Anda di halaman 1dari 23

PHYLUM PORIFERA

MAKALAH
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Zoologi
yang dibimbing oleh Nanang Purwanto, M.Pd

Oleh
Kelompok 2

Ahmad Khoirofi Arozak (17208153038)


Siti Miftachul Marifah (17208153043)
Sigma Maula Khoirunnail (17208153051)
Nazil Restu Wahyuningsih (17208153059)
Beta Larasati (17208153070)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Maret 2017
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri umum Porifera


Hewan spons (sponges) atau disebut juga sebagai kelompok Porifera
merupakan hewan multiseluler yang primitif. Tubuhnya tidak memiliki
jaringan maupun organ yang sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota
dari filum porifera bersifat menempel atau menetap/sesil pada suatu dasar dan
hanya menunjukkan sedikit gerakan. Menurut pandangan naturalis kuno
seperti Aristoteles, Pliny, dan lain-lain, bahwa hewan spons merupakan jenis
tumbuhan. Baru pada tahun 1765, setelah diketahuinya adanya aliran air di
dalam tubuh porifera, maka jelas bahwa Porifera termasuk kelompok hewan.
Kata porifera berasal berasal dari bahasa latin, porus + ferra, porus brarti
lubang kecil (dalam bentuk tunggal= porus sedangkan dalam bentuk jamak =
pori, sedang ferra berarti mengandung atau mengemban. Kata tersebut untuk
menunjukkan akan kekhususan hewan yang bersangkutan, yaitu hewan yang
memiliki banyak lubang-lubang kecil dan bila disingkat cukup disebut hewan
berpori.1
Bila dibandingkan dengan susunan tubuh protozoa maka susunan tubuh
Porifera sudah lebih kompleks, sebab tubuhnya tidak terdiri dari satu sel
melainkan telah tersusun atas banyak sel. Walaupun hewan ini sudah tersusun
atas banyak sel, tetapi sel-selnya masih cenderung bekerja secara mandiri
(individual), artinya belum ada koordinasi antara sel satu dengan yang lain.
Dengan demikian porifera dimasukkan dalam golongan metazoan (hewan
multiseluler) tingkat rendah, sebab jaringan tubuh yang dimiliknya masih
dalam bentuk sederhana dan belum mempunyai apa yang disebut organ tubuh,
susunan syaraf serta saluran pencernaan makanan.
Pada umumnya para ahli zoology percaya bahwa metazoa (hewan bersel
banyak) diturunkan dari Protozoa berbentuk koloni flagellate, seperti volvox.
Dalam garis evolusi, Porifera sukar dimasukkan dalam rantai yang
menghubungkan posisi Protozoa dan Metazoa secara langsung, tetapi lebih
cocok kalau Porifera ini dikatakan mempunyai kedudukan yang terisolasi.

1
Yusuf Kastawi, Zoologi Avertebrata. (Malang: UM Press, 2005). hlm 37

1
Atas dasar tersebut Porifera digolongkan apa yang disebut Parazoa (para = Di
samping) atau hewan samping. Menurut pandangan Tuzet (1963) dinyatakan
bahwa porifera tetap berada di jalur utama evolusi metazoa.
Lebih lanjut dapat diperinci bahwa tubuh porifera mempunyai ciri-ciri
khusus sebagai berikut:
1. Tubuh Porifera memiliki banyak pori, yang merupakan awal dari sistem
kanal (saluran air) yang menghubungkan lingkungan eksternal dengan
lingkungan internal.
2. Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks
(appendages) dan bagian tubuh yang dapat digerakkan.
3. Tubuh porifera belum memiliki sistem saluran pencernaan makanan,
adapun pencernaannya berlangsug secara intraseluler.
4. Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas
bentuk Kristal dari spikula-spikula atau bahan fiber yang terbuat dari
bahan organik.2

B. Struktur Anatomis Tubuh Porifera


Ukuran tubuh hewan spons sangat bervariasi, kebanyakan spons
kalkareus berukuran kira-kira sebutir padi, tetapi sebuah spons yang besar bisa
memiliki tinggi dan diameter beberapa meter. Beberapa jenis hewan ini
bersimetri radial, tetapi kebanyakan tidak teratur atau asimetris, yang
menampakkan bentuk/ pola massif (seperti sebongkah batu), tegak, pipih
melebar dan menempel (encrusting), atau bercabang-cabang.
Arsitektur tubuh spons sangatlah unik, berkaitan dengan sistem kanal
atau saluran yang sesil. Struktur dasar dan histologi dari spons dapat dengan
mudah dimengerti dengan mulai meneliti bentuk radial yang primitif. Struktur
tipe yang sederhana ini disebut askonoid. Tipe ini bentuknya menyerupai
tabung dan kecil. Leucosolenia, merupakan salah satu genus yang hidup dari
kelompok spons askonoid, yang tingginya jarang melebihi 10 cm. spons
askonoid umumnya tidak soliter, tetapi merupakan kumpulan dari tabung yang
bagian dasarnya fusi menjadi satu.
Bagian permukaan tubuh spons askon berlubang-lubang kecil (pori)
yang disebut pori masuk (incurrent pores) atau prosopil. Lubang kecil ini

2
Ibid., 38

2
merupakan tempat masuknya air dari luar. Pori masuk akan bermuara pada
spongocoel (rongga sentral) dan rongga sentral tersebut bermuara pada sebuah
lubang besar yang disebut oskulum. Jadi air yang masuk melalui rongga
sentral akan ke luar melalui oskulum.

