Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Berdasarkan sejarah indonesia, khususnya pada era orde baru terdapat

berbagai permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk

permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan, dimana titik berat

kekuasaan berada pada tangan penguasa birokrasi pemerintah yang mengakibatkan rakyat

sebagai unsur utama demokrasi tidak mempunyai peran yang dapat mengontrol birokrasi

pemerintahan secara maksimal. Kekusaan ini disalah gunakan oleh penguasa Orde Baru untuk

menguasai semua struktur birokrasi pemerintahan dengan konsep monoloyalitas. 1 Konsep ini

yang kemudian menjadi dampak terhadap penataan kepegawaian atau sumber daya aparatur

pemerintah karena sekarang sejak disahkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya

disingkat dengan PNS Indonesia sebagai salah satu elemen personifikasi negara, telah diberikan

keistimewaan untuk perlindungan terhadap profesinya, tentu disamping peningkatan kompetensi

dan kualifikasi diri disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang 1 Hartini sri,

kadarsih setiajeng, sudrajat tedi. Hukum Kepegawaian di Indonesia. 2008. Sinar grafika. Jakarta

2 Aparatur Sipil Negara.2 Dibalik maksud baik pembuatan Undang-Undang ini, yaitu untuk

menjadikan PNS sebagai sosok yang berintegritas, profesional, netral, apolitis, bebas KKN,

nasionalis, dan sebagainya. Ada terselip Pasal yang menurut penulis telah membatasi hak

seseorang PNS untuk berbuat lebih jauh lagi bagi negara ini. Hal tersebut menyebabkan keadilan

profesi di Indonesia dalam mengaktualisasikan dirinya tidak setara dan diskriminasi. Terutama

bagi profesi PNS yang berkurang haknya untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan. Pasal tersebut adalah Pasal 119 dan 123 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Aparatur Sipil Negara yang intinya jika PNS mencalonkan diri atau dicalonkan

untuk menduduki jabatan negara (Presiden dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur

dan wakil gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota), mereka diwajibkan

menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.

Pegawai Negeri Sipil, adalah sebuah profesi dan sebuah pekerjaan. PNS sama halnya dengan

profesi lainnya seperti pengacara, akuntan publik, notaris, pengusaha, konsultan, artis, wartawan,

petani, buruh pabrik dan sebagainya. Sebagaimana pengertian Aparatur Sipil Negara yang

termaktub dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang di

singkat menjadi ASN bahwasanya ASN itu adalah sebuah profesi yang menyatakan bahwa :

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi 2 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara 3 bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Dapat kita

bandingkan dengan beberapa profesi yang telah memiliki kekuatan hukum, seperti profesi

advokat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokad, bagi

advokat jika mereka menjabat dalam jabatan negara sebagaimana yang diatur dalam pasal (20)

ayat (3) bahwa Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi

advokat selama memangku jabatan tersebut. Dalam Undang-Undang ini jika advokat

mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi pejabat negara tidak ada aturan yang mewajibkan

advokat untuk berhenti dari profesi keadvokatannya. Hanya tidak boleh melaksanakan tugas

profesi advokat selama memangku jabatan negara, artinya jika tidak menjadi pejabat negara lagi

mereka bisa otomatis kembali menjadi advokat Begitupun halnya dengan profesi notaris, yang

dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pasal 11 ayat
(1) Notaris yang diangkat menjadi pejabat negara wajib mengambil cuti.Ayat (2) Cuti

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama Notaris memangku jabatan sebagai pejabat

negara. Ayat (6) Notaris yang tidak lagi menjabat sebagai pejabat negara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat menjalankan kembali jabatan Notaris dan Protokol Notaris

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diserahkan kembali kepadanya. Dalam Undang-Undang

tentang jabatan notaris ini, diakui dan dilindungi hak warga negara dalam menjalankan

profesinya dan hak politiknya untuk menduduki jabatan negara. Tidak ada klausal yang

mewajibkan profesi notaris untuk 4 menyatakan pengunduran diri dari profesinya secara tertulis

jika mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan negara. Tetapi diwajibkan cuti

selama memangku jabatan negara, dan dipulihkan kembali profesi notarisnya jika sudah tidak

mengabdi lagi di jabatan negara, sangat adil dan fair. Begitupun dengan profesi lainya, seperti

profesi akuntan publik, profesi dokter, profesi guru dan dosen yang bukan PNS dan berbagai

profesi lainnya. Beberapa contoh perbandingan profesi diatas yang ada di Indonesia, yang sudah

jelas diatur dalam Undang-Undang, berbeda sekali perlakuan yang disematkan bagi profesi PNS

yang jenis, materi dan subjek hukumnya sangat sama yakni untuk menduduki jabatan negara.

