a. Statement of Financial Position (neraca)
b. Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan)
c. Statement of Changes In Net Assets / Equity (Laporan Perubahan dalam Aset Bersih/
Ekuitas)
d. Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas)
e. Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atas Kebijakan
Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan).
6
IPSAS 2 : Cash Flow Statements (Laporan Arus Kas)
Memerlukan penyediaan informasi mengenai perubahan kas dan setara kas selama periode
operasi, investasi dan pendanaan.
IPSAS 3 : Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors (Surplus atau
Defisit Bersih)
Surplus atau Defisit Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan
Kebijakan Akuntansi, menentukan perlakuan akuntansi atas perubahan estimasi akuntansi,
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi atas kesalahan mendasar, mendefinisikan item luar
biasa dan mensyaratkan pengungkapan terpisah item tertentu dalam laporan keuangan.
IPSAS 4 : The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates (Pengaruh Perubahan Tukar
Mata Uang Asing)
Berkaitan dengan akuntansi untuk transaksi mata uang asing dan operasi asing. IPSAS 4
menetapkan persyaratan untuk menentukan nilai tukar yang digunakan untuk dasar pencatatan
transaksi tertentu dan saldo dan bagaimana mengenali dalam laporan keuangan dampak keuangan
perubahan nilai tukar.
7
Mengharuskan semua investasi pada perusahaan asosiasi diperhitungkan dalam laporan
keuangan konsolidasi dengan menggunakan metode ekuitas, kecuali jika investasi dibeli dengan
tujuan untuk dijual dalam waktu dekat dalam hal metode biaya diperlukan.
8
termasuk dari ruang lingkup kerja dalam kemajuan layanan yang akan diberikan tanpa biaya atau
nominal dari penerima karena mereka tidak ditangani oleh IAS 2 Persediaan dan karena mereka
melibatkan isu-isu sektor publik tertentu yang memerlukan pertimbangan lebih lanjut.
IPSAS 14 : Events After the Reporting Date (Peristiwa Setelah Tanggal Pelaporan)
IPSAS didasarkan pada IAS 10, Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (revisi 1999), tetapi telah
mengalami perubahan dimana diperlukan untuk mencerminkan lingkungan sektor usaha publik.
Standar menetapkan kriteria untuk menentukan apakah laporan keuangan harus disesuaikan untuk
sebuah event yang terjadi setelah tanggal pelaporan. Ia membedakan antara peristiwa adjustable
(orang-orang yang memberikan bukti dari kondisi yang ada pada tanggal pelaporan) dan acara non-
adjustable (mereka yang menunjukkan kondisi yang muncul setelah tanggal pelaporan.
9
IPSAS 16 Investasi Properti didasarkan pada IAS 40, Investasi Properti (diterbitkan 2000) dan
menyediakan panduan untuk mengidentifikasi properti investasi di sektor publik. Standar ini :
a. mengharuskan properti investasi awalnya diakui sebesar harga perolehan dan menjelaskan
bahwa di mana aset diperoleh tanpa biaya atau nominal, biaya adalah nilai wajarnya pada
tanggal itu adalah pertama kali diakui dalam laporan keuangan;
b. mensyaratkan bahwa setelah pengakuan awal properti investasi diukur konsisten dengan baik
model nilai wajar atau model biaya dan
c. memasukkan ketentuan peralihan untuk adopsi awal IPSAS
10
IPSAS 20 mensyaratkan pengungkapan adanya hubungan istimewa di mana kontrol ada dan
pengungkapan informasi tentang transaksi antara perusahaan dan pihak terkait dalam keadaan
tertentu. Informasi ini diperlukan untuk tujuan akuntabilitas dan untuk memfasilitasi pemahaman
yang lebih baik dari posisi keuangan dan kinerja perusahaan pelapor. Isu-isu utama dalam
pengungkapan informasi mengenai pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah
mengidentifikasi kendali pihak atau secara signifikan mempengaruhi entitas pelaporan dan
menentukan informasi apa yang harus diungkapkan mengenai transaksi dengan pihak-pihak.
