PROPOSAL
Disusun Oleh :
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam satu jabatan negeri atau
pegawai negeri sipil meliputi segala hal yang mencakup kedudukan, kewajiban,
hak dan pembinaan pegawai negeri. Mengenai lingkup yang meliputi pegawai
negeri, maka akan diuraikan hak dan kewajibannya, termasuk pegawai negeri
Hak pegawai negeri sipil tidak terlepas daripada hak warga negara yang
berhubungan dengan hak dasar warga negara dan prinsip kebebasan yang
universal meliputi bidang sosial, ekonomi, budaya dan politik. Hak dasar
hak warga negara tersirat dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
1
Pada masa orde baru, hanya ada dua partai politik dan satu golongan
karya, Golkar tidak dianggap sebagai partai politik tetapi golongan kekaryaan.
Pegawai negeri sipil pada prinsipnya tidak diperbolehkan masuk partai politik,
tetapi dia diharuskan masuk anggota Golkar melalui wadah Korpri. Berahirnya
pemerintahan orde baru dan digantikan dengan orde reformasi, maka berbagai
Setelah reformasi maka hak politik pegawai negeri sipil diatur dalam
pemerintah No. 5 Tahun 1999 yang dirubah dengan Peraturan Pemerintah No. 12
Tahun 1999, yang telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2004
pada Pasal 3 ayat (3), dinyatakan bahwa: “Untuk menjamin netralitas pegawai
negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pegawai negeri sipil dilarang
1
Inong, Hak Konstitusional Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dalam Pencalonan Sebagai Kepala
Daerah, Jurnal Ilmu Hukum, Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako, Vol. 2, No. 18,
2018, hlm. 31.
2
Mengenai larangan ini lebih dipertegas lagi dalam Peraturan Pemerintah
No. 37 Tahun 2004 Tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil berpartai politik
1. Pegawai negeri sipil dilarang menjadi anggota dan /atau pengurus partai
politik
2. Pegawai negeri sipil yang menjadi anggota dan /atau pengurus partai politik
mengatur perpolitikan di Indonesia agar tidak terulang pada masa orde baru
Menurut Rahman Hadi, dkk yang berasal dari pegawai negeri sipil,
beranggapan bahwa Pasal 123 Ayat (3) Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
2
Ibid, Inong, Hak Konstitusional Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dalam Pencalonan Sebagai Kepala
Daerah, hlm. 33.
3
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 38 Ayat (1)
bahwa; Setiap warga negara, sesuai dengan bakat, kecakapan, dan kemampuan,
berhak atas pekerjaan yang layak. Undang-undang tersebut tidak melanggar Hak
Asasi Manusia (HAM), karena negara telah memberikan pegawai negeri seperti
gaji/upah dan tunjangan lainnya, sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM)
itu sendiri.
sebagai warga negara, dan kebebasan setiap warga negara dibatasi pula oleh
jabatan kenegaraan.3
hak dasar dalam negara hukum terutama adanya pengakuan kebebasan dalam
Ayat (3) yang menyatakan bahwa: Setiap warga negara berhak memperoleh
3
Abdi Yusran, Hak Politik Pegawai Negeri Sipil Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Di
Indonesia, Skripsi, Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (Uin) Alauddin Makassar,
2010.
4
kesempatan yang sama dalam pemerintahan”. Untuk mendapatkan kesempatan
Di dalam UUD 1945 ada 15 (lima belas) prinsip dasar hak asasi manusia,
Yakni:
13. Hak akan kebebasan dan kemandirian pengadilan (Pasal 24 dan 25)
Jika hal tersebut dikaji dalam hubungannya dengan hak asasi manusia
5
kebebasan berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat baik lisan
pegawai negeri sipil di bidang politik selaku warga Negara dalam kaitannya
Oleh karena itu, dengan adanya hal tersebut maka penulis menganggap
maupun tulisan. Dengan judul penelitian “Hak Politik Pegawai Negeri Sipil
Pokok Kepegawaian”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hak politik pegawai negeri sipil (PNS) dalam pemilu di Indonesia?
2. Apakah pembatasan hak politik pegawai negeri sipil (PNS) dalam pemilu
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hak politik pegawai negeri sipil (PNS) dalam pemilu di
Indonesia.
6
2. Kegunaan Penelitian
negara
Indonesia.
D. Kerangka Teori
Teori hak asasi manusia yang digunakan yakni teori hak asasi manusia
konflik dalam kehidupan dunia ini. Menurut ajaran ini bahwa hukum berlaku
universal dan abadi yang bersumber kepada tuhan (irrasional) dan bersumber
7
dari akal (rasio) manusia. Manfred Nowak menyatakan bahwa sejarah tentang
hukum alam merupakan sejarah umat dalam usahanya untuk menemukan apa
Ide-ide Hak Asasi Manusia yang pada masa itu masih dipahami
sedang dibuat.5
4
Lili Rasjidi dan Ira Thania, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2002. Hlm 53.
5
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum
Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. Hlm 71.