Perbandingan jenis profesi ini akan sangat panjang dan akan semakin kelihatan diskriminasinya

jika kita tambah perbandingannya dengan berbagai macam jenis profesi lainnya yang tidak atau

belum diatur oleh Undang Undang, seperti profesi pengusaha, profesi buruh, profesi petani,

profesi wartawan, profesi artis dan sebagainya. Mereka bebas mencalonkan dirinya dalam

jabatan negara apapun dan apabila tidak terpilih atau telah selesai pengabdiannya sebagai pejabat

negara mereka bisa kembali menekuni profesi awalnya. Hak azazi mereka untuk kembali

beraktifitas pada jenis pekerjaan/profesi mereka semula tidak hilang dan dilindungi. Dengan

adanya diskriminasi terhadap jenis profesi ini, maka bagi PNS menimbulkan akibat hukum yaitu
terjadinya pelanggaran dan pengingkaran terhadap Hak Azazi PNS sebagai warga negara

sebagaimana yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 yaitu, Pasal 28 I ayat (2) yang

berbunyi: Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa

pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 5

PNS adalah profesi maka PNS selaku warga negara berhak untuk mendapatkan perlindungan

profesi dari negara, dan ini dijamin oleh konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Pasal 27

ayat (2) yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan. Pasal 28 D ayat (2) yang berbunyi Setiap orang berhak untuk bekerja

serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Oleh sebab

itu, PNS sebagai sebuah profesi, maka segala hak dan kewajiban PNS haruslah sama, adil dan

setara dengan segala macam jenis pekerjaan dan profesi yang ada di Indonesia. Profesi PNS

dalam kaitannya dengan pengejewantahan UUD 1945 yaitu hak untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak dan hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan,

sebagaimana yang dijamin dalam Pasal 27 ayat (1) Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal 28 (D) ayat (3) yang berbunyi Setiap warga

negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Maka profesi PNS

untuk menduduki jabatan negara adalah hak azazi mereka yang tidak boleh dibatasi dan

diamputasi. Namun akibat pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang ASN

Pasal 119 dan Pasal 123 ayat (3) tersebut yang berbunyi pejabat pimpinan tinggi madya dan

pejabat pimpinan tinggi pertama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur/wakil walikota

wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari PNS sejak mendaftar sebagai calon, lalu

pada Pasal 123 ayat (1) yang berbunyi pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi ketua,
wakil ketua, dan 6 anggota Mahkamah Konstitusi Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan

Pemeriksa Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial, ketua dan wakil ketua

Komisi Pemberantasan Kourupsi; Menteri dan Jabatan setingkat Menteri, Kepala perwakilan

Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan

Berkuasa Penuh diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai

PNS, dari bunyi pasal tersebut menimbulkan konsekuensi diskriminasi terhadap persamaan hak

didepan hukum dan pemerintahan bagi PNS. Dimana PNS jika mencalonkan diri atau dicalonkan

untuk menduduki jabatan negara (sebagaimana yang disebutkan diawal), mereka diwajibkan

menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon. Namun

dalam praktiknya pemberlakuan UndangUndang ini kurang efektif, dan jelas terjadi diskriminasi.

Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar bagi keberadaan profesi PNS, bagi PNS jika mereka

mencalonkan diri atau dicalonkan untuk menduduki jabatan negara tersebut, mereka harus

mengundurkan diri sejak pencalonannya, disini sangat terlihat perlakuan yang tidak adil dan

tidak sama perlakuannya dengan profesi lainnya.3 Hak azazi mereka untuk memperoleh

kesempatan yang sama dalam pemerintahan diamputasi dan di diskriminasi, jika kita bandingkan

dengan profesi lainnya, maka sangat terlihat dengan jelas betapa diskriminasi profesi sangat

terlihat dililitkan pada profesi PNS.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aparatur Sipil Negara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Aparatur Negara didefinisikan sebagai alat

kelengkapan negara, terutama yang meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan

kepegawaian, yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari.