Gambar. Struktur Tubuh Porifera

Dinding tubuh porifera relatife sederhana. Bagian permukaan luar


tertutupi oleh sel-sel pipih yang disebut pinakosit, dan secara keseluruhan
disebut pinakoderm. Tidak seperti epitelium pada kebanyakan hewan, pada
bagian basal lapisan pinakoderm tidak dilapisi membrane basal. Bagian tepi
pinakosit dapat dikontraksikan atau mengkerut sehingga tubuhnya tampak
sedikit lebih kecil. Bagian basal pinakosit mensekresikan matrial yang dapat
melekatkan hewan spons pada substratnya.
Setiap pori dibentuk oleh porosit, sebuah sel yang bentuknya seperti
tabung pendek yang memanjang dari permukaan luar sampai ke spongocoel.
Lubang dari porosit sebagai lubang masuknya air, disebut ostium. Lubang ini
dapat dibuka atau ditutup dengan cara sel tersebut berkontraksi. Sebuah
porosit berasal dari sebuah pinakosit, melalui terbentuknya perforasi intra sel
atau mungkin sel yang mengalami pelekukan ke dalam (infolding). Di sebelah
dalam dekat lapisan pinakoderm terdapat suatu lapisan yang disebut mesohil
(disamakan dengan mesenkim), yang terdiri dari matriks protein gelatinous

3
yang berisikan bahan kerangka dan sel-sel amoeboid atau disebut juga lapisan
mesoglea.
Kerangka tubuh relatife kompleks dan dapat menjadi penyokong bagi
sel-sel hidup pada tubuh hewan spons. Kerangka tubuh dapat tersusun dari
spikula kapur, spikula silica, serabut protein sponging, atau kombinasi dari
dua jenis dengan yang terakhir. Spikula pada Porifera ada dalam berbagai
bentuk dan sangat penting dalam identifikasi dan klasifikasi.

C. Proses-proses Fisiologis dalam tubuh Porifera


Proses-proses fisiologis hewan spons dipengaruhi oleh aliran air yang
melewati dinding tubuhnya. Air yang mengalir melewati tubuhnya membawa
oksigen dan makanan serta membuang sisa metabolisme atau sampah.
Kadang-kadang telur dan sperma juga ke luar lewat aliran air tersebut. Volume
air yang melewati tubuh spons cukup besar. Pada sebuah spons Leuconia
(Leucandra) yang tingginya 10 cm dengan diameter 1 cm, dan memiliki kira-
kira 2,250.000 rongga berflagel, dapat memompa lebih kurang 22,5 liter
perhari.3
Makanannya terdiri atas partikel yang amat kecil, 80% berukuran kurang
dari 5 mikron dan 20% terdiri atas bakteri, dinoflagelata, dan nanoplankton.
Partikel makanan ditangkap oleh fibril kelepak pada choanocyte. Partikel yang
berukuran antara 5 sampai 50 mikron dimakan dan dibawa oleh amebocyte.
Pencernaan dilakukan secara intraseluler seperti pada protozoa, dan hasil
pencernaannya disimpan dalam archeocyte4.
Pertukaran gas terjadi secara difusi antara air dan sel sepanjang aliran air.
Sistem saraf pada porifera belum ditemukan, segala reaksi yang terjadi bersifat
lokal dan bebas (independen).
a) Sistem Gerak dan Rangka Tubuh
Gerak pada porifera hampir tidak ada atau tidak terlihat. Gerak yang
aktif hanya dilakukan pada saat mesih larva (amphiblastula).sedikit gerak
pengkerutan tubuhnya karena bagan tepi pinakosit yang dikonstraksikan.

