Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem koloid berhubungan dengan proses proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan
oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel
sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata.
Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata
dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang
beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu
merupakan contoh sistem koloid.

Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah, yang
dibutuhkan oleh tumbuh tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi
dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat
(minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan
cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu koloid ?


2) Apa saja jenis-jenis koloid ?
3) Bagaimana penggunaan koloid ?
4) Apa saja sifat-sifat koloid ?
5) Bagaimana cara membuat koloid ?
6) Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan ?
7) Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?

1.2 Tujuan Penulisan

1) Menjelaskan apa itu koloid.


2) Menjelaskan macam-macam koloid.

1
3) Menjelaskan penggunaan koloid.
4) Menjelaskan sifat-sifat koloid.
5) Menjelaskan cara membuat koloid.
6) Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan.
7) Menjelaskan contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat Penulisan

1) Agar dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid.


2) Agar dapat mengetahui macam-macam koloid.
3) Agar dapat mengetahui penggunaan koloid.
4) Agar dapat mengetahui sifat-sifat koloid.
5) Agar dapat mengetahui cara membuat koloid.
6) Agar dapat mengetahui cara memurnikan koloid.
7) Agar dapat mengetahui contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di
air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.

2.1 Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan Campuran

Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain, campuran koloid merupakan
bentuk peralihan campuran dari heterogen menjadi homogen.

Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk
campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk
oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun
karena bentuknya sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.

Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya, perhatikanlah


tabel berikut!

LARUTAN KOLOID SUSPENSI


Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika didiamkan Memisah jika didiamkan
didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Tidak dapat diamati Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
mikroskop ultra mikroskop biasa
Diameter partikel < 10-7 Diameter partikel 10-7 - 10-5 Diameter partikel > 10-5 cm.
cm. cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

2.2 Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya


3
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase terdispersi (fase dalam) dan
fase pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.
Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.

Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga bagian, yaitu koloid
sol, emulsi, dan buih.

1) Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.


2) Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3) Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.

Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis

1. KOLOID SOL

Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:

a. Sol padat (padat-padat)

Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh:
logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat-cair)

Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, Hal
ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.

c. Sol gas (padat-gas)

Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal
ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.

2. KOLOID EMULSI

Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:

a. Emulsi padat (cair-padat)

Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan
mutiara.

4
b. Emulsi cair (cair-cair)

Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan
kelapa.

c. Emulsi gas (cair-gas)

Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal
ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, dan hair spray.

3. KOLOID BUIH

Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:

a. Buih padat (gas-padat)

Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti
zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.

b. Buih cair (gas-cair)

Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, zat
terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok

Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan, yakni seperti dalam
tabel berikut.

No Fase Fase Nama Koloid Contoh


Terdispersi Pendispersi
1 Gas cair buih, deterjen buih sabun, shampoo, krim
kocok
2 Gas padat busa padat karet busa, batu apung
3 cair gas aerosol cair kabut

4 cair cair emulsi susu, santan, minyak ikan, es


krim
5 cair padat emulsi padat mutiara, jeli, keju

6 padat gas aerosol padat asap

7 padat cair sol cat, tinta, larutan agar-agar

8 padat padat sol padat, logam kaca berwarna, campuran

5
2.3 Beberapa Macam Koloid Dan Penggunaannya

Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam berbagai industri seperti industri kosmetik, makanan, farmasi dan sebagainya.
Beberapa macam koloid tersebut antara lain :

1. Aerosol

Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Aerosol
yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan, dan debu di udara. Dalam industri
modern, banyak sediaan insektisida dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol,
dan sering kita sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray,
deodorant dan obat nyamuk.

2. Sol

Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan. Berdasarkan sifat
adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi, kita mengenal dua macam sol;

a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu. Liofil artinya cinta cairan
(Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol liofil yang setengah padat disebut gel.
Contoh gel antara lain selai dan gelatin. Ciri-ciri sol liofil :
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses
solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi
di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
Memberikan efek Tyndall yang lemah
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali

6
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib
artinya takut cairan (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam. Ciri-cirinya :
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya
Memiliki muatan positif atau negative
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan
partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi
sol
Memberikan efek Tyndall yang jelas
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel

Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masing-masing disebut
koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh koloid hidrofil adalah kanji,
protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan
sol-sol logam.

3. Emulsi

Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan
dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat
disebut krim.

2.4 Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat
ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari
larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari hari dapat diamati dari langit yang tampak
berwarna biru atau terkandang merah/oranye.

7
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar
dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat
dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel
koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki
partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit
diamati.

2. Gerak Brown

Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan
titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan
zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani
inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air
dengan mikroskop. Partikel koloid dalam medium pendispersinya disebut gerak brown.
Gerak brown dapat diuraikan sebagai berikut: Partikel partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan
medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak
seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran
partikel, semakin lambat gerak brown.

Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar
energi kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown
semakin lambat.

3. Adsorpsi koloid

Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan
terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel
pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel
pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna
partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam
berbagai proses seperti penjernihan air.

8
4. Muatan koloid sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan
sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel
koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem
koloid secara keseluruhan bersifat netral.

1) Sumber muatan koloid sol


Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase
pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang
bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation
dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel
sol AS2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga
bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation
Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika
anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga
bermuatan positif.
Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-
gugus yang ada pada permukaan partikel koloid.

Koloid protein : Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat
asam (-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan
pada molekul protein.

Pada ph rendah , gugus basa NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus NH3. Ph
tinggi, gugus COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus COO-. Pada pH
intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan NH3+ dan COO- saling
meniadakan.
Koloid sabun dan deterjen : Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung
membentuk partikel berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung
secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid
disebut koloid terasosiasi.

9
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.

Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar
tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.

2) Kestabilan koloid

Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.

3) Lapisan bermutar ganda

Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan bermuatan


listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan

Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat
adalah :

Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.


Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium
pendispersi difusi.
4) Elektroforesis

Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan listrik.
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.

Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.

5. Koagulasi

Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila
muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk
gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi.
Koagulasi biasa digunakan untuk perebusan telur, pembuatan yoghurt, tahu, lateks,
penjernihan air sungai, pembentukan delta, dan pengolahan asap atau debu. Penghilangan
muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara yaitu :

a. Menggunakan prinsip elektroforesis

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode dengan
muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan
muatannya.
10
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan

Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif,
kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi.

c. Penambahan elektrolit

Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif
akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik
ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua
yang memiliki muatan berlawanan.

d. Pendidihan

Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol
dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid.

6. Koloid pelindung

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil
partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol,
yaitu:

Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil


larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga
menjadi partikel-partikel berukuran koloid.

2.5 Pembuatan Koloid Sol

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil
partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol,
yaitu:

Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil


larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.

11
Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga
menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
1. Metode kondensasi

Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia
(dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian pelarut. Cara kimia
tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul)
menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.

a. Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang: As2O3
(aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer:
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan
FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq) (Koloid Fe(OH)3 bermuatan
positif karena permukaannya menyerap ion H+)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

c. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)

Misalnya:

Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

12
Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
d. Penggatian pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang
semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya:

untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu
dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol
tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga
belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan
belerang dalam air.
Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol
maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Metode Dispersi

Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang
kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 3 cara dalam metode ini,
yaitu:

a. Cara Mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:

Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.


Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

Sistem kerja alat penggilingan koloid:

Alat ini memiliki 2 pelat baja dengan arah rotasi yang berlawanan. Partikel-partikel yang
kasar akan digiling melalui ruang antara kedua pelat baja tersebut. Kemudian, terbentuklah
partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium

13
pendispersinya untuk membentuk sistem koloid. Contoh kolid yang dibuat adalah; pelumas,
tinta cetak, dsb.

b. Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun
pelarut tertentu.

Contoh:

Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.


Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk
dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan
positif
Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan
sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air
suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan
diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya
kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi
tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses
uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

d. cara ultrasonic

Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi dalam
pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka
cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000
Hz.

14
2.6 Pemurnian Koloid Sol

Seringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan
suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna
menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu:

1. Dialisis

Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion
dan molekul molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid
biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat
mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke
dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang
mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu
akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.

Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi
pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah
untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya
dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel
kolid seperti sel-sel darah merah.

2. Elektrodialisis

Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara
kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput
semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion
akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik
akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.

Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut


elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.

3. Penyaring Ultra

Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring

15
tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering
berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.

Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan
harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan
teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan
ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.

2.7 Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-
zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi
skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam
industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga
banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam,
kedokteran, pertanian, dsb;

1. Penggumpalan darah

Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil,
maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan
partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan darah.

2. Pembentukan delta di muara sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Ketika
air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir
dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

3. Pengambilan endapan pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik
partikel-partikel koloid.

16
4. Pemutihan gula

Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna
tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.

5. Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3. Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi
koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga
mengendap karena pengaruh gravitasi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
2) Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).
3) Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.
Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
4) Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan koloid
sol, koagulasi, dan koloid pelindung.
5) Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan
atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem
koloid sol, yaitu:
Metode kondensasi
Metode dispersi
6) Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode
pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap
berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar
norma-norma yang berlaku di masyarakat sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu
semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta :Yudhistira

Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Theory and Application of Chemistry 2 for Grade XI Senior high school and islamic senior
high school. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/.
http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7578/ Koloid.pdf
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Citra06015 0/index.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

19

Anda mungkin juga menyukai