Manajemen menitikberatkan pada kepegawaian negara dikenal dengan profesi pegawai yang

bekerja di pemerintahan yang melaksanakan Public Civil Servant Service 1 . Kepegawaian

negara di Indonesia dikenal dengan sebutan Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya PNS). Dahulu

dikenal dengan sebutan PAMONG PROJO atau PANGREH PROJO. Dengan adanya Undang-

Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, kepegawaian negara yang disebut

dengan istilah aparatur sipil Negara (selanjutnya ASN), mencakup Pegawai Negeri Sipil (PNS)

dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah

profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja

pada instansi pemerintah. Pembahasan tentang ASN merupakan bagian dari manajemen

kepegawaian negara di bawah kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan (Pasal 4 ayat 1

UUD NRI 1945). ASN adalah penyelenggara negara yang terdapat dalam semua lini

pemerintahan. Pelaksana kegiatan administrasi negara dilaksanakan oleh ASN sebagai sumber

daya manusia penggerak birokrasi pemerintah. Menurut Paul Pigors, tujuan pengelolaan

kepegawaian negara adalah: 1). Agar penggunaan dan kinerjanya bisa efefktif, tidak boros dan

menghasilkan kerja yang sesuai yang dibutuhkan; 2). Pengembangan kariernya dijamin secara

jelas sesuai dengan kompetensi diri dan kompetensi jabatan; 3). Kesejahteraan hidupnya dijamin.
Pengaturan ASN tidak terlepas dari pengaturan kepegawaian negara yang telah berlangsung

dalam perjalanan panjang yang dilakukan oleh pemerintah. Undang-undang yang selama ini

menjadi dasar pengelolaan kepegawaian negara adalah: Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

43 Tahun 1999. UU No. 8 Tahun 1974 pembuatannya dalam suasana sistem politik dan sistem

pemerintahan yang otoriter dan sentralistik. Sedangkan UU No. 43 1 Miftah Thoha, Konsep

Perubahan UU Kepegawaian - Kantor Kota Sukabumi. Konsep perubahan undang-undang

kepegawaian, Management Kepegawaian Universitas Gajah Mada,

sukabumikota.kemenag.go.id file dokumen D .ppt . 2 Tahun 1999 pembuatannya dalam suasana

pemerintahan reformasi2 . Di dalam pelaksanaannya kedua Undang-undang yang berbeda jiwa

pembuatannya digunakan bersama-sama. UU No. 43 Tahun 1999 merevisi dan bukan

menghapus UU No 8 Tahun 1974. Dari perjalanan pelaksanaan kedua Undangundang tersebut

menurut para pakar terjadi sikap yang ambivalen: di satu sisi sesuai dengan era reformmasi

dilakukan desentralisasi ke daerah, di sisi lain peranan pemerintah pusat melalui kementerian

sektor memperkuat peran sentralnya. Misalnya seperti persoalan rekrutmen dan promosi menjadi

rumit syarat dan bisnis. Hal ini yang menjadikan DPR sejak tahun 2011 berinisiatif merancang

RUU Kepegawaian yang menekankan pada konsep jabatan profesi bagi kepegawaian.

Keberadaan UU ASN sebagai pengganti UU Kepegawaiwan sebelumnya yang diperuntukan

untuk meningkatkan: a. Efektivitas pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan b.

Independensi PNS dari tekanan politik c. Profesionalisme birokrasi d. Kompetensi aparatur e.

Kinerja PNS f. Kapasitas kelembagaan bidang SDM Aparatur g. Integritas birokrasi h.

Kesejahteraan PNS i. Kualitas pelayanan publik j. Pembinaan dan pengawasan. Dalam

mewujudkan berlangsungnya kegiatan administrasi negara pelaksanaannya dilakukan oleh


aparatur sipil negara sebagai sumber daya manusia penggerak birokrasi pemerintah. Aparatur

sipil negara dan pengisian jabatan administrasi negara bekerja atas dasar otoritas yang sah yang

diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Barulah setelah ia memiliki kewenangan yang

sah, aparatur sipil negara sebagai penggerak birokrasi pemerintah melakukan pelayanan publik

untuk masyarakat. Pengertian Hukum Administrasi kepegawaian, yang digunakan dalam

pembahasan ini adalah:

a. Hukum: untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban, keamanan dan sebagainya

dalam melaksanakan suatu kegiatan atau organisasi;

b. Administrasi: Dalam arti sempit merupakan tata usaha (clerical work) Dalam arti luas

merupakan kegiatan sekelompok manusia yang dilakukan melalui tahapan tertentu

untuk mencapai tujuan tertentu.Dalam arti luas ini administrasi mencakup dalam arti:

Proses, Fungsional dan Instisional.

c. Kepegawaian: dibatasi hanya pada Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. Dapat

dikemukakan disini pendapat dari The Liang Gie, yang menyatakan bahwa

administrasi kepegawaian adalah segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan

penggunaan tenaga kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas tersebut dijelaskan,

terkait masalah penerimaan, pengangkatan, pengembangan, balas jasa sampai pada

pemberhentian atau pensiun.

B. Kewenangan dan Manajemen ASN

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

dinyatakan bahwa Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut,

Presiden bertindak selaku pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi. Dalam konsep Hukum
Administrasi Negara, Presiden sebagai kepala Pemerintah berdampak bahwa Presiden

mempunyai kewenangan mengatur dan mengurus dalam rangka melaksanakan tugas-tugas

pemerintahan. Presiden memegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi dan

manajemen ASN. Dalam menjalankan tugas tersebut, Presiden dibantu oleh para Menteri di

tingkat Pemerintah Pusat dan Gubernur, Bupati dan walikota di tingkat Pemerintah daerah, yang

berkedudukan sebagai aparatur pemerintah di bawah Presiden. Pelaksanaan tugas-tugas umum

Pemerintahan dilaksanakan melalui tata kerja yang saling berkaitan dan berkesinambungan,

dimana hal itu disebut sebagai suatu birokrasi Pemerintah. Pada dasarnya tugas yang

dibebankan kepada aparatur pemerintah melalui birokrasi pemerintah, dilaksanakan oleh para

pegawai negeri baik yang berkedudukan di Pemerintah Pusat maupun di Pemerintah Daerah.

Aparatur sipil negara sebagai pejabat yang berwenang mempunyai kewenangan untuk

melaksanakan kegiatan Mengatur dan Mengurus dalam rangka menyelenggarakan urusan

Pemerintahan (bestuurszorg). Kewenangan Mengatur, diberikan kepada seorang Pejabat yang

berwenang untuk membentuk kebijakan dalam bentuk regulasi/regeling (dalam rangka

pelaksanaan undangundang). Selanjutnya Kewenangan Mengurus, diberikan kepada seorang

pejabat yang berwenang untuk membentuk kebijakan dalam bentuk penetapan/beschiking (dalam

rangka merealisasi undang-undang menjadi nyata/konkrit). PNS sebagai aparatur pemerintah

tidak saja milik satu daerah melainkan sebuah aset pemerintah yang menjadi perekat Indonesia

sebagai sebuah negara kesatuan. Layaknya penugasan pegawai pada instansi kejaksaan,

kepolisian, atau militer, PNS juga harus diputar ke luar daerah untuk bisa mendapatkan wawasan

luas mengenai Indonesia. "Salah satu praktiknya adalah kepala daerah yang memiliki

kewenangan penuh untuk menunjuk beberapa jabatan strategis, seperti kepala dinas, tanpa harus

mempertimbangkan kompetensi 4 calon yang akan mendudukinya," demikian pendapat Guru


Besar Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sadu Wasistiono. Salah satu solusi yang diberikan

adalah pemerintah harus meningkatkan pengawasan kebijakan kepegawaian di daerah. Jangan

sampai, primordialisme bisa berlangsung karena berbalut semangat otonomi daerah. Karena itu

Presiden sebagai kepela Pemerintahan berfungsi sebagai pelaksana manajemen Aparatur yang

berada di bawahnya. Manajeman ASN dalam hal ini dimaksudkan sebagai pengelolaan ASN

untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas

dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Presiden sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi Pembina ASN dapat mendelegasikan kewenangan menetapkan

pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pejabat, selain pejabat pimpinan tinggi utama dan

madya serta fungsional keahlian utama, kepada :

a. Menteri dan kementerian;

b. Pimpinan Lembaga di LPNK;

c. Sekretaris Jenderal di secretariat Lembaga Negara dan Lembaga Non Struktural;

d. Gubernur di Provinsi;

e. Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota.