3
Ibid.,41
4
Sugiarti Suwignyo dkk, Avertebrata Air. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2005) hlm. 37

4
Rangka sebagai penyangga tubuh Porifera yang berupa kristal kecil
seperti duri dan bintang (spikula) atau berupa anyaman serabut fiber dari
bahan protein atau spongin. Kerangka tubuh seperti ini biasanya disebut
sebagai kerangka dalam atau endoskeleton.
Jika ditinjau dari bahan pembentuk kerangkanya, maka hewan
porifera dapat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
1) Porifera lunak, yakni golongan Porifera yang jenis kerangka tubuhnya
tersusun dari bahan spongin (organis). Jika hewan telah mati tubuhnya
dapat digunakan sebagia alat penggososk tubuh pada waktu mandi,
penggososk alat rumah tangga.
2) Porifera kapur, yakni golongan Porifera yang jenis kerangka tubuhnya
terbuat dari bahan kristal kapur atau CaCO3.
3) Porifera kaca, yakni golongan Porifera yang jenis kerangka tubuhnya
terbuat dari bahan kristal silikat H2Si3O7.
Kristal yang berbentuk seperti duri, bintang, matakail, jangkar dan
lain-lain biasa disebut spikula. Spikula merupakan hasil bentukan atau
sekresi dari sel skhleroblast. Berdasarkan bahan pembentuk spikula,
skhleroblast dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni spongioblast
(pembuat keragka dari spongin), kalkoblast (pembuat kerangka dari bahan
kapur), silikoblast (pembuat kerangka dari bahan silikat). Kerangka yang
terbuat dari serabut spongin merupakan sekresi dari sel-sel spongioblast.
Baik skhleroblast merupakan sel-sel khusus dari mesenkhim. Skhleroblast
yang merupakan bentuk khusus dari sel mesenkim itu sebetulnya derivate
dari sel dermal epitelium (pinakosit) yang masuk ke dalam mesoglea dan
menjadi atau merupakan salah satu bentuk dari amoebosit.

5
Spikula yang bersifat monakson (spikula yang bersumbu satu) di
bentuk oleh skhleroblast. Di dalam sel skhleroblast tersebut mula2 terjadi
seutas benang yang terbuat dari bahan organik, kemudian di sekitar benang
tersebut disepositkan bahan2 CaCO3. Seluruh benukan itulah yang
kemudian menjadi spikula. Setelah calon spikula terbentuk maka sel
skhleroblast membelah diri menjadi dua, yang satu disebut sel pembentuk
atau founder sedangka yang lain disebut sel penebal atau thickener. Tetapi
spikula yang bersifat triakson, dibentuk oleh tiga sel skhleroblast,
sedangkan tetraakson dibentuk oleh empat skhleroblast. Bila calon
spikula2 tersebut telah terbentuk selanjutnya akan bertemu atau
bergandengan satu sengan yang lain di ujung-ujung cuatnya, kemudian
dilanjutkan dengan penebalan. 5

Gambar. A.Macam-macam tipe spikula dengan berbagai ukuran; B-E,


pembentukan spikula triakson; F, irisan bagian tubuh spons
calcareus tipe leuconoid; G, spikula dari spons Hexatinellida

b) Sistem Respirasi
Spons tidak memiliki alat atau organ pernafasan khusus, kendati
demikian mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang
bertugas menangkap atau mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air

5
Ibid., 42

6
medianya bila di jajaran luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit),
sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel leher
(khoanosit). Selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis
sel tersebut diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit. Hewan spons
bersifat sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan
hidupnya sepenuhnya tergantung akan kaya kandungan material (oksigen,
partikel makanan) dari air yan merupakan medianya. Ketika porifera
masih dalam fase larva yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu
berenang dengan menggunakan bulu2 getarnya, kemudian spons tersebut
akan memilih tempat yang strategis untuk kepentingan hidup.
Jika air yang merupakan media hidup hewan porifera mengalami
penyusustan kandungan oksigennya, maka akan mempengaruhi kehidupan
porifera tersebut, artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan
sehingga menjadi kecil dan jika kekurangan oksigen sampai melampaui
batasnya maka porifera tersebut akan mati. 6
c) Nutrisi dan Sistem Pencernaan
Hewan spons merupaka partikel-partikel organik dan mikroba yang
sangat halus yang tersuspensi dalam aiar. Bahan organik tersebut
merupakan lelapukan atau sisa-sisa tubuh organisme yang telah mati.
Dalam hal nutrisis hewan porifera bersifat holozoik.
Mekanisme pencernaan, distribusi, ingesti nutrien tersebut adalah
sebagai berikut : bila aliran air yang membawa pertikel-partikel makanan
itu melewati ruangan yang berasal dari leher, maka di situ akan terjadi
proses penyaringan, dimana mikrovili-mikrovili sel leher akan bertindak
sebagai filter terhadap material yan terbawa oleh arus aliran air.
Selanjutnya partikel-partikel makanan yang dimaksud akan di ingest (di
caplok) atau fagosit oleh sel leher untuk dimasukkan ke dalam lingkungan
internalnya yaitu vakuola makanan. Di dalam vakuola partikel makanan
akan dicerna oleh enzim karbohidrase, protease dan lipase. Sambil
mencerna partikel makanan, vakuola makanan akan mengedarkan siklosis