IPSAS 23 : Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers) (Pendapatan dari
Transaksi Luar Bursa (Pajak dan Transfer))
IPSAS 23 alamat:
a. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dari pajak,
b. Pengakuan pendapatan dari transfer, yang meliputi hibah dari pemerintah lainnya dan
organisasi internasional, hadiah dan sumbangan,
c. Bagaimana kondisi dan pembatasan penggunaan sumber daya dialihkan harus tercermin dalam
laporan keuangan.
11
IPSAS 24 berlaku untuk entitas yang menerapkan basis akrual pelaporan keuangan. Ini
mengidentifikasi pengungkapan dibuat oleh pemerintah dan entitas sektor publik lainnya yang
membuat anggaran yang disetujui mereka tersedia untuk umum. Juga, itu memerlukan entitas
sektor publik untuk menyertakan perbandingan anggaran dan jumlah aktual dalam laporan
keuangan dan penjelasan tentang perbedaan material antara anggaran dan jumlah sebenarnya.
12
distribusi tanpa biaya atau dengan biaya nominal atau untuk dikonversi menjadi hasil pertanian atau
dalam aset biologis tambahan. IPSAS 27 terutama diambil dari IAS 41 IASB Pertanian, dengan
perubahan terbatas berurusan dengan isu-isu spesifik sektor publik. Sebagai contoh, IPSAS 27
alamat aset biologis yang dimiliki untuk mentransfer atau distribusi tanpa biaya atau dengan biaya
nominal untuk lain badan-badan sektor publik atau tidak-untuk organisasi nirlaba. 27 IPSAS juga
mencakup persyaratan pengungkapan yang bertujuan untuk meningkatkan konsistensi dengan dasar
statistik akuntansi yang mengatur Statistik Keuangan Pemerintah Manual. IPSAS 27 berlaku efektif
untuk laporan keuangan tahunan yang mencakup periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
April 2011, dengan aplikasi sebelumnya dianjurkan.
13
cara setara; yang IPSASB akan mempertimbangkan kembali penerapan standar ini kekuasaan dan
hak-hak dalam konteks yang konseptual kerangka kerja proyek yang saat ini sedang dalam
penyelesaian.
BAB III
PENUTUP
Akuntansi akrual merupakan salah satu bagian dari paket reformasi keuangan negara dan daerah
yang berperan penting dalam peningkatan akuntabilitas, efisiensi dan kinerja pemerintah.
IPSASB sebagai penyusun standar akuntansi IFAC untuk sektor publik telah menerbitkan
empat exposure draft (ED) dalam kerangka konvergensi standar akuntansi sektor publik (IPSAS) ke
standar akuntansi sektor komersial/bisnis (IAS/IFRS). Diakui, kedua sektor ini memang tetap
14
berbeda dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi penyusun standar sendiri mengakui adanya
perbedaan-perbedaan tersebut dengan melampirkan hal-hal yang berbeda di kedua sektor ini.
Perbedaan in dibuat dalam bentuk pembandingan antara IPSAS dengan IAS/IFRS dengan judul
Comparison to IAS.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/289060591/Regulasi-Dan-Standar-Akuntansi-Sektor-Publik (Diperoleh 29
Oktober 2016)
15
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=316215&val=5794&title=PERLAKUAN%20
AKUNTANSI%20ATAS%20KONSTRUKSI%20DALAM%20PENGERJAAN%20PADA%20LA
PORAN%20KEUANGAN%20PEMERINTAH%20DAERAH%20PADA%20KABUPATEN%20
MINAHASA (Diperoleh 30 Oktober 2016)
http://docslide.us/economy-finance/international-public-sector-accounting-standards-board-
5593d76382e7d.html (Diperoleh 30 Oktober 2016)
https://www.ifac.org/system/files/publications/files/ipsas-17-property-plant-2.pdf (Diperoleh 31
Oktober 2016)
https://www.ifac.org/system/files/publications/files/ipsas-11-construction.pdf (Diperoleh 31
Oktober 2016)
LAMPIRAN
16
1. PENDAHULUAN
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) No.1 tentang penyajian laporan
keuangan mengharuskan setiap unit pelaporan pada entitas sektor publik untuk menyajikan neraca
sebagai bagian dari laporan keuangan entitas sektor publik. Pengakuan/pencatatan,
pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap menjadi fokus utama karena
aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan memiliki tingkat kompleitas yang tinggi.