C. Kelembagaan

Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dalam kebijakan,

pembinaan profesi, dan Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk menyelenggaraan

kekuasaan dimaksud, Presiden mendelegasikan kepada:

1. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) berkaitan

dengan kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN, dipimpin oleh seorang Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyelenggarakan fungsi-fungsi:

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan

reformasi birokrasi;

b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur

negara dan reformasi birokrasi;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; dan

d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi.

Adapun 5 Struktur Organisasi Kementerian PAN-RB berdasarkan Peraturan Presiden No. 56

Tahun 2013, adalah:

1. Sekretariat Kementerian;

2. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan;

3. Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana;

4. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Aparatur;

5. Deputi Bidang Pelayanan Publik;

6. Staf Ahli Bidang Hukum;

7. Staf Ahli Bidang Kebijakan Publik;

8. Staf Ahli Bidang Komunikasi Strategis dan Hubungan Kelembagaan;

9. Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah; dan

10.Staf Ahli Bidang Budaya Kerja Aparatur.


2. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) berkaitan dengan kewenangan monitoring dan

evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem

Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas kode etik dan kode perilaku ASN. Komisi

Aparatur Sipil Negara (KASN) merupakan lembaga non-struktural yang mandiri dan bebas

dari intervensi politik untuk menciptakan pegawai ASN (PNS, PPPK, dan anggota TNI/Polri

yang ditugaskan dalam jabatan ASN) yang profesional dan berkinerja, memberikan

pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa. Komisi ASN

yang beranggotakan 7 orang komisioner tersebut berfungsi mengawasi pelaksanaan norma

dasar, kode etik dan kode perilaku ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan

Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah. Fungsi tersebut merupakan pembentukan

Aparatur Sipil Negara yang profesinal dan memiliki integritas. Sedangkan Sistem merit

mengubah manajemen ASN dengan berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.

Selain itu sistem ini juga akan melakukan penilaian secara adil dan wajar, tanpa membedakan

latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan,

umur, ataupun kondisi kecacatan. KASN memiliki tugas untuk menjaga netralitas pegawai

ASN, melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN dan melaporkan pengawasan dan

evaluasi pelaksanaan kebijakan manajemen ASN kepada Presiden. Dengan adanya tugas

KASN untuk menjaga netralitas pegawai ASN maka diharapkan pegawai ASN dapat

berkonsetrasi terhadap tugas dan fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Selain tugas di

atas, KASN memiliki wewenang untuk:

1. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi mulai dari

pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi,

pengusulan nama 6 calon, penetapan, dan pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi.


2. Mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode etik dan kode

perilaku Pegawai ASN;

3. Meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan pelanggaran

norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;

4. Memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku

Pegawai ASN;

5. Meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah untuk

pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku

Pegawai ASN.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi ASN dibantu oleh Sekretariat.

Sekretariat dibentuk sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 118 Tahun 2014 tentang

Sekretariat, Sistem dan Manajeman SDM, serta Tanggung Jawab dan Pengelolalaan Keuangan

KASN. Dalam Perpres tersebut disebutkan bahwa Sekretariat KASN berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Ketua KASN, yang dipimpin oleh Kepala Sekretariat. 3. Lembaga

Administrasi Negara (LAN) berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan

Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ASN. Lembaga

Administrasi Negara (LAN) merupakan salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen yang

didirikan pada tahun 1957 untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kantor LAN Pusat

berlokasi di Jakarta Pusat dan memiliki 4 Kantor Perwakilan yang disebut PKP2A (Pusat Kajian

dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur) masing-masing di Bandung, Makassar, Samarinda dan

Aceh. LAN juga memiliki STIA (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi) dengan jenjang D3, S1 &

S2 yang terdapat di Jakarta, Bandung dan Makassar. 4. Badan Kepegawaian Negara (BKN)
berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan Manajemen ASN, pengawasan dan

pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen ASN. Penamaan

BKN, berawal dari Kantor Urusan Pegawai (KUP) pembentukan zaman kolonialisme untuk

mengurus segala sesuau mengenai kedudukan dan gaji pegawai negeri. Setelah Indonesia

merdeka KUP mengalami perubahan nama menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara,

dengan didasari perkembangan bawa peran aparatur pemerintah semakin dirasa penting dengan

merekontruksi kedudukan, fugnsi, tugas dan organisasi KUP dmenjadi BAKN berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1972. Seiring dengan pesatnya perkembangan kepegawaian

terjadi pergeseran paradigm yang 7 semula masalah administrative semata menjadi kea rah

manajemen sumber daya manusia, BAKN juga melakukan reformasi kepegawaian dengan

mengubah BAKN menjadi BKN Badan Kepegawaian Negara berdasarkan Keppres No. 95

Tahun 1999 tanggal 11 Agustus 1999. Dasar pertimbangan pembentukan Undang-undang

Nomor 5 Tahun 2014, antara lain untuk mewujudkan aparatur sipil Negara sebagai bagian dari

reformasi birokrasi, dimana ASN sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan

mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan

prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil Negara. Manajemen aparatur sipil