6
Yusuf Kastawi, Zoologi Avertebrata, hlm 44

7
atau beredar dalam rangka mengedarkan sari-sari makanan di dalam
internal sel leher itu sendiri.
d) Aliran Air dan Sistem Sirkulasi
Porifera tidak memiliki sistem sirkulasi yang khusus. Sirkulasi dari
luar ke dalam tubuh dilakukan oleh aliran air, sedangkan yang di dalam
jaringan tubuh atau antar sel dilakukan oleh sel-sel amoeboid.
Sehubungan dengan aliran air, Porifera dalam ukuran sedang (10cm)
setiap hari tidak kurang dari 10 galon (2640 m 3) air yang di masuk ke
luarkan melalui tubuhnya (Paranato, 1982). Fungsi utama dari aliran iar
tersebut adalah sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran zat, dari
lingkungan eksternal ke dalam ligkungan internal dan sebaliknya. Adapun
zat yang dipertukarkan adalah partikel-partikel makanan oksigen di satu
pihak, zat-zat sisa metabolisme dan CO2 di lain pihak. Disamping itu
aliran air terutama yang keluar dari lingkungan internal juga berfungsi
sebagai saran dalam pengeluaran benda-benda reproduktif yang erat
hubungannya dengan proses perkembangbiakan serta penyebaran generasi.
Tipe tubuh porifera terbagi menjadi 3 bentuk yaitu :
1) Tipe Ascon
Tipe ascon merupakan tipe porifera yang mempunyai sistem
saluran air yang sederhana. Air masuk melalui pori yang pendek,
lurus ke spongocoel (rongga tubuh) lalu keluar melalui oskulum.
Contoh ascon misalnya Leucosolenia
2) Tipe Sycon
Tipe sycon merupakan tipe porifera yang mempunyai 2 saluran air,
tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk
melalui pori menuju saluran radial yang berdinding koanosit
kemudian masuk ke spongocoel dan keluar melalui oskulum
misalnya Scypha.
3) Tipe Rhagon (Leucon)
Tipe rhagon meupakan porifera dengan tipe saluran air yang paling
kompleks atau rumit. Porifera ini mempunyai lapisan masoglea

8
yang tebal dengan sistem saluran air bercabang-cabang. Koanosit
dibatasi oleh suatu rongga yang bersillia berbentuk bulat. Air
masuk melalui pori kemudian masuk ke saluran radial yang
bercabang-cabang keluar melalui oskulum, misalnya Euspongia
dan Spongida.7

Tabel 1. Perbedaan tipe saluran asconoid, syconoid dan leuconoid

Faktor
Asconoid Syconoid Leuconoid
pembeda
Mengalami
pelipatan ke luar
Dinding spons Sederhana dengan bentuk Tidak teratur
bentuk saluran
radial
Lapisan dalam Lapisan saluran Terbatas pada ruang-
Koanosit
spongoesol radial ruang berfagela
Jumlah terbatas, Mengalami
lapisan sederhana penebalan. Tidak
Mesenkim Berkembang baik
yang diewati semua yang
porosit dilewati porosit

7
Sugiarti Suwignyo dkk, Avertebrata Air.....,hlm. 35-36

9
Poros dermal-
Poros dermal-ruang
Saluran
Saluran sub dermal-sauran
pemasukan-
pemasukan- pemasukan-prosofi-
Arah aliran air prosofil-sauran
spongoecoel- ruang berflagela-
radial-
Oskulum apopiles- saluran
spongoecoel-
pengeluaran-Oskulum
apopiles-Oskulum

e) Sistem ekskresi dan Osmoregulasi


Untuk pembuangan sisa-sisa metabolisme atau sampah, hewan spons
juga belum mempunyai alat khusus. Dalam penelitian, ternyata zat-zat
sampah yang berupa buti-butir itu dikeluarakan dari lingkungan internal
tubuhnya oleh amoebosit, kemudian ke luar bersama aliaran air melewati
oskulum.
Seperti halnya protozoa, maka proses pengaturan kadar air di dalam
tubuh spons inipun diatur oleh vakuola denyut. Mekanisme pengaturan
kadar air dalam tubuh porifera yang hidup di air laut tidak sehebat bila
dibandingkan dengan Porifera ynag hidup di air tawar. Oleh sebab itu
kadar kandungan vakuola denyut yang ada pada tubuh porifera air tawar
akan lebih banyak bila dibandingkan dengan porifera laut.

f) Iritabilitas dan Sistem Koordinasi


Dalam hal rangsang atau stimulus, hewan porifera belum meiliki
organ khusus, seperti sistem syaraf yang lengkap pada hewan tingkat
tinggi. Masing-masing sel penyusun tubuh porifera sanggup mengadakan
reaksi terhadap rangsangan yang mengenainya. Namun sifatnya masih
independen atau difusi, artinya belum ada kerjasama serta koordinasi antar
sel satu dengan sel yang lain. Koordinasi tergantung pada transmisi dari
materi pembawa dengan cara difusi dalam mesohil dan dengan perantaraan
sel-sel amoeboid.
Berhubung dengan keadaan tersebut, maka dalam menanggapi
rangsangan sifat adalah lokal dan lambat artinya reaksi terhadap stimuli

10
tidak berlangsung secara menyeluruh. Sehubungan dengan hal ini Porifera
belum mempunyai sistem susunan syaraf, tetapi akhir-akhir ini dilaporkan
walaupun Porifera belum mempunyai susunan syaraf, namun mereka telah
mempunyai kholensit dan lofosit yang merupakan bentuk sel syaraf yang
primitif. Sel-sel itu tersebar dikawasan mesoglea dan menghubungkan
antara khoanosit dengan pinakosit serta miosit, posisinya tersebar secara
difusi.
g) Sistem Reproduksi8
Hewan-hewan porifera dapat berkembang biak secara seksual
maupun aseksual. Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan
membentuk kuncup (budding) atau benih (gemmulae). Kuncup itu setelah
mengalami pertumbuhan ada yang masih tetap melekat pada tubuh induk,
sehingga membentuk semacam koloni atau rumpun, tetapi ada yang
memisahkan diri dengan tubuh induk. Perkembangbiakan secara seksual,
pada porifera belum ditunjang oleh alat reproduksi/kelamin khusus, baik
ovum maupun spermatozoidnya berkembang dari amoebosit khusus yang
disebut arkheosit. Arkheosit ini ditemukan di dalam kawasan mesoglea.
Ada jenis porifera yang bersifat monosius (hermaprodit /berumah
satu) ada yang bersifat diosius (kelamin terpisah/berumah dua). Bagi yang
bersifat hemaprodit perkawinannya dilakukan secara perkawinan silang,
artinya ovum porifera yang satu dikawini oleh spermatozoid porifera yang
lain. Ovum sebelum dan sesudah dikawini oleh spermatozoid masih tetap
tinggal di dalam tubuh induk, yaitu di dalam kawasan mesoglea atau
mesenkhim (perubahan internal).
Setelah terjadi perkawinan, maka zigot akan mengadakan proses
pembelahan berulang kali membentuk larva yang berambut getar yang
disebut amphiblastula (untuk golongan porifera calcareous) atau
parenchymula (untuk golongan porifera non-calcareous). Amphiblastula
ini kemudian akan keluar dari dalam tubuh induknya melalui oskulum.
Setelah amphiblastula ini tiba di lingkungan eksternal dengan rambut

8
Ibid., 48

11
getarnya akan berenang-renang mencari lingkungan hidup yang nantinya
dapat menjamin kebutuhan hidupnya (kaya akan kandungan oksigen dan
kaya akan zat-zat makanan yang diperlukan). Bila telah menemukan
tempat yang sesuai, maka ia lalu melekatkan diri pada suatu obyek/substrat
keras tertentu dan selanjutnya tubuh menjadi porifera baru.
Pembentukan butir benih atau gemmulae, ini juga merupakan cara
perkembangbiakan, terutama dilakukan oleh porifera air tawar. Butir
gemmulae dibentuk dari kumpulan arkheosit yang dilengkapi dengan zat
makanan yang kemudian dibungkus dengan bahan yang tahan akan
kondisi yang buruk sehingga secara keseluruhan terjadi semacam kista.
Dalam bentuk semacam kista semacam ini butir gemmulae sangat
tahan terhadap kondisi alam sekitar yang buruk, misalnya apabila habitat
menjadi kekeringan, kandungan oksigen pada air yang menjadi medianya
makin berkuarang dan lain-lain. Bila kolam dimana hewan spons itu hidup
menjadi kering dalam jangka waktu yang lama, akan menyebabkan
kematian hewan spons. Walaupun hewan sponsnya telah mati namun butir-
butir gemmulae yang ada di dalamnya akan tersebar keluar dari dalam
induknya. Bila kondisi alam sekitarnya menjadi normal kembali maka
arkheosit yang merupakan inti butir gemmulae itu akan keluar dari dalam
kista dan tumbuh menjadi hewan spons baru.

D. Klasifikasi Porifera
Phylum Porifera meliputi 10.000 spesies baik yang sudah menjadi fosil
maupun yang masih hidup. Dari sekian spesies itu terbagi atas 1.400 genera
(genera: jamak, genus: tunggal). Atas dasar bahan pembentuk kerangka
tubuhnya serta tipe spikulanya porifera digolongkan menjadi 3 kelas dan 12
ordo9. Adapun ketiga kelas dan ordo dari phylum porifera tersebut adalah :
1. Kelas Calcarea atau calcispongiae
Hewan spons anggota dari kelas calcarea memiliki spikula yang terbuat
dari senyawa kalsium carbonat (CaCO3), sehingga disebut juga dengan spons

9
Maskoeri Jasin, Zoologi Invertebrata. (Surabaya: Sinar Wijaya, 1992) hlm. 99

12
kalkareus (spons kapur). Semua spikulanya berukuran relative sama dengan
bentuk monaxon atau 3 sudut atau 4 sudut (triakson dan tetraxon) yang adanya
secara terpisah. Serabut-serabut spongin biasanya tidak ada. Ada yang
memiliki tipe saluran air mulai dari askonoid, sikonoid, dan leukonoid. Warna
tubuh anggota calcarea ada yang abu-abu gelap, kuning menyala, merah atau
seperti warna bunga lavender. Ukuran tubuhnya relative kecil, dengan tinggi
tidak lebih dari 10 cm. hidupnya dapat ditemukan di sebagian besar laut di
dunia, khususnya di periaran pantai yang dangkal. Contoh genus yang umum
ditemukan antara lain Leucosolenia (tipe askonoid), Sycon (tipe sikonoid).

Gambar. Sycon gelatinosum

a. Sub kelas Calcaronea


Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya yang berupa larva
amphibalstulae. Koanosit terletak pada posisi apical. Flagela dari tiap
koanosit muncul dari nucleus. Spikula triradiate biasanya satu helai yang
terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang ada pada sub
kelas ini berupa tipe leuconoid yang berasal dari tipe syconoid.
1) Ordo Leucosolenida
Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh Leucosolenia
2) Ordo Sycettida
Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada yang berupa Syconoid atau
Leuconoid. Contoh Sycon

13
b. Sub Kelas Calcinea
Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah larvanya yang berupa
parenchymula dan flagella dari koanosit muncul tersendiri dari nucleus
koanosit yang menempati dasar sel.Pada sebagian besar spesies triradiata ,
spikula memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid yang ada pada sub
kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa anyaman
dari asconoid.

Gambar. Clathrin

1) Ordo Clathrinida
Ciri khas dari ordo ini adalah tipe saluran airnya berupa asconoid
yang secara permanen serta tidak memiliki membrane dermal atau
korteks. Contoh Clathrina
2) Ordo Leucettida
Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe saluran air yang berupa
Syconoid hingga Leuconoid dengan membrane dermal atau korteks
yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.
3) Ordo Pharetronida

14
Ciri khas yang ada pada ordo ini adalah tipe saluran airnya yang
berupa Leuconoid dan rangka tersusun dari spikula quadriradiata yang
disertai penguat calcareous. Contoh Petrobiona dan Minchinella.10

2) Kelas Hexactinellida atau Hyalospongiae


Hewan-hewan spons anggota dari kelas Hexactinellida sering dikenal
sebagai spons kaca. Nama Hexactinellida diturunkan dari kenyataan bahwa
spikula-spikulanya bertipe triakson dengan 6 ujung/cuatan atau kelipatannya.
Serabut-serabut silica tampak seperti penyekat, karenanya disebut spons kaca.
Bentuk tubuhnya menyerupai vas bunga, cangkir atau kendi dengan tinggi
sekitar 10-30 cm. Spongocoel-nya sangat berkembang dan oskulumnya
tertutup oleh plat seperti ayakan. Warna tubuhnya pucat. Contoh yang terkenal
dari kelas ini adalah euplectella aspergillum (keranjang bunga venus),
hyalonema longissimum.

Gambar. Euplectella aspergillum

Struktur histologis hexactinellida berbeda dengan spons-spons yang


lain. Seluruh permukaan tubuh yang bersentuhan dengan air tertutupi oleh
pinakoderm melainkan oleh bingkai benang-benang synsytium yang melewati
tonjolan-tonjolan spikula panjang. Secara sepintas, tipe saluran air pada
hexactinellida merupakan tipe sikonoid.

10
Puri Maulana, Filum Porifera, (online) http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2012/12/filum-
porifera-pengertian-ciri-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh.html, diakses 1 Maret 2017 pukul 12.00

15
Hexactinellida umumnya hidup pada laut sampai kedalaman 200-1000
meter, bahkan kadang-kadang dapat tertangkap (ditemukan pada zona abisal)
bagian laut paling dalam. Penyebarannya pospopolid, karena dapat ditemukan
di seluruh laut di dunia, hanya umumnya dominan di laut Antartika.
Dilaporkan pula ditemukan di laut kepulauan Filipina. Beberapa spesies udang
(spongicola venusta), crustacean (chorilla) dan isopoda (aega) dapat hidup
secara komensal di dalam spongocoel Eupplectella.
a. Sub kelas Hexastorophora, spiculanya kebanyakan berbentuk seperti
bintang (astrose), contohnya: Euplectella.
b. Sub kelas Amphidicosphora, spiculanya bukan berbentuk bintang
melainkan berbentuk amfidiskus, contoh: Hyalonema.

3) Kelas Demospongiae
Kira-kira 90% dari semua speies hewan spons yang telah dideskripsikan
termasuk dalam anggota kelas demospongiae. Penyebarannya ditemukan
mulai dari laut dangkal sampai laut dalam. Warna tubuhnya cerah yang
diakibatkan oleh adanya granula-granula pigmen warna di amebosit. Tipe
spikula dari spons demospongiae sangat bervariasi, mulai dari spikula silica,
serabut sponging, atau kombinasinya keduanya. Jika spikula dan serabut
sponging ada maka biasanya spikula saling berhubungan atau terbenam dalam
serabut spongin.
Semua anggota demospongiae saluran airnya bertipe leukonoid dan
berbentuk irregular, beberapa jenis ada yang berbentuk lembaran menempel
pada substrat (encrusting) seperti Condrilla, ada yang bercabang-cabang, ada
yang berbentuk lembaran seperti phillospongia, ada yang berbentuk seperti
globe atau seperti cangkir, contohnya poterion, atau berbentuk tubuler seperti
Callispongia. Bentuk yang bervariasi tersebut mencerminkan adaptasinya
terhadap keterbatasan ruang, substrat dan arus air. Ada suatu sebutan spons
penggali, yang mampu mengebor substrat coral atau cangkang Mollusca,
seperti cliona lampa dan cliona celata.
Dua famili dari kelas demospongiae yang hidup di air tawar. Famili
spongillidae sebagian besar anggotanya hidup di air tawar, khususnya di

16
danau, sungai atau kolam yang tidak keruh. Pola pertumbuhannya berbentuk
encrusting. Kadang-kadang berwarna hijau karena berendosimbiosis dengan
zoochlorella kurang dari separoh. Contoh spesies yang hidup di air tawar
antara lain; Spongilla lacustris, banyak di tempat yang banyak cahaya, dan
spongilla fragilis, umumnya menghindari adanya cahaya matahari.

Gambar. Callispongia.

Famili spongiidae terdiri atas spesies-spesies yang terdaapat di


perairan tawar. Beberapa jenis diambil sebagai spons untuk mandi. Skeleton
biasanya terdiri dari serabut sponging. Spongia dan hipospongia merupakan
dua genera dari kelas demospongia yang memiliki nilai komersial.
Selain tiga kelas porifera yang telah disebutkan di depan, ada beberapa
menambahkan satu kelas, yaitu kelas sclerospongia. Anggota dari kelas ini
meliputi sebagian kecil hewan spons, yang biasanya hidup di celah-celah atau
goa terumbu karang. System saluran airnya bertipe leukonoid. Menurut Storer
dan Usinger (1957) spikulanya terbuat dari Kristal kalsium karbonat, namun
buku lain menyebutnya terbuat dari silica atau serabut spongin. Spikula ini
ditemukan di sekeliling jaringan hidup. Sementara beberapa ahli yang lain
memasukkan kelompok ini sebagai anggota dari kelas demospongia

17
Porifera ini pada umumnya hidup di laut, tetapi ada sementara jenis yang
hidup di air tawar, kerangka tubuhnya ada yang terbuat dari bahan silikat, ada
yang dari bahan spongin, ada yang campuran. Contoh: Cliona, Spongilla, dan
lain-lain.

Gambar Microciona sp

a) Ordo Carnosa, kerangka tubuhnya atau seluruhnya pada proinsipnya


terbuat dari bahan organik yang berbentuk seperti bubur atau kolodial,
tetapi kadang-kadang diketemukan spicula kecil, contoh: Chondrosia.
b) Ordo Choristida, pada prinsipnya kerangka tubuhnya tersusun atas
spicula-spicula yang berjajar 4, yang mencuat dari suatu titik sentral.
Contoh: Geodia sp, Thenea muricata.
c) Ordo Epipolasida, merupakan porifera yang berbentuk sferikal,
spiculanya berbentuk monakson yang mencuat menjari dari daerah
sentral tubuhnya. Contoh: Tethya.
d) Ordo Hadromerida, spiculanya berbentuk seperti pines, contohnya:
Cliona sp. Tethya lyncurium.
e) Ordo Halichondrina, spiculanya berujung dua, atau berbentuk seperti
bulu, contoh: Halichondria.
f) Ordo Poeciloclerina, kerangka tubuhnya tersusun atas berbagai bentuk
spicula dan kadang-kadang juga spongin, contoh: Microciona.
g) Ordo Haplosclerina, seperti pada Halichondrina tetapi dilengkapi
dengan retikula yang merupakan ciri khusus dari kerangka fibrosa,
contoh: Haliclona, Ocullata.

18
h) Ordo Keratosa, tidak berspekula, kerangka tubuhnya khusus terbentuk
dari bahan spongin, contoh: spongia, ini merupakan binatang sponsa
yang dipakai untuk alat penggosok pada waktu mandi. 11
4) Homoscleromorpha
Kelas Homoscleromorpha adalah kelas laut spons yang terdiri dari dua
keluarga: Plakinidae dan Oscarellidae. Spons ini besar atau encrusting dalam
bentuk dan memiliki struktur yang sangat sederhana dengan sangat sedikit
variasi dalam spikula bentuk (semua spikula cenderung sangat
kecil). Reproduksi adalah vivipar dan larva adalah bentuk oval yang dikenal
sebagai amphiblastula. Bentuk ini biasa di spons berkapur namun kurang
umum di spons lainnya.

Gambar. Oscarella lobularis


5) Habitat dan Habitusnya serta Aspek Ekologinya
Kira-kira hanya 150 spesies spons hidup di perairan tawar, sedangkan
sebagian besar, kira-kira 5000 spesies hidup di laut. Hewan spons umumnya

11
Maskoeri Jasin, Zoologi Invertebrata. (Surabaya: Sinar Wijaya, 1992) hlm. 99

19
hidup menempel pada substrat dasar pantai yang berupa bebatuan, cangkang,
koral dari karang, potongsn-potongsn kayu yang terendam, bahkan beberapa
spesies dapat hidup pada dasar berpasir yang halus atau dasar yang berlumpur.
Sebagian besar berhabitat di laut dangkal tetapi beberapa kelompok, termasuk
spons kaca, hidup di laut dalam.
Pada umumnya warga porifera hidup di air laut, yaitu tersebar atau
terbentang dari daerah pantai yang dangkal hingga daerah kedalaman 3,5 mil.
Anggota keluarga, yang hidup di air tawar biassanya termasuk pada familia
spongilidae. Fase dewasanya bersifat sesil, artinya menetap pada suatu tempat
tanpa mengadakan perpindahan.mereka mengikatkan diri pada suatu obyek
yang keras yang dipakai dipakai sebagai substratnya, misalnya batu-batuan,
kayu-kayu yang tenggelam didalam air dan ada juga yang melekat pada
cangkang hewan-hewan Mollusca. Biasanya antara bagian tubuh utamanya
dengan bagian substratnya dihubungkan oleh bagian tangkai atau pendenkula
yang di bagian proksimalnya mengadakan pelebaran sebagai bentuk cakram
atau kaki atau bentuk yang menyerupai akar.bentuk tubuhnya sangat
bervariasi, yaitu ada yang menyerupai kipas, vas bunga, batang, globular,
genta, terompet, dan gembor penyiraman tanaman.
Dalam hidupnya sering mereka membentuk suatu koloni, yang biasanya
tidak simetri (tidak teratur) artinya percabangannya bersimpang siur,
menyebar kesana kesini sedemikian rupa sehingga menunjukkan kesan bahwa
mereka seperti tumbuh-tumbuhan. Gambar 3.3.A menunjukkan sebuah contoh
koloni kecil dari salah satu anggota keluarga porifera dari tipe askon, pada
koloni tersebut tampak percabangan yang tidak teratur. Warna tubuhnya juga
bervariasi, ada yang berwarna kelabu kusam, ada yang merah menyala, biru
cemerlang, hitam, putih manhgkak, coklat, jingga, viola, kuning. Bahkan ada
juga yang berwarna kehijau-hijauan. Tentang warna hijau ini, di samping
warna asli yang dimiliki porifera yang bersangkutan, juga diperkuat oleh
warna hijau dari jenis ganggang (zoochlorellae) yang hidup bersama
dengannya (simbiosa). Warna pada porifera diduga ada kaitannya dengan

20
perlindungan tubuh terhadap radiasi sinar juga sebagai warna peringatan atau
pertahanan diri.12

E. Nilai Ekonomis
Beberapa jenis spons laut seperti spons jari berwarna orange, Axinella
canabina, diperdagangkan untuk menghias akuarium air laut, adakalanya
diekspor ke Dingapura dan Eropa. Jenis spons dari famili Clionidae mampu
mengebor dan menembus batu karang dan cangkang moluska yang berserakan
di tepi pantai. Ada pula spons yang tumbuh pada kerang-kerangan tertentu dan
menggangu peternakan tiram.
Tidak banyak hewan yang memakan spons karena banyak sikulanya dan
baunya tidak sedap. Musuh utama spons laut adalah siput jenis Nudibranchia
Musuh spons air tawar adalah larva serangga dari rd neuroptera. Spons air
tawar seringkali mengotori jaring apung. Mengganggu aliran air ke dalam
jaring apung. 13
PYLUM PORIFERA

Pylum : Porifera
Class : Calcarea
Ordo : Leucosoienida
Family : Heteropiidae
Genus : Syconessa
Spesies : Sycon gelatinosum

Pylum : Porifera
Class : Hexatinelida
Ordo : Lyssacinosida
Family : Euplectelidae
Genus : Euplectella

12
Ibid., 50-51
13
Sugiarti Suwignyo dkk, Avertebrata Air.,hlm 38

21
Spesies : Euplectella sp

Pylum : Porifera
Class : Hexatinelida
Ordo : Amphidiscosida
Family : Hyalonematidae
Genus : Hyalonema
Spesies : Hyalonema sp

Pylum : Porifera
Class : Homoscleromorpha
Ordo : Homoscleroporida
Family : Plakinidae
Genus : Oscarella
Spesies : Oscarella lubicorus

DAFTAR RUJUKAN

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya

Kastawi, Yusuf, dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: UM Press

Suwigyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya

Puri Maulana, Filum Porifera: Ciri-Ciri-Klasifikasi-Reproduksi-Contoh, (online)


http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2012/12/filum-porifera-
pengertian-ciri-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh.html, diakses 1
Maret 2017 pukul 12.00

22

Anda mungkin juga menyukai