8
penguasa secara absolut. Absolutisme kekuasaan itu kemudian menimbulkan
konflik antara penguasa dan rakyatnya atau antara kekuasaan pemerintah dan
bahwa hak asasi manusia pun ada yang lebih penting yakni tanggung jawab
negara.9
orang diseluruh belahan dunia manapun, tidak peduli apa agamanya, apa
politik dan antropologisnya, dan terlepas dari status disabilitas sama sebagai
6
Sobirin Malian dan Suparman Marzuki, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia,
UII Press, Yogyakarta, 2002. Hlm 22.
7
Manfred Nowak, Introduction to The International Human Rights Regime, Martinus Nijhoff
Publisher, Leiden, 2003. Hlm 9.
8
Rhona K.M Smith, Textbook on International Human Rights, 2 nd edition, Oxford University
Press, Oxford New York, 2005. Hlm 1.
9
Lihat Pasal 28I ayat (4) jo Pasal 71 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia.
9
hak yang sama sebagai entitas manusia itu sendiri. Siapa pun dimanapun
Prinsip tidak terbagi dimaknai dengan semua hak asasi manusia adalah
hak-hak tertentu atau kategori hak tertentu dari bagiannya. Prinsip tidak
prinsip suci yang paling penting (the most important sacred principle).
Keduanya menjadi slogan utama dalam lahirnya Deklarasi Umum Hak Asasi
Manusia dan perayaan ke lima puluh DUHAM yaitu “all human rights for
all”.11
bentuk tanggung jawab negara. Aktor utama yang dibebani tanggung jawab
10
Pasal 5 Deklarasi Wina tentang Program Aksi menyatakan bahwa “all human rights are
universal, indivisible, interdependent, and interrelated (semua manusia adalah universal, tak terbagi,
saling bergantung dan saling terkait).
11
Eva Brems, Human Rights : Universality and Diversity, Martinus Nijhoff Publishers, London,
2001. Hlm 14.
10
dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara
Republik Indonesia.
2. Teori Perundang-Undangan
penilaian fundamental didalam suatu sistem hukum kita temukan kembali dari
sebagai pikiran pikiran dasar ysng terdapat didalam dan dibelakang sistem
hukum adalah landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum.
Ini berarti, bahwa peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan pada
12
Gregory Tardi, “ The Democracy Manifesto”, Journal of Parliementary an Political Law,
Thomson Reuters Canada Limited, Edisi November 2014, hlm. 611 diakses melalui
https://1.next.westlaw.com/Document/tanggal pada 12 Januari 2023.
13
J.J H bruggink, Op.cit.
11
asas-asas tersebut. Kecuali disebut landasan, asas hukum layaak disebut
sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum, atau merupakan ratio legis dari
melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan akan tetap saja ada dan akan
E. Kerangka Konseptual
1. Konsistensi adalah tetap, tidak berubah-ubah, taat asas, atau ajek. Konsistensi
konsistensi sebagai sifat yang selalu berperilaku atau terjadi dengan cara yang
serupa.16
2. Relevansi berasal dari kata relevan, yang mempunyai arti bersangkut paut, yang
14
Satjipto Rahardjo , Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2014, hlm. 85.
15
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
16
https://kbbi.web.id/konsistensi, diakses, tanggal, 15 Januari 2023.
17
H. Naingolan, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Gunung Agung, Jakarta, 1983, hlm. 101.
12
3. Hak politik adalah hak yang dimiliki setiap orang yang diberikan hukum untuk
4. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
pemerintahan.
5. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
19
Prajudi Atmosudirdjo. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hlm 78.
13
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian hukum
hukum sesuai norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau
larangan itu sesuai dengan prinsip hukum serta apakah tindakan (act) seseorang
sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai dengan aturan hukum) atau
prinsip hukum.20
2. Sumber Data
adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai studi kepustakaan serta
yaitu:
20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 47.
21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm 24.
14
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia;
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer, yaitu
karya ilmiah dari kalangan hukum, dan lainnya. Sumber data yang diperoleh
primer.
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar
4. Analisis Data
22
Burhan Ashsofa. Op cit, hlm. 103.
15
Melalui proses penelitian, diadakan analisis dan konstruksi yang telah
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif,
merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa
kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat
khusus.
G. Sistimatika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
D. Kerangka Teori
E. Kerangka Konseptual
F. Metode Penelitian
23
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika. Jakarta, 2012, hlm.17.
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1983, hlm.32
16
A. Tinjauan Umum Tentang Hak Politik
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
H. Jadwal Penelitian
17
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan atau 180 hari, dimulai bulan
Januari sampai selesai bulan Juni Tahun 2023. Rencana kegiatan penelitian
Tabel I.1
Jadwal Penelitian
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Brouwer, J.G. dan Schilder, 1998, A Survey of Dutch Administrative Law, Ars
Aeguilibri, Nijmegen.
Indra, Mexsasai, 2011, Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia, Refika Aditama,
Bandung.
Mahmud, Peter Marzuki, 2013, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta.
Max, Boli Sabon, 2011, Hukum Otonomi Daerah, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
Meyer, T. , 2013, Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi:
Sembilan Tesis Friedrich, Ebert-Stiftung, Jakarta.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2012, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta.
B. Jurnal/Artikel/Kamus/Skripsi
C. Peraturan Perundang-Undangan
D. Website
https://kbbi.web.id/konsistensi
https://1.next.westlaw.com/Document/