Salah satu bagian dari akuntansi aset tetap adalah Konstruksi Dalam Pengerjaan yang
telah diatur dalam IPSAS Nomor 11 tentang Contract Construction. Aturan tersebut memberikan
pedoman bagi entitas sektor publik dalam melakukan pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta
pengungkapan Konstruksi dalam Pengerjaan berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi.
Beberapa permasalahan terkait Konstruksi dalam Pengerjaan mengenai pengakuan,
penyajian, pengungkapan dan pengukuran Konstruksi dalam Pengerjaan sebagai salah satu bagian
dari Aset tetap entitas sektor publik.
Dalam ipsas no.11 juga dijelaskan Suatu kontrak konstruksi mungkin dinegosiasikan
untuk membangun sebuah aset tunggal seperti jembatan, bangunan, bendungan, pipa, jalan,
kapal, dan terowongan. Kontrak konstruksi juga berkaitan dengan sejumlah aset yang
berhubungan erat atau saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, dan
fungsi atau tujuan pokok penggunaan; kontrak seperti ini
Berdasarkan ED1, Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan bagian dari Aset tetap. Aset
tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Komponen Aset
tetap antara lain sebagai berikut :
1. Tanah.
2. Peralatan dan mesin.
3. bangunan.
4. Jalan, irigasi, dan jaringan
17
5. Aset tetap lainnya.
6. Konstruksi dalam pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan melalui
kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu
perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.
Pengakuan
Dalam IPSAS No.11 tentang Construction Contracts menyebutkan Suatu benda berwujud
harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika memenuhi kondisi berikut ini.
1. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan
aset tersebut akan diperoleh.
2. Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal.
3. Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan fisik proyek belum dilaksanakan, namun
biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke dalam pembangunan proyek telah dikeluarkan,
maka biaya-biaya tersebut harus diakui sebagai KDP aset yang bersangkutan
Pengukuran
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. Nilai konstruksi yang
dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak konstruksi meliputi berikut ini :
1. Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat
penyelesaian pekerjaan.
2. Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan pekerjaan
yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan.
3. Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan
kontrak konstruksi.
18
waktu penyelesaiannya.
2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya.
3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan.
4. Uang muka kerja yang diberikan.
5. Retensi. (Jumlah termin (Progress Billings) yang tidak dibayarkan full hingga
pemenuhan kondisi yang ditentukan dalam kontrak telah diselesaikan. Besarannya
umumnya 5% dari nilai kontrak)
Jika merujuk paragraf 15 PSAP Nomor 8, Bultek SAP Nomor 9 menyatakan bahwa suatu
KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan
dan konstruksi tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan perolehan. Selanjutnya
dinyatakan bahwa dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (BAPP). Dengan demikian, apabila suatu KDP telah diterbitkan BAPP,
berarti pembangunan tersebut sudah selesai.
Merujuk dalam Bultek memberikan pedoman untuk pengakuan KDP sebagai asset tetap
sebagai berikut:
1. Apabila aset telah selesai dibangun, BAPP sudah diperoleh, dan aset tetap
tersebut sudah dimanfaatkan oleh SKPD/Satker, maka aset tersebut dicatat
sebagai Aset Tetap Definitifnya.
2. Apabila aset tetap telah selesai dibangun, BAPP sudah diperoleh, namun aset
tetap tersebut belum dimanfaatkan oleh SKPD/Satker, maka aset tersebut dicatat sebagai
Aset Tetap Definitifnya.
3. Apabila aset telah selesai dibangun yang didukung dengan bukti yang sah
(walaupun BAPP belum diperoleh) namun aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh
SKPD/Satker, maka aset tersebut masih dicatat sebagai KDP dan diungkapkan di dalam
CaLK.
4. Apabila sebagian dari aset tetap yang dibangun telah selesai, dan telah
digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang digunakan/dimanfaatkan masih diakui
sebagai KDP (Dalam kasus ini, BAPP tidak dapat diberlakukan untuk sebagian saja dari
pekerjaan yang telah selesai dibangun).
5. Apabila Berita Acara Serah Terima sudah ada, namun fisik pekerjaan belum selesai,
akan diakui sebagai KDP.
19
20
21