Negara diarahkan berdasarkan pada perbandingan antara kompetensi dan kualifikasi yang

diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki oleh calon dalam

rekrutmen. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, yang dimaksud dengan system

merit adalah, kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan

kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit,

agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi kecacatan.
D. Pengertian dan kedudukan ASN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, disebutkan beberapa pengertian

terkait dengan aparatur sipil negara, yaitu:

a. Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

b. Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dg

perjanjian kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi

tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. d. PPPK (pegawai Pemerintah

dengan Perjanjian Kerja) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam

rangka melaksanakan tugas pemerintah.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang melaksanakan kebijakan

yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan

intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka

Pegawai ASN berfungsi sebagai: a. Pelaksana kebijakan publik yg dibuat pejabat pembina ; b.

Pelayan Publik yang berkualitas dan profesional; c. Perekat dan pemersatu Bangsa. Pegawai

ASN berperan sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum

pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik

yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme. Aparatur Sipil Negara itu terdiri dari: 1) Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah pegawai

tetap seperti yang sekarang ada 2) Pegawai Pemerintah adalah pegawai yang diangkat

berdasarkan kontrak. Jenis pegawai ini dapat disebutkan seperti tenaga fungsional (Guru, Dokter

dsb) dan tenaga profesional (seperti: Auditor, Perencana, Pengawas, dsb). Jabatan ASN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014, dinyatakan bahwa seorang pegawai ASN

akan memiliki jabatan dalam kedudukannya, baik dalam jabatan administrasi, jabatan fungsional

atau jabatan pimpinan tinggi. Yang dimaksud dengan jabatan administrasi adalah sekelompok

jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi

pemerintahan dan pembangunan. Jabatan administrasi terdiri atas jabatan administrator, jabatan

pengawas dan jabatan pelaksana. Adapun yang dimaksud dengan jabatan fungsional adalah

sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang

berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan fungsional dalam ASN terdiri atas

jabatan fungsional keahlian (terdiri dari: ahli utama, ahli madya, ahli muda dan ahli pratama) dan

jabatan fungsional keterampilan (terdiri dari: penyelia, mahir, terampil dan pemula). Selanjutnya

pengertian jabatan pimpinan tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.

Jabatan pimpinan tinggi terdiri atas jabatan pimpinan tinggi utama, jabatan pimpinan tinggi

madya, dan jabatan pimpinan tinggi pratama. Pengisian jabatan pimpinan utama dan madya pada

Kementerian Kesretariatan Lembaga Negara, Lembaga Non Struktural dan Instansi daerah

dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat

kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan dan integritas

serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal

108). Untuk jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif dikalangan

PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan


latihan, rekam jejak jabatan dan integritas serta persyaratan jabatan lain sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan. Hak dan kewajiban PNS berhak memperoleh:

1. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;

2. Cuti;

3. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

4. Perlindungan;

5. Pengembangan kompetensi.

PPPK berhak memperoleh:

1. Gaji dan tunjangan;

2. Cuti;

3. Perlindungan;

4. Pengembangan kompetensi.

Kewajiban ASN:

1. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah;

2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;

4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan

tanggung jawab;

6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan

kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan;


8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

E. Aset atau Keuangan ASN

Aparatur Negara sebagai aparatur penyelenggaraan negara adalah aset negara. Dalam

setiap lini dan hirarki pemerintahan ASN menjadi kunci keberhasilan dari pelaksanaan sistem

yang ada. ASN melalukan perencanaan, dan menyusun keuangan sehingga harus mempunyai

pengetahuan wawasan tentang Keuangan Negara dan mengikuti prosedur operasional baku yang

telah ada. 10 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara, yang

Bersih dan Bebas KKN Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak,

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 20 tahun 2001 Peraturan

Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin. PNS yang telah diubah dengan

Peraturan Pemerintan Nomor Tahun 2010 Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004 tentang

Pembinaan Jiwa, Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Kewajiban memiliki NPWP

(Nomor Pokok Wajib Pajak). Pembinaan dan Pengawasa Berdasarkan Undang-undang Nomor 5

Tahun 2004, diatur bahwa Pegawai Aparatur Sipil Negara terdiri atas Pegawai Negeri Sipil dan

PPPK. PNS merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat

Pembina kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK

merupakan pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat

pembina kepegawaian sesuai dengan kebutuhan instansi Pemerintah dan ketentuan undang-

undang ini. Pembinaan kepegawaian menggunakan Sistem Merit adalah sistem pembinaan

kepegawaian berdasarkan karir dan prestasi kerja, yang terukur secara administrasi dan realitas

pencapaian tugas dan pengabdian seseorang pegawai, dalam lingkung tugas yang diembannya

dalam organisasi jabatan pemerintahan. Pengadaan rekrutmen dan seleksi yang bersangkutan

dapat mengetahui nilai yang diperolehnya dan mengukur dirinya dalam persyaratan yang
ditenukan - Pengangkatan pemenuhan persyaratan (tersusun, terencana, dan terstruktur) Setelah

era reformasi pemerintahan daerah berlangsung, maka paradigma penerimaan pegawai negeri

mengalamai perubahan yaitu paradigma dari berdasarkan formasi kepada analisis jabatan.

Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian dari analisis jabatan, yaitu:

1. Edwin B. Flippo (Job Analisys): analisis jabatan adalah proses mempelajari dan

mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan operasi-operasi (pelaksanaan-

pelaksanaan) dan tanggung jawab dari suatu jabatan tertentu;

2. George R. Terry (Principle of Management): Analisis jabatan adalah suatu cara untuk

memperoleh data inti yang dapat dirumuskan sebagai proses mempelajari kewajiban-

kewajiban dan pelaksanaan-pelaksanaan jabatan secara kritis;

3. Drs. M. Manullang (Management Personalia): Analisis jabatan merupakan suatu

proses untuk membuat uraian pekerjaan sedemikian rupa, sehingga dari uraian tersebut

dapat diperoleh keterangan-keterangan yang perlu untuk menilai jabatan itu dan untuk

suatu keperluan,. Dari rumuasan analisis jabatan sebagaimana dikemukakan di atas, maka

ditarik beberapa unsur terkait penge Drs. M. Manullang, Management Personalia,

pengertian analisis jabatan, yaitu:

1. Proses mengumpulkan informasi jabatan

2. Metode mempelajari kewajiban, syarat, dan kondisi jabatan

3. Penelaahan mendalam terhadap suatu pekerjaan

4. Mempelajari dan menemukan materi dan karakteristik suatu pekerjaan

Jadi dapat dikatakan bahwa analisis jabatan merupakan metode dan proses penelaahan

suatu pekerjaan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik, kondisi, dan syarat tentang
pekerjaan tersebut. Berdasarkan analisis jabatan itulah maka dapat diperoleh tenaga kerja yang

profesional sesuai dengan kebutuhan beban kerja yang ada dalam suatu birokrasi pemerintah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aparatur Negara sebagai aparatur penyelenggaraan negara adalah aset negara. Dalam

setiap lini dan hirarki pemerintahan ASN menjadi kunci keberhasilan dari pelaksanaan

sistem yang ada. ASN melalukan perencanaan, dan menyusun keuangan sehingga harus

mempunyai pengetahuan wawasan tentang Keuangan Negara dan mengikuti prosedur

operasional baku yang telah ada sesuai dengan undang-undang nomor 5 tahun 2014.

B. Saran

Semoga undang-undang ASN dapat diimplementasikan dengan baik sehingga dapat

menjadi acuan atau pedoman yang bagus buat pegawai sehingga mengerti akan tugas hak

dan kewajiban dalam menjalankan tugasnya.


Daftar Pustaka

Badan Kepegawaian Negara.2014.CAT BKN untuk Indonesia. Jakarta: Biro Humas dan Protokol
BKN.
Kementrian Sosial Republik Indonesia.2014.Ketentuan Penerimaan CPNS Formasi Tahun 2014
Kementrian Sosial RI. Jakarta: kementrian Sosial Republik Indonesia.
Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta : Elex
Media Komputindo
Winanarno, B. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.
Undang undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Anda mungkin juga